Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 200 Received : 19-09-2020 Revised : 22-10-2020 Published : 09-11-2020 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PENUGASAN TERSTRUKTUR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI LEMBAGA KEUANGAN DAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL SISWA SMA Elfiah SMP Negeri 1 Sampit, Indonesia elfiahhjspt@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh penerapan model pembelajaran terstruktur dengan pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa. Dengan model penugasan terstuktur, siswa melakukan tugas terstruktur yang meliputi tiga kegiatan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Jenis penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dengan subjek penelitian siswa kelas IX. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit yang ditandai dengan pencapaian ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus, sebesar 88% yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 85% dan pencapaian nilai rata-rata kelas pada akhir siklus, sebesar 79 yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 77. Abstract: The purpose of this study was to describe the effect of implementing a structured learning model with assignments on student achievement. With a structured assignment model, students perform structured tasks which include three activities, namely preparation, implementation, and assessment. This type of research includes classroom action research conducted collaboratively with the research subjects of grade IX students. Based on the results of the study, it is known that there is an increase in student learning outcomes class IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit which is marked by the achievement of student learning completeness at the end of the cycle, by 88% which exceeds the classical research success indicators of 85% and the achievement of class average scores at the end of the cycle, which is 79 which exceeds the classical research success indicator of 77. Kata kunci: Efektivitas, Model pembelajaran, penugasan terstruktur, IPS mailto:elfiahhjspt@gmail.com Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 201 PENDAHULUAN Kualitas pendidikan sebagai salah satu pilar pengembangan sumberdaya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional. Pendidikan yang berkualitas hanya akan muncul dari sekolah yang berkualitas. Oleh sebab itu, upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan titik sentral upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas demi terciptanya tenaga kerja yang berkualitas pula. Dengan kata lain upaya peningkatan kualitas sekolah merupakan tindakan yang berkelanjutan. Dalam upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah, tenaga kependidikan yang meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, teknis sumber belajar, sangat diharapkan berperan sebagaimana tugas pokok dan fungsinya dan sebagai tenaga kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik atau guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik atau guru yang sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya. Memperhatikan hal di atas, SMP Negeri 1 Sampit senantiasa berupaya mengembangkan program peningkatan kompetensi guru. Hal itu dimaksudkan agar guru berkompetensi tinggi dan profesional dalam mengembangkan pembelajaran secara berkualitas. Upaya meningkatkan mutu pembelajaran dapat dilakukan melalui peningkatan kompetensi guru dalam menggunakan model pembelajaran. Kompetensi guru dalam mengembangkan model pembelajaran, akan meningkat bila dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi tersebut. Hal itu akan menunjang upaya mewujudkan peningkatan kompetensi guru secara menyeluruh mencakup empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Upaya tersebut dioptimalkan seiring dengan perubahan paradigma pendidikan yang saat ini berorientasi kepada pembelajaran yang lebih dinamis dan efektif. Guru dituntut untuk terus menerus melatih diri untuk memberdayakan berbagai model pembelajaran yang memiliki daya fungsional optimal. Penggunaan model pembelajaran membutuhkan keterampilan khusus. Hal itu berawal dari pembiasaan penggunaan model pembelajaran yang lebih mudah didapat, mudah digunakan, dan memiliki fungsi yang efektif dalam menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Mata Pelajaran IPS yang didominasi oleh aspek kognitif yang bersifat deskriptif dipersepsi sebagai mata pelajaran yang kurang memiliki daya tarik. Persepsi destruktif tersebut mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukkan banyak kesulitan yang terjadi dalam proses pembelajaran IPS. Hal itu dapat dialami oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran atau dapat juga dialami siswa sebagai subjek penerima materi pelajaran selama melakukan pembelajaran. Pembelajaran IPS selama ini disampaikan dengan menggunakan buku sumber yang tersedia dengan menggunakan metode ceramah. Inovasi dalam bidang pengembangan model pembelajaran IPS masih jarang dilakukan. Hal tersebut semakin menurunkan daya tarik pembelajaran IPS yang sebagian besar disampaikan melalui ceramah atau bercerita. Akibatnya, siswa semakin jenuh, pasif, kurang berminat, dan kurang berprestasi. Kondisi tersebut menjadi fenomena yang sering terjadi dalam pembelajaran IPS pada kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit. Pengembangan pembelajaran IPS yang dikelola secara konvensional melalui ceramah mengakibatkanefektifitas pencapaian tujuan pembelajaran kurang optimal. Para guru menyadari bahwa pembelajaran secara konvensional melalui ceramah kurang efektif. Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 202 Pada langkah awal, peneliti mengidentifikasi latar belakang masalah dan diharapkan dapat menemukan pemecahan sehingga hasil belajar dan kualitas pembelajaran IPS menjadi lebih baik.Salah satu implementasi kemampuan guru mengembangkan inovasi pembelajaran adalah variasi penggunaan model pembelajaran yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran memiliki fungsi yang strategis dalam upaya mewujudkan peningkatan kualitas pembelajaran IPS. Dalam pengembangan inovasi yang berkaitan dengan model pembelajaran ini, SMP Negeri 1 Sampit, yang berada di pusat kota Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, masih sering menghadapi permasalahan. Berbagai permasalahan tersebut pada dasarnya dihadapai oleh para guru. Berbagai permasalahan itu dialami juga oleh guru yang bertugas memadu pempelajaran IPS. Dampakya, kualitas pelaksanaan pembelajaran IPS belum berhasil dikembangkan secara efektif. Selama ini, kurangnya kemampuan mengembangkan model pembelajaran IPS ditandai dengan pembelajaran yang bertumpu pada pengetahuan tekstual melalui model ceramah. Hal itu menunjukkan bahwa guru IPS masih harus lebih memahami tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan kompetensi secara optimal dalam. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Sampit masih harus ditingkatkan pengelolaanya secara profesional. Guru dapat dinyatakan telah berhasil dalam mengelola pembelajaran bila mampu mewujukan dan mencapai tujuan dan kualitas pembelajaran secara optimal. Keberhasilan kegiatan pembelajaran tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan pembelajaran, dapat dilihat dari daya serap siswa dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Secara klasikal jika jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran dan berhasil mencapai ketuntasan di bawah 85%, berarti belum mencapai keberhasilan sesuai dengan kriteria minimal secara klasikal dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Sampit. Dengan demikian, proses pembelajaran harus diulangi kembali secara klasikal. Selain itu pengulangan pembelajaran berikutnya harus disertai dengan peninjauan kembali untuk dilakukan perbaikan. Kurangnya kualitas model pembelajaran di kelas juga dialami oleh peneliti, sebagai guru IPS di kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit. Hal itu mengakibatkan pembelajaran IPS menghadapi permasalahan. Oleh karena itu, kurangnya model pembelajaran dalam pembelajaran IPS akan peneliti angkat menjadi permasalahan yang sangat menarik melalui sebuah penelitian. Hal itu diharapkan dapat menjawab pentanyaan semua pemangku kepentingan terutama bagi diri sendiri sebagai acuan untuk perbaikan kinerja masa sekarang maupun yang akan datang, dan yang lebih utama untuk kepentingan pengembangan potensi siswa secara optimal. Peneliti semakin menyadari bahwa untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran IPS tersebut perlu dilakukan inovasi agar proses pembelajaran IPS lebih menarik. Salah satu terobosan yang dinilai efektif adalah dengan mengembangkan penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut peneliti sebagai guru mata pelajaran IPS mengupayakan penggunaan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan materi yang akan dijadikan bahan pembelajaran yaitu lembaga keuangan dan perdagangan internasional. Materi ini dinilai sangat efektif bila dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran penugasan terstuktur. Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 203 Dalam pembelajaran IPS, dengan model penugasan terstuktur, siswa melakukan tugas terstruktur yang meliputi tiga kegiatan, yaitu: persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Persiapan dilakukan oleh guru dengan cara menyiapkan, merencanakan bahan atau materi yang akan ditugaskan kepada siswa. Kemudian menginformasikan tugas tersebut kepada siswa disertai penjelasan yang menyangkut pelaksanaan tugas tersebut. Ruang lingkup kegiatan pokok model penugasan terstruktur dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni (1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap muka (di rumah); (2) Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap muka suatu pokok bahasan; (3) Siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok; dan (4) Pengumpulan tugas sekaligus pelaporan dijadikan dasar dilakukannya pemeriksaan dan penilaian. Dalam pelaksanaan tugas terstruktur kegiatan yang dilakukan oleh siswa, yaitu siswa mulai mengerjakan tugas tersebut secara perorangan maupun kelompok seperti yang dikehendaki guru. Peyelesaian tugas tersebut dilakukan dalam setiap satu kali tatap muka. Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan terutama terhadap hasil kegiatan terstruktur. Penilaian kegiatan terstruktur dilakukan setelah siswa selesai mengerjakan tugas terstruktur. Hasil penilaian tersebut dipertimbangkan dalam menentukan ketuntasan yang dicapai siswa. Akibat lainnya, penerapan pembelajaran secara konvensional melalui ceramah membuat sisw kurang aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Kenyataan tersebut sering terjadi pada saat pembelajaran yang terpusat pada pemahaman aspek pengetahuan, termasuk di dalamnya pada saat pembelajaran pada materi “lembaga keuangan dan perdagangan internasional.” Pembelajaran terstruktur, adalah bentuk pembelajaran sistematis. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersetruktur, guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam proses itu. Dapat juga pembelajaran terstruktur ini disebutkan sebagai pembelajaran yang berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai. Penugasan terstruktur merupakan bentuk kegiatan kurikuler sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran terstruktur dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, diteruskan dengan pemberian materi pokok yang sesuai dengan tujuan, dan pemberian tugas yang relevan untuk dikerjakan siswa di luar kelas terutama di rumah secara berkelompok dengan pembagian tugas perorangan atau masing- masing anggota sudah ditetapkan secara terstrukur. Pemberian tugas dilakukan oleh guru kepada siswa dalam bentuk penyelesaian soal, latihan, atau pemecahan masalah tertentu sesuai dengan materi yang dipelajari. Dalam setiap tugas yang dikerjakan siswa, guru memberikan catatan yang dicantumkan dalam lembar jawaban siswa, atau laporan kelompok yang dikerjakan sejumlah siswa, setelah masing-masing tugas tersebut dibahas melalui pemaparan yang dilakukan oleh siswa, guru meneliti dan memberikan tindak lanjut atas pekerjaan atau jawaban siswa. Catatan guru dapat digunakan oleh siswa di dalam memperdalam materi yang diberikan sesuai dengan materi yang dipelajari. Dalam pemberian tugas ini pekerajaan di kerjakan oleh siswa bisa dalam bentuk tugas individual atau tugas kelompok. Ruang lingkup tugas terstruktur dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat), yakni (1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di luar jam pelajaran tatap muka (di rumah); (2) Tugas diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu separoh dari jam tatap muka masing-masing pokok bahasan; (3) Siswa mengerjakan tugas tersebut secara individu maupun kelompok; dan (4) Pengumpulan tugas sekaligus dilakukan pelaporan, pemeriksaan, dan penilaian. Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 204 Pelaksanaan kegiatan tugas terstruktur harus memperhatikan azas-azas, yakni (a) Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler; (b) Hubungannya jelas dengan keuangan dan perdagangan bahasan yang diajarkan; (c) Menunjang kebutuhan siswa memanfaatkan ilmunya untuk menghadapi tantangan dalam kehidupannya; (d) Tidak menjadi beban yang berlebihan bagi siswa yang dapat mengakibatkan gangguan fisik ataupun psikologis; (e) Tidak menimbulkan beban pembiayaan yang memberatkan siswa maupun orang tua siswa; dan (f) Perlu pengadministrasian yang baik dan teratur. Berdasarkan paparan di atas kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang efektifitas peningkatan hasil belajar siswa kelas IX Ruang 5 SMP Negeri 1 Sampit dalam materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional dengan menerapkan model pembelajaran penugasan terstruktur, ini selanjutnya disajikan dalam Bagan 1 sebagai berikut ini. Gambar 1. kerangka pikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas KONDISI AWAL Hasil belajar IPS kurang efektif Kemampuan siswa mencapai ketuntasan SK/KD kurang optimal Guru belum menggunakan model pembelajaran penugasan terstruktur Siklus I Melaksanakan pembelajaran penugasan terstruktur Siklus II Melaksanakan pembelajaran penugasan terstruktur Melaksanakan model pembelajaran penugasan terstruktur PELAKSANAAN TINDAKAN KONDISI AKHIR Hasil Belajar Siswa Tercapai Efektif Siswa aktif melaksanakan pembelajaran penugasan terstruktur Pelaksanaan model pembelajaran penugasan terstruktur meningkatkan hasil belajar siswa Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 205 METODE PENELITIAN Menurut Oja dan Smulyan (dalam Sukidin, 2002:85) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam, yaitu (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan teritegratif, dan (d) administrasi sosial eksperimental. Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan bentuk penelitian kolaboratif. Guru matapelajaran IPS secara kolaboratif melakukan tindakan di dalam proses belajar mengajar di kelas dengan peran sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti. Dalam tindakan ini peneliti bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan penelitian tindakan. Tujuan utama pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti secara penuh berkontribusi dan terlibat langsung dalam setiap tahapan penelitian, dimulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Berdasarkan bentuknya, penelitian tindakan kelas ini digunakan bentuk penelitian kolaboratif. Dalam hal ini guru mata pelajaran IPS secara kolaboratif melakukan tindakan di dalam proses belajar mengajar di kelas dengan peran sebagai pengajar sekaligus sebagai peneliti. Dalam tindakan ini peneliti bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan penelitian tindakan. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002:53), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi kegitan planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Langkah pada siklus berikutnya dilakukan berdasarkan perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dengan subjek penelitian siswa kelas IX Ruang 5 SMP Negeri 1 Sampit tahun pelajaran 2015/2016. Dalam kelas tersebut terdapat 34 siswa, yang terdiri atas 14 siswa putri dan 20 siswa putra. Menuju publikasi hasil penelitian yang objektif, dalam tabel tersebut siswa yang dijadikan subjek penelitian, yaitu siswa yang melakukan tindakan sebagai subjek penelitian didata dengan pemberian kode sebagai responden penelitian. Dalam paparan penelitian selanjutnya yang dijadikan kode data paparan hanya kode responden saja. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tes, observasi, wawancara, telaah portofolio, dan telaah dokumen. Teknik tersebut dilakukan dalam pelaksanaan tindakan tentang efektifitas pencapaian hasil belajar siswa dalam materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. Dalam penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur tentang materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional, peneliti menggunakan alat untuk pengumpulan data meliputi lembar observasi atau lembar pengamatan, lembar telaah hasil kerja siswa, panduan wawancara, dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif sederhana. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data tentang proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. Teknik deskriptif sederhana digunakan untuk menganalisis data kuantitatif. Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 206 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Prasiklus Pengembangan pembelajaran IPS di kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit diupayakan secara optimal. Namun demikian, pengelolaan pembelajaran di kelas IX R5 masih memberikan grafikan bahwa pelajaran IPS termasuk pelajaran yang cukup memiliki kesulitan. Sejumlah kesulitan yang terjadi pada sejumlah siswa kelas IX R5 tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan siswa dalam memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. Sejumlah siswa di kelas IX belum mampu memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional dengan baik, benar, dan lacar. Akibatnya, siswa merasa kesulitan mengikuti pembelajaran dan memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional. Kemampuan siswa memahami materi tersebut semakin menjadi masalah karena, di luar sekolah, sejumlah siswa tidak memiliki tugas yang berkaitan dengan materipembelajaran, sehingga siswa tidak melakukan berbagai upaya untuk menguasai mataeri pembelajaran secara mandiri ketika di luar sekolah atau ketika ada di rumah. Pada tahap prasiklus, data nilai hasil pembelajaran siswa dalam memahami materitersebut masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui dalam data hasil belajar prasiklus yang dipaparkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Data Hasil Belajar Prasiklus No Responden Penelitian Nilai Tuntas (T)/ Tidak Tuntas (TT)) 1 9R5SOS1 62 TT 2 9R5SOS2 78 T 3 9R5SOS3 56 TT 4 9R5SOS4 82 T 5 9R5SOS5 78 T 6 9R5SOS6 74 TT 7 9R5SOS7 80 T 5 9R5SOS5 50 TT 9 9R5SOS9 62 TT 10 9R5SOS10 50 TT 11 9R5SOS11 64 TT 12 9R5SOS12 66 TT 13 9R5SOS13 82 T 14 9R5SOS14 60 TT 15 9R5SOS15 78 T 16 9R5SOS16 84 T 17 9R5SOS17 78 T 18 9R5SOS15 66 TT 19 9R5SOS19 65 TT 20 9R5SOS20 60 TT 21 9R5SOS21 70 TT 22 9R5SOS22 78 T 23 9R5SOS23 60 TT 24 9R5SOS24 56 TT 25 9R5SOS25 78 TT 26 9R5SOS26 68 TT 27 9R5SOS27 78 T 28 9R5SOS15 70 TT Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 207 Data pada Tabel 1 di atas menggambarkan hasil belajar memahami materi lembaga keuangan dan perdagangan internasional siswa kelas IX R5 tanpa inovasi model pembelajaran pada tahap prasiklus. Siswa kelas IX R5 yang berjumlah 34 tersebut, pada pembelajaran prasiklus yang tuntas berjumlah 12 siswa atau seniali 35%. Berdasarkan data tersebut berarti terdapat dan 22 siswa atau 65% siswa tidak tuntas. Untuk mengetahui perbandingan persentase tingkat ketuntasan klasikal dan individual pada pembelajaran prasiklus tersebut, data dalam tabel di atas secara visual dipaparkan pada Grafik 1 berikut ini. Gambar 2. Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Prasiklus Deskripsi Data Tindakan Siklus I Data nilai siklus I didapat setelah dilakukan tindakan dan penilaian pembelajaran selama 8 jam tatap muka atau 4 x pertemuan. Pada tindakan siklus I, pembelajaran diterapkan dengan model penugasan terstruktur. Materi pembelajaran yang dikembangkan adalah lembaga keuangan internasional. Sebelum pembelajaran, siswa sudah mengerjakan tugas terstuktur yang dilakukan di luar jam pelajaran. Selama proses pembelajaran siswa menyajikan dan mendiskusikan tugas terstuktur yang sudah dikerjakan. Penilaian dilakukan terhadap hasil penugasan terstruktur. Ketercapaian tujuan pembelajaran siklus I dapat diketahui berdasarkan hasil tes yang dicapai oleh siswa setelah pelaksanaan tindakan siklus I. 0 20 40 60 80 100 Klasikal Individual 85 77 35 69 Kriteria Tuntas Capaian Nilai 29 9R5SOS19 60 TT 30 9R5SOS20 78 T 31 9R5SOS21 66 TT 32 9R5SOS22 62 TT 33 9R5SOS23 70 TT 34 9R5SOS24 78 T Jumlah nilai 2347 - Nilai Tertinggi 84 - Nilai Terendah 50 - Nilai Rata-rata 69 - Jumlah Siswa Tuntas 12 - Jumlah Siswa Tidak Tuntas 22 - Persentase Ketuntasan 35% - Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 208 Berdasarkan tabel analisis data, dapat digambarkan hasil belajar materi lembaga keuangan internasional, siswa kelas IX R5 pada siklus I. Melalui penerapan model penugasan terstruktur, siswa kelas IX R5 yang berjumlah 34, pada pembelajaran siklus I yang tuntas berjumlah 21 siswa atau senilai dengan 62%. Berdasarkan data tersebut berarti terdapat 13 siswa atau 38% siswa tidak tuntas pada pembelajaran siklus I.Nilai tertinggi yang dicapai siswa pada siklus I sebesar 90. Nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 60. Nilai Rata-rata 74 yang dicapai 34 siswa pada siklus I sebesar 74. Selain itu, dapat diketahui juga perbandingan tingkat ketuntasan nilai yang dicapai sejumlah siswa kelas IX R 5 pada pembelajaran siklus I dengan materi lembaga keuangan internasional baik secara klasikal maupun secara individual. Tingkat ketuntasan secara klasikal menunjukkan 74% siswa kelas IX R5 mencapai nilai tuntas dalam pembelajaran materi lembaga keuangan internasional. Hal itu berarti terdapat 26% siswa kelas IX R5 masih belum mencapai nilai tuntas. Bila dibandingkan dengan target pencapaian ketuntasan klasikal, yakni 85% maka nilai siklus I tersebut masih di bawah kriteria yang diharapkan. Secara individual, hasil belajar siswa kelas IX R 5 siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 62. Hal itu berarti bahwa pada siklus I siswa kelas IX R5 masih belum memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran secara individual yang KKM-nya ditetapkan sebesar 77. Memperhatikan pencapaian tindakan siklus I tersebut, bila dibandingkan dengan hasil belajar prasiklus menunjukkan adanya peningkatan baik hasil pembelajaran secara individual maupun hasil pembelajaran secara klasikal. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan model pembelajaran penugasan terstruktur meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX R 5 baik secara individual maupun secara klasikal, dalam memahami materi lembaga keuangan perdagangan internasional. Namun demikian, pencapaian tersebut masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Berdasarkan pencapaian tersebut dilakukan refleksi pembelajaran dalam menerapkan pembelajaran penugasan terstruktur. Hasil refleksi ditetapkan perbaikan sebagai berikut: (1) Siswa kelas IX R 5 yang belum tuntas pada pembelajaran materi lembaga keuangan internasional diberi layanan khusus dengan pemberian tugas struktur lanjutan yang dilakukan dengan memberdayakan tutor sebaya. (2) Guru hendaknya memberikan penguatan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas terstruktur secara berkelompok. (3) Pembentukan kelompok seharusnya tidak diserahkan kepada siswa, kelompok harus dibentuk secara demokratis dipandu oleh guru dengan anggota yang memiliki kemampuan beragam. (4) Pembagian materi tugas terstruktur perlu dilakukan dengan secara berpasangan, setiap materi dikerjakan oleh dua kelompok, yang pada penyajiannya satu kelompok bertugas penyaji, satu kelompok lainnya sebagai pembanding. (5) Guru memberikan penguatan kepada siswa dalam menyajikan dan teknik mendiskusikan hasil penyelesaian tugas terstruktur, masing-masing kelompok perlu diberikan penjelasan tugas yang jelas yang berbeda dengan tugas kelompok pembanding. Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 209 Deskripsi Data Tindakan Siklus II Pembelajaran siklus II dilakukan perdasarkan refleksi siklus I. Materi pembelajaran pada siklus ini adalah perdagangan internasional. Pada tindakan siklus II, penerapan model penugasan terstruktur dilakukan dengan sejumlah perbaikan. Sebelum pembelajaran, setiap dua kelompok siswa mengerjakan tugas terstuktur di luar jam pelajaran dengan materi yang sama. Selama proses pembelajaran siswa menyajikan dan mendiskusikan tugas terstuktur yang sudah dikerjakansesuai dengan yang direncanakan, yakni setiap kelompok penyaji mendapat pembanding sajian dari kelompok lain. Perbaikan-perbaikan penerapan model penugasan terstruktur dalam pembelajaran siklus II, dilakukan dengan materi perdagangan internasional. Tabel 4.3 di atas menunjukkan hasil perbaikan tindakan yang dilakukan pada siswa kelas IX R5 dalam pembelajaran yang dilakukan selama 8 jam tatapmuka atau 4 kali pertemuan.Data pada tabel 4.3 di atas memaparkan hasil belajar 34 siswa yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya. Pada siklus II, siswa yang tuntas berjumlah 30 atau senilai 88% siswa. Berdasarkan data tersebut berarti terdapat 4 siswa atau 12% siswa tidak tuntas. Nilai tertinggi yang dicapai siswa sebesar 96. Nilai terendah yang dicapai siswa sebesar 70. Nilai rata-rata yang dicapai 34 siswa sebesar 79. Secara klasikal, hasil belajar 34 siswa kelas IX R5 pada tindakan siklus II jumlah yang mencapai nilai tuntas 30 siswa atau senilai 88% siswa. Berdasarkan data tersebut berarti terdapat 4 siswa atau 12% siswa tidak tuntas. Secara klasikal hasil belajar siswa dengan ketuntasan tersebut, berarti sudah memenuhi atau melampaui kriteria keberhasilan pembelajaran yang ditetapkan yakni sebesar 85%. Sementara itu, secara individual tingkat ketuntasan hasil tindakan siklus II dapat diketahui melalui perbandingan rata-rata nilai yang dicapai dengan indikator keberhasilan secara individual. Pada hasil tindakan siklus II, hasil belajar memahami materi perdagangan internasional, 34 siswa kelas IX R5, secara individual mencapai nilai rata-rata sebesar 79. Hasil belajar secara individual tersebut berarti sudah memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran secara individual yang berdasarkan KKM-nya ditetapkan sebesar 77. Pencapaian nilai hasil belajar siswa kelas IX R5 baik pada tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II dalam pembelajaran materi memahami perdagangan internasional melaluiI, penerapan model penugasan terstruktur menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan. Hal itu dapat dilihat dengan membandingkan hasil belajar siswa dari tindakan prasiklus, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II. Berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan inovasi melalui penerapan model penugasan terstruktur mampu meningkatkan nilai terendah siswa, yakni pada prasiklus sebesar 50, pada siklus I sebesar 60 dan pada siklus II sebesar 70. Penerapan model penugasan terstruktur juga mampu meningkatkan nilai tertinggi yang dicapai siswa kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit dalam pembelajaran materi perdagangan internasional. Melalui model tersebut, pada prasiklus nilai tertinggi sebesar 80, meningkat pada siklus I sebesar 90 dan lebih meningkat pada siklus II sebesar 96. Peningkatkan nilai juga dicapai siswa kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit pada kategori nilai rata-rata kelas. Dalam pembelajaran materi perdagangan internasional melalui model penugasan terstruktur tersebut, rata-rata kelas pada prasiklus sebesar 69, meningkat pada siklus I sebesar 74 dan lebih meningkat lagi pada siklus II mencapai 79. Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 210 Tingkat ketuntasan nilai yang dicapai siswa kelas IX R5 dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II senantiasa menunjukkan peningkatan. Dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional melalui penerapan model penugasan terstruktur tersebut pencapaian ketuntasandapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas, jumlah siswa yang tidak tuntas, dan persentase ketuntasan. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan keberhasilan itu dicapai oleh siswa kelas IX R5, dilakukan pembandingan jumlah siswa yang tuntas, jumlah siswa yang tidak tuntas, dan persentase ketuntasan dari tindakan prasiklus, tindakan siklus I, dan tindakan siklus II.Peningkatan tingkat ketuntasan antarsiklus tersebut ditunjukan dengan penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas dan kenaikan jumlah siswa yang tuntas. Selain itu, peningkatan tingkat ketuntasan dapat diukur degan mengetahui sejauh mana peningkatan jumlah persentase ketuntasan antarsiklus. Hal itu dapat ditunjukkan pada paparan grafik 4.5 berikut ini. Peningkatan jumlah jumlah siswa kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit yang tuntas terjadi dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional melalui model penugasan terstruktur. Pada prasiklus siswa kelas IX R5 yang tuntas berjumlah 12 siswa. Pada tindakan siklus I siswa kelas IX R5 yang tuntas berjumlah 21 siswa. Pada tindakan siklus II siswa kelas IX R5 yang tuntas berjumlah 30 siswa. Berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan inovasi melalui penerapan model penugasan terstruktur mampu meningkatkan persentase ketuntasan klasikal. Sebelum penerapan model penugasan terstruktur yakni, pada tahap prasiklus persentase ketuntasan sebesar 35%. Penerapan model penugasan terstruktur pada tahap tindakan siklus I meningkatkan pencapaian persentase ketuntasan menjadi 62%. Pada siklus II dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional melalui model penugasan terstruktur peningkatan pencapaian persentase ketuntasan siswa kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit menjadi 88%. Pencapaian-pencapaian yang berkaitan dengan hasil belajar tersebut menunjukkan efektifitas pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional. Hasil belajar menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan inovasi melalui penerapan model penugasan terstruktur pada siklus II sudah mencapai keberhasilan secara efektif. Dengan demikian, pencapaian hasil belajar, yang menunjukkan kemampuan para siswa kelas IX R5 SMP Negeri 1 Sampit dalam pembelajaran materi lembaga keuanagan dan perdagangan internasional tersebut sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian. Hal itu berarti pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini. secara efektif sudah dinyatakan berhasil setelah tindakan pada siklus II. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bagian di atas, dengan ini dirumuskan simpulan penelitian sebagai berikut: 1. Penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit yang ditandai dengan pencapaian ketuntasan belajar siswa pada akhir siklus, sebesar 88% yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 85%. 2. Penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit yang ditandai dengan pencapaian nilai Vol.1 No.3 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i3.42 211 rata-rata kelas pada akhir siklus, sebesar 79 yang melebihi indikator keberhasilan penelitian secara klasikal sebesar 77. 3. Penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit secara individual yang ditandai dengan pencapaian nilai tertinggi siswa pada akhir siklus, sebesar 96. 4. Penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan hasil belajar siswa kelas IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit secara individual yang ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai nilai tuntas pada akhir siklus, sebesar 30 siswa dari jumlah 34 siswa. 5. Penerapan model pembelajaran penugasan terstruktur secara efektif meningkatkan kualitas belajar siswa kelas IX R 5 SMP Negeri 1 Sampit yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar, keaktifan, dan semangat siswa dalam pembelajaran. Referensi [1] Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. [2] Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. [3] Departemen pendidikan Nasional 2007 ”Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPS” [4] Departemen pendidikan Nasional 2007 ”Silabus Mata Pelajaran IPS” [5] Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP dan MTs. Jakarta: Depdiknas. [6] Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. [7] KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. [8] Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1985. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. [9] Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press). [10] Slameto, 1985. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. [11] Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. [12] Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. [13] U. Usman, 1993. Upaya Optimalisasi kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. [14] W. Rochiati, 2005. Metode penelitian tindakan kelas. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. [15] Wardini J & N Marsinah, 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : UniIXersitas Terbuka. [16] Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1956. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars. [17] Yamin, Martin, 2005. Strategi Pemebelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Perss.