Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 111 Received : 12-08-2020 Revised : 03-09-2020 Published : 07-10-2020 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA DALAM MASYARAKAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS IX Elfiah SMP Negeri 1 Sampit, Indonesia elfiahhjspt@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan mempelajari penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Setiap akhir pelaksanaan ulangan formatif atau penyelesaian tugas terdapat sejumlah peserta didik yang belum berhasil sesuai dengan KKM yang ditetapkan, yakni 77. Melalui model pembelajaran berbasis masalah, diharapkan peserta didik lebih mudah mengatasi masalah dalam kaitannya dengan hasil belajar. Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri 1 Sampit. Hasil pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini antara lain peserta didik lebih bersemangat dan terarik dalam melaksanakan pembelajaran. Persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal meningkat, yang pada siklus I hanya 69,23% setelah diadakan perbaikan pada siklus II menjadi meningkat 88,46%. Abstract: This research aims to study the application of problem-based learning models. At the end of each formative test implementation or task completion, there were a number of students who had not succeeded in accordance with the determined KKM, namely 77. Through the problem-based learning model, it was hoped that students would more easily solve problems in relation to learning outcomes. This type of research includes classroom action research carried out in two cycles with the research subjects being students of class IX SMP Negeri 1 Sampit. The results of the implementation of the actions in this study include students who are more enthusiastic and interested in carrying out learning. The percentage of students' learning completeness classically increased, which in the first cycle was only 69.23% after improvements in the second cycle increased by 88.46%. Kata kunci: perubahan sosial budaya, model pembelajaran berbasis masalah; hasil belajar mailto:elfiahhjspt@gmail.com Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 112 PENDAHULUAN Dalam pembelajaran mata pelajaran IPS perlu diupayakan pengelolaan yang lebih optimal. Guru harus mengupayakan bagaimana agar peserta didik mudah memahami konsep dan substansi materi pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan penuh motivasi. Proses pembelajaran yang menarik dan efektif nantinya akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. SMP Negeri 1 Sampit dengan sekolah unggulan memiliki input peserta didik dari Sekolah Dasar (SD) yang memiliki rata-rata kompetensi akademik menengah ke atas. Input peserta didik SMP Negeri 1 Sampit merupakan peserta didik yang sangat potensial. Kondisi tersebut membuat SMP Negeri 1 Sampit memiliki tantangan yang tidak ringan. Dalam pembelajaran IPS, berbagai masalah yang dihadapai salah satunya berkaitan dengan sub mata pelajaran Sosiologi Secara umum, masalah itu berkaitan dengan masih rendahnya rata-rata hasil belajar belajar peserta didik. Dalam hal ini, para peserta didik belum dapat mencapai hasil belajar optimal sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan. Fenomena yang terjadi dalam pembelajaran IPS, submata pelajaran Sosiologi di SMP Negeri 1 Sampit terdapat kesenjangan antara hasil belajar peserta didik yang berkompetensi tinggi dengan hasil belajar peserta didik yang masih rendah. Hal itu merupakan dampak dari pengelolaan pembelajaran yang secara konvensional masih didominasi oleh aktivitas guru. Akibatnya, komunikasi dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Sampit cenderung berlangsung satu arah. Aktivitas pembelajaran hanya berupa aktivitas menyalurkan informasi pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam kelas. Kondisi itu mengakibatkan peserta didik kurang aktif dan kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Fakta pembelajaran tersebut menjadi permasalahan dalam pembelajaran IPS yang menuntut untuk dipecahkan secara efektif. Peneliti mengamati gejala rendahnya partisipasi aktif dan motivasi belajar peserta didik di kelas dalam submata pelajaran Sosiologi. Peserta didik tampak tidak bergairah mengikuti pembelajaran. Banyak peserta didik bersikap seolah Sosiologi bukan materi pembelajaran yang penting. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya peserta didik yang bicara sendiri dengan temannya ketika pembelajaran berlangsung. Hal itu berakibat pada rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi pembelajaran dan penguasaan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Akhirnya, hasil belajar peserta didik rendah hal ini terjadi terutama terjadi pada peserta didik kelas IX Ruang 5 SMP Negeri 1 Sampit pada saat mempelajari materi Perubahan Sosial Budaya. Kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar atau ketuntasan belajar yang telah ditentukan kriteria ketuntasan minimalnya (KKM). Selain itu, nilai rata rata ulangan harian yang dicapai peserta didik kelas IX Ruang 5 SMP Negeri 1 Sampit juga masih rendah dan dengan jumlah peserta didik yang tuntas sebanyak 46%. Hal ini belum mencapai KKM yang telah ditetapkan, yakni secara individual KKM ditetapkan 77 dan secara klasikal minimal ketuntasan 85%. Memperhatikan fenomena yang ada, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas (action research) dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bahwa dengan model pembelajaran yang digunakan terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep materi Sosiologi “Perubahan sosial budaya” dengan demikian hasil belajarpun akan meningkat. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Berbasis Masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana peserta didik diberikan suatu masalah yang Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 113 menarik dan berhubungan dengan materi pembelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk mendiskusikan secara kelompok, tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru juga mengarahkan peserta didik untuk berani menyampaikan pendapat, bertanya dan menjawab serta menyimpulkan permasalahan. Model pembelajaran Berbasis Masalah ini digunakan dengan tujuan agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh selama melaksanakan pembelajaran. Selain itu, model pembelajaran ini juga dinilai dapat menumbuhkan pemahaman peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan baik dengan harapan hasil belajar peserta didik dapat meningkat dan tuntas. Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2000:1) mengemukakan bahwa langkah-langkah (sintaks) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut.Fase Indikator Tingkah Laku Guru. 1. Orientasi peserta didik pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan dan memotivasi peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah. Mengorganisasi peserta didik untuk belajar. 2. Membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3. Membimbing pengalaman individual/kelompok Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. 4. Membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. Menurut Jodion Siburian dkk, dalam panduan materi Model Pembelajaran Sains (2010:174), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah. Melalui masalah tersebut peserta didik belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar. Menurut Muslimin, dalam Boud dan Felleti (2000:7), pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran Berbasis Masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik, akan tetapi pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri. Rusman (2010:232), menyatakan pembelajaran Berbasis Masalah memiliki karakteristik yang berbeda dengan model-model pembelajaran lainnya. Karakteristik model pembelajaran Berbasis Masalah antara lain (1) permasalahan menjadi Starting Point dalam pembelajaran, (2) permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak berstruktur, (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda (Multiple Perspective), (4) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam mengajar, (5) belajar pengaharan diri menjadi hal utama, (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 114 beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM, (7) belajar adalah kolaboratif, komunikasi dan kooperatif, (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan, (9) keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan (10) PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dalam proses belajar. Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX Ruang 5 SMP Negeri 1 Sampit, dengan jumlah peserta didik 26 orang. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran IPS berlangsung dengan materi pokok bahasan ”Perubahan Sosial dan Budaya”. Peserta didik yang dijadikan responden penelitian, diidentifikasi dengan pengkodean responden. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SMP Negeri 1 Sampit yang beralamat di Jalan R. A. Kartini No. 1 Sampit, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang Kabupaten Kotawaringin Timur. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes, dan catatan hasil refleksi atau diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana serta kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti. Berdasarkan data yang sudah diperoleh, selanjutnya data tersebut dianalisis dengan tujuan apakah hasil data yang kita peroleh sudah sesuai dengan tujuan atau belum. Analisis data ini digunakan untuk mengetahui indikator keberhasilan penelitian sudah tercapai atau belum. Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penemuan yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai peserta didik juga untuk mengetahui respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Kesimpulan, Integrasi dan Evaluasi Penyajian Solusi dan Refleksi Pertemuan dan Laporan Analisis Masalah dan Isu Belajar Menentukan Masalah Belajar Pengarahan Diri Belajar Pengarahan Diri Belajar Pengarahan Diri Belajar Pengarahan Diri Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 115 Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 mulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2014. Dalam penelitian tindakan kelas ini, pendidik sebagai peneliti dan penanggung jawab penuh. Pendidik dalam hal ini peneliti, terlibat secara penuh dalam perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi pada tiap siklusnya. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Waktu tersebut dianggap mampu memenuhi kepuasan peneliti dalam mencapai hasil yang dinginkan dan mengatasi persoalan yang ada. Untuk memudahkan peneliti didalam melakukan penelitian tindakan kelas ini maka dirancang dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan atau tindakan, Observasi dan refleksi. Penyusunan tiap tahapan pada tiap siklus dirancang sesuai dengan yang akan dicapai. 1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Terdiri dari kegiatan antara lain menyusun rencana pembelajaran, menyusun alokasi waktu dan memilih alat peraga yang tepat, menentukan teman sejawat atau observer sebagai patner penelitian, identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah, dan menyusun alat evaluasi. b. Pelaksanaan Tindakan Terdiri dari kegiatan antara lain mengadakan presensi mengetahui kehadiran, guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisa buku paket masing-masing, melalui diskusi kelompok 4–5 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, diterapkan model pembelajaran Berbasis Masalah guru membimbing dan mengarahkan jalannya peserta didik memecahkan masalah yang sudah ditetapkan, dan pemberian tes formatif. c. Observasi Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pengamat mengamati jalannya pembelajaran dengan model pembelajaran Berbasis Masalah dan menilai aktifitas peserta didik, melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan, mengamati frekuensi peserta didik bertanya, dan turut menilai tes formatif peserta didik. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mencatat semua temuan baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada siklus I, selanjutnya untuk mengadakan perbaikan dan merancang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah untuk pelaksanaan pada siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan Terdiri dari kegiatan antara lain identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada siklus I, merancang kembali skenario pembelajaran,tes yang akan digunakan, pedoman observasi dan menyiapkan media pembelajaran, menyusun kembali kolaborasi dengan teman sejawat, dan menyusun alat evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 116 b. Pelaksanaan atau Tindakan Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan antara lain mengadakan presensi kehadiran peserta didik, pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran, guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada peserta didik untuk memperhatikan atau menganalisa seperti di siklus I, melalui diskusi kelompok 4–5 orang peserta didik, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas, tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya, mulai dari komentar atau hasil diskusi peserta didik, guru mulai menjelaskan materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. c. Observasi Terdiri dari kegiatan mengamati jalannya pembelajaran dengan model pembelajaran Berbasis Masalah dan menilai peserta didik, dan mengamati peserta didik dalam materi hingga evaluasi dan perbaikannya. d. Refleksi Refleksi pada siklus II digunakan apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Pada akhir siklus II ini, melalui penggunaan model pembelajaran Berbasis Masalah diharapkan hasil belajar IPS peserta didik kelas IX ruang 5 SMP Negeri 1 Sampit dapat meningkat. HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Pembahasan Pratindakan Pembelajaran pra tindakan dilaksanakan melalui penggunaan metode searah dari guru ke peserta didik. Tehnik yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. Realisasi dikelas pembelajaran didominasi oleh guru, peserta didik secara pasif menerima materi pembelajaran dari. Kegiatan pembelajaran menggunakan buku teks dan lembar kerja dari guru. Diakhir pembelajaran guru melaksanakan evaluasi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dari 26 peserta didik jumlah peserta didik yang tuntas pada materi Perubahan Sosial 12 peserta didik atau 46,15%. Peserta didik lainnya berjumlah 53,85% peserta didik belum tuntas. Secara klasikal pencapaian itu menunjukkan pada KD ”Perubahan sosial budaya dalam masyarakat” peserta didik masih belum tuntas pada saat pembelajaran dilakukan tanpa melakukan inovasi atau tindakan. Data Penelitian Siklus I dan Siklus II Siklus I 1) Perencanaan Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar obervasi peserta didik dan guru yang digunakan untuk mengamati aktivitas proses pembelajaran selama penelitian berlangsung, menyiapkan Lembar Diskusi Peserta didik (LDS), dan menyiapkan tes evaluasi (tes hasil belajar). 2) Pelaksanaan atau Tindakan Dalam hal ini belum dilakukan tamnahan kegiatan yang spesifik. 3) Observasi dan Evaluasi Hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh guru sejawat (pendamping) dengan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Semua aktivitas guru yang nampak diberi tanda (√) sesuai dengan aktivitas yang diamati. Adapun hasil yang diperoleh Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 117 yaitu aktivitas guru tergolong dalam kategori baik namun dalam siklus I masih ada yang perlu diperbaiki. (Lembar Pengamatan dilampiran) 4) Hasil Evaluasi Belajar Peserta Didik Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan diperolehh data seperti pada tabel berikut ini: Tabel 1. Hasil Pembelajaran Siklus I Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil evaluasi belajar peserta didik diperoleh rata-rata nilai sebesar 82,31. Dari 26 peserta didik terdapat 18 peserta didik yang tuntas dan 8 peserta didik tidak tuntas. Sehingga ketuntasan klasikal diperoleh 69,23%. Karena ketuntasan klasikal tercapai apabila banyaknya peserta didik yang tuntas 85%, maka pada siklus I ini ketuntasan klasikal belum tercapai. 5) Refleksi Dilihat dari analisis evaluasi pada siklus I presentase ketuntasan belajar belum tercapai 69,23%. Hal ini disebabkan karena belum sempurnanya penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah pada siklus I. Pada siklus II diadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala pada siklus I seperti: kurangnya LDS, masih ada peserta didik yang No. Nama Jenis Kelamin Kode Responden Nilai Tuntas/ Tidak Tuntas 1. Ahames Rafi Gani L Sos – 1 90 Tuntas 2. Ainul Yudha L Sos – 2 70 Tidak Tuntas 3. Alfiansyah L Sos – 3 75 Tidak Tuntas 4. Andi Gilang L Sos – 4 80 Tuntas 5. Aulia Astrid P Sos – 5 95 Tuntas 6. Dayu Rila P Sos – 6 90 Tuntas 7. Dea Azizah P Sos – 7 85 Tuntas 8. Efri Deo Matopani L Sos – 8 75 Tidak Tuntas 9. Elvina Nuristiqomah P Sos – 9 90 Tuntas 10. Feri Ilham Alamsyah L Sos – 10 70 Tidak Tuntas 11. Heykal Azriel liani L Sos – 11 80 Tuntas 12. Lisandro Bhekti L Sos – 12 75 Tidak Tuntas 13. M.Ramadhana Rahman L Sos – 13 80 Tuntas 14. Maymuna Luthffiyah P Sos – 14 70 Tidak Tuntas 15. Marino Artamevio L Sos – 15 85 Tuntas 16. Muhamad Fariz L Sos – 16 80 Tuntas 17. Ni Komang Sawitri P Sos – 17 95 Tuntas 18. Noor Aisyah Dinna P Sos – 18 90 Tuntas 19. Noor Afifah Haifa P Sos – 19 95 Tuntas 20. Nugroho Fadilah L Sos – 20 70 Tidak Tuntas 21. Rizka Safitri P Sos – 21 85 Tuntas 22. Rizka Novianti P Sos – 22 90 Tuntas 23. Sourina Mutiara P Sos – 23 80 Tuntas 24. Sulaiman Rezky L Sos – 24 75 Tidak Tuntas 25. Zahra Tiara Rizwandya P Sos – 25 85 Tuntas 26. M.Jamalul Ihsan L Sos – 26 85 Tuntas Jumlah Nilai 2140 Rata-rata Nilai 82,31 % Siswa Tuntas 69,23% % Siswa Tidak Tuntas 30,77% Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 118 belum aktif dalam diskusi, perhatian guru tidak merata pada semua kelompok dan guru tidak mengontrol peserta didik yang tidak aktif pada kelompok tertentu. Siklus II 1) Perencanaan Hasil penelitian siklus II merupakan perbaikan dan kelanjutan dari siklus I. Penelitan pada siklus II diawali dengan tahap perencanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Berikut akan diuraikan pelaksanaan penelitian siklus II. Perencanaan penelitian siklus II tidak jauh beda dengan siklus I. Pada tahap perencanaan ini juga dilakukan persiapan seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar observasi aktivitas peserta didik dan guru, menyiapkan lembar diskusi peserta didik (LDS), dan menyiapkan tes evaluasi (tes hasil belajar). 2) Pelaksanaan Pada siklus II ini diusahakan perbaikan-perbaikan terhadap kegiatan belajar-mengajar sebelumnya berdasarkan hasil observasi. Materi yang diajarkan pada siklus II ini adalah yaitu ”Perubahan sosial budaya dalam masyarakat”. Siklus ke II ini dilaksanakan sama seperti siklus I yaitu satu kali pertemuan. 3) Observasi a) Hasil observasi aktivitas peserta didik Berdasarkan kriteria penggolongan aktivitas peserta didik yang telah diobservasi secara kelompok pada siklus II berkategori sangat aktif hampir semua peserta didik. b) Hasil observasi aktivitas guru Hasil observasi diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh guru sejawat (pendamping) dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan. Semua aktivitas guru yang nampak diberi tanda ceklis (√) dalam lembar observasi. Adapun hasil yang diperoleh yaitu aktivitas guru tergolong dalam kategori sangat baik. Hasil evaluasi belajar peserta didik Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan diperoleh data seperti pada tabel berikut ini: Tabel 2. Hasil Pembelajaran Siklus II No. Nama Jenis Kelamin Kode Responden Nilai Tuntas/ Tidak Tuntas 1. Ahames Rafi Gani L Sos – 1 95 Tuntas 2. Ainul Yudha L Sos – 2 85 Tuntas 3. Alfiansyah L Sos – 3 80 Tuntas 4. Andi Gilang L Sos – 4 85 Tuntas 5. Aulia Astrid P Sos – 5 100 Tuntas 6. Dayu Rila P Sos – 6 95 Tuntas 7. Dea Azizah P Sos – 7 90 Tuntas 8. Efri Deo Matopani L Sos – 8 85 Tuntas 9. Elvina Nuristiqomah P Sos – 9 95 Tuntas Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 119 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa hasil evaluasi belajar peserta didik diperoleh rata-rata nilai sebesar 88,85. Dari 26 peserta didik pada siklus II ini terdapat 23 peserta didik yang tuntas dan 3 peserta didik tidak tuntas. Sehingga ketuntasan klasikal diperoleh 88,46%. Karena ketuntasan klasikal tercapai apabila banyaknya peserta didik yang tuntas lebih dari 85%, maka pada siklus II ini ketuntasan klasikal sudah tercapai. c) Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah pada materi pelajaran IPS. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (1) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa peserta didik aktif selama proses belajar berlangsung. (2) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. Hasil yang diperoleh pada siklus II rata-rata persentase aktivitas belajar peserta didik sebesar 80 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar 88,46%. Dari hasil penelitian siklus II dapat disimpulkan terdapat peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep melalui model pembelajaran Berbasis Masalah pada materi “Perubahan sosial budaya dalam masyarakat”. Hal ini bisa dilihat dari perolehan tes yang diberikan menunjukkan hasil yang memenuhi ketuntasan yang ditetapkan. Dari tindakan siklus II dapat diketahui bahwa target yang telah ditetapkan dalam kurikulum telah tercapai 10. Feri Ilham Alamsyah L Sos – 10 80 Tuntas 11. Heykal Azriel liani L Sos – 11 90 Tuntas 12. Lisandro Bhekti L Sos – 12 70 Tidak Tuntas 13. M.Ramadhana Rahman L Sos – 13 85 Tuntas 14. Maymuna Luthffiyah P Sos – 14 75 Tidak Tuntas 15. Marino Artamevio L Sos – 15 95 Tuntas 16. Muhamad Fariz L Sos – 16 90 Tuntas 17. Ni Komang Sawitri P Sos – 17 100 Tuntas 18. Noor Aisyah Dinna P Sos – 18 95 Tuntas 19. Noor Afifah Haifa P Sos – 19 100 Tuntas 20. Nugroho Fadilah L Sos – 20 75 Tidak Tuntas 21. Rizka Safitri P Sos – 21 95 Tuntas 22. Rizka Novianti P Sos – 22 90 Tuntas 23. Sourina Mutiara P Sos – 23 90 Tuntas 24. Sulaiman Rezky L Sos – 24 85 Tuntas 25. Zahra Tiara Rizwandya P Sos – 25 95 Tuntas 26. M.Jamalul Ihsan L Sos – 26 90 Tuntas Jumlah Nilai 2310 Rata-rata Nilai 88,85 % Siswa Tuntas 88,46% % Siswa Tidak Tuntas 11,54% Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.31 120 yaitu 85%. Peserta didik yang mendapat ≥77, prosentase ketuntasannya sebesar 88,46%. Dengan demikian maka tindakan dihentikan. Dari serangkaian tindakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Berbasis Masalah di sekolah peneliti, terlihat secara bertahap adanya peningkatan yang signifikan. Baik peningkatan hasil belajar peserta didik maupun peningkatan kemampuan pendidik sendiri dalam proses pembelajaran. Namun demikian bukan berarti keberhasilan ini tanpa adanya hambatan, ada hambatan walau hanya hambatan kecil. Hambatan dalam penelitian ini bahwa masih adanya peserta didik yang melupakan tugas untuk dikerjakan di rumah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran IPS tentang materi Perubahan Sosial hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Hal ini karena kemampuan dalam memahami suatu konsep peserta didik yang meningkat. SIMPULAN Dari hasil pelaksanaan tindakan, analisis dan refleksi atas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat disimpulkan beberapa temuan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran Berbasis Masalah menarik dan tidak membuat peserta didik bosan dalam proses belajar mengajar. 2. Model pembelajaran Berbasis Masalah dapat membantu pengembangan aktivitas pendidik dalam proses belajar mengajar. 3. Dengan menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah hasil belajar peserta didik meningkat. Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dan meningkatkan mutu pembelajaran dalam Materi Perubahan Sosial dalam masyarakat di SMP, maka pemilihan model pembelajaran Berbasis Masalah merupakan salah satu alternatif yang layak dikembangkan untuk mengatasi masalah rendahnya mutu proses dan hasil pembelajaran di jenjang SMP. DAFTAR RUJUKAN [1] Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas. [2] Jodion Siburian, dkk (2010:174). Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains. [3] Made Wena, 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Komteporer, Bumi Aksara. [4] Masnur Muslich, 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Bumi Aksara. [5] Sumiarti, Asra. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. [6] Undang-undang Sisdiknas 2003.