Microsoft Word - 04-Sri.docx Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 189 Received : 28-05-2022 Revised : 28-06-2022 Published : 15-07-2022 Implementasi Teknik Example Non-Example untuk Meningkatkan Kompetensi Pengurangan Bilangan Cacah Siswa Kelas I SD Negeri 2 Danyang Sri Handayani SD Negeri 2 Danyang, Kab. Grobogan, Indonesia srihandayanispdsd48@guru.sd.belajar.id Abstrak Banyak siswa kelas I SD Negeri 2 Danyang mengalami kesulitan belajar, yang menjadikan capaian kompetensi pada ranah pengetahuan pengurangan bilangan cacah banyak yang tidak tuntas. Analisis nilai PH pada muatan pelajaran Matematika untuk KD 3.4 menunjukkan ketuntasan kelas 66,67% dengan rata-rata nilai 69,72. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian berbentuk tindakan kelas (classroom action research). Prosedur penelitian meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang dilaksanakan selama 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Danyang berjumlah 36 anak pada semester II tahun pelajaran 2021/2022. Data dikumpulkan dengan metode tes dan observasi, dan dianalisis berdasarkan ketetapan KKM sekolah secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian memperlihatkan adanya peningkatan pengetahuan siswa kelas I SD Negeri 2 Danyang terhadap materi pengurangan bilangan cacah setelah diterapkan metode Example Non Example. Dapat dijelaskan, peningkatan ketuntasan yang mencerminkan capaian kompetensi pengetahuan siswa sebesar 27,78% dimana pada capaian prasiklus 66,67% meningkat di akhir siklus menjadi 94,44 %. Kata kunci: pengurangan; bilangan cacah; example-non exanple; sdn 2 danyang Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 190 PENDAHULUAN Pelaksanaan kurikulum 2013 mengharapkan setiap siswa tidak hanya memiliki kompetensi pengetahuan saja, akan tetapi juga kompetensi ketrampilan, sikap sosial dan religius dari setiap muatan pelajaran yang diajarkan. Hal ini dapat dimaknai bahwa siswa tengah disiapkan untuk menjadi pribadi yang cerdas, terampil, berbudi pekerti, yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual. Dan harapan tersebut diaplikasikan melalui penetapan nilai KKM sekolah bagi setiap muatan pelajaran. Setiap siswa diharuskan dapat mencapai nilai minimal kompetensi tersebut. Dan bilamana siswa belum berhasil tuntas maka diwajibkan untuk mengikuti kegiatan remideal. Ketidaktuntasan oleh sebagian kecil siswa dalam kelas menjadi hal yang lumrah, namun bila kejadian tidak tuntas ini mencapai sebagian besar siswa, maka ini menjadi sebuah masalah yang perlu untuk dicarikan solusi bagi perbaikannya, bukan sekedar melakukan kegiatan remideal saja. Kondisi ini terjadi/ dialami oleh siswa kelas I SD Negeri 2 Danyang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan pada semester II tahun pelajaran 2021/2022 ini. Ketidak tuntasan yang dialami sebagian besar siswa hingga 33,33% terjadi khususnya pada penguasaan kompetensi pengurangan bilangan cacah di KD 3.4 muatan pelajaran Matematika. Diketahui secara umum, bahwa matematika merupakan salah satu muatan pelajaran dalam tema yang memiliki obyek abstrak, sehingga guru perlu kesabaran, kesungguhan, perhatian, dan kemampuan professional yang baik mengajarkan konsep pengurangan ini, karena tidak mudah dipahami oleh siswa khususnya di tingkat kelas I. Dari refleksi diri guru kelas I (peneliti), diketahui beberapa kondisi yang diyakini menjadi penyebab masalah dimaksud sebagai berikut: 1) keaktifan siswa kurang dan kebanyakan siswa belum memiliki keberanian untuk bertanya pada saat belum memahaminya, karena hubungan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya belum begitu dekat, apalagi selama ini pembelajaran dilangsungkan ber-shift karena kebijakan PPKM; 2) sikap sosial siswa dalam belajar bersama tidak berjalan baik; 3) saat guru memberikan tugas berkelompok, kelas malah menjadi ramai sendiri, bahkan ada siswa yang menunjukkan sikap hiperaktif dan mengganggu teman lainnya; 4) siswa merasa jenuh dan bosan dengan pola pembelajaran direct. Berangkat dari masalah kelas ini, maka guru mencari solusi untuk perbaikan pembelajarannya. Dinyatakan (Lestiawan and Johan 2018) bahwa penggunaan motode pembelajaran yang tepat akan mendorong tumbuhnya rasa senang siswa, dan meningkatkan motivasi belajar, memberi kemudahan siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik. Setelah guru membaca bahan pustaka, dan mengidentifikasi masalah serta kondisi di kelas, guru memperoleh simpulan untuk melakukan perbaikan, dapat diberikan tindakan kelas dengan menerapkan metode example non example. Metode ini merupakan salah satu pendekatan group investigation dalam pembelajaran kooperatif untuk mempengaruhi pola interaksi siswa sehingga akan meningkatkan nilai kompetensinya. Menurut Slavin dalam (Djamarah and Zain n.d.) menjelaskan, Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh. Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar. Dari uraian diatas, peneliti selaku guru kelas I meyakini bahwa alternatif tindakan yang akan diterapkan melalui prosedur penelitian tindakan kelas akan dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi, sehingga dapat memperbaiki/ meningkatkan pengetahuan siswa khususnya pada capaian muatan pelajaran Matematika pada kompetensi pengurangan bilangan cacah yang terdapat dalam tema 6 (Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri) dan tema 7 (Benda, Hewan, dan Tanaman diSekitarku). Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 191 KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Examples Non Examples Ciri dari pembelajaran pembelajaran kooperatif adalah memanfaatkan kelompok kecil antara 2-5 anak yang memungkinkan untuk dapat bekerjasama/ belajar kelompok guna memaksimalkan hasil belajarnya (Komalasari 2010). Hal ini sesuai pendapat (Slavin 2005), yang memaknainya sebagai suatu model pembelajaran siswa untuk belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaborasi yang beranggotakan 4 – 6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif juga meningkatkan sikap sosial siswa. Seperti pendapat Nurhadi yang memberikan makna, pembelajaran kooperatif adalah “ … mengembangkan interaksi yang saling asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan” (Lestiawan and Johan 2018) Pembelajaran Example dan Non Example adalah salah satu model/ metode dari pembelajaran kooperatif. Menurut Huda, Examples Non Examples adalah metode pembelajaran dengan memanfaatkan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran (Riadi 2020). Hal ini bertujuan untuk mendorong siswa berpikir kritis dengan memecahkan masalah yang ada dalam contoh gambar yang disajikan. Examples akan menunjukkan sesuatu yang menjadi contoh atas suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples akan menggambaran sesuatu yang bukan contoh dari materi yang dibahas. Langkah-langkah model pembelajaran examples non examples menurut (Komalasari 2010) yaitu: 1. Guru mempersiapkan gambar-gambar tentang permasalahan yang sesuai dengan pembelajaran. 2. Guru menempelkan gambar di Lembar Kerja Siswa (LKS). 3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisis permasalahan yang ada di gambar. 4. Melalui diskusi kelompok, siswa mendiskusikan permasalahan yang ada pada gambar. Hasil diskusi dari analisis permasalahan dalam gambar dicatat pada kertas. 5. Tiap kelompok diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusinya. 6. Mulai dari komentar/hasil diskusi dari siswa guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai. 7. Menarik kesimpulan. Rochyandi berpendapat, dengan cara guru menempelkan gambar yang sesuai dengan pembelajaran, dan siswa diminta untuk menganalisis dan mendiskusikan hasil analisisnya, siswa dapat membuat konsep yang esensial. Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan bukan contoh akan membantu siswa untuk membangun makna lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Beberapa hal yang harus di perhatian guru dalam menyajikan contoh yaitu: 1) Urutkan contoh dari yang mudah ke yang sulit; 2) Pilih contoh yang berbeda satu sama lain; 3) membandingkan dan membedakan contoh dan bukan contoh (Slavin 2005). Kelebihan penerapan model example non example, yaitu: 1) siswa akan lebih kritis dalam menganalisis gambar; 2) Siswa mengetahui penerapan dari materi contoh gambar yang diberikan; dan 3) Siswa memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan kekurangannya menurut depdiknas adalah tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar dan penerapannya butuh waktu yang lama (Anon 2007). Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 192 Kompetensi Belajar Siswa Kompetensi belajar adalah pencapaian kecakapan seorang siswa yang telah mengikuti proses pembelajaran. Menurut pendapat (Sudjana 2009) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dalam konteks pendidikan di sekolah adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data nilai baik nilai pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dalam istilah lain hasil belajar adalah kompetensi belajar siswa, dimana sudjana mengelompokkannya menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam konsep kurikulum 2013, Penilaian adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekalipun (Anon 2013). Penilaian autentik merupakan proses asesmen yang melibatkan beberapa bentuk pengukuran kinerja yang mencerminkan belajar siswa, prestasi, motivasi, dan sikap yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dan penilaian Harian (PH) adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih. Fakta Dasar Pengurangan Bilangan Cacah Matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya abstrak, membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir yang logis dan sistematis, serta kritis dengan menggunakan bahasa matematika. (Prihandoko 2006) menyatakan, matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. Keterampilan operasi hitung merupakan modal utama dalam pembelajaran matematika. Pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sifat identitas, dan sifat pengelompokan. Menentukan selisih dua bilangan cacah, jelas diperlukan pemahaman fakta dasar pengurangan. Jika a – b = c merupakan fakta dasar pengurangan maka, 0 ≤ a ≤ 18, 0 ≤ b ≤ 9 dan 0 ≤ c ≤ 9. Beberapa model yang dapat digunakan dalam mengajar fakta dasar pengurangan adalah menggunakan model dan menggunakan pola. Pembentukan keterampilan dengan mencongkak sangat penting untuk diajarkan, karena mencongkak adalah salah satu teknik pengajaran dalam berhitung. Cara yang dimaksud untuk melatih anak berpikir cepat dalam menentukan hasil. Dalam mencongkak yang penting adalah menalar soal-soal berhitung secara sistematis. Kegiatan dilakukan pada akhir pelajaran dan sebelum melakukan kegiatan ini perlu dipersiapkan soal-soal yang digunakan untuk mencongkak. Pada umumnya pengurangan mempunyai tiga jenis yaitu: 1. Membuang. Contoh kasusnya adalah Dodi mempunyai kelereng 5 buah. Ia memberikan 2 buah kepada adiknya. Berapa buah kelereng sisanya?; 2. Mencari Suku yang Hilang. Contoh kasusnya adalah Dodi mempunyai kelereng 3 buah. Untuk dapat bermain dia membutuhkan 5 buah kelereng. Berapa buah kelereng lagi harus dia miliki?; dan 3. Membandingkan. Contoh kasusnya yaitu Dodi mempunyai kelereng 3 buah. Dudu punya kelereng 5 buah. Berapa lebihnya kelereng Dudu dari kelereng Dodi? Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 193 METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 4 Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan. Penelitian berlangsung dari bulan Januari 2022 sampai dengan Mei 2022. Subyek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri 2 Danyang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan yang pada semester II tahun pelajaran 2021/2022 berjumlah 36 anak. Obyek penelitian berfokus pada tindakan penerapan model example non example pada muatan pelajaran matematika di konsep pengurangan dua bilangan cacah kelas I sekolah dasar. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan non-tes seperti: literasi, observasi, dan dokumentasi. Tes dalam penelitian digunakan untuk memperoleh data penelitian berupa skor nilai kompetensi pengetahuan (KI3) dalam tema bermuatan pelajaran matematika, dan metode non-tes digunakan untuk memperoleh data kondisi subyek penelitian dan kondisi proses pembelajaran melalui observasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Untuk menguji keabsahan data penelitian menggunakan teknik triangulasi data sumber dan proses. Prosedur penelitian merujuk pada model PTK dari John Elliot (Subiyantoro 2007), setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut: Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas Indikator keberhasilan pelaksanaan tindakan ini ditetapkan sebagai berikut: 1) Aktivitas belajar siswa dengan kriteria minimal baik; dan 2) Hasil penilaian pada siklus akhir telah mencapai ketuntasan (KKMsekolah >75) klasikal hingga 75% seperti pendapat (Rosadi n.d.) dengan rumus perhitungan berikut: Persentase = !"#$%& ()*+% ,%-. /"-/%* 01$%2%3 456789 :;75<59 :=>?8 x 100% PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGAMATAN REFLEKSI SIKLUS PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGAMATAN REFLEKSI SIKLUS Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 194 PEMBAHASAN Kondisi Pembelajaran Prasiklus Pembelajaran prasiklus adalah pembelajaran dimana munculnya masalah kelas dan sebelum guru memulai tindakan. Dari refleksi diri, guru mendapatkan informasi hal-hal yang perlu diperbaiki pada praktik pembelajaran seperti: 1) Aktifitas belajar siswa perlu diperbaiki sebagaimana yang diharapkan dalam pelaksanaan kurikulum 2013, seperti aktifnya siswa dalam mengamati, menanya, mengasosiasi, menganalisis, mencipta dan mengkomunikasikan hasil belajarnya; (2) Ketakutan pada diri siswa dalam pembelajaran perlu diperbaiki agar pemahaman siswa menjadi lebih baik dan dapat belajar tuntas; (3) Siswa perlu dikembangkan nilai-nilai sosialnya, seperti kerjasama, peduli, toleransi, percaya diri masih dinilai masih kurang pada pembelajaran saat ini. Hasil analisis NPH saat dilakukan penilaian harian di tema 5 sub tema 2 (Pengalaman Bersama Teman) diketahui bahwa, pada muatan pelajaran matematika yaitu KD 3.2 capaian nilai tuntas berdasarkan ketetapan KKM sekolah baru dapat dicapai oleh 66,67% dengan capaian nilai rata-rata 69,72 Ringkasan pencapaian nilai pada kondisi prasiklus sebagai berikut: Tabel 1. Capaian Kompetensi Pengetahuan Pengurangan Bilangan Cacah pada Pembelajaran Prasiklus Keterangan Nilai Akhir Analis Ketuntasan (>70) Jumlah Nilai 2.510 Nilai Rata-rata 69,72 Nilai Tertinggi 90,00 Nilai Terendah 50,00 Jumlah Tuntas 24 66,67% Jumlah Tidak Tuntas 12 33,33% Hasil Penelitian per Siklus Langkah pelaksanaan tindakan, secara garis besar dapat diceritakan sebagai berikut. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok. Guru mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada pada gambar LKPD yang penyelesaiannya melibatkan proses pengurangan bilangan cacah. Guru membantu siswa mengidentifikasi masalah, menguatkan pemahaman siswa tentang konsep pengurangan mana yang merupakan contoh dan mana yang bukan contoh. Guru menggunakan media benda konkrit berupa gambar dan potongan sapu lidi. Selanjutnya siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan oleh guru dengan menggunakan media yang sama. Setelah waktu pengerjaan selesai guru meminta perwakilan 2 orang tiap kelompok untuk menulis jawaban lembar kerja di papan tulis secara bergantian, sambil guru membahas tiap-tiap soal lembar kerja yang diselesaikan bersama siswa lain guna mengkonfirmasi pengetahuan siswa. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang menjawab dengan benar. Dari tindakan perbaikan kelas ini dapat dijelaskan hasilnya sebagai berikut: Siklus 1 Setelah dilakukan analisis nilai dari PH tema 6 sub tema 1 ini diketahui bahwa pada KD 3.4 pelajaran matematika ini menunjukan adanya peningkatan nilai jika dibandingkan dengan prasiklus, dengan capaian sebagaimana pada tabel berikut: Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 195 Tabel 2. Capaian Kompetensi Pengetahuan Pengurangan Bilangan Cacah pada Pembelajaran Siklus I Keterangan Nilai Akhir Analis Ketuntasan (>70) Jumlah Nilai 2.660 Nilai Rata-rata 73,89 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 50 Jumlah Tuntas 28 77,78% Jumlah Tidak Tuntas 8 22,22% Refleksi siklus I memberi simpulan yaitu: 1) guru masih perlu memperbaiki aktifitas di kelompok, agar rasa percaya diri, toleransi, kerjasama tumbuh lebih baik lagi. Dari hasil skor observasi pada “aktifitas siswa memahami materi pelajaran melalui kerjasama atau kegiatan kelompok” masih sedang, dan di “aktifitas siswa bertanya/ menanggapi/ berpendapat di dalam kelas” masih rendah; 2) Guru masih perlu meningkatkan tindakannnya dalam memberi bimbingan siswa yang mengalami kesulitan; 3) Guru perlu menambah media ajar (lidi dan gambar); 4) Guru perlu menumbuhkan kembali rasa senang siswa saat kerja kelompok. Siklus 2 Perbaikan aktifitas belajar siswa yang semakin baik berkontribusi pada capaian hasil belajarnya. Hasil observasi telah menjelaskan bahwa tindakan guru semakin baik di siklus II, seperti kegiatan bimbingan kelompok lebih intensif, tanya jawab personal dalam rangka mengecek pemahaman materi oleh siswa dilakukan guru sesering mungkin dan menyeluruh. Dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif teknik Example Non Example ini guru lebih banyak memberikan latihan-latihan yang akhirnya dapat memacu aktifitas siswa di kelas. Di siklus II seluruh siswa dapat berkontribusi dalam pembelajaran, hampir seluruh siswa terlibat aktif, namun demikian ada juga beberapa siswa yang masih malu dan ragu, tentunya hal ini merupakan catatan khusus untuk dilakukan bimbingan secara personal. Jika dibandingkan dengan siklus I maupun prasiklus, analisis nilai PH siklus II tampak lebih baik lagi seperti pada sajian tabel berikut: Tabel 3. Capaian Kompetensi Pengetahuan Pengurangan Bilangan Cacah pada Pembelajaran Siklus II Keterangan Nilai Akhir Analis Ketuntasan (>70) Jumlah Nilai 2.830 Nilai Rata-rata 78,61 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 60 Jumlah Tuntas 34 94,44% Jumlah Tidak Tuntas 2 5,56% Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 196 Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan tidak hanya terlihat dari capaian hasil belajar pengetahuan (KI-3) pada muatan pelajaran matematika saja, akan tetapi perbaikan juga terlihat di semua ranah kompetensi, baik pengetahuan, ketrampilan, sosial dan spiritual. Meskipun demikian sesuai fokus penelitian ini, yang dideskripsikan lebih banyak di ranah pengetahuan, pada muatan pelajaran matematika pada konsep pengurangan di KD 3.4. Dijelaskan pada pembelajaran prasiklus, aktifitas siswa masih rendah yang ditandai mulai dari: masih banyak siswa pasif tidak berani bertanya, sikap sosial siswa dalam belajar kelompok belum tumbuh dengan baik, masih timbul perasaan takut diantara siswa/siswa saat guru menunjuk untuk mengerjakan di depan kelas, dan saat guru memberikan tugas kelompok, kelas menjadi ramai sendiri, beberapa siswa malah menggambar yang tidak berhubungan dengan pelajaran, dan ada yang mengganggu dengan temannya. Perbaikan sikap belajar siswa ini mulai tumbuh sejak dilakukan tindakan pada pertemuan kedua siklus I. Aktifitas siswa dalam bertanya di kelas hingga akhir siklus I masih tergolong rendah, namun setelah guru mengintensifkan bimbingan di kelompok serta melibatkan seluruh siswa dalam pembahasan setiap soal yang diajukan, permasalahan ini dapat diatasi sehingga pada akhir siklus II, hingga mencapai kategori sangat tinggi. Demikian juga aktifitas siswa dalam memahami materi pelajaran melalui kegiatan kelompok di siklus I masih tergolong sedang membaik menjadi tinggi di siklus II. Penjelasan ini juga didasarkan pada hasil analisis skor observasi aktifitas siswa, dimana pada akhir siklus I baru mencapai 70,97% dan meningkat di siklus II hingga 90,32%. Dari diskusi balikan antara guru peneliti dan teman sejawat juga memberikan solusi bagi perbaikan di tiap pertemuan pembelajaran. Seperti misalnya, saat pelaksanaan pertemuan pertama siklus I guru masih perlu memperbaiki aktifitas di kelompok, agar perasaan percaya diri, toleransi, kerjasama, rasa senang tumbuh lebih baik lagi, dan guru masih perlu meningkatkan usahanya dalam memberikan bimbingan merupakan inventari-sasi masalah dan solusi bagi pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Dengan usaha yang terus menerus, upaya guru tidak sia-sia dimana kualitas pembelajaran dikelas menunjukkan perbaikan. Diketahui dari hasil analisis Nilai PH per siklus menunjukkan perbaikan nilai/ peningkatan capaian ketuntasan dan nilai rata-rata siswa. Jika pada penilaian prasiklus siswa yang tuntas pada muatan pelajaran matematika baru dapat dicapai oleh 24 anak atau 66,67%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 28 anak atau 77,78%, dan setelah dilakukan tindakan siklus II meningkat kembali menjadi 94,44%. Meskipun masih dijumpai adanya 2 anak yang tidak tuntas, namun secara rata-rata capaian nilai untuk KD 3.4 matematika ini meningkat signifikan dibandingkan prasiklus, yaitu pada prasiklus capaian nilai rata-rata nilai baru di angka 69,72 (dibawah KKM) dan setelah tindakan di siklus II meningkat menjadi 78,61 (diatas KKM). Untuk memudahkan dalam pemahaman peningkatan capaian nilai pengetahuan (KI3) pengurangan bilangan dua angka ini dapat disajikan tabel sebagai berikut: Tabel 4. Data Peningkatan Skor Ketuntasan Nilai per siklus Keterangan Prasiklus Siklus I Siklus II F/N % F/N % F/N % Tuntas 24 66,67% 28 77,78% 34 94,44% Rata-rata Nilai 69,72 73,89 78,61 Keterangan: F = Frekuensi Siswa, N = Nilai Penilaian Harian (NPH), % = Prosentase Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 197 Melalui penjelasan ini dapat diketahui bahwa penerapan strategi pembelajaran kooperatif dengan teknik Example Non Example dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan pengurangan bilangan cacah bagi siswa di kelas I SD Negeri 2 Danyang pada semester II tahun pelajaran 2021/2022. Dan sesuai indikator keberhasilan penelitian dimuka, hasil capaian pada tindakan siklus II telah memenuhi kriteria dimana ketuntasan mencapai lebih dari yang ditetapkan 75%. Dengan penjelasan ini maka rumusan masalah yang ditetapkan terjawab melalui hasil penelitian. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dibuat simpulan, bahwa melalui penerapan model pembelajaran examples non examples dapat meningkatkan kompetensi pengurangan bilangan cacah bagi siswa kelas I SD Negeri 2 Danyang pada Semester II Tahun Pelajaran 2021/2022. Peningkatan ini diketahui dari capaian ketuntasan dari prasiklus ke siklus II meningkat sebesar 27,78% (94,44% - 66,67). Peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus II meningkat sebesar 8,89 poin yaitu dari 69,72 menjadi 78,61 di siklus II. Rekomendasi Sesuai hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan rekomendasi bagi guru sebagai berikut: a. guru harus lebih peka terhadap permasalahan di kelasnya, khususnya masalah pembelajaran; b. guru sebaiknya terus menerus melakukan refleksi diri dan melakukan upaya-upaya perbaikan pembelajaran di kelasnya; c. guru sebaiknya melakukan bimbingan belajar bagi siswa yang membutuhkan bantuan secara individu, sehingga konsep saintifik dapat tercapai; d. guru sebaiknya terus belajar dengan berinovasi dan kreatif, inovatif dalam mengajar agar siswa tidak bosan. DAFTAR PUSTAKA Anon. 2007. “Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.” Anon. 2013. “Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013, Lampiran IV Pedoman Umum Pembelajaran.” Djamarah, and Zain. n.d. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep Dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Lestiawan, Fendi, and Arif Bintoro Johan. 2018. “PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EXAMPLE NONEXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR DASAR-DASAR PEMESINAN.” TAMAN VOKASI 6(1):98. doi: 10.30738/jtvok.v6i1.2866. Prihandoko, A. Cahya. 2006. Memahami Konsep Matematika Secara Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas. Vol.3 No.4 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i4.277 198 Riadi, Muchlisin. 2020. “Model Pembelajaran Examples Non Examples.” Kajian Pustaka.Com. Retrieved (https://www.kajianpustaka.com/2020/06/model- pembelajaran-examples-non-examples.html). Rosadi, D. n.d. Ekonometrika Dan Analisis Runtun Waktu Terapan Dengan EViews. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset Dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Subiyantoro. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rumah Indonesia. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.