Microsoft Word - Artikel 1.docx Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 71 Received : 16-12-2021 Revised : 27-01-2022 Published : 28-02-2022 Penguatan Nilai Utama Karakter Peserta Didik di SMK PGRI 1 Martapura dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Fitri Meldawati SMK PGRI 1 Martapura, Indonesia fitri.meldawati@gmail.com ABSTRAK Best Practice ini ditulis untuk membagi pengalaman penulis dalam melakukan pembisaan penguatan nilai utama karakter peserta didik di SMK PGRI 1 Martapura dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter melalui Restorasi Pendidikan reformasi Sekolah, memperkuat Kurikulum 2013 dengan Pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa; Menghadapi kondisi degradasi akhlak, moral, dan budi pekerti; Menghadapi dinamika dan tantangan era global; Generasi Emas 2045 yang berdaya saing dan berjiwa Pancasila. Penulis mengangkat pengalaman terbaik penulis dalam mengimplementasikan penguatan karakter utama yaitu Religiositas, Integritas, Gotong royong, Kemandirian, dan Nasionalisme, sehingga Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang berbasis kelas melalui integrasi dalam mata pelajaran, optimalisasi muatan lokal dan manajemen kelas terlaksana dengan optimal. Kata kunci: penguatan, nilai, karakter, optimalisasi Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 72 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah memberikan perhatian yang sangat penuh dan serius untuk pendidikan Karakter yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter semakin mempertegas tentang karakteristik sumber daya manusia yang ingin dihasilkan melalui sistem pendidikan, khususnya bagi SMK yang lulusannya terutama disiapkan untuk memasuki dunia kerja. Penguasaan kompetensi teknis dan kepribadian (personality) yang diisi dengan nilai-nilai karakter positif sebagaimana yang diamanatkan pada Peraturan Presiden itu, merupakan prasyarat utama untuk memasuki dunia kerja saat ini dan menjadi kunci sukses dalam mengarungi kehidupan masa depan. Urgensi Penguatan Pendidikan Karakter melalui Restorasi Pendidikan reformasi Sekolah, memperkuat Kurikulum 2013 dengan Pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa; Menghadapi kondisi degradasi akhlak, moral, dan budi pekerti; Menghadapi dinamika dan tantangan era global; Generasi Emas 2045 yang berdaya saing dan berjiwa Pancasila. Prinsip-prinsip penguatan pendidikan karakter, yaitu modifikasi intrakurikuler agar lebih memiliki muatan pendidikan karakter. Ditambahkan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Integrasi ketiganya dapat menumbuhkan budi pekerti dan menguatkan karakter positif anak didik. Penumbuhan Nilai-nilai Utama Karakter menurut filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara, yaitu olah hati (etika), olah raga (kinestetika), olah piker (literasi), dan olah karsa (estetika). Selanjutnya, juga dijabarkan dalam Pasal 3 Perpres No. 87/2017/ Tentang PPK; Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab. Selanjutnya, kristalisasi nilai-nilai dalam bentuk nilai utama (Core Values) yang merupakan aktualisasi dari Pancasila, yaitu 3 pilar gerakan nasional, revolusi mental dan nilai-nilai kearifan lokal, dan tantangan masa depan. Adapun nilai utama yang dimaksud sebagai berikut; Religiositas, Integritas, Gotong royong, Kemandirian, dan Nasionalisme. Lebih lanjut, penguatan 5 nilai utama karakter dijabarkan sebagai berikut. Religiositas, yaitu beriman dan bertaqwa, menjalankan segala perintah-Nya, disiplin beribadah, bersih, peduli lingkungan lingkungan, memanfaatkan lingkungan dengan bijak, toleransi, saling menolong/menghormati, cinta damai, dan peduli sosial. Integritas, yaitu kejujuran, keteladanan, tanggung jawab, antikorupsi, komitmen moral, dan cinta pada kebenaran. Gotong royong, yaitu kerja sama, solidaritas, kekeluargaan, bersahabat/komunikatif, dan berorientasi pada kemaslahatan bersama. Kemandirian, yaitu kerja keras/etos kerja, kreatif dan inovatif, disiplin, tangguh, rasa ingin tahu dan menghargai prestasi, dan gemar membaca/pembelajar sepanjang hayat. Nasionalisme, yaitu cinta tanah air, semangat kebangsaan, menghargai kebhinnekaan, demokratis, rela berkorban, dan taat hukum. Lebih dalam, strategi implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang berbasis kelas melalui integrasi dalam mata pelajaran dijabarkan sebagai optimalisasi muatan lokal dan manajemen kelas. PPK berbasis budaya sekolah melalui pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, branding sekolah, keteladanan pendidik, ekosistem sekolah, norma, peraturan, dan tradisi sekolah. Dengan berpegang pada peraturan, pengetahuan dan informasi yang cukup mengenai Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang terhubung dengan Slogan Sekolah penulis SMK Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 73 PGRI 1 Martapura, sekolah ASRI (Agamis, Sukses, Ramah dan Inovatif), maka penulis mengangkat lima nilai karakter utama PPK (Religiositas, Integritas, Kemandirian, Gotong Royong, Nasionalisme) dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini sejalan dengan penulis sebagai pengajar Bahasa Inggris di SMK PGRI 1 Martapura. Alasan penulis mengangkat judul “PENGUATAN NILAI UTAMA KARAKTERPESERTA DIDIK DI SMK PGRI 1 MARTAPURA DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS” yaitu sebagai berikut. Pertama, penulis berpendapat nilai utama karakter (Religiositas, Integritas, Gotong Royong, Kemandirian, dan Nasionalisme) yang digaungkan oleh pemerintah perlu dilakukan penguatan nilai utama karakter pada siswa di SMK PGRI 1 Martapura yang terintegrasi pada mata pelajaran yang diampu oleh penulis. Kedua, hal ini bersinergi dengan Kal-Sel Cerdas (Unggul, Berdaya saing dan Unggul). Ketiga, penulis merupakan guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris sehingga dianggap perlu untuk menjadi langkah awal sebelum dilakukan penguatan untuk seluruh mata pelajaran yang ada di SMK PGRI 1 Martapura. Termotivasi dengan alasan tersebut, penulis ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk pengembangan pendidikan generasi muda yang memiliki karakter untuk membangun bangsa dan negara Indonesia tercinta. Penulis tidak ingin tertinggal untuk mengembangkan ilmu, terus dan terus mengembangkan diri dengan harapan apa yang dicapai akan bermanfaat dan dapat dikembangkan untuk anak-anak bangsa tercinta. Untuk itu, penulis melalui profesi bidang keilmuan Bahasa Inggris terus dan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas sehingga ilmu yang diperoleh bisa dipersembahkan untuk kemajuan pendidikan baik di daerah di mana penulis berada maupun di tempat mana ketika dibutuhkan. Untuk itu, pula penulis tidak bosan bosannya memotivasi siswa agar selalu memilikinilai utama karakter yang akan selalu melekat dalam diri siswa dan dapat dibanggakan yang akan kelak menjadi kecakapan hidup sehingga mampu menjadi pribadi yang berkarakter dan berprestasi baik dikanca nasional dan internasional. Gabungan pemikiran mengenai penguatan pendidikan karakter dan kebutuhan dalam pembelajaran Bahasa Inggris, slogan sekolah dan Provinsi maka penulis mengangkat sebuah gagasan Penguatan Nilai Utama Karakter Peserta Didik di SMK PGRI 1 Martapura dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, rumusan masalah dapat dirumuskan “Bagaimana melakukan penguatan nilai utama karakter peserta didik di SMK PGRI 1 Martapuradalam mata pelajaran Bahasa Inggris” Tujuan Penulisan Dalam penulisan ini penulis memiliki keinginan untuk berbagi dengan rekan sejawat sesame tenaga pengajar/pendidik yang barangkali bermanfaat dan akan dikembangkan lebih mendalam oleh teman sejawat. Tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman menulis dalam melakukan penguatan nilai utama karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran Bahasa Inggris pada peserta didik di SMK PGRI 1 Martapura. Manfaat Penulisan Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 74 Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Pihak-pihak yang dimaksud sebagai berikut. 1. Dalam mengembangkan profesi para guru agar dapat bersama-sama melakukan langkah lanjutan penguatan pendidikan karakter dalam pembelajaran dikelas melalui berbagai model pembelajaran 2. Sebagai salah satu pendekatan untuk memotivasi siswa dalam menanamkan karakter dalam diri dan kehidupan sehari-hari bermasyarakat 3. Sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para penulis lainnya untuk lebih mengembangkan cara menanamkan karakter pada siswa yang terintegrasi dalam mata pelajaran melalui model yang variatif 4. Bagi sekolah bermanfaat dalam menambah referensi karta tulis gagasan guru sebagai bahan bacaan yang bermanfaat dan referensi lanjutan. Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 75 KAJIAN TEORI Pengertian Penguatan Nilai Wina Sanjaya memberikan definisi penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atas responnya yang diberikan sebagai suatu dorogan atau koreksi. Melalui keterampilan penguatan (reinforcement) yang diberikan guru, maka siswa akan merasa terdorong selamanya untuk memberikan respon setiap kali muncul stimulus dari guru; atau siswa akan berusaha menghindari respon yang dianggap tidak bermanfaat. Dengan demikian fungsi keterampilan penguatan (reinforcement) itu adalah untuk memberikan ganjaran kepada peserta didik sehingga peserta didik akan berbesar hati dan meningkatkan partisipasinya dalam setiap proses pembelajaran.” Pengertian Nilai Secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal hal yang dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh masyarakat dalam kehidupannya. Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak pantas, buruk, salah dan tidak indah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Berdasarkan pengertian dari penguatan dan nilai, sehingga penulis berpendapat penguatan nilai adalah bentuk respon tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik mengenai sebuah konsep yang dianggap baik dan pantas. Pengertian Karakter, Unsur dan Proses Terbentuknya Di keseharian, sering sekali orang mengatakan bahwa karakter dan watak itu merupakan hal atau istilah yang sama. Namun, jika ditelisik lebih lanjut, arti kata karakter dengan watak atau pun sifat tidaklah sama. Dalam tulisan ini, penulis akan menyampaikan pengertian karakter menurut Alwisol. Menurutnya, karakter merupakan penggambaran tingkah laku yang dilaksanakan dengan menonjolkan nilai (benar–salah, baik–buruk) secara implisit atau pun ekspilisit. Adapuna, karakter berbeda dengan kepribadian yang sama sekali tidak menyangkut nilai–nilai. Unsur Karakter Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena pikiran, yang di dalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Tentang pikiran, Joseph Murphy mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar (subconscious mind) atau pikiran subjektif. Penjelasan Adi W. Gunawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip. Pikiran sadar yang secara fisik terletak di bagian korteks otak bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12% dari kemampuan otak. Adapun pikiran bawah sadar secara fisik terletak di medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih di dalam kandungan. Oleh sebab itu, ketika bayi yang dilahirkan menangis, bayi tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat netral dan sugestif, pikiran objektif yang Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 76 berhubungan dengan objek luar dengan menggunakan panca indra sebagai media dan sifat pikiran sadar ini adalah menalar. Adapun pikiran bawah sadar (subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar, dan tidak dapat membantah. Proses Terbentuknya Karakter Karakter yang dimiliki oleh seseorang pada dasarnya terbentuk melalui proses pembelajaran yang cukup panjang. Karakter manusia bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Lebih dari itu, karakter merupakan bentukan atau pun tempaan lingkungan dan juga orang-orang yang ada di sekitar lingkungan tersebut. Karakter dibentuk melalui proses pembelajaran di beberapa tempat, seperti di rumah, sekolah, dan di lingkungan sekitar tempat tinggal. Pihak-pihak yang berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang yaitu keluarga, guru, dan teman sebaya. Karakter seseorang biasanya akan sejalan dengan perilakunya. Bila seseorang selalu melakukan aktivitas yang baik seperti sopan dalam berbicara, suka menolong, atau pun menghargai sesama, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga baik, akan tetapi jika perilaku seseorang buruk seperti suka mencela, suka berbohong, suka berkata yang tidak baik, maka kemungkinan besar karakter orang tersebut juga buruk. Nilai Utama Karakter Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, pendidikan karakter pada jenjang pendidikan dasar mendapatkan porsi yang lebih besar dibandingkan pendidikan yang mengajarkan pengetahuan. Untuk sekolah dasar sebesar 70 persen, sedangkan untuk sekolah menengah pertama sebesar 60 persen.“Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter sebagai fondasi dan ruh utama pendidikan,” pesan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy. Tidak hanya olah pikir (literasi), PPK mendorong agar pendidikan nasional kembali memperhatikan olah hati (etik dan spiritual) olah rasa (estetik), dan juga olah raga (kinestetik). Keempat dimensi pendidikan ini hendaknya dapat dilakukan secara utuh- menyeluruh dan serentak. Integrasi proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler di sekolah dapat dilaksanakan dengan berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan. Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila, yang menjadi prioritas pengembangan gerakan PPK; yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotongroyongan. Masing-masing nilai tidak berdiri dan berkembang sendiri-sendiri, melainkan saling berinteraksi satu sama lain, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Pertama, Religiositas. Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Implementasi nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam sikap cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti perundungan dan kekerasan, Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 77 persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, serta melindungi yang kecil dan tersisih. Religiositas seringkali diidentikkan dengan keberagamaan. Religiositas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam (Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, 2002). Hawari (1996) menyebutkan bahwa religiositas merupakan penghayatan keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa religiositas adalah kedalaman penghayatan keagamaan seseorang dan keyakinannya terhadap adanya tuhan yang diwujudkan dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan dengan kaiklasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. Kedua, Integritas. Menurut Henry Cloud, ketika berbicara mengenai integritas, maka tidak akan terlepas dari upaya untuk menjadi orang yang utuh dan terpadu di setiap bagian diri yang berlainan, yang bekerja dengan baik dan menjalankan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirancang sebelumnya. Integritas sangat terkait dengan keutuhan dan keefektifan seseorang sebagai insan manusia. Menurut Ippho Santoso, integiras sering diartikan sebagai menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk melahirkan reputasi dan kepercayaan. Jika merujuk dari asal katanya, kata integritas memiliki makna berbicara secara utuh dan lengkap / sepenuh – penuhnya. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Integritas adalah upaya untuk menjadi pribadi yang utuh terkait sebagai insan manusia. Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Seseorang yang berintegritas juga menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas), serta mampu menunjukkan keteladanan. Ketiga, Gotong Royong. Menurut Koentjaraningrat budaya gotong royong masyarakat Indonesia bisa dikategorikan dalam dua jenis. Pertama, gotong royong dalam arti tolong menolong. Budaya gotong ini terjadi terjadi saat aktivitas-aktivitas “insidental” seperti pada peristiwa bencana atau kematian, panen pertanian, kegiatan sekitar rumah tangga, kegiatan pesta, dan kegiatan perayaan. Kedua, Sedangkan budaya gotong royong kerja bakti umumnya dilakukan saat masyarakat mengerjakan sesuatu bersama yang sifatnya untuk kepentingan umum, entah karena inisiatif warga atau gotong royong yang diprogramkan pemerintah. Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan peserta didik dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan. Keempat, Kemandirian. Menurut Masrun (1986:8), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 78 sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121), kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dan dorongan dari dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Kemandirian adalah Sikap seseorang berperilaku mandiri dengan kepercayaan diri sebagai dorongan kekuatan dari dalam. Nilai karakter mandiri yang dimaksud dalam penguatan pendidikan karakter tercermin dalam sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Peserta didik yang mandiri memiliki etos kerja yang baik, tangguh, berdaya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kelima, Nasionalisme. Menurut Smith, nasionalisme merupakan suatu gerakan ideologis yang digunakan untuk meraih dan memelihara otonomi, kohesi, dan individualitas. Gerakan ini dilakukan oleh satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh beberapa anggotanya guna membentuk atau menentukan satu bangsa atau yang berupa potensi saja. Dapat disimpulkan bahwa Nasionalisme adalah ideologis suatu bangsa yang dilakukan secara indvidu dan berkelompok sebagai penentu potensi suatu bangsa. Nilai karakter nasionalis mencerminkan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap nasionalis ditunjukkan melalui sikap apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, dan menghormati keragaman budaya, suku dan agama Penguatan Nilai Utama Karakter Penguatan karakter menjadi salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dalam nawa cita disebutkan bahwa pemerintah akan melakukan revolusi karakter bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan penguatan karakter penerus bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016. Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 79 Dengan dijadikannya program prioritas, maka dianggap perlu bagi sekolah sebagai wujud strategi implementasi Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas dan berbasis budaya sekolah serta masyarakat. Kemudian, diwajibkan bagi sekolah untuk mendukung dan melaksanakan starategi Penguatan Pendidikan Karakter secara berkesinambungan di sekolah pada skala besar, dan diklas pada skala kecil. Dalam hal ini, pendidikan karakter akan terintegrasi dalam seluru mata peajaran yang terdapat di sekolah, dan kegiataa-kegiatan yang melibatkan siswa akan mengacu pada Nilai Utama karakter yang diprogramkan oleh pemerintah saat ini. Penulis tertarik mengenai Penguatan karakter saat penulis mendapatkan materi umum tentang Arah kebijakan strategi Penguatan Pendidikan Karakter pada pelatihan Kurikulum 2013 di P4TK IPA cimahi, Bandung. Adapun bahan tersebut seperti yang terlihat pada cuplikan gambar berikut ini. Dikatakan sekolah menjadi sentral, lingkungan sekitar dijadikan sumber-sumber belajar. Sesuai dengan Permendikbud No.23 Tahun 2017 Pasal 6 ayat (2): Pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ektsrakurikuler baikdi dalam sekolah maupun di luar sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan: kerja sama antarsekolah; sekolah dengan lembaga keagamaan; maupun sekolah dengan lembaga lain yang terkait. SMK PGRI 1 Martapura berkomitmen dalam mendukung slogan kabupaten Banjar “Serambi Mekah” sejalan dengan hal itu SMK PGRI 1 Martapura bertekad untuk melaksanakan PPK berbasis manajemen kelas dan budaya sekolah dalam keseharian disekolah dan dikelas pada khususnya. Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 80 Disampaikan bahwa ada lima (5) nilai utama karakter yang akan menjadi pilar sesuai dengan arahan dari Bapak Presiden Indonesia. Kelima karakter tersebut memuat penjabaran nilai yang sangat lengkap sebagai acuan bagi sekolah dan warga sekolah dalam melakukan usaha penguatan pendidikan karakter. Berbagai kegiatan bisa dicanangkan dan dilaksanakan di manajemen sekolah dan kelas, perlu kiranya sekolah mulai menganggarkan dana untuk PPK ini, seperti kegiatan Bela Negara, sholat dhuhur berjamah, pesantren ramadhan, khatam qur’an, pasukan adhiwiyata, masukan melek teknologi, majalah dinding, dan berbagai kegiatan peserta didik lainnya yang dinilai memperkuat nilai utama karakter kepada peserta didik. PEMBAHASAN Urgensi Penguatan Nilai Karakter di SMK PGRI 1 Martapura Urgensi Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah (1) Pembangunan SDM merupakan pondasi pembangunan bangsa; (2) Keterampilan abad 21 yang dibutuhkan siswa: Kualitas Karakter, Literasi Dasar, dan Kompetensi 4C, guna mewujudkan keunggulan bersaing Generasi Emas 2045; dan (3) Kecenderungan kondisi degradasi moralitas, etika, dan budi pekerti. Tujuan program Penguatan Pendidikan Karakter adalah menanamkan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa ke peserta didik secara masif dan efektif melalui lembaga pendidikan dengan prioritas nilai-nilai tertentu yang akan menjadi fokus pembelajaran, pemahaman, pengertian, dan praktik, sehingga pendidikan karakter sungguh dapat mengubah perilaku, cara berpikir, dan cara bertindak seluruh bangsa Indonesia menjadi lebih baik dan berintegritas. Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 81 Disampaikan dalam sebuah pelatihan dalam slide narasumber mengenai Urgensi PPK berdasarkan pengalaman penulis mengikuti pelatihan K13 yang diselengarakan oleh P4TK IP. Berikut penulis tampilkan cuplikan slide. Dikatakan urgensi Penguatan Pendidikan Karakter guna pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa dalam hal ini penulis melihat peserta didik SMK PGRI 1 Martapura perlu diberikan pengutan guna menjadi output/lulusan/ SDM yang bermanfaat dmasyarakat sebagai wujud pondasi pembangunan di Indonesia. Kaitannya dalam pelajaran Bahasa Inggris tentunya mengarah pada kemampuan berbahasa asing peserta didik secara dalam komunkasi aktif sesuai dengan nilai utama karakter. Selanjutnya, dikatakan guna menghadapi kondisi degradasi akhlak,moral dan budi pekerti, pada point ini penulis menilai penguatan nilai karakater menjadi urgensi di SMK PGRI 1 Martapura karena dengan virus medsos yang menjamur, peserta didik perlu diberikan pemahaman tentang hoax cara menghadapinya sehingga peserta didik mampu menjadi pribadi yang bijksana, untuk akhlak peserta didik perlu diberika penguatan lebih dalam segi agama dengan begitu peserta didik menjadikan Tuhan sebagai pedoman dalam melangkah dan mengambil keputusan. Pada point selanjutnya, dikatakan guna menghadapi dinamika dan tantangan era global, pada point ini penulis menilai ini berkaitan dengan menyiapkan peserta didik untuk menyongsong industri 4.0 yang serba canggih dalam jaringan. Dalam hal ini, peserta didik SMK PGRI 1 martapura disiapkan untuk melek teknologi dan mampu menjawab tantangan yang akan diberikan pada indutri 4.0. Pada pembelajaran Bahasa Inggris peserta didik sudah mulai diberikan arahan untuk pembelajaran melalui daring (dalam jaringan). Point terakhir, menciptakan generasi emas 2045 yang berdaya saing dan berjiwa Pancasila. Penulis mencermati dalam hal ini penguatan pendidikan dilakukan untuk mempersiapkan siswa menuju generasi emas yang layak namun berideologi Pancasila, dalam hal ini peserta didikSMK PGRI 1 martapura perlu untuk diikut sertakan dalam hal membangun sekolah. Namun, urgensi yang dimaksud penulis berkaitan dengan kekuatirkan penulis mengenai kurangnya karakter yang ditanam kepada peserta didik. Penulis berpendapat perlu menemukan cara untuk melakukan penguatan nilai karakter siswa SMK PGRI 1 Martapura dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Penulis memaparkan kegiatan yang dinilai penulis merupakan kegiatan yang bisa diajukan sebagai cara untuk penguatan nilai karakter, sehingga Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 82 kelak kegiatan penguatan ini dapat diintegrasi ke seluruh mata pelajaran lain, kemudian secara serentak sekolah sebagai lembaga pendidikan berperan serta aktif dalam upaya pemerintah untuk penguatan nilai karakter. PPK urgensi dilakukan di SMK PGRI 1 Martapura dengan mempertimbangkan banyak hal yang terjadi di SMK PGRI 1 Martapura. Sebagai sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara inklusi tercatat ada sekitar 29 anak terdeteksi sebagai anak berkebutuhan khusus Tuna Laras. Di mana mereka memiliki masalah kurangnya perhatian dari pihak keluarga, sehingga untuk PPK kami perlu bekerja keras dengan kegiatan pembiasaan setiap hari. Terkadang anak yang tidak ABK pun sering berperilaku seperti acuh tak acuh kepada guru dan tata tertib yang telah ditetapkan sehingga penulis menilai urgensi untuk PPK di SMK PGRI 1 Martapura, perlu kiranya kegiatan yang bersinergi dengan norma agama dam masyarakat serta berintegrasi dalam kurikulum dan mata pelajaran yang ada ada di sekolah. Sebagai contoh pengalaman penulis suatu hari saat mengajar Bahasa Inggris peserta didik banyak yang tidak perhatian dengan materi dan sering sibuk sendiri dengan gadget mereka sehingga penulis merasa urgensi untuk PPK, peserta didik sangat perlu diberi dorongan dan penguatan dari lingkungan sekolah, dikelas, dan dirumah. Dengan begitu peserta didik akan terbiasa melihat, meniru dan melakukan karakter baik yang diberikan oleh orang-orang disekelilingnya. Contoh lainnya, peserta didik sering sekali datang terlambat ke sekolah dengan berbagai alasan, seperti tidak dibangunkan orang tua sampai kesiangan karena harus bekerja hingga larut malam di suatu tempat. Hal-hal yang terlihat sepele seperti ini bila dibiarkan menurut pandangan penulis akan menjadi momok bagi peserta didik di masa depan. Dari kasus terebut, penulis mengganggap hal ini urgent untuk dilakukan penguatan segera. Peserta didik harus siap menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang akan menghampiri mereka di masa depan, hal ini bisa dilakukan apabila peserta didik memiliki iman yang kuat dalam agama mereka, dan karakter yang kuat dalam kehidupan mereka. Latar belakang peserta didik tidak bisa jadi penentu masa depan peserta didik kelak. Analoginya, anak seorang criminal tidak akan jadi criminal bila ditanam dan dikuatkan karakter yang baik dalam dirinya, dan sebaliknya anak seorang yang bermartabat bisa menjadi tidak bermartabat di masa depan bila sejak dini tidak diajarkan, ditanamkan dan dikuatkan mengenai karakter yang baik. Setiap anak yang dilahirkan di dunia ini berhak untuk mejadi bahagia, sukses dan berguna bagi sesamanya, peran serta keluarga, guru dan masyarakat nilai penting dalam membentuk karakter seorang anak (peserta didik). Sempat terlintas dalam benak penulis “apakah mungkin memperbaiki karakter anak di pendidikan menengah? Yang notabene nya karakter anak-anak sudah terbentuk kuat sejak kecil” Namun kembali pada keyakinan penulis Nothing is impossiblemaka penulis berupaya untuk membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin bila kita ada keyakinan, saat ini penulis berkeyakinan bahwa karakter peserta didik di SMK PGRI 1 Martapura bisa diperbaiki dan dikuatkan sesuai porsinya dengan kegiatan pembisaan. Pembiasaan Nilai Utama Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Sebagai Guru Bahasa Inggris di SMK PGRI 1 Martapura penulis memasukan pendidikan karakter dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan mengintegrasikan dalam model pembelajaran penulis. Selain itu, dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar pun diterapkan pendidikan karakter bagi peserta didik SMK PGRI 1 Martapura. Terutama nilai karakter Religiositas yang mana penulis mewajibkan siswa untuk membaca doa sebelum Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 83 belajar dalam Bahasa arab dan Bahasa Inggris. Serta membaca doa Al-Fatihah dalam Bahasa Arab dan Bahasa Inggris. Adapun dalam model pembelajaran, penulis menerapkan model dengan nilai karakter Gotong Royong dengan diskusi dan komunikasi aktif antara guru dan peserta didik, peserta didik dan peserta didik, sehingga peserta didik terbiasa untuk bekerjasama dan mengkomunikasikan permasalahan dan menyampaikan solusi secara terbuka. Membiasakan peserta didik menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum memulai pelajaran di jam pertama setelah kegiatan mengaji, dan menyanyikan lagu Indonesia Raya setelah doa pulang di jam terakhir. Untuk nilai karakter kemandirian penulis menerapkannya dengan cara memberikan mereka project based case berupa video pendek dengan tema/kasus yang ditentukan bersama- sama. Dengan cara ini, penulis menemukan anak-anak menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam berbahasa Inggris degan membuat video pendek/Vlog dengan caranya sendiri. Selain itu penulis juga menugaskan siswa untuk membuat poster lingkungan berbahasa Inggris sehingga anak-anak belajar untuk menjaga dan peduli lingkungan dan aktif berbahasa tulis melalui poster. Selain itu, sebelum memulai pelajaran penulis membiasakan siswa untuk memeriksa sekeliling mereka apakah ada sampah yang berserak atau posisi kursi/ meja yang tidak rapi dan meminta mereka untuk membersihkan bila menemukan sampah dan merpikan bila tidak rapi. Kegiatan lainnya bila penulis mengajar dijam akhir setelah sholat dhuhur berjama’ah penulis akan meminta siswa untuk mengecek kerapian diri mereka dengan memperhatikan apakah baju mereka sudah dimasukan, dan diakhir pelajaran penulis meminta peserta didik untuk mengangkat kursi ke meja agar peserta didik yang piket keesokan harinya bisa lebih mudah membersihkan kelas. Membiasakan peserta didik mencium tangan setelah KBM berakhir. Membiasakan siswa menyimpan telepon genggam mereka pada tempat yang disediakan sebelum jam pelajaran Bahasa Inggris dimulai (dengan catatan: saat pelajaran penulis tidak memerlukan telepon genggam). Membisakan peserta didik merapikan sepatu mereka sebelum masuk ruang kelas saat pelajaran Bahasa Inggris belum dimulai. Membisakan siswa menyampaikan pendapat dan kritik mereka baik pada materi yang penulis ajarkan dan cara maupun metode pembelajaran yang penulis pakai melalui lisan dan tertulis di akhir jam pelajaran Bahasa Inggris. SIMPULAN Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan suatu bangsa. Kemajuan pendidikan tidak terlepas dari adanya penguatan pendidikan karakter yang diterapkan kepada siswa melalui strategi implementasi strategi Penguatan Pendidikan Karakter. Sesuai dengan arahan Presiden Indonesia ada lima (5) nilai karakter yang harus dilakukan penguatan kepada siswa melalui sekolah dan tenaga pendidik. Lima karakter tersebut yaitu: Religiositas, Integritas, Nasionalisme, Gotong Royong dan Kemandirian. SMK PGRI 1 Martapura secara umum melalui manajemen berbasis budaya sekolah telah melakukan penguatan pada nilai karakter Religiositas dengan kegiatan mengaji setiap pagi pada jam ke-0 dan sholat dhuha berjam’ah setiap hari jum’at dan sholat dhuhur berjama’ah setiap hari. Penulis berpendapat Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) efektif dilakukan dengan cara pembiasaan. Teringat penulis dengan pidato ibu Kepala SMK PGRI 1 Martapura (Dra.Hj. Nada Fauzana,kons) sebagai seorang guru Bimbingan Konseling beliau pernah menyampaikan “Apabila pembiasaan dilakukan maka anak-anak akan terbiasa dan suka rela mengerjakan kegiatan yang telah biasa mereka lakukan”. Penulis percaya tidak ada yang Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 84 mudah di saat awal, pembiasaan yang diterapkan penulis kepada siswa-pun dirasa sangat barat diawal dan terkadang lupa untuk melakukan, namun dengan pembiasaan saat ini anak-anak terbiasa untuk melakukannya dengan kesadaran mereka sendiri tanpa perlu diingatkan dan diperintah lagi. Hal ini membuat penulis merasa perlu untuk membagikan pengalaman ini kepada rekan sejawat, dan berharap semoga ini bermanfaat untuk bahan referensi melakukan pembiasaaan kegiatan. Pada akhirmya, terjawablah sudah pertanyaan mendasari penulis pada rumusan masalah yaitu “Bagaimana melakukan penguatan nilai utama karakter peserta didikdi SMK PGRI 1 Martapuradalam mata pelajaran Bahasa Inggris”. Dengan learning by doing penulis mempraktikan pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber yang diperoleh penulis dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada mata pelajaran Bahasa Inggris di SMK PGRI 1 Martapura. Penulis akan selalu terus berupaya untuk istiqomah dalam mendungkung Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang diprogramkan oleh pemerintah. Kedepannya penulis akan menambah lebih banyak referensi kegiatan pembiasaan yang bisa dilakukan, dan cocok dengan karakter dasar peserta didik di SMK PGRI 1 Martapura. Vol.3 No.2 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i2.257 85 DAFTAR PUSTAKA Hendarman, Msc,Phd. Kebijakan Strategis Penguatan Pendidikan Karakter. Materi pada pelatihan kurikulum P4TK IPA di Cimahi Bandung pada bulan Mei 2018. Ma’rufah,M. (http://eprints.umm.ac.id/39456/3/ dIakses pada tanggal 10 februari 2019) https://pengertiandefinisi.com › Umum/ diakses pada tanggal 10 februari 2019 https://www.panduanmengajar.com/2018/05/penguatan-pendidikan-karakter-di- sekolah.html/diakses pada tanggal 10 februari 2019