Microsoft Word - 08-Kusniaty.docx Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 64 Received : 01-07-2020 Revised : 15-08-2020 Published : 20-09-2020 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR- SHARE UNTUK MENINGKATKAN RESPON DAN HASIL BELAJAR MENGENAL RASUL-RASUL ALLAH Kusniati SD Negeri Ngayung, Maduran, Lamongan, Indonesia kusniatingayung@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan proses dan hasil belajar mengenal nama rosul-rosul Alloh melalui model Kooperatif Think-Pair-Share beserta respon siswa terhadap penerapan model dan pendekatan pembelajaran tersebut. Prosedur penelitian ini meliputi dua siklus, dan setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas 5 berjumlah 10 orang yang terdiri atas empat laki-laki dan enam perempuan dengan materi megenal nama rosul-rosul Alloh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan model Kooperatif Think-Pair-Share meningkatkan hasil belajar mengenal nama-nama rosul Alloh, dan siswa merespon positif terhadap penerapan model Kooperatif Think-Pair-Share. Abstract: This study aims to describe the improvement of the process and learning outcomes of recognizing the names of Allah's prophets through the Cooperative Think-Pair-Share model along with student responses to the application of the learning model and approach. This research procedure includes two cycles, and each cycle consists of planning, implementing, observing, and reflecting. The research subjects were 10 grade 5 students consisting of four boys and six girls with the material about the names of Allah's rosul-rosul-rosul. The results showed that the application of learning with the Cooperative Think-Pair-Share model improved learning outcomes to recognize the names of Allah's rosul, and students responded positively to the application of the Think- Pair-Share Cooperative model. Kata kunci: strategi pembelajaran, hasil belajar, kooperatif think pair-share Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 65 PENDAHULUAN Suatu kesalahan besar yang masih terdapat dalam pembelajaran PAI adalah kurangnya penjabaran secara kontekstual terhadap konsep-konsep dan pendekatan yang dikemukan dalam bahan ajar atau ketika terjadi kegiatan belajar mengajar. Sebagai akibatnya tujuan pembelajaran untuk menanamkan hakikat PAI secara benar tidak dapat dicapai. Keluhan dan kenyataan bahwa proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak menarik dan membosankan masih sering terdengar dan sangat dirasakan, sehingga mengakibatkan rendahnya rata-rata kemampuan akademik atau rendahnya penguasaan siswa terhadap materi PAI. Kurangnya penjabaran setiap konsep dan pendekatan yang dikemukakan dalam bahan ajar PAI bisa jadi karena penyusun telah menganggap jelas akan apa saja yang dikemukakan, tetapi bisa juga karena tidak cukup menguasai persoalan kegeo-grafian. Di samping itu, biasanya dalam kegiatan belajar mengajar PAI didominasi guru. Gairah belajar siswa menurun, selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis pembelajaran yang diterapkan oleh guru, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pengajaran klasikal dan metode ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode yang menantang untuk berusaha, termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan siswa. Peristiwa yang menonjol ialah siswa kurang berpartisipasi, kurang terlibat, dan tidak memiliki inisiatif, serta kontributif baik secara inteletual maupun emosional. Pertanyaan dari siswa, gagasan, ataupun pendapat jarang muncul. Kalaupun ada pendapat yang muncul jarang diikuti oleh gagasan lain sebagai respon. Ada tiga faktor penyebab rendahnya penguasaan PAI dan pertisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, yaitu: (1) siswa kurang memiliki kemauan untuk merumuskan gagasan sendiri, (2) siswa kurang memiliki keberanian untuk menyamaikan pendapat kepada orang lain, dan (3) siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain (Abimanyu, 1995:8). Kesalahan terzsebut, tidak bisa hanya dibebankan kepada siswa saja, tetapi yang pertama bertanggung jawab hendaknya guru. Guru kadang-kadang secara sadar atau tidak menerapkan sifat otoriter, menghindari pertanyaan dari siswa, menyampaikan ilmu pengetahuan secara searah, menganggap siswa sebagai penerima, pencatat, dan pengingat. Karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang siswa yang menjadi sasaran tugasnya. Pemahaman ini menyangkut kesi-apan, kemampuan, ketidakjmampuan, dan latar belakang siswa yang semua itu akan membantu gutu dalam melaksanakan tugasnyanya. Kewajiban guru dalam pelaksanaan pembelajaran bukan hanya menyampaikan konsep- konsep materi agar bisa dihafal oleh siswa, melainkan juga perlu memberikan pengalaman kepada siswa untuk berlatih bekerja sama misanya membuat pertanyaan, dan partisipasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar PAI, prinsip PAI, dan aspek PAI dijumpai banyak kesulitan, permasalahan itu berasal dari asumsi: (1) kegiatan pembelajaran kurang menekankan aktivitas belajar siswa, (2) upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa bekerja sama dalam memecahkan masalah menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Respon dan Hasil Belajar Mengenal Rosul-rosul Alloh Kelas V SDN Ngayung, (3) penyelesaian masalah PAI tidak cukup hanya menghafal konsep-konsep saja, dan (4) guru belum mencoba aneka metode pembelajaran yang diintegrasikan kedalam penelitian tindakan kelas. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 66 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan ada siswa kelas V ketika diberikan soal-soal yang berkaitan dengan materi pokok: konsep PAI, pende-katan, prinsip PAI, dan aspek PAI semester ganjil dengan nilai rata-rata yang diperoleh 75 dan 30% dari siswa tidak tuntas belajar. Hal itu menunjukkan masih belum maksimal penguasaan materi pelajaran PAI. Penelitian ini memberikan solusi memperbaiki sekaligus meningkatkan mutu proses belajar mengajar melalui pembelajaran menggunakan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share diharapkan dapat meningkatkan penguasaan PAI, partisipasi siswa, interaksi aktif antar-siswa, minat belajar PAI, dan respon positif siswa. Beberapa Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair- Share, yaitu adanya kerja sama dalam kelompok dan untuk menentukan keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu sehingga setiap anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain. Setiap siswa mendapat kesempatan sama untuk menunjang timnya mendapat nilai yang maksi-mal, sehingga termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, setiap individu merasa mendapat tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri, sehingga tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share dapat berjalan bermakna dan tujuan pembe-lajaran dapat dicapai secara maksimal sesuai dengan harapan tujuan pendidikan nasional. Pembelajaran model Think-pair-share pembelajaran yang dikembangkan oleh Prof. Frank lyman di universitas Maryland pada tahun 1985, kemudian diadopsi oleh beberapa penulis dan dimasukkan dalam ilmu pembelajaran kooperatif. Teknik ini memperkenalkan adanya adanya elemen interaksi antara teman sebaya untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah dan meningkatkan respon terhadap suatu pertanyaan. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TPS yang telah dijelaskan diatas, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural tipe TPS sebagai berikut : Langkah-langkah thing- pair- share : Tahap 1 Guru mengajukan pertanyaan/ permasalahan untuk seluruh siswa dalam kelas. Pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang menjadi masalah bagi siswa untuk dipikirkan, atau guru menyampaikan pertanyaan yang terbuka. Tahap 2 Siswa berfikir secara individu (Thinking) Guru memberi waktu kepada siswa untuk berfikir untuk jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Waktu yang ditentukjan oleh guru seharusnya disesuaikan dengan pengetahuan dasar siswa, tingkat kesulitan dari pertanyaan. Siswa berfikir sendiri tentang solusi dari pertanyaan tersebut dan siswa memahami bahwa jawabannya merupakan jawaban yang paling benar. Tahap 3 Masing-masing siswa berdiskusi bersama pasangannya(pairing) Tahap ini merupakan waktu untuk kerjasama dengan siswa lainnya(pasangannya) untuk menemukan jawaban dan bertukar pendapat tentang jawaban dari pertanyaan. Masing-masing pasangan siswa merumuskan kembali jawabannya berdasarkan pada pemahaman bersama untuk mencapai solusi pemecahan masalah sebelum disampaikan di depan kelas.disini siswa mulai membangun konsep mereka dalam diskusi. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 67 Tahap 4 Siswa menceritakan jawaban mereka di depan kelas(sharing) Pada tahap akhir ini masing-masing siswa baik secara individu maupun kelompok menyampaikan jawabannya di depan kelas. Disini akan terjadi kesamaaan konsep yang diekspresikan dengan cara yang berbeda oleh tiap-tiap individu. Masig-masin individu yang berbeda menemukan keunikan jawaban untuk pertanyaan lebih dari itu konsep yang dibangun siswa untuk jawaban pertanyaan bahasannya tidak sama dengan di buku guru. Aplikasi waktu dalam menggunakan pembelajaran model think pair share adalah a. Dapat digunakan di awal pelajaran sebelum mempelajari suatu materi mengetahui pengetahuan awal siswa) b. Selama guru memperagakan, bereksperimen atau menjelaskan c. Setiap saat untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan di SD Negeri Ngayung. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15-31 Januari 2018. Pada mata pelajaran PAI semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Subyek penelitian ini adalah siswa klas V SDN Ngayung yang berjumlah 10 siswa yang mengikuti mata pelajaran PAI pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018. Rancangan dan prosedur penelitian berupa siklus 1 dan siklus 2. Siklus terdiri dari (a) Perencanaan tindakan, (b) Pelaksanaan tindakan, dan (c) Refleksi. Siklus 2 terdiri dari (a) Perencanaan tindakan, (b) Pelaksanaan tindakan, dan (c) Refleksi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes hasil belajar ,angket respons siswa terhadap penerapan pembelajaran berdasarkan masalah melalui metode belajar kooperatif TPS. Metode pengumpulan data berupa angket untuk data respon siswa dan tes untuk hasil belajar. Cara analisis data dengan (a) Hasil belajar, taraf keberhasilan tindakan dari aspek siswa juga ditentukan dengan melihat hasil belajar siswa yang berupa nilai tes yang diberikan di akhir tiap siklus. Dari skor yang diperoleh dapat ditentukan ketercapaian siswa, dan (b) teknik analisis data untuk menilai respons siswa, yaitu pemberian skor untuk lembar angket respons siswa menggunakan skala sikap. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga tugas siswa hanya memilih jawaban yang menurutnya sesuai. Angket berisi 7 pertanyaan. Alternatif jawaban yang diguna-kan dalam angket ini ada 3, yaitu SS ( sangat setuju nilai 3), S (setuju nilai 2), dan TS (tidak setuju nilai 3) dengan kriteria pemberian skor sebagai berikut. Tabel 1. Kriteria skor angket responsiswa Pertanyaan Opsi Nilai TS 1 S 2 SS 3 Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 68 HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Hasil belajar siswa siklus 1 Di setiap akhir siklus dilakukan post test untuk mengetahui kemajuan belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui metode belajar kooperatif TPS. Post test 1 dilaksanakan pada hari Senin, 22 Januari 2018 dengan waktu 35 menit yang diikuti oleh 10 siswa. Konsep yang diajarkan adalah nama nama rosul Alloh. Soal post test disusun sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan pada rancangan pembelajaran. Soal post test berupa 5 butir soal uraian Tabel 2. Data ringkasan hasil belajar siswa siklus 1 Rentangan skor Kategori Jumlah siswa ketuntasan Keterangan 0-74 D 1 Tidak Tuntas Mengerjakan soal yang belum terjawab dengan benar (tuntas) 75-83 C 4 Tuntas Melaksanakan tugas-tugas khusus(tuntas) 84-91 B 4 Tuntas Mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesukaran tinggi(tidak tuntas) 92-100 SB 1 Tuntas Tutor sebaya Siklus 2 Hasil Belajar Siswa Siklus II Seperti halnya pada siklus 1 di akhir siklus II juga dilakukan post tes untuk mengetahui kemajuan belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pembelajaran melalui metode belajar kooperatif TPS. Post test 2 di laksanakan pada hari Rabu 31 Januari 2018 dalam waktu 35 menit yang diikuti oleh 10 siswa. Konsep yang diajarkan adalah nabi yang mendapat gelar ulul azmi. Soal post tes disusun sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan pada rancangan pembelajaran. Sosal post tes 2 berupa 5 soal uraian data hasil belajar siswa pada siklus 2 pada dapat diringkas sebagai berikut Tabel 3. Data ringkasan hasil belajar siswa siklus II Rentangan skor Kategori Jumlah siswa ketuntasan Keterangan 0-74 D 0 Tidak Tuntas Mengerjakan soal yang belum terjawab dengan benar (tuntas) 75-83 C 2 Tuntas Melaksanakan tugas-tugas khusus(tuntas) 84-91 B 5 Tuntas Mengerjakan soal-soal dengan tingkat kesukaran tinggi(tidak tuntas) 92-100 SB 3 Tuntas Tutor sebaya Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 69 Hasil angket siswa Angket diberikan pada siswa pada hari Rabu 31 Januari 2018. Angket diberikan kepada siswa kelas 5 SDN Ngayung yang berjumlah 10 orang. Hasil angket siswa selain merupakan data pendukung dalam penelitian juga menunjukkan adanya kesesuaian dengan hasil yang diperoleh di kelas. Analisis angket siswa disajikan dalam Tabel 4 berikut. Tabel 4. Analisis Angket Siswa Nomor Angket Aspek Opsion Jumlah siswa yang menjawab Jumlah nila yang peroleh Persentase % 1 Pelajaran PAI menjadi lebih menyenangkan bila disampaikan dengan pembelajaran metode Think pare share(TPS) Sangat setuju Setuju Tidak setuju 6 3 1 25 83,3 2 Pelajaran PAI menjadi lebih mudah di mengerti dan diingat dengan penerapan PBM melalui TPS Sangat setuju Setuju Tidak setuju 8 2 0 28 93,33 3 Saya lebih mudah memahami materi menyebutkan rosul-rosul Alloh dan rosul yang mempunyai gelar ulul azmi dengan menerapkan PBM melalui metode TPS. Sangat setuju Setuju Tidak setuju 6 3 1 25 83,33 4 Dengan PBM melalui metode TPS dapat meningkatkan respon saya terhadap pelajaran PAI Sangat setuju Setuju Tidak setuju 8 1 1 27 90 5 Penerapan PBM dengan metode TPS perlu di kembangkan Sangat setuju Setuju Tidak setuju 2 8 0 22 73,3 6 Kegiatan pembelajaran berdasarkan metode TPS tidak membosankan Sangat setuju Setuju Tidak setuju 1 9 0 21 70 7 Saya merasa bersemangat saat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan metode TPS Sangat setuju Setuju Tidak setuju 1 9 0 21 70 Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 70 Hasil belajar siswa Berdasarkan hasil analisis presentasi belajar siswa siklus I pada diketahui bahwa jumlah siswa yang nilainya dikategorikan sangat baik sebanyak 1 siswa ( 10%)dikategorikan baik sebanyak 4 siswa (40%) dikategorikan cukup sebanyak 4 siswa (40 %) dan dikategorikan kurang sebanyak 1 siswa (10 %) siswa yang dapat di dikatakan tuntas belajarnya ( dengan nilai 75 keatas) sebanyak 9 (90%) hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I kelas tersebut sudah tuntas belajar karena siswa yang tuntas belajar lebi dari 85% tetapi bila dibandingkan dengan skor ulangan harian sebelum diberi tindakan hanya sebesar 77,10, maka rata-rata skor pada siklus I ini lebih baik yaitu sebesar 81,10. Dengan demikian terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 4 %. Meningkatnya hasil belajar siswa pada siklus II tidak lepas dari peran guru dalam kegiatan pembelajaran.saat guru melakukan demontrasi di awal pembelajaran ternyata membuat siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.siswa banyak yang aktif bertanya maupun mengungkapnkan pendapatnya dan memeprkuat ingatannya terhadap materi yang telah dipelajari bersama.pada akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi /tes, hampir seluruh siswa dapat mengerjakan tes tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil tes siswa yang nilai ratanya meningkat dari siklus1 sebesar 81,10 menjadi 86,40 pada siklus 2. Ketuntasan klasikal dari 90% pada siklus 1 menjadi 100 % pada siklus 2. Respon siswa Pada pembelajaran menggunakan model TPS ini siswa menunjukkan respon yang cukup baik diakhir pembelajaran hal ini dibuktikan hasil angket respon siswa. a. angket butir 1 yang senang dengan model TPS sebesar 83,33 % b. Angket butir 2 pelajaran PAI mudah dimengerti sebesar 93,33% c. angket butir 3 materi mudah dipahami sebesar 83.33% d. Angket butir 4 TPS dapat meningkatkan respon 90 % e. Angket butir 5 penerapan PBM dengan metode TPS perlu dikembangkan 73,30 % f. Angket butir 6 metode TPS tidak membosankan 70 % g. Angket butir 7 siswa merasa semangat dengan pembelajaran TPS 70 % Berdasarkan data di atas dari 7 butir angket respon maka secara klasikal respon siswa 80,47 % hal ini menunjukkan bahwa respon siswa sangat tinggi. SIMPULAN Simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Hasil belajar siswa setelah penerapan metode belajar kooperatif model Think Pair Share mengalami peningkatan. Sebelum diberi tindakan skor rata-rata tes siswa adalah 77,10 dari skor maksimal 100 dan setelah diberi tindakan siklus 1 meningkat menjadi 81,10 dari skor maksimal 100 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 siswa (90 %) pada siklus II rata-rata skor tes siswa meningkat menjadi 86,40 dari skor maksimal 100. Semua siswa pada siklus 2 tuntas belajar 100% b. Respon siswa pada penerapan metode belajar kooperatif model TPS sebesar 80,47 % hal ini menunjukkan bahwa respon siswa sangat tinggi ( respon siswa sangat positif) Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.25 71 DAFTAR RUJUKAN [1] Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, Jakarta: PT Rhineka Cipta. [2] Arend, R.I. 2004. Learning To Teach. New York: The Me Graw Hill Compani. [3] Arikunto,Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas: Jakarta : PT. Bumi Aksara. [4] Dimyati, dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rhineka Cipta [5] Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Psikologi Belajar, Jakarta :Rineka Cipta. [6] Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Menagajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. [7] Ibrahim, dan Mujianto. 2005. Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : UNESA- University Press. [8] Kemendikbud, 2014 Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Th ajaran 2014/2015 [9] Michael. 2003, Think-Pair-Share(online) (http://www.eazhlull.org.uk/n/c/thinkpair share. htm) [10] Mustakim. 2010. psikologi pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset [11] Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif learning teori, riset dan praktik. Bandung: Nusa media [12] Sudjana, Nana. 2008. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya, 2010 [13] Supriyono.2009. penelitian hasil belajar,Think-Pair-Share (online) (http://www.eazhlull. org. uk/n/c/think pair share.htm [14] Tarigan , C.B. T. 2005. Kamus Lengkap Biologi Bergambar, Bandung: Penabur Ilmu [15] Widarti A. 2007. Efektifitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap hasil belajar [16] Winkel, W.S. dikutip oleh purwanto. 2010. psikologi pengajaran, Jakarta: Gramedia. [17] Yamin, Martinis. 2009. dkk. Manajemen Pembelajaran Kelas, Jakarta: Gaung Persada.