Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 189 Received : 19-08-2020 Revised : 22-09-2020 Published : 09-10-2020 UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK DI SDN KEBEN KECAMATAN GADING KABUPATEN PROBOLINGGO Didik Suyitno SD Negeri Keben Probolinggo, Indonesia didiksuyitno04@gmail.com Abstrak: Esensi supervisi akademik tidak hanya menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan juga membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan mutu pembelajaran melalui supervisi akademik. Penerapan supervisi akademik digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran siswa, minat belajar siswa, dan kemampuan guru dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran sehingga sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) dengan menggunakan metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Dengan dilaksanakannya supervise akademik, bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun administrasi mengajar dan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyiapkan perencanaan pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu pembelajaran. Abstract: The essence of academic supervision is not only assessing the performance of teachers in managing the learning process, but also helping teachers develop their professional skills. This study aims to describe the improvement of the quality of learning through academic supervision. The application of academic supervision is used to improve the quality of student learning, student interest in learning, and the ability of teachers to manage the implementation of learning so that it is in accordance with predetermined standards. This research is in the form of School Action Research using descriptive methods, using percentage techniques to see the increase that occurs from cycle to cycle. By implementing academic supervision, continuous guidance can increase teacher motivation in arranging teaching administration and can increase teacher competence in preparing lesson plans which in turn improve the quality of learning. Kata kunci: supervise akademik, peningkatan mutu pembelajaran, minat siswa mailto:didiksuyitno04@gmail.com Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 190 PENDAHULUAN UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, ” guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Kepemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru. Dengan kata lain, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman (1981). Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya: Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan murid-murid di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid? Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik, yaitu (a) Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989); (b) Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru; dan (c) Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid- muridnya. Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 191 Menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya. Pertama, apa yang disebut dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran. Ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya. Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri. METODE Subjek pada penelitian ini adalah guru SDN Keben Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo, yang terdiri dari 4 orang guru pegawai negeri sipil dan 5 orang guru tidak tetap. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang dikumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, (1999:2), yakni: a. Rencana Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 192 dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c) memberikan bimbingan dalam menyusun proses pembelajaran b. Pelaksanaan Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam perencanaan pembelajaran yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada guru. c. Observasi Peneliti melakukan pengamatan terhadap perencanaa pembelajaran untuk memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam mengevaluasi program, proses, dan hasil pembelajaran. Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian. d. Refleksi Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap kegiatan proses pembelajaran. Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Didik Suyitno S.Pd. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.” Alur PTS dapat dilihat pada Gambar berikut : PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGAMATAN REFLEKSI Gambar 1. Alur PTS Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi berupa hasil karya penyusunan administrasi mengajar, wawancara dan instrument analisis penilaian. (1) Perencanaan Tindakan yang terdiri dari (a) pemilihan topik, (b) Melakukan review silabus untuk mendapatkan kejelasan tujuan pembelajaran untuk topik tersebut dan mencari ide-ide dari materi yang ada dalam buku pelajaran, (c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, (d) Menentukan indikator yang akan dijadikan acuan, (e) Mempersiapkan kelompok mata pelajaran, (f) Mempersiapkan media pembelajaran, (g) Membuat format evaluasi, (h) Membuat format observasi, dan (i) Membuat angket respon guru dan siswa; (2) Pelaksanaan Tindakan, yang terdiri dari langkah-langkah (a) Setiap guru yang telah menyusun rencana pembelajaran menyajikan atau mempresentasikan rencana pembelajarannya, sementara rekan/guru lain memberi masukan, sampai akhirnya diperoleh rencana pembelajaran yang lebih baik, (b) Guru yang ditunjuk menggunakan masukan-masukan tersebut untuk memperbaiki rencana pembelajaran, dan (c) Guru yang ditunjuk tersebut mempresentasikan rencana pembelajarannya di depan kelas untuk mendapatkan umpan balik, dan (3) Pelaksanaan Pengamatan (observasi), yang terdiri dari (a) Observer melakukan pengamatan sesuai rencana dengan menggunakan lembar observasi, (b) Menilai tindakan dengan Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 193 menggunakan format evaluasi, dan (c) Pada tahap ini seorang guru melakukan implementasi rencana pembelajaran yang telah disusun, guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif persentase, yakni membandingkan persentase jumlah guru yang membuat administrasi mengajar dan perencanaan pembelajaran, seperti (1) Peningkatan pembuatan administrasi mengajar yang dilakukan oleh guru minimal 75%, (2) Peningkatan perencanaan pembelajaran melalui supervisi akademik yang dilakukan oleh guru minimal 80%, dan (3) Pembelajaran yang bermutu yang ditandai dengan tingkat keaktifan siswa dalam belajar di atas 75 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap lima RPP yang dibuat guru (khusus pada siklus 1), diperoleh data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen dan sub-subkomponen RPP penerapan model pembelajaran tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian hasil belajar (pedoman penskoran dan kunci jawaban). Rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang interaktif, inspiratif, dan sistematis. Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun administrasi mengajar dari siklus ke siklus . Hal itu dapat dilihat pada lampiran rekapitulasi administrasi mengajar dengan berbagai model pembelajaran dari Siklus 1 ke Siklus 2. Tabel 1. Kondisi guru SDN Keben kecamatan Gading Kab.Probolinggo sesuai jawaban angket No Uraian Jawaban Total Skor A B C D Blangko 1 Didik Suyitno S.Pd ( Kepsek) 7 4 1 42 2 Intan Ilmiyah S.Pd ( Guru Kls I) 6 4 2 40 3 Sehrotul Mufidah S.Pd.SD ( Guru Kls II) 8 2 1 1 41 4 Sulaiman S.Pd ( Guru Kls III) 8 2 1 1 41 5 Sulthon Handoko S.Pd.SD ( Guru Kls IV) 8 4 44 6 Fathor rasid S.Pd.SD ( Guru Kls V) 6 4 2 40 7 Misro Wijoyo S.Pd ( Guru Kls VI) 8 4 44 8 Suja’i S.PdI ( Guru PAI) 7 4 1 41 9 Zenol S.Pd.O ( Guru Penjas) 6 4 2 40 Jumlah 373 Ket : Skor jawaban A = 4, B = 3, C = 2, D = 1 Indikator 41 – 44 = Sangat Baik 36 – 40 = Baik 30 – 35 = Cukup < 30 = kurang Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 194 Siklus 1 Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Perencanaan ( Planning ) terdiri dari tindakan (a) Membuat lembar wawancara pra observasi dan pasca observasi, (b) Membuat format/instrumen penilaian administrasi mengajar, (c) Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RPP penerapan model-model pembelajaran siklus 1 dan 2, dan (d) Membuat angket guru tentang supervisi akademik dalam pelaksanaan pembelajaran Tabel 2. Kondisi awal guru SDN keben kecamatan Gading Kab.Probolinggo yang membuat administrasi mengajar tahun pembelajaran 2019//2020 (Senin, 22 juli 2019) No Nama Silabus RPP Prota Prosem DH DN Ket 1 Didik Suyitno S.Pd ( Kepsek)        2 Intan Ilmiyah S.Pd ( Guru Kls I)       3 Sehrotul Mufidah S.Pd.SD ( Guru Kls II)        4 Sulaiman S.Pd ( Guru Kls III)       5 Sulthon Handoko S.Pd.SD ( Guru Kls IV)       6 Fathor rasid S.Pd.SD ( Guru Kls V)        7 Misro Wijoyo S.Pd ( Guru Kls VI)      8 Suja’i S.PdI ( Guru PAI)       9 Zenol S.Pd.O ( Guru Penjas)        = Guru yang dipilih untuk mewakili semua guru yang ada Tabel 3. Format tindak lanjut hasil supervisi akademis No Nama Guru Temuan/masalah Rencana Tindak Lanjut Hasil yang diharapkan 1 Didik Suyitno S.Pd ( Kepsek) 2 Intan Ilmiyah S.Pd ( Guru Kls I) I.6, II.A.4, II.B.11.b Dialog kolaboratif Lebih baik 3 Sehrotul Mufidah S.Pd.SD ( Guru Kls II) I.6, II.A.3, II.B.11.g Dialog kolaboratif Lebih baik 4 Sulaiman S.Pd ( Guru Kls III) II.A.4, II.B.11.b, II.C.3 Dialog kolaboratif Lebih baik 5 Sulthon Handoko S.Pd.SD ( Guru Kls IV) I.5, II.A.4, II.B. Dialog kolaboratif Lebih baik 6 Fathor rasid S.Pd.SD ( Guru Kls V) I.6, II.A.5, II.B.11.b Dialog kolaboratif Lebih baik 7 Misro Wijoyo S.Pd ( Guru Kls VI) I.6, II.A.4, II.B.11.b Dialog kolaboratif Lebih baik 8 Suja’i S.PdI ( Guru PAI) I.5, II.A.3, II.B.11.d Dialog kolaboratif Lebih baik 9 Zenol S.Pd.O ( Guru Penjas) I.6, II.A.3, II.B.11.g Dialog kolaboratif Lebih baik Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 195 Pelaksanaan (Acting) Pada awal siklus pertama administrasi mengajar yang dibuat para guru belum sesuai seperti keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya komponen administrasi mengajar seperti 1) silabus, 2) RPP, 3) Prota, 4) Promes, 5) Daftar hadir (DH), dan 6) Daftar Nilai (DN) belum dibuat oleh guru. Pengamatan (Observasi) Hasil pengamatan pada siklus 1 dapat dideskripsikan berikut ini: Pengamatan dilaksanakan Senin, 22 Juli 2019, terhadap lima orang guru. Semuanya menyusun administrasi mengajar, tapi masih ada guru yang belum melengkapi administrasi mengajarnya dengan komponen administrasi mengajar seperti 1) silabus, 2) RPP, 3) Prota, 4) Promes, 5) Daftar hadir (DH), dan 6) Daftar Nilai (DN). Hasil pengamatan dari sepuluh guru didapatkan sbb :  Satu orang tidak melengkapinya dengan RPP  Satu orang tidak melengkapinya dengan prota  Satu orang tidak melengkapinya dengan promes  Satu orang tidak melengkapinya dengan Silabus  Satu orang tidak melengkapinya Daftar Nilai (DN) Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya dengan pendekatan dialog kolaboratif Refleksi Kegiatan refleksi berupa renungan atau pertanyaan yang dapat dijadikan acuan untuk melangkah ke siklus 2, antara lain (a) Apakah selama ini guru sudah melengkapi semua administrasinya dengan lengkap?, (b) Apakah belum ada sosialisasi tentang perubahan atau pengembangan administrasi mengajar?, (c) Apakah langkah yang telah diambil pada siklus 1 dapat menyelesaikan masalah administrasi mengajar guru?, dan (d) Apakah solusi yang ditawarkan peneliti dapat meningkatkan mutu pembelajaran ? Siklus Kedua (II) Siklus ke 2 juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Hasil pengamatan pada siklus ke dapat dideskripsikan berikut ini: Pengamatan dilaksanakan Senin, 09 September 2019, terhadap sembilan orang guru. Semuanya menyusun administrasi mengajar, tapi masih ada guru yang belum sepenuhnya melengkapi komponen-komponen administrasi mengajar yang diperlukan, diantaranya dua orang tidak melengkapinya Daftar Nilai (DN). Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya dengan pendekatan dialog kolaboratif Tabel 4. Kondisi akhir guru SDN Keben kecamatan gading kab.Probolinggo yang membuat administrasi mengajar tahun pembelajaran 2019/2020 No Nama Silabus RPP Prota Prosem DH DN Ket 1 Didik Suyitno S.Pd (Kepsek)        2 Intan Ilmiyah S.Pd (Guru Kls I)       3 Sehrotul Mufidah S.Pd.SD (Guru Kls II)       4 Sulaiman S.Pd (Guru Kls III)         = Guru yang dipilih untuk mewakili semua guru yang ada Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 196 5 Sulthon Handoko S.Pd.SD (Guru Kls IV)       6 Fathor rasid S.Pd.SD ( Guru Kls V)       7 Misro Wijoyo S.Pd ( Guru Kls VI)       8 Suja’i S.PdI ( Guru PAI)       9 Zenol S.Pd.O ( Guru Penjas)        = Guru yang dipilih untuk mewakili semua guru yang ada Tabel 5. Format tindak lanjut hasil supervisi akademis No Nama Guru Temuan/ masalah Rencana Tindak Lanjut Hasil yang diharapkan 1 Didik Suyitno S.Pd ( Kepsek) 2 Intan Ilmiyah S.Pd ( Guru Kls I) Dialog kolaboratif Lebih baik 3 Sehrotul Mufidah S.Pd.SD ( Guru Kls II) Dialog kolaboratif Lebih baik 4 Sulaiman S.Pd ( Guru Kls III) Dialog kolaboratif Lebih baik 5 Sulthon Handoko S.Pd.SD ( Guru Kls IV) Dialog kolaboratif Lebih baik 6 Fathor rasid S.Pd.SD ( Guru Kls V) II.B.11.b Dialog kolaboratif Lebih baik 7 Misro Wijoyo S.Pd ( Guru Kls VI) II.A.4, Dialog kolaboratif Lebih baik 8 Suja’i S.PdI ( Guru PAI) II.B.11.d Dialog kolaboratif Lebih baik 9 Zenol S.Pd.O ( Guru Penjas) I.6, II.A.3 Dialog kolaboratif Lebih baik Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SDN Keben kecamatan Gading Kab. Probolinggo terdiri atas empat puluh (9) guru, dan dilaksanakan dalam siklus 1 dan siklus 2. LIma guru dianggap mewakili dari tiap guru kelas yang diwawancarai. Meskipun begitu semua guru tetap diwajibkan melengkapi administrasi mengajarnya. Semua guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun administrasi mengajar dengan lengkap. Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan penyusunan administrasi mengajar. Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun administrasi mengajar, terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. a. Silabus Dari ke-9 guru yang telah membuat silabus hasilnya cukup baik, tidak ada satu pun guru yang tidak membuat silabus. Dengan kata lain 100% . b. Rencana Pelajsanaan Pembelajaran (RPP) Adanya peningkatan pembuatan RPP yakni 1 guru yang sebelumnya tidak membuat RPP, pada siklus 2 semuanya membuat RPP setelah berdialog dengan peneliti, dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 11,3 % c. Program Tahunan (Prota) Adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan prota terhadap ke-9 guru yang disupervisi. Jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prota, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah berdialog dengan peneliti. d. Program Semester (Prosem) Adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan prosem terhadap ke-9 guru yang disupervisi. Jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prosem, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah dilakukan wawancara dengan peneliti. Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 197 e. Daftar Hadir (DH) Adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan daftar hadir terhadap ke-9 guru yang disupervisi. Jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prosem, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah dilakukan wawancara dengan peneliti. f. Daftar Nilai (DN) Adanya peningkatan sebesar 11,3 % dalam pembuatan daftar nilai terhadap ke-9 guru yang disupervisi. Jika pada siklus 1 terdapat 1 guru yang tidak membuat prosem, maka pada siklus 2 semua guru sudah membuatnya setelah dilakukan wawancara dengan peneliti. Sedangkan hasil dari instrumen supervisi akademik pada semua guru adalah sebagai berikut : a. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin I.5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. b. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin I.6. Buku nilai yang memuat semua tagihan yang telah dilaksanakan. c. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.A.3. Apersepsi. d. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.A.4. Kejelasan kompetensi dasar / indikator. e. 1 guru (11,13%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.A.5. Kesiapan bahan ajar. f. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.B.11.b Siswa membuat rangkuman/kesimpulan yang dibimbing guru g. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.B.11.d Berkomunikasi lisan/tertulis h. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.B.11.g Mengambil keputusan/menarik kesimpulan i. 2 guru (22,66%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.C.2. Membersihkan ala/bahan selesai digunakan j. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.C.3. Tugas untuk pertemuan berikutnya Setelah dilakukan dialog kolaboratif dengan para guru agar melengkapi semua administrasi mengajarnya, maka dihasilkan peningkatan sebagai berikut : a. 2 guru (22,66%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin I.5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan sebesar 22,66% b. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin I.6. Buku nilai yang memuat semua tagihan yang telah dilaksanakan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% c. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.A.3. Apersepsi, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% d. 2 guru (22,66%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.A.4. Kejelasan kompetensi dasar / indikator, sehingga terjadi peningkatan sebesar 22,66% Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 198 e. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.A.5. Kesiapan bahan ajar, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% f. 1 guru (11,33%) sudah melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.B.11.b Siswa membuat rangkuman/kesimpulan yang dibimbing guru, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% g. 1 guru (11,33%) belum melaksanakan persiapan mengajar berkaitan dengan poin II.B.11.d Berkomunikasi lisan/tertulis, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% h. Semua guru sudah melaksanakan poin II.B.11.g Mengambil keputusan/menarik kesimpulan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% i. 1 guru sudah melaksanakan poin II.C.2. Membersihkan alat/bahan selesai digunakan, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,33% j. Semua guru sudah melaksanakan poin II.C.3. Tugas untuk pertemuan berikutnya, sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,333% Adanya keseriusan para guru yang disupervisi akademik menghasilkan tidak hanya peningkatan kemampuan mengajar mereka, melainkan juga administrasi mengajar mereka lengkap sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran walaupun hanya mencapai peningkatan 98,00%. SIMPULAN Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun administrasi mengajar dengan lengkap dan perencanaan mengajar melalui supervisi akademik sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermutu. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun administrasi mengajar apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan administrasi mengajar/ RPP dari peneliti sehingga terjadinya peningkatan rata-rata dalam penyusunan administrasi mengajar sebesar 11,33% b. Kegiatan supervisi akademik dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyiapkan perencanaan pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan mutu pembelajaran. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengajar dari siklus ke siklus sehingga terjadinya peningkatan rata-rata dalam perencanaan pembelajaran sebesar 11,33% Vol.1 No.2 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i2.41 199 DAFTAR RUJUKAN [1] Erman Suherman, (2009). Model-model Pembelajaran. [2] Iim Waliman, dkk. 2001. Supervisi kelas (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat [3] Syaodih Nana, (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah(konsep,prinsif,dan instrumen). Bandung :Aditama. [4] Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. [5] Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. [6] Piet, A. Sahertian. Frans Mataheru, 1981. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan, Surabaya, Usaha Nasional. [7] Colin Marsh. (1996). Handbook for beginning teachers. Sydney : Addison Wesley Longman Australia Pry Limited. [8] Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/