Microsoft Word - 09-Elfia.docx Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 72 Received : 01-07-2020 Revised : 15-08-2020 Published : 20-09-2020 PENERAPAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATERI PERDAGANGAN INTERNASIONAL UNTUK SISWA SMP Elfiah SMP Negeri 1 Sampit, Indonesia elfiahhjspt@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran konvensional memiliki kelemahan dalam pembelajaran, yaitu kurang adanya timbal balik guru dengan siswa atau komunikasi antar siswa itu sendiri. Pembelajaran STAD menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menumbuhkan kesadaran siswa sehingga dapat berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. Jenis pendekatan penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian siswa kelas XI SMP Negeri 1 Sampit. Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX dengan ketuntasan klasikal melebihi 90% dan nilai rata-rata kelas melebihi KKM sebesar 77. Siswa senang belajar kelompok model STAD disebabkan dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, tidak malu bertanya, lebih akrab dan suasana tidak menegangkan. Abstract: This study aims to describe the application of the STAD learning model to improve student achievement. Conventional learning has weaknesses in learning, namely the lack of reciprocity between teachers and students or communication between students themselves. STAD learning is one of the alternative options to foster student awareness so that they can think critically in solving problems. This type of research approach is classroom action research with research subjects of class XI SMP Negeri 1 Sampit. There is an increase in the learning achievement of class IX students with classical completeness exceeding 90% and the class average score exceeding the KKM of 77. Students enjoy learning the STAD model group because they can work together in solving problems, are not ashamed to ask questions, are more familiar and the atmosphere is not tense. Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif, STAD, IPS Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 73 PENDAHULUAN Para guru SMP Negeri 1 Sampit berupaya mengelola proses pembelajaran secara optimal sesuai standar. Setiap rombongan belajar berkapasitas maksimum pada jenjang SMP berjumlah 27 siswa. Siswa SMP Negeri 1 Sampit berasal dari para calon siswa baru (input) yang memiliki rata-rata nilai akademik dari Sekolah Dasar (SD) di atas 7. Selain itu, para siswa juga memiliki kemampuan mengoperasikan komputer serta kemampuan dasar Bahasa Inggris. SMP Negeri 1 Sampit memiliki beragam tantangan dalam pembelajaran di kelas pada berbagai mata pelajaran. Salah satu masalah itu terjadi dalam pembelajaran IPS, khususnya submata pelajaran Ekonomi. Secara umum itu berkaitan pada masih rendahnya prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, para siswa belum dapat mencapai prestasi yang optimal sesuai dengan standar. Fenomena yang terjadi di SMP Negeri 1 Sampit itu merupakan akibat dari paradigma implementasi pembelajaran secara konvensional. Hal itu mengandung arti bahwa komunikasi dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Sampit cenderung berlangsung satu arah. Aktivitas pembelajaran hanya berupa pengalihan informasi pengetahuan dari guru ke siswa. Guru lebih mendominasi pembelajaran didalam kelas. Kondisi itu mengakibatkan siswa kurang termotivasi yang dampaknya mudah merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran IPS. Padahal input siswa SMP Negeri 1 Sampit merupakan siswa-siswi yang sangat potensial. Fakta kontradiktif itulah yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran IPS untuk dapat dipecahkan secara efektif. Pembelajaran konvensional yang ada pada umumnya menggunakan model ekspositori, ditinjau dari kepraktisan dan pola kebiasaan guru memang memiliki kelemahan dalam pembelajaran, yaitu kurang adanya timbal balik guru dengan siswa atau komunikasi antar siswa itu sendiri. Untuk itu perlu dicoba pendekatan, metode dan model pembelajaran lain yang dipandang lebih efektif sesuai dengan tingkat perkembangan sikap dan pola tingkah laku siswa saat ini. Menghadapi permasalahan tersebut, dipandang penting adanya alternatif solusi untuk diterapkan kepada siswa di SMP Negeri 1 Sampit. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pilihan itu. Hakekatnya, pembelajaran kooperatif dalam praktik pembelajaran dapat meningkatkan pencapaian prestasi belajar, pengetahuan antarkelompok dan menumbuhkan kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Menurut Adesoji (2009), dalam suatu pembelajaran terdapat pengaruh positif bagi siswa dalam penggunaan strategi model pembelajaran kooperatif, yakni model Student Team Achievement Division (STAD) terhadap hasil pembelajaran siswa. Model pembelajaran ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain serta adanya optimalisasi partisipasi siswa dalam pembelajaran. Pemilihan materi Perdagangan Internasional dalam pembelajaran ini dilakukan dengan pertimbangan materi tersebut dalam penjadwalan diajarkann pada semester ganjil dan dari materi tersebut memungkinkan banyak banyak permasalahan yang bisa diangkat. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama melaksanakan tugas di SMP Negeri 1 Sampit, pembahasan materi Perdagangan Internasional pada kelas IX belum seluruh siswa memenuhi batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dalam pembelajaran ini KKM yang telah disepakati bersama ditingkat sekolah sebesar 77. Sesuai dengan latar belakang tersebut dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model Student Team Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi Perdagangan Internasional kelas IX Ruang 1 SMP Negeri 1 Sampit tahun 2014. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 74 Salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif adalah tipe STAD (Bruce, Carol A. 2009). STAD secara garis besar model ini terdiri terdiri dari 4 langkah (Slavin, 2005: 143), sebagai berikut. a. Pembentukan kelompok heterogen Pembentukan kelompok ditentukan oleh guru. Guru yang lebih tahu tentang kondisi siswa akan mengelompokkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa untuk setiap kelompok. Pembagian kelompok harus heterogen, siswa dalam setiap kelompok dengan kemampuan beragam, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan agama. b. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok Guru memberikan informasi kepada siswa berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Pada saat menyampaikan materi siswa sudah duduk dalam kelompoknya. Selanjutnya siswa melakukan diskusi sesuai arahan guru sesuai LKS atau bentuk tugas lain. c. Pelaksanaan kuis atau evaluasi Setelah diskusi, guru memberikan tes yang harus dikerjakan siswa secara individu. Guru memberi waktu secukupnya sesuai tingkat kesukaran dalam kuis kemudian memberi skor atas jawaban siswa. d. Pemberian penghargaan Kelompok yang rata-rata nilai setiap anggotanya paling bagus diberi penghargaan. Hasil tes ini dapat digunakan sebagai data pembentukan kelompok baru untuk pokok bahasan selanjutnya. Secara skematis, model STAD secara umum dapat dilihat pada bagan berikut. Gambar 1: Bagan Pembelajaran Model STAD Pembentukan Kelompok Heterogen Pelaksanaan Kuis dan Evaluasi Pemberian Materi dan Kegiatan Kelompok Pemberian Penghargaan Setiap siswa terdiri dari 4-5 orang siswa yang mempunyai nama kelompok tersendiri, tiap siswa mempunyai tugas : menulis dan membaca soal, menggali maksud soal, menjawab soal. Guru memberikan penyajian suatu materi pelajaran melalui sumber belajar untuk diamati, dibahas, didiskusikan,dan dipahami oleh siswa dalam kelompok. Rata-rata nilai individu pada masing-masing kelompok, dinilai dengan kriteria penilaian; 1. Skor rata-rata 15, sebagai Good Teams 2. Skor rata-rata 20, sebagai Great Teams 3. Skor rata-rata 25, sebagai Super Teams Skor tes sumbangan … ≥ 10 poin di bawah skor awal 5 1 - 10 poin di bawah skor awal 10 1 s.d. 10 poin di atas skor awal 20 ≥ 10 poin di atas skor awal 30 (Nilai sempurna) Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 75 Keaktifan siswa dalam pembelajaran Belajar diperlukan aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Oleh karena itu, aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Frobel dalam Sardiman (2006:96) bahwa dalam belajar sangat memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat. Dalam buku yang sama Montessori juga menegaskan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri sehingga yang lebih banyak melakukan aktivitas didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Dalam pembelajaran ini keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan yang dipenuhi dengan cerminan dari kreatifitas siswa. Indikator aktivitas dan indikator kreatifitas terpadu sehingga memunculkan instrumen keaktifan siswa yang akan diukur. Pembelajaran Ekonomi dengan model kooperatif melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah Students Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran ini dapat memberikan siswa kesempatan seluas-luasnya untuk memahami materi IPS Ekonomi dengan strateginya sendiri, berkolaborasi dengan teman dan mengetahui penerapan pengetahuan dalam kehidupan yang dipelajari atau mengaplikasikan pengalaman belajarnya dalam lingkungan kehidupan. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan dengan pola berpikir sebagaimana yang dipaparkan dalam Gambar 2 berikut. Gambar 2. Pola Kerangka Berpikir • Pembelajaran Konvensional • Berpusat pada guru • Pembelajaran Kooperatif Model STAD • Siswa sulit mengkonstruksi pengetahuan • Pemahaman siswa rendah Kualitas keaktifan siswa rendah dan hasil belajar rendah Materi • Hubungan internasional • Keaktifan meningkat • Mencapai Ketuntasan BelajaHubunga n internasional solusi Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 76 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMP Negeri 1 Sampit. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisa statistik diskriptif. Data yang berupa kata-kata/kalimat dari catatan lapangan dan hasil wawancara diolah menjadi kalimat- kalimat yang bermakna dan dianalisis secara statistik deskriptif. Statistik deskriptif akan memberikan gambaran terhadap gejala–gejala penelitian, untuk menjawab pertanyaan penelitian yang ada (Riyanto,2010:104). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada proses pembelajaran tentang Hubungan Internasional, yang dikembangkan tanpa tindakan khusus yang merupakan kondisi nyata proses belajar siswa yang terjadi pada pembelajaran setiap hari. Model pembelajaran yang digunakan ceramah dan penugasan. Materi yang digunakan pada tahapan ini adalah Hubungan Bilateral. Hasil ulangan harian pada materi Hubungan Bilateral dengan jumlah soal 20 butir setelah dianalisis menunjukkan pencapaian seperti yang dipaparkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1: Hasil Belajar Tanpa Inovasi No Rentang Nilai Jumlah Persentase (%) Keterangan 1. < 77 17 62.97% Tidak Tuntas 2. 77 - 100 10 37.03% Tuntas 3. Jumlah 27 100% Tuntas Hasil belajar siswa berdasarkan kondisi nyata pembelajaran sebelum diberikan tindakan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai bawah KKM (…< 77). Nilai dibawah batas ketuntasan minimal tersebut diperoleh oleh 62,97% siswa. Hal itu menunjukkan bahwa siswa sebanyak 62.97% tersebut masih belum mencapai ketuntasan belajar. Pada tahap prasiklus tersebut ketuntasan klasikal baru mencapai 37,03% dan nilai rata-rata kelas sebesar 75,74. Hal itu menunjukkan bahwa pembelajaran pada materi ini mengalami permasalahan yang penting untuk dipecahkan baik untuk pencapaian ketuntasan individual maupun untuk mencapai ketuntasan klasikal. Pelaksanaan tindakan siklus I 1) Perencanaan tindakan siklus I Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti memberitahukan perencanaan pembelajaran kepada siswa bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan belajar kolompok model STAD dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut. a) Sebelum pembelajaran dimulai siswa membentuk kelompok secara demokratis, dipandu oleh guru. b) Pada saat akan memulai belajar, semua anggota kelompok duduk dalam kelompoknya masing-masing. c) Siswa dalam kelompok mengikuti pengarahan dari guru tentang tata kerja dan materi pelajaran yang harus dikuasi dalam pembelajaran. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 77 d) Anggota yang belum memahami materi pembelajaran diminta untuk bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. e) Anggota kelompok yang memahami materi pembelajaran dipandu untuk memberitahu teman kelompok yang belum mengerti. Semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama sampai semua materi pembelajaran dikuasai dan tugas kelompok diselesaikan. f) Semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. g) Pada saat tes atau kuis, dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama. h) Ada reward atau hadiah diakhir pembelajaran untuk siswa dengan skor nilai ekonomi tertinggi dan kelompok terbaik. i) Materi pembelajaran pada siklus I adalah tentang Hubungan Internasional. 2) Tindakan siklus I Siswa didalam kelas dibagi menjadi 6 kelompok. Setiap kelompok memiliki anggota 4 sampai dengan 5 orang siswa. Terdapat tiga kelompok memiliki anggota 5 orang siswa dan terdapat tiga kelompok memiliki anggota 4 orang siswa. Pembagian kelompok secara heterogen, siswa dalam setiap kelompok memiliki kemampuan beragam, tidak membedakan jenis kelamin, ras dan agama. Nama kelompok menggunakan nama-nama Negara. Hal itu disesuaikan dengan konteks materi pembelajaran, yakni Hubungan Internasional. Setelah terbagi dalam kelompok, siswa melaksanakan pretes yang akan dijadikan nilai pembanding hasil postes setelah mengikuti pembelajaran model STAD. Kegiatan selanjutnya, siswa melakukan diskusi untuk menguasai materi dan mengerjakan tugas yang terdapat dalam lembar kerja, sesuai dengan tata urutan belajar yang dipandu guru. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang harus dipahami dan membahas soal untuk menemukan jawaban yang tepat. Anggota kelompok yang mengerti dituntut memberitahu teman kelompok yang belum mengerti dan anggota yang belum mengerti diminta bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. Semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. Di akhir pertemuan guru memberikan tes individual sebagai tes ulangan harian (postes 1). Pada saat tes atau kuis, tugas dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama. Guru memberikan reward atau hadiah di akhir pembelajaran untuk siswa dengan skor nilai ekonomi tertinggi dan kelompok terbaik. Hasil tes siklus I setelah dianalisis menunjukkan adanya perkembangan seperti yang dipaparkan dalam tabel 2 berikut: Tabel 2: Analisis Data Hasil Tes Siklus 1 Rentang Nilai Jumlah Persentase (%) Keterangan < 77 9 33.33% Tidak Tuntas 77 - 100 18 66.67% Tuntas Jumlah 27 100% Tuntas Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 78 Hasil prestasi ulangan harian pada siklus I menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas mencapai 33,33% dan ketuntasan klasikal sebesar 66,67% Sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 81,11. Tindakan siklus menunjukkan efektifitasnya dengan adanya kemajuan prestasi belajar setelah dilaksanakan tindakan. Peningkatan penguasaan siswa sebesar 53,7%. a. Hasil Evaluasi Nontes Siklus I 1) Hasil Observasi Efektifitas penggunaan waktu dan penguasaan materi oleh siswa dalam kelompok cukup beragam. Sejumlah kelompok terbentuk dalam waktu yang relatif singkat. Akan tetapi, terdapat siswa yang bergerak dari tempat duduk untuk berkumpul dalam satu kelompok dengan membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu. Siswa berusaha menguasai materi pembelajaran dengan saling membantu dan menyelesaikan tugas pada lembar kerja dengan kelompok masing-masing, Tidak terlihat terjadinya saling menyontek jawaban antar kelompok. Kelompok AUS dan kelompok SIN pada awalnya kurang aktif dalam berdiskusi secara kelompok, Sedangkan kelompok INA dan kelompok COR dari awal langsung berdiskusi sesuai dengan materi dan urutan kegiatan yang dipandu serta arahan guru. Kelompok yang telah selesai mengerjakan lembar kerja, cenderung bermain dengan temannya dan ada siswa yang memanfaatkan waktu yang tersisa dengan membuka situs internet. 2) Hasil Wawancara Untuk mengetahui pemahaman siswa dalam belajar kelompok, peneliti mewawancarai 3 siswa sebagai subjek pembelajaran. Berikut hasil wawancara yang telah peneliti lakukan. a) RS-6 : “Belajar kelompok model STAD bagus karena bisa tanya teman, kalau tanya ke guru ada perasaan malu. Pembagian kelompok adil”. b) RS-15: “Senang belajar kelompok model STAD karena bisa tanya teman. Bila tidak mengerti dapat langsung bertanya teman yang mengerti”. c) RS-17: “Belajar kelompok model STAD bagus karena bisa membantu teman yang belum bisa. Tetapi kadang-kadang teman yang ditanya kurang tepat dalam memberitahu jawaban”. b. Refleksi Siklus I Refleksi yang dilakukan guru dengan kolaborator menyepakati bahwa pembagian kelompok pada siklus 1 perlu lebih dipercepat. Untuk lebih efektif, pada siklus selanjutnya tetap menggunakan kelompok yang sudah terbentuk. Dengan demikian pada awal pembelajaran siswa sudah berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Jaringan internet di ruang kelas dimatikan sementara waktu, selama proses pembelajaran. Kelompok yang memiliki hambatan perlu diberi motivasi dan pendampingan. Refleksi dilakukan dengan memperbaiki RPP, untuk direplikasi dan diterapkan pada RPP selanjutnya. Pelaksanaan tindakan siklus II 1) Perencanaan tindakan siklus II Berdasarkan refleksi siklus I, perencanaan pembelajaran siklus II disusun dengan perbaikan yang diperlukan. Peneliti memberitahukan perencanaan pembelajaran kepada siswa bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan belajar kolompok model STAD melanjutkan siklus I, dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 79 a) Pada saat akan belajar, semua siswa duduk dalam kelompok masing-masing dengan menggunakan kelompok pada siklus I. b) Siswa dalam kelompok mengikuti pengarahan dari guru tentang tata kerja dan materi pelajaran yang harus dikuasi dalam pembelajaran. c) Anggota yang belum memahami materi pembelajaran diminta untuk bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. d) Anggota kelompok yang memahami materi pembelajaran dipandu untuk memberitahu teman kelompok yang belum mengerti. e) Semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerja sama sampai semua materi pembelajaran dikuasai dan tugas kelompok diselesaikan. f) Pada saat tes atau kuis, dikerjakan secara individu dan tidak boleh bekerja sama. g) Ada reward atau hadiah diakhir pembelajaran untuk siswa dengan skor nilai ekonomi tertinggi dan kelompok terbaik. h) Materi pembelajaran pada siklus II adalah tentang Hubungan internasional. 2) Tindakan siklus II Siswa didalam kelas langsung duduk dalam 6 kelompok yang terbentuk pada siklus I. Setelah duduk dalam kelompok, siswa melaksanakan pretes yang akan dijadikan nilai pembanding hasil postes siklus II. Selesai pretes, siswa melakukan diskusi untuk memahami dan menguasai materi pembelajaran. Kegiatan selanjutnya, siswa mengerjakan tugas yang terdapat dalam lembar kerja, sesuai dengan tata urutan belajar yang dipandu guru. Setiap kelompok mendiskusikan soal untuk menemukan jawaban yang tepat. Anggota kelompok yang mengerti dituntut memberitahu teman kelompok yang belum mengerti dan anggota yang belum mengerti diminta bertanya kepada teman sekelompok yang lebih mengerti. Semua anggota kelompok berusaha diskusi secara aktif dan saling bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Diakhir pertemuan siklus II, guru memberikan tes individual sebagai tes ulangan harian (postes 2). Pada saat tes ini, tugas dikerjakan secara individual dan siswa tidak diperbolehkan bekerjasama. Guru memberikan reward atau hadiah diakhir pembelajaran untuk siswa kelompok dengan peningkatan nilai mencapai rata-rata terbaik. Hasil tes siklus II ditunjukkan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3: Hasil Tes Siklus 2 Analisis Data Hasil Tes Siklus II No Rentang Nilai Jumlah Persentase (%) Keterangan 1. < 77 2 7.42% Tidak Tuntas 2. 77 - 100 25 92.58% Tuntas 3. Jumlah 27 100% Tuntas Hasil prestasi ulangan harian pada siklus II menunjukkan bahwa terdapat 2 siswa dari 27 siswa yang belum tuntas. Hal itu berarti siswa yang belum tuntas mencapai 7,42%. Dengan demikian, ketuntasan klasikal mencapai 92,58% Sedangkan nilai rata-rata kelas pada sibklus II sebesar 85,93. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 80 Capaian hasil pada tindakan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran Model STAD memiliki efektifitas tinggi. Dengan capaian rata-rata diatas KKM 77 dan capaian ketuntasna klasikal melebihi indikator 90% berarti prestasi belajar setelah melalui pelaksanaan tindakan siklus II ini sudah meningkat dan mencapai penguasaan sesuai dengan indikator. a. Hasil nontes siklus II 1) Hasil observasi Efektifitas penggunaan waktu dan penguasaan materi oleh siswa dalam kelompok cukup berimbang. Semua kelompok yang terbentuk dalam siklus sebelumnya langsung duduk berkelompok dalam waktu relatif singkat. Proses menguasai materi pembelajaran dengan saling membantu dan menyelesaikan tugas pada lembar kerja dengan kelompok masing-masing berjalan efektif. Semua kelompok terlihat bekerja mandiri dengan memanfaatkan waktu secara optimum. 2) Hasil wawancara Untuk mengetahui pemahaman siswa dalam belajar kelompok, peneliti mewawancarai 3 siswa sebagai subjek pembelajaran. Berikut hasil wawancara yang telah peneliti lakukan: a) RS-6: “Belajar kelompok model STAD semakin menyenangkan dan mudah Bisa bertanya teman. Kelompok semakin kompak”. b) RS-15:“Senang belajar kelompok model STAD karena bisa membantu teman belajar”. c) RS-17: “Belajar kelompok model STAD bagus karena bisa membantu teman yang belum bisa.Kita juga bisadibantu pada waktu kesulitan mengerti materi”. b. Refleksi siklus II Refleksi yang dilakukan guru dengan kolaborator menyepakati bahwa pembagian kelompok pada siklus II pembelajaran sudah lebih efektif. Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa tampak antusias dan senang dalam belajar. Respon siswa terhadap belajar kelompok model STAD sangat positif. Hasil pengamatan didukung hasil wawancara terhadap siswa. Prestasi belajar mengalami peningkatan dan kerja dalam kelompok semakin hidup, ini dapat dilihat pada poin penghargaan kelompok yang menunjukkan adanya peningkatan dimana 6 kelompok mendapat kategori Super Teams. Dengan demikian pembelajaran dinyatakan mencapai indikator. Karena itu tindakan dinyatakan berhasil mencapai tujuan dan dapat diakhiri. Hasil prestasi ulangan harian pada siklus I ke siklus II menunjukkan peningkatan. Pada siklus II bahwa terdapat 2 siswa dari 27 siswa yang belum tuntas. Hal itu berarti siswa yang belum tuntas mencapai 7,42%. Dengan demikian, ketuntasan klasikal mencapai 92,58% dan nilai rata-rata kelas pada siklus II sebesar 85,93. Capaian hasil pada tindakan siklus II menunjukkan bahwa pembelajaran Model STAD memiliki efektifitas yang tinggi. Dengan capaian rata-rata di atas KKM 77 dan capaian ketuntasna klasikal melebihi indikator 90% berarti prestasi belajar setelah melalui pelaksanaan tindakan siklus II ini sudah meningkat dan mencapai penguasaan sesuai dengan indikator. Hasil refleksi menunjukkan bahwa pembagian kelompok pada siklus II pembelajaran sudah lebih efektif. Dengan demikian pembelajaran dinyatakan mencapai indikator. Karena itu tindakan dinyatakan berhasil mencapai tujuan dan dapat diakhiri. Vol.1 No.1 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i1.26 81 Berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran siswa aktif berdiskusi dan bekerja sama menyelesaikan tugas kelompok. Respon siswa terhadap belajar kelompok model STAD sangat positif. Hasil pengamatan didukung hasil wawancara terhadap siswa. Prestasi belajar mengalami peningkatan dan kerja dalam kelompok semakin hidup, ini dapat dilihat pada poin penghargaan kelompok yang menunjukkan adanya peningkatan dimana 6 kelompok mendapat kategori Super Teams. Dalam model pembelajaran STAD, setiap individu diharapkan dapat memberikan sumbangan yang terbaik pada kelompoknya. Hal ini mendorong siswa untuk dapat memahami materi pembelajaran dengan baik sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk tujuan ini, siswa yang kurang paham akan bertanya pada yang lebih paham. Adanya reward atau hadiah menambah motivasi siswa bekerja sama menyelesaikan tugas dan menciptakan kompetisi positif antar kelompok, sehingga tidak ada kerja sama antar kelompok. SIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX dengan ketuntasan klasikal melebihi 90% dan nilai rata-rata kelas melebihi KKM sebesar 77. 2. Terdapat perubahan perilaku siswa, secara kelompok siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapat. Hasil wawancara dan angket menunjukkan siswa senang belajar kelompok model STAD disebabkan dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, tidak malu bertanya, lebih akrab dan suasana tidak menegangkan. DAFTAR RUJUKAN [1] Adesoji, Francis A and T. L. Ibraheem.2009. Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathemathics Knowledge on Learning Outcomes in Chemical Kinetics. The Journal of International Social Research. 2/6: 15-23 [2] Depdiknas. 2008. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan [3] Depdiknas.2006. Pedoman Penyelenggaraan SBI SMP. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Dikdasmen [4] Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Ekonomi. Jakarta: Depdikbud. [5] Slavin, 2007. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. [6] Sutawidjaya, A. 2002. Konstruktivisme Konsep dan Implikasinya pada Pembelajaran Ekonomi. Jurnal Ekonomi IX (Edisi Khusus). [7] Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka [8] Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana