Microsoft Word - 03-Setyo.docx Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 329 Received : 21-10-2022 Revised : 30-11-2022 Published : 11-12-2022 Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Pada Siswa SMP Setyo Gunarso SMP Negeri 3 Dongko, Kabupaten Trenggalek, Indonesia gunarsosetyo1@gmail.com Abstrak: “Suatu fenomena yang peneliti amati dalam dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini dalam kegiatan pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII di SMPN 3 Dongko, peneliti menemukan banyak permasalahan yang terjadi sehingga menyebabkan hasil belajar siswa sangat rendah dengan ditandai banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran IPS. Banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Peneliti mencoba alternatif pemecahan masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui gambaran objektif peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko. Rancangan penelitian ini meliputi tahapan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, terbukti ada peningkatan hasil belajar, yaitu peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus 1 mencapai 74,55 meningkat 80,00 pada siklus 2 (meningkat 5,45 nilai), dan persentase ketuntasan siswa pada siklus 1 = 77,27% meningkat 94,55% pada Siklus 2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Think Pair Share mampu meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII A SMPN 3 Dongko”. kata kunci: hasil belajar; ips; model pembelajaran; think pair share Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 330 PENDAHULUAN Sebagai seorang guru atau pendidik, maka harus memahami prinsip demokratis pendidikan. Rumusan misi pendidikan yang berprinsip demokrasi nampaknya telah diwujudkan dalam metode pembelajaran yang tidak lagi mengutamakan guru sebagai subjek dan titik pusat lingkungan belajar, seperti halnya dalam pembelajaran tradisional. Menyelidiki, bersikap terbuka, menghasilkan dan mempertahankan ide, mendorong pemikiran seseorang hingga batasnya untuk memecahkan masalah, menetapkan dan menjunjung tinggi standarnya sendiri, dan menghasilkan perspektif baru tentang masalah adalah contoh bagaimana menjadi kreatif dan inovatif (Nurhadi, 2003: 19). Fenomena yang sering muncul yang peneliti temui selaku guru IPS di SMPN 3 Dongko bahwa Masih banyak siswa dalam dua tahun terakhir yang kesulitan memahami mata pelajaran IPS. Peneliti mengajar di kelas VIII A, dimana masalah ini juga muncul. Jika dibandingkan dengan kelas lainnya, Kelas VIII A memiliki permasalahan yang paling menantang dalam kegiatan pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan sebelumnya, peneliti menjumpai sebagian besar siswa kelas VIII A ternyata masih menganggap IPS sebagai mata pelajaran yang materinya sangat sulit dipahami. Selain itu, metode pembelajaran yang tradisional dan membosankan masih digunakan oleh guru, seperti ceramah dan tanya jawab. Pada akhirnya, hal ini sangat berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. Banyak siswa dengan hasil belajar di bawah KKM = 65. Peneliti akhirnya terdorong untuk melakukan modifikasi dan melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa ketika ada beberapa masalah dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu usaha yang peneliti lakukan adalah dengan mencoba menerapkan model pembelajaran Thin Pair and Share di kelas untuk mata pelajaran IPS. Think Pair Share ialah model pembelajaran kolaboratif yang mencakup sintaks. Guru membahas materi tradisional, memberikan masalah, dan meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikannya. Mereka juga mengikuti kuis individu, berbagi presentasi kelompok, menilai kemajuan setiap siswa, dan memberikan hadiah. (Ngalimun: 2017). Berikut judul yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas “Peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek”. Mempertimbangkan konteks masalah yang telah dijelaskan, peneliti mengidentifikasi hal-hal berikut sebagai masalah utama penelitian “Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek?” penelitian bertjuan untuk mendapat pemahaman yang obyektif tentang bagaimana model Think Pair Share di kelas VIII dapat meningkatkan hasil belajar IPS berdasarkan rumusan masalah di atas. Siswa SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek. Berikut keuntungan yang dapat diperoleh dari penelitian ini: 1) Bagi Siswa: “Meningkatkan hasil belajar IPS siswa, memotivasi siswa untuk lebih terlibat, mandiri, dan bertanggung jawab, memperoleh pembelajaran konkrit yang bukan sekedar konsep tetapi proses dari suatu peristiwa, dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam pembelajaran”. 2) Bagi guru: “meningkatkan kemampuan guru untuk mengatasi tantangan dalam mengajar IPS, mendorong guru untuk menggunakan metode pengajaran yang kreatif untuk membuat pembelajaran menyenangkan, dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menciptakan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan mata pelajaran yang dipelajari”. 3) Bagi sekolah: “Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam upaya mencari inovasi pembelajaran bagi guru lain, sebagai Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 331 masukan dalam meningkatkan dan mengintensifkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga kualitas pembelajaran lebih efisien khususnya pada kualitas sekolah”. KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar ialah hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai, yang ditunjukkan dengan hasil tes yang dilakukan guru setelah selesainya bahan ajar dalam satu mata pelajaran (Abu Ahmadi, 2005:47). Hasil belajar menurut Sudjana (2002:40) ialah menentukan tingkat penguasaan belajar seseorang dengan membandingkannya dengan standar yang ditetapkan oleh sistem penilaian yang relevan. Tujuan hasil belajar ditunjukkan dengan adanya modifikasi pada perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang. Dengan demikian, jenis mata pelajaran, teknik pembelajaran yang tepat, dan cara penyajian informasi semuanya memainkan peran penting dalam seberapa baik siswa belajar (yaitu, ada beberapa yang dapat dikomunikasikan secara efektif melalui peragaan, tetapi ada juga beberapa yang lebih cocok untuk dipraktekkan). Seperti yang dapat disimpulkan dari beberapa definisi di atas, Hasil belajar ialah hasil usaha belajar seorang siswa dari kegiatan pembelajaran akademik di sekolah selama kurun waktu tertentu, dimana pengetahuan dan pengalamannya diorganisasikan dalam bentuk struktur kognitif. Pembelajaran IPS di SMP Menurut Muhammad Numan Somantri (2001: 92), “Pendidikan IPS adalah integrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan mendasar manusia yang ditata, disajikan secara ilmiah, dan pedagogis untuk tujuan pendidikan. Hal ini berlaku untuk sekolah dasar dan menengah”. Pendekatan terpadu untuk pendidikan IPS untuk sekolah disediakan dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu dengan tujuan pendidikan. Siswa diantisipasi untuk dapat mencapai tujuan pendidikan melalui kombinasi berbagai disiplin ilmu. Menurut Trianto (2010:171), “IPS adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya, yang diwujudkan melalui pendekatan interdisipliner dari berbagai aspek dan cabang ilmu sosial”. IPS diajarkan di sekolah-sekolah dan diambil dari pokok bahasan berbagai cabang ilmu sosial. Supardi (2011: 182) menyatakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk memecahkan masalah, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Pada intinya, pengajaran IPS lebih menekankan pada pengajaran siswa bagaimana memecahkan masalah. Menurut beberapa definisi yang telah diberikan di atas, Mata pelajaran yang terpadu atau terpadu dari berbagai ilmu sosial dan humaniora, pendidikan IPS di sekolah menitikberatkan pada keterampilan diri siswa untuk membantu mereka berkembang menjadi warga negara yang baik dan mampu menjadi warga negara yang baik. menyelesaikan masalah di lingkungannya Model Pembelajaran Think, Pair And Share (TPS) Model cooperative learning tipe think pair share ialah metode pembelajaran kooperatif yang awalnya diciptakan pada tahun 1981 oleh Profesor Frank Lyman dan rekan-rekannya di University of Maryland. Menurut M Sunita (2014: 62) think pair share ialah strategi pengajaran di mana siswa secara individual meneliti masalah yang disajikan oleh guru, mendiskusikannya secara berpasangan, dan kemudian mempresentasikan temuan mereka kepada teman sekelasnya. Dalam pembelajaran TPS, siswa juga diberikan kesempatan untuk berpikir mandiri, Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 332 berdiskusi, saling membantu anggota kelompok, dan berbagi informasi dengan teman atau kelompok lain, klaim Shoimin (2014:208). Tint dan Nyunt (2015:2) berpendapat bahwa think pair share merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang tepat bagi siswa yang belajar bagaimana menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Sehingga, peneliti menyimpulkan cooperative learning tipe think pair share ialah metode pembelajaran kooperatif yang menekankan pada keterlibatan siswa secara utuh dalam kegiatan pendidikan. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: “Peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada siswa SMP ini dilaksanakan melalui siklus-siklus dan tiap siklus meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan , pengamatan, dan refleksi”. Proses pelaksanaannya bersifat kolaboratif partisipatoris dengan guru serumpun. Lokasi penelitian dilakukan di ruang kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek. Partisipan dalam penelitian ini adalah 22 siswa kelas VIIIA SMPN 3 Dongko yang terbagi menjadi 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Instrumen tes digunakan oleh peneliti dalam proyek penelitian tindakan kelas ini. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, Suharsimi 2006, 150)”. Metode yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif. Hasil belajar yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi keadaan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dan diambil pada akhir setiap siklus pembelajaran meliputi data kuantitatif. penyajian data secara bertahap dalam bentuk nilai, dengan memasukkan informasi dari setiap siklus. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Prasiklus Setelah siswa menyelesaikan materi dampak monopoli perdagangan dengan KKM = 65, dilakukan kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa dengan menggunakan ujian ulangan harian. Ujian ini digunakan untuk mengukur seberapa baik siswa memahami keadaan material masyarakat Indonesia era kolonial. Hasil tes pra siklus kelas VIIIA ditampilkan pada tabel dan grafik berikut ini. Tabel 1. Nilai Tahap Prasiklus No Kriteria Rentang Nilai Frequensi Presentase 1 Tuntas 65 - 100 14 63,64% 2 Belum Tuntas 0 - 64 8 36,36% Rata-rata 22 100% Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 333 Gambar 1. Hasil penilaian prasiklus kelas VIII A Berdasarkan hasil ulangan harian, kelas VIII A memiliki rata-rata nilai terendah yaitu 68,64. Ketuntasan kelas adalah 63,64% atau 14 siswa tuntas dan 36,36% atau 8 siswa tidak tuntas. Nilai rata-rata sebesr 68,64. Pemilihan kelas untuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dengan berpedoman pada hasil tes kemampuan awal, serta pengamatan peneliti terhadap guru mata pelajaran IPS kelas VIII A dan mitra kerjasamanya mengenai pemanfaatan bahan ajar yang ada. 2. Siklus 1 Selama dua kali pertemuan pada Siklus 1, yaitu pada hari Rabu, 12 Februari 2020, dan Kamis, 13 Februari 2020 dilakukan kegiatan edukasi. Waktu 2 x pertemuan ialah 4 x 40 menit. Pembelajaran dikelas VIII A dengan menyampaikan materi pengaruh kebijakan kerja paksa. Pembelajaran menerapkan model pembelajaran think pair share, yang terbagi dalam tahap think-pair pada pertemuan pertama, dan tahap share dan diakhiri tes tertulis pada pertemuan kedua. Pada akhir pembelajaran siklus 1 dilakukan analisis efektivitas inisiatif terhadap hasil belajar siswa dalam menyelesaikan materi mata pelajaran dampak kebijakan kerja paksa. Tes siklus 1 juga terdiri dari tes tertulis. Pada dasarnya dari keadaan awal (tes tertulis pra siklus) hingga tes tertulis siklus 1, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Berikut tabel dan grafik hasil tes siklus 1 siswa kelas VIIIA Tabel 2. Nilai Tahap siklus 1 No Kriteria Rentang Nilai Frequensi Presentase 1 Tuntas 65 - 100 17 77,27% 2 Belum Tuntas 0 - 64 5 22,73% Rata-rata 22 100% 64% 36% Hasil Penilaian Prasiklus Tuntas Belum Tuntas Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 334 Gambar 2. Hasil penilaian siklus 1 kelas VIII A “Berdasarkan hasil tes tertulis siklus 1 terdapat 5 siswa yang memperoleh nilai di bawah 65 (KKM = 65) dengan persentase 22,73% dan 17 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 dengan persentase 77,27%. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 74,55”. 3. Siklus 2 Kegiatan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama dua kali pertemuan, pada hari Rabu tanggal 19 Februari 2020 dan Kamis tanggal 20 Februari 2020. Waktu 2 x pertemuan sama dengan 4 x 40 menit. Pembelajaran siklus 2 dikelas VIII A dengan menyampaikan materi Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme. Analisis keefektifan tindakan terhadap hasil belajar siswa dilakukan pada akhir pembelajaran siklus 2 setelah siswa menyelesaikan pembelajaran tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme. Untuk siswa kelas VIIIA, hasil tes siklus 2 ditampilkan pada tabel dan grafik berikut Tabel 3. Nilai Tahap siklus 2 No Kriteria Rentang Nilai Frequensi Presentase 1 Tuntas 65 - 100 21 95,45% 2 Belum Tuntas 0 - 64 1 4,55% Rata-rata 22 100% Gambar 3. Hasil penilaian siklus 2 kelas VIII A 77% 23% Hasil Penilaian Siklus 1 Tuntas Belum Tuntas 95% 5% Hasil Penilaian Siklus 2 Tuntas Belum Tuntas Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 335 “Berdasarkan tes tertulis siklus 2 terdapat siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 (KKM = 65) sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 4,55% dan yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 21 siswa dengan persentase sebesar 95,45%, dan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80,00”. Berdasarkan data aktivitas siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share untuk mempelajari materi keadaan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, Tujuan tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan prestasi akademik siswa. Pembahasan Melalui pengamatannya, peneliti dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar yang ditimbulkan oleh penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang dipelajari. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada pelajaran IPS tentang kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan yang peneliti lakukan dalam dua siklus merupakan salah satu upaya yang peneliti lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A. Model Pembelajaran Think Pair Share diterapkan pada KD dampak kebijakan kerja paksa pada Siklus 1 dan pada KD perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme pada Siklus 2. Pada Siklus 1, guru berhasil mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif di kelas. Guru juga mendampingi siswa dalam kegiatan belajarnya dan memberikan bimbingan jika ada yang mengalami kesulitan. Di akhir pembelajaran, guru memberikan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mempengaruhi materi kebijakan kerja paksa. Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa naik dari 68,64 pada pra siklus menjadi 74,55 pada siklus 1 sesuai hasil ujian tertulis siklus 1 topik dampak peraturan perundang-undangan kerja paksa (mengalami peningkatan skor sebesar 5,91). Siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 (KKM = 65) sebanyak 5 siswa dengan persentase 22,73% dan yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 17 siswa dengan persentase sebesar 77,27%. (mengalami peningkatan 13,64% dari persentase prasiklus) Siswa pada Siklus 2 diamati mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. Selain itu, siswa lebih tertarik untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pelajaran tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme, membuat pelajaran lebih bermakna. Dilihat dari aktivitas guru, pada siklus 2 terungkap bahwa guru sudah mampu mengatasi permasalahan yang mengemuka pada siklus 1. “Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 adalah 74,55, meningkat menjadi 80,00 pada siklus 2 (mengalami peningkatan 5,45 nilai). Sedangkan persentase ketuntasan klasikal pada siklus 1 sebesar 77,27%, kemudian meningkat menjadi 95,45% pada siklus 2 (mengalami peningkatan 18,18%). Hasilnya, hasil belajar siswa kelas VIII A pada materi kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model Think Pair Share”. SIMPULAN Penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada materi keadaan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 3 Dongko, sesuai temuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan. Hal ini terbukti dari adanya peningkatan nilai rata-rata pada siklus 1 mencapai 74,55 meningkat 80,00 pada siklus 2 (meningkat 5,45 nilai), dan persentase ketuntasan siswa pada siklus 1 mencapai 77,27% meningkat 94,55% pada Siklus 2. Nilai perolehan siklus 2 ini sudah melebihi target penelitian Vol.3 No.6 2022 ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 336 yang direncanakan. Selain itu, model pembelajaran Think Pair Share terbukti sangat berhasil mengubah suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 3 Dongko. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta M, Sunita. (2014). TPS (Think-Pair-Share): An Active Learning Strategy to Teach Theory of Computation Course. Internasional Journal of Education Research and Technology 5(4): 62 Ngalimun. (2017). Stategi Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sapto, Ari, dkk. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Edisi Revisi 2017). Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-RuzzMedia Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sudirman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sudjana. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Supardi. (2011). Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak Tint dan Nyunt. (2015). “Collaborative Learning With Think-Pair-Share Technique”. Computer Applications: An International Journal (CAIJ) vol. 2 no 1. Pg 1-11. Trianto. (2010). Konsep-konsep IPS. Bandung: PT Rosdakarya.