Microsoft Word - 03-Setyo.docx


Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 329 

Received : 21-10-2022  
Revised : 30-11-2022 
Published : 11-12-2022 
 
 

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model 
Pembelajaran Think Pair Share Pada Siswa SMP 

 
Setyo Gunarso 

SMP Negeri 3 Dongko, Kabupaten Trenggalek, Indonesia 
gunarsosetyo1@gmail.com  

 
 

Abstrak: “Suatu fenomena yang peneliti amati dalam dalam kurun waktu 2 tahun 
terakhir ini dalam kegiatan pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII di SMPN 3 
Dongko, peneliti menemukan banyak permasalahan yang terjadi sehingga 
menyebabkan hasil belajar siswa sangat rendah dengan ditandai banyaknya siswa 
yang tidak tuntas dalam pembelajaran IPS. Banyak siswa yang memperoleh nilai di 
bawah KKM. Peneliti mencoba alternatif pemecahan masalah tersebut dengan 
menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk meningkatkan hasil 
belajar siswa. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui 
gambaran objektif peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada 
siswa kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa 
kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko. Rancangan penelitian ini meliputi tahapan 
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian, terbukti 
ada peningkatan hasil belajar, yaitu peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada 
siklus 1 mencapai 74,55 meningkat 80,00 pada siklus 2 (meningkat 5,45 nilai), dan 
persentase ketuntasan siswa pada siklus 1 = 77,27% meningkat 94,55% pada Siklus 
2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Think Pair Share mampu 
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas VIII A SMPN 3 Dongko”. 
 
kata kunci: hasil belajar; ips; model pembelajaran; think pair share 

 
  



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 330 

PENDAHULUAN 
Sebagai seorang guru atau pendidik, maka harus memahami prinsip demokratis 

pendidikan. Rumusan misi pendidikan yang berprinsip demokrasi nampaknya telah diwujudkan 
dalam metode pembelajaran yang tidak lagi mengutamakan guru sebagai subjek dan titik pusat 
lingkungan belajar, seperti halnya dalam pembelajaran tradisional. Menyelidiki, bersikap 
terbuka, menghasilkan dan mempertahankan ide, mendorong pemikiran seseorang hingga 
batasnya untuk memecahkan masalah, menetapkan dan menjunjung tinggi standarnya sendiri, 
dan menghasilkan perspektif baru tentang masalah adalah contoh bagaimana menjadi kreatif 
dan inovatif (Nurhadi, 2003: 19). 

Fenomena yang sering muncul yang peneliti temui selaku guru IPS di SMPN 3 Dongko 
bahwa Masih banyak siswa dalam dua tahun terakhir yang kesulitan memahami mata pelajaran 
IPS. Peneliti mengajar di kelas VIII A, dimana masalah ini juga muncul. Jika dibandingkan 
dengan kelas lainnya, Kelas VIII A memiliki permasalahan yang paling menantang dalam 
kegiatan pembelajaran IPS. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan 
sebelumnya, peneliti menjumpai sebagian besar siswa kelas VIII A ternyata masih menganggap 
IPS sebagai mata pelajaran yang materinya sangat sulit dipahami. Selain itu, metode 
pembelajaran yang tradisional dan membosankan masih digunakan oleh guru, seperti ceramah 
dan tanya jawab. Pada akhirnya, hal ini sangat berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. 
Banyak siswa dengan hasil belajar di bawah KKM = 65.  

Peneliti akhirnya terdorong untuk melakukan modifikasi dan melakukan penelitian 
tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa ketika ada beberapa masalah dengan 
kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu usaha yang peneliti lakukan adalah dengan mencoba 
menerapkan model pembelajaran Thin  Pair and Share di kelas untuk mata pelajaran IPS. Think 
Pair Share ialah model pembelajaran kolaboratif yang mencakup sintaks. Guru membahas 
materi tradisional, memberikan masalah, dan meminta siswa bekerja dalam kelompok untuk 
menyelesaikannya. Mereka juga mengikuti kuis individu, berbagi presentasi kelompok, menilai 
kemajuan setiap siswa, dan memberikan hadiah. (Ngalimun: 2017).  

Berikut judul yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas 
“Peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada siswa kelas VIII A SMP 
Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek”. Mempertimbangkan konteks masalah yang telah 
dijelaskan, peneliti mengidentifikasi hal-hal berikut sebagai masalah utama penelitian 
“Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS melalui model Think Pair Share pada siswa kelas 
VIII A SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek?” 

penelitian bertjuan  untuk mendapat pemahaman yang obyektif tentang bagaimana model 
Think Pair Share di kelas VIII dapat meningkatkan hasil belajar IPS berdasarkan rumusan 
masalah di atas. Siswa SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek. Berikut keuntungan yang 
dapat diperoleh dari penelitian ini: 1) Bagi Siswa: “Meningkatkan hasil belajar IPS siswa, 
memotivasi siswa untuk lebih terlibat, mandiri, dan bertanggung jawab, memperoleh 
pembelajaran konkrit yang bukan sekedar konsep tetapi proses dari suatu peristiwa, dan 
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi dan 
bersemangat untuk berpartisipasi dalam pembelajaran”. 2) Bagi guru: “meningkatkan 
kemampuan guru untuk mengatasi tantangan dalam mengajar IPS, mendorong guru untuk 
menggunakan metode pengajaran yang kreatif untuk membuat pembelajaran menyenangkan, 
dan mengembangkan profesionalisme guru dalam menciptakan metode pengajaran yang sesuai 
dengan kebutuhan siswa dan mata pelajaran yang dipelajari”. 3) Bagi sekolah: “Hasil penelitian 
ini dapat dijadikan pedoman dalam upaya mencari inovasi pembelajaran bagi guru lain, sebagai 



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 331 

masukan dalam meningkatkan dan mengintensifkan kualitas pembelajaran melalui penggunaan 
model pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga kualitas pembelajaran lebih efisien 
khususnya pada kualitas sekolah”. 
 
KAJIAN TEORI 
Pengertian Hasil Belajar 

Hasil belajar ialah hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai, yang 
ditunjukkan dengan hasil tes yang dilakukan guru setelah selesainya bahan ajar dalam satu mata 
pelajaran (Abu Ahmadi, 2005:47). Hasil belajar menurut Sudjana (2002:40) ialah menentukan 
tingkat penguasaan belajar seseorang dengan membandingkannya dengan standar yang 
ditetapkan oleh sistem penilaian yang relevan.  Tujuan hasil belajar ditunjukkan dengan adanya 
modifikasi pada perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik seseorang.  Dengan demikian, jenis 
mata pelajaran, teknik pembelajaran yang tepat, dan cara penyajian informasi semuanya 
memainkan peran penting dalam seberapa baik siswa belajar (yaitu, ada beberapa yang dapat 
dikomunikasikan secara efektif melalui peragaan, tetapi ada juga beberapa yang lebih cocok 
untuk dipraktekkan). Seperti yang dapat disimpulkan dari beberapa definisi di atas, Hasil belajar 
ialah hasil usaha belajar seorang siswa dari kegiatan pembelajaran akademik di sekolah selama 
kurun waktu tertentu, dimana pengetahuan dan pengalamannya diorganisasikan dalam bentuk 
struktur kognitif. 
 
Pembelajaran IPS di SMP 

Menurut Muhammad Numan Somantri (2001: 92), “Pendidikan IPS adalah integrasi dari 
berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan mendasar manusia yang ditata, 
disajikan secara ilmiah, dan pedagogis untuk tujuan pendidikan. Hal ini berlaku untuk sekolah 
dasar dan menengah”. Pendekatan terpadu untuk pendidikan IPS untuk sekolah disediakan 
dengan menggabungkan berbagai disiplin ilmu dengan tujuan pendidikan. Siswa diantisipasi 
untuk dapat mencapai tujuan pendidikan melalui kombinasi berbagai disiplin ilmu. Menurut 
Trianto (2010:171), “IPS adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, 
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya, yang diwujudkan melalui pendekatan 
interdisipliner dari berbagai aspek dan cabang ilmu sosial”. IPS diajarkan di sekolah-sekolah 
dan diambil dari pokok bahasan berbagai cabang ilmu sosial. Supardi (2011: 182) menyatakan 
bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki siswa untuk 
memecahkan masalah, baik yang sederhana maupun yang kompleks. Pada intinya, pengajaran 
IPS lebih menekankan pada pengajaran siswa bagaimana memecahkan masalah. Menurut 
beberapa definisi yang telah diberikan di atas, Mata pelajaran yang terpadu atau terpadu dari 
berbagai ilmu sosial dan humaniora, pendidikan IPS di sekolah menitikberatkan pada 
keterampilan diri siswa untuk membantu mereka berkembang menjadi warga negara yang baik 
dan mampu menjadi warga negara yang baik. menyelesaikan masalah di lingkungannya 
 
Model Pembelajaran Think, Pair And Share (TPS) 

Model cooperative learning tipe think pair share ialah metode pembelajaran kooperatif 
yang awalnya diciptakan pada tahun 1981 oleh Profesor Frank Lyman dan rekan-rekannya di 
University of Maryland. Menurut M Sunita (2014: 62) think pair share ialah strategi pengajaran 
di mana siswa secara individual meneliti masalah yang disajikan oleh guru, mendiskusikannya 
secara berpasangan, dan kemudian mempresentasikan temuan mereka kepada teman 
sekelasnya. Dalam pembelajaran TPS, siswa juga diberikan kesempatan untuk berpikir mandiri, 



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 332 

berdiskusi, saling membantu anggota kelompok, dan berbagi informasi dengan teman atau 
kelompok lain, klaim Shoimin (2014:208). Tint dan Nyunt (2015:2) berpendapat bahwa think 
pair share merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang tepat bagi siswa yang belajar 
bagaimana menggunakan strategi pembelajaran kooperatif. Sehingga, peneliti menyimpulkan 
cooperative learning tipe think pair share ialah metode pembelajaran kooperatif yang 
menekankan pada keterlibatan siswa secara utuh dalam kegiatan pendidikan. 
 
METODE PENELITIAN 

Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul:  “Peningkatan hasil belajar 
IPS melalui model Think Pair Share pada siswa SMP ini dilaksanakan melalui siklus-siklus 
dan tiap siklus meliputi 4 tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan , pengamatan, dan refleksi”. 
Proses pelaksanaannya bersifat kolaboratif partisipatoris dengan guru serumpun. Lokasi 
penelitian dilakukan di ruang kelas VIII A SMP Negeri 3 Dongko Kabupaten Trenggalek. 
Partisipan dalam penelitian ini adalah 22 siswa kelas VIIIA SMPN 3 Dongko yang terbagi 
menjadi 10 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Instrumen tes digunakan oleh peneliti 
dalam proyek penelitian tindakan kelas ini. “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan 
serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, 
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, Suharsimi 2006, 
150)”. Metode yang digunakan adalah teknik analisis data kuantitatif. Hasil belajar yang 
digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap materi keadaan masyarakat 
Indonesia pada masa penjajahan dan diambil pada akhir setiap siklus pembelajaran meliputi 
data kuantitatif. penyajian data secara bertahap dalam bentuk nilai, dengan memasukkan 
informasi dari setiap siklus.  
 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
Hasil Penelitian 
1. Prasiklus 

Setelah siswa menyelesaikan materi dampak monopoli perdagangan dengan KKM = 
65, dilakukan kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa dengan menggunakan ujian 
ulangan harian. Ujian ini digunakan untuk mengukur seberapa baik siswa memahami 
keadaan material masyarakat Indonesia era kolonial. Hasil tes pra siklus kelas VIIIA 
ditampilkan pada tabel dan grafik berikut ini.  

 
Tabel 1. Nilai Tahap Prasiklus 

No Kriteria Rentang Nilai Frequensi Presentase 
1 Tuntas 65 - 100 14 63,64% 
2 Belum Tuntas 0 - 64 8 36,36% 

Rata-rata 22 100% 
 



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 333 

 
Gambar 1. Hasil penilaian prasiklus kelas VIII A 

 
Berdasarkan hasil ulangan harian, kelas VIII A memiliki rata-rata nilai terendah yaitu 

68,64. Ketuntasan kelas adalah 63,64% atau 14 siswa tuntas dan 36,36% atau 8 siswa tidak 
tuntas. Nilai rata-rata sebesr 68,64. Pemilihan kelas untuk Penelitian Tindakan Kelas 
(PTK) dilakukan dengan berpedoman pada hasil tes kemampuan awal, serta pengamatan 
peneliti terhadap guru mata pelajaran IPS kelas VIII A dan mitra kerjasamanya mengenai 
pemanfaatan bahan ajar yang ada. 

 
2. Siklus 1 

Selama dua kali pertemuan pada Siklus 1, yaitu pada hari Rabu, 12 Februari 2020, 
dan Kamis, 13 Februari 2020 dilakukan kegiatan edukasi. Waktu 2 x pertemuan ialah 4 
x 40 menit. Pembelajaran dikelas VIII A dengan menyampaikan materi pengaruh 
kebijakan kerja paksa. Pembelajaran menerapkan model pembelajaran think pair share, 
yang terbagi dalam tahap think-pair pada pertemuan pertama, dan tahap share dan diakhiri 
tes tertulis pada pertemuan kedua. Pada akhir pembelajaran siklus 1 dilakukan analisis 
efektivitas inisiatif terhadap hasil belajar siswa dalam menyelesaikan materi mata pelajaran 
dampak kebijakan kerja paksa. Tes siklus 1 juga terdiri dari tes tertulis. Pada dasarnya dari 
keadaan awal (tes tertulis pra siklus) hingga tes tertulis siklus 1, hasil belajar siswa 
mengalami peningkatan. Berikut tabel dan grafik hasil tes siklus 1 siswa kelas VIIIA 

 
Tabel 2. Nilai Tahap siklus 1 

No Kriteria Rentang Nilai Frequensi Presentase 
1 Tuntas 65 - 100 17 77,27% 
2 Belum Tuntas 0 - 64 5 22,73% 

Rata-rata 22 100% 
 

64%

36%

Hasil Penilaian Prasiklus

Tuntas
Belum Tuntas



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 334 

 
Gambar 2. Hasil penilaian siklus 1 kelas VIII A 

 
“Berdasarkan hasil tes tertulis siklus 1 terdapat 5 siswa yang memperoleh nilai di 

bawah 65 (KKM = 65) dengan persentase 22,73% dan 17 siswa yang memperoleh nilai ≥ 
65 dengan persentase 77,27%. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 74,55”. 

 
3. Siklus 2 

Kegiatan pembelajaran siklus 2 dilaksanakan selama dua kali pertemuan, pada hari 
Rabu tanggal 19 Februari 2020 dan Kamis tanggal 20 Februari 2020. Waktu 2 x pertemuan 
sama dengan 4 x 40 menit. Pembelajaran siklus 2 dikelas VIII A dengan menyampaikan 
materi Perlawanan terhadap Kolonialisme dan Imperialisme. Analisis keefektifan tindakan 
terhadap hasil belajar siswa dilakukan pada akhir pembelajaran siklus 2 setelah siswa 
menyelesaikan pembelajaran tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme. 
Untuk siswa kelas VIIIA, hasil tes siklus 2 ditampilkan pada tabel dan grafik berikut 

 
Tabel 3. Nilai Tahap siklus 2 

No Kriteria Rentang Nilai Frequensi Presentase 
1 Tuntas 65 - 100 21 95,45% 
2 Belum Tuntas 0 - 64 1 4,55% 

Rata-rata 22 100% 
 

 
Gambar 3. Hasil penilaian siklus 2 kelas VIII A 

77%

23%

Hasil Penilaian Siklus 1

Tuntas
Belum Tuntas

95%

5%

Hasil Penilaian Siklus 2

Tuntas
Belum Tuntas



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 335 

“Berdasarkan tes tertulis siklus 2 terdapat siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 
(KKM = 65) sebanyak 1 siswa dengan persentase sebesar 4,55% dan yang mendapat nilai 
≥ 65 sebanyak 21 siswa dengan persentase sebesar 95,45%, dan nilai rata-rata kelas 
meningkat menjadi 80,00”. Berdasarkan data aktivitas siswa pada mata pelajaran IPS 
dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share untuk mempelajari materi 
keadaan masyarakat Indonesia pada masa penjajahan, Tujuan tindakan kelas ini adalah 
untuk meningkatkan prestasi akademik siswa.  

 
Pembahasan 

Melalui pengamatannya, peneliti dapat mengidentifikasi faktor-faktor penyebab 
terjadinya masalah belajar yang ditimbulkan oleh penggunaan model pembelajaran yang tidak 
sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pelajaran yang dipelajari. Penerapan model 
pembelajaran Think Pair Share pada pelajaran IPS tentang kondisi masyarakat Indonesia pada 
masa penjajahan yang peneliti lakukan dalam dua siklus merupakan salah satu upaya yang 
peneliti lakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A. Model Pembelajaran 
Think Pair Share diterapkan pada KD dampak kebijakan kerja paksa pada Siklus 1 dan pada 
KD perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme pada Siklus 2. 

Pada Siklus 1, guru berhasil mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif di kelas. 
Guru juga mendampingi siswa dalam kegiatan belajarnya dan memberikan bimbingan jika ada 
yang mengalami kesulitan. Di akhir pembelajaran, guru memberikan tes tertulis untuk 
mengetahui kemampuan siswa dalam mempengaruhi materi kebijakan kerja paksa. Rata-rata 
ketuntasan hasil belajar siswa naik dari 68,64 pada pra siklus menjadi 74,55 pada siklus 1 sesuai 
hasil ujian tertulis siklus 1 topik dampak peraturan perundang-undangan kerja paksa 
(mengalami peningkatan skor sebesar 5,91). Siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 (KKM 
= 65) sebanyak 5 siswa dengan persentase 22,73% dan yang mendapat nilai ≥ 65 sebanyak 17 
siswa dengan persentase sebesar 77,27%. (mengalami peningkatan 13,64% dari persentase 
prasiklus) 

Siswa pada Siklus 2 diamati mampu menyelesaikan tugas dalam waktu yang ditentukan. 
Selain itu, siswa lebih tertarik untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Selain itu, 
siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pelajaran tentang perlawanan terhadap kolonialisme dan 
imperialisme, membuat pelajaran lebih bermakna. Dilihat dari aktivitas guru, pada siklus 2 
terungkap bahwa guru sudah mampu mengatasi permasalahan yang mengemuka pada siklus 1. 
“Rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus 1 adalah 74,55, meningkat menjadi 80,00 
pada siklus 2 (mengalami peningkatan 5,45 nilai). Sedangkan persentase ketuntasan klasikal 
pada siklus 1 sebesar 77,27%, kemudian meningkat menjadi 95,45% pada siklus 2 (mengalami 
peningkatan 18,18%). Hasilnya, hasil belajar siswa kelas VIII A pada materi kondisi 
masyarakat Indonesia pada masa penjajahan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model 
Think Pair Share”. 
 
SIMPULAN 

Penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada materi keadaan masyarakat 
Indonesia pada masa penjajahan mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMPN 
3 Dongko, sesuai temuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan. Hal ini terbukti 
dari adanya peningkatan nilai rata-rata pada siklus 1 mencapai 74,55 meningkat 80,00 pada 
siklus 2 (meningkat 5,45 nilai), dan persentase ketuntasan siswa pada siklus 1 mencapai 77,27% 
meningkat 94,55% pada Siklus 2. Nilai perolehan siklus 2 ini sudah melebihi target penelitian 



Vol.3 No.6 2022 
ISSN: 2745-6056 | e-ISSN: 2745-7036 
https://doi.org/10.47387/jira.v3i6.289 

 336 

yang direncanakan. Selain itu, model pembelajaran Think Pair Share terbukti sangat berhasil 
mengubah suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan untuk meningkatkan hasil belajar 
siswa kelas VIII A SMPN 3 Dongko. 

 
DAFTAR RUJUKAN 
Ahmadi, Abu. (2005). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta 
M, Sunita. (2014). TPS (Think-Pair-Share): An Active Learning Strategy to Teach Theory of 

Computation Course. Internasional Journal of Education Research and 
Technology 5(4): 62 

Ngalimun. (2017). Stategi Pembelajaran. Yogyakarta: Parama Ilmu 
Nurhadi. (2003). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 
Sapto, Ari, dkk. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementerian 

Pendidikan dan Kebudayaan (Edisi Revisi 2017). 
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: 

Ar-RuzzMedia 
Somantri, M. Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. 

Remaja Rosdakarya 
Sudirman. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 
Sudjana. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. 
Supardi. (2011). Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Ombak 
Tint dan Nyunt. (2015). “Collaborative Learning With Think-Pair-Share Technique”. 

Computer Applications: An International Journal (CAIJ) vol. 2 no 1. Pg 1-11. 
Trianto. (2010). Konsep-konsep IPS. Bandung: PT Rosdakarya.