Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 338 Received : 11-10-2020 Revised : 12-11-2020 Published : 08-12-2020 PENERAPAN PENILAIAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA MANDIRI DAN HASIL BELAJAR MAPEL PRAKARYA MATERI PENGOLAHAN HASIL PETERNAKAN DAN PERIKANAN DI MTSN 1 BANTUL Asih Budiati MTsN 1 Bantul, Indonesia abudiati010@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan penilaian berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar mata pelajaran prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan di MTsN 1 Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yang ada di kelas dengan menerapkan penilaian berbasis proyek, kemudian melakukan refleksi terhadap hasil tindakan. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan, setiap siklus dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan yang berupa pengolahan, dan tahap pelaporan yang berupa presentasi hasil pengolahan yang diakhiri dengan test . Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IXG di MTsN 1 Bantul . Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumentasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh selama penelitian dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dengan cara kategorisasi/penggolongan meliputi reduksi data, penyajian data dan pengambilan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran prakarya dengan menerapkan penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar. Hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan kerja mandiri siswa dari 66,5%, pada siklus I menjadi 97,25% pada siklus II. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 76,5% sebelum tindakan menjadi 77,4 pada siklus I dan menjadi 81,8 pada siklus II. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar siswa mapel prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan. Kata kunci: penilaian berbasis proyek, kerja mandiri, hasil belajar mailto:abudiati010@gmail.com Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 339 PENDAHULUAN Pendidikan Nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia terutama dilihat dari segi konsepsi serta tujuan yang ingin dikejar. Pengertian sistem pendidikan nasional sesuai Undang Undang no: 20 th 2003 dapat dinyatakan bahwa pendidikan adalah ” usaha sadar dan terencana untuk mewujudan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri . Pembelajaran adalah suatu proses yang melibatkan banyak komponen, baik kondisi siswa , guru ataupun sarana pembelajaran yang ada. Pada era pembelajaran sekarang ini, diharapkan terjadi kolaborasi yang sinergis antara faktor foktor tersebut yang didukung dengan IT yang semakin canggih untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Belum semua guru siap dengan tuntutan sistem yang baru, tetapi setidak tidaknya guru diharapkan siap berubah dan selalu mengikuti perkembangan dalam bidang pendidikan secara aktif. Masih adanya guru yang mengajar secara konvensional menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik. Pembelajaran yang cenderung menghafalkan konsep- konsep yang berdampak rendahnya kemampuan aspek koknitif, yang hanya cenderung hafalan saja. Sedangkan domain yang lebih tinggi seperti berpikir kritis yang meliputi analisis, sintesis dan evaluasi belum terbiasa dilatihkan kepada peserta didik. Akibatnya kecapaian KKM masih sangat rendah, oleh karenanya masih diperlukan metode pembelajaran yang inovatif yang dapat membantu guru untuk mempermudah penyampaian materi serta meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari. Proses pembelajaran mempunyai tiga faktor utama, yaitu guru, siswa, dan proses pembelajaran . Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja belajar siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran prakarya sebenarnya sangat memungkinkan untuk melakukan variasi metode pembelajaran, karena luasnya jangkauan materi serta kompleknya permasahan dalamnya. Oleh karena itu tidak selayaknya kalau pembelajaran prakarya bersifat teacher centered learning tetapi sudah harus student centered learning, karena pendekatan pembelajaran yang tepat akan memberi hasil belajar yang baik, serta meningkatkan pola pikir peserta didik. Dalam pembelajaran prakarya sangat sarat akan konsep, mulai dari konsep yang sederhana hingga konsep yang lebih kompleks, mulai dari teori hingga dapat menghasilkan produk. Oleh kerena itu perlu penanaman konsep dasar yang kuat untuk membangun konsep konsep berikutnya. Pembelajaran prakarya memerlukan pemahaman tentang materi dan penerapannya yang mempertimbangkan keadaan. Dalam penyampaian materi sebagian besar siswa lebih mudah memahami dibanding materi pelajaran yang lain, hal ini karena materi terkait dengan kehidupan sehari hari peserta didik. Sedangkan yang menjadi kendala dalam pembelajaran prakarya adalah masih minimnya jumlah siswa yang dapat melaksanakan tugas secara mandiri. Kegiatan mandiri sangat mutlak diperlukan dalam menentukan hasil pembelajaran, karena sebagian besar materi prakarya adalah materi terapan, dan akan dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari. Masih kurangnya kemampuan kerja mandiri siswa dipengaruhi banyak hal, antara lain : pendapat bahwa prakarya materi yang kurang penting ( Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 340 tidak di UN-kan), berharap dapat bantuan teman, kurang latihan dalam mengerjakan pekerjaan di rumah, kurang percaya diri dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Kondisi tersebutlah yang sangat tidak mendukung berkembangnya aktifitas dan kreatifitas peseta didik. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar prakarya, masih minimnya nilai prakarya yang diperoleh siswa terutama pada materi pengolahan diantaranya nilai rata-rata 76,5 dengan nilai tertinggi 85 dan teremdah 60, serta 10 siswa dengan nilai di atas ketuntasan dengan KKM 76. Kenyataan tersebut masih sangat mungkin untuk ditingkatkan, dengan melakukan inovasi pada pembelajarannya. Sebagai pelajaran yang lebih mengutamakan ketrampilan dan kemampuan mempraktikkan hasil belajar, prakarya harusnya lebih mengedepankan kegiatan mandiri pada peseta didik. Dalam materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan diharapkan semua peserta didik dapat melakukan pengolahan hasil pertanian dan perikanan menjadi makanan siap saji. Dalam pelaksanaan pembelajaran prakarya sering peserta didik melihat sebelah mata karena menganggap materinya tidak penting, terlalu mudah, praktiknya dapat berkelompok. Dengan anggapan peserta didik terhadap pembelajaran prakarya sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran sering terjadi hal hal yang kurang mendukung keberhasilan pembelajaran, antara lain : peserta didik kurang serius mengikuti pembelajaran, sering ngobrol sendiri, kurang memperhatikan tugas, kerja praktik sering memanfaatkan teman sekelompok. Penerapan penilaian proyek yang mengutakan langkah langkah sistematis tentang apa yang akan dilakukan peseta didik akan membawa peserta didik paham dengan yang akan dilakukan, sehingga beberapa kekurangan pembelajaran yang terjadi dapat diatasi atau dikurangi. Diantaranya peserta didik diharapkan selalu serius dalam setiap pembelajaran, karena peserta didik akan menyusun rencana, melaksanakan kegiatan , hingga penyusunan laporan secara mandiri . Hal penting yang disyaratkan untuk terwujudnya pendidikan yang bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang professional, handal dalam layanan dan handal dalam keahliannya. Guru dituntut untuk membantu perkembangan siswa dalam segi kognitif, afektif dan psikomotoriknya, dan bukan semata-mata memberikan sejumlah ilmu pengetahuan tetapi juga harus menciptakan kondisi kondusif agar siswa dapat belajar terus- menerus. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling utama dalam kegiatan pembelajaran. Seperti yang disampaikan Oemar Hambalik (2011:27) dimana dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru, siswa dan lingkungannya. Nana Sudjana (2010:72) menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh aktifitas guru, dimana guru yang aktif dapat membawa siswa juga belajar aktif, misal guru mempersiapkan percobaan maka siswa akan aktif melakukan dan mengamati percobaan. Dalam buku yang sama Nana Sudjana (2010:1) menyampaikan bahwa proses pengajaran merupakan salah satu kegiatan dalam melaksanakan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan. Tujuan pendidikan diantaranya adalah mengantarkan siswa untuk berperilaku baik, intelektual, kreatif, bermoral dan bersikap sosial yang baik. Alat penilaian yang digunakan diharapkan dapat mencakup tiga ranah kompetensi, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya tepat tetapi juga harus komprehensif. Salah satu jenis penilaian yang dapat mencakup ketiga ranah tersebut adalah penilaian proyek ( project work). Penilaian proyek Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 341 memberi kesempatan kepada siswa untuk seoptimal mungkin dapat mengembangkan kemampuan mereka dalam memahami konsep sampai dengan aplikasi bahkan menciptakan. Dalam peilaian proyek guru dapat menilai siswa baik secara individu maupun kelompok. Surapranata memberikan pengertian mengenai penilaian proyek sebagai penilaian berbasis kelas terhadap tugas yang harus dilakukan dan diselesaikan dalam waktu tertentu. Badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum Depdiknas mendefinisikan penilaian proyek sebagai penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/ umum secara kontekstual, mengenai kemapuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Haryati (2010) menyampaiakan penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang mencakup beberapa kompetensi yang harus diselesaikan oleh peserta didik dalam periode tertentu. Kegiatan dapat berupa investigasi terhadap suatu proses atau kejadian yang dimulai dari perencanaan , pegumpulan data, dan penyajian data. Dari pengertian di atas maka dapat diidentifikasi tentang penilaian proyek adalah (1) penilaian berbasis kelas, (2) penilian yang dilakukan pada mata pelajaran tertentu, (3) penilaian yang dilakukan secara kontekstual dan komprehensif, (4) penilaian berorientasi pada pengembangan kompetensi siswa,(5) penilaian dengan menekankan pada proses dan produk,(6) penilaian yang dikerjakan pada periode waktu tertentu. Tahap pelaksanaan penilain berbasis proyek meliputi meliputi empat tahap. Tahap perencanaan,pada tahap ini siswa merumuskan pokok masalah yang nanti akan diteliti atau diamati, serta membuat jadwal pelaksanaan proyek, tempat, alat dan bahan dan lainnya sesuai instruksi guru atau pembimbing.Tahap analisis, pada tahap ini siswa melakukan pengumpulan data , jenis tindakan yang dilakukan tergantung pada masalah dalam proyek, apakah difokuskan pada proses atau produk.Tahap pelaksanaan, pada tahap ini siswa menghimpun data yang telah diperoleh sesuai dengan pokok pokok masalah yang hendak diselesaikan kemudian dianalisis.Tahap penyusunan laporan, pada tahap ini merupakan tahap pengambilan kesimpulan dan penyajian data. Sistematika penulisan laporan pada penilaian berbasis proyek adalah : 1) pendahuluan, 2) pengumpulan data/ pelaksanaan kegiatan 3) pembahasan temuan utama 4) kesimpulan 5) daftar bacaan dan 6) lampiran. Hal yang perlu dipahami guru dalam melakukan penilaian proyek adalah kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi, dan pengumpulan data, relevansi proyek dengan materi yang dipelajari, keaslian proyek yang dilakukan. Menurut Haryati dalam bukunya Model dan Teknik Penilaian, kelebihan penilaian berbasis proyek adalah merupakan proses pembelajaran yang terstandar, bermuatan pedagogis dan bermakna bagi peserta didik, memberi peluang peserta didik untuk mengekspresikan kompetensi yang dikuasai secara utuh, lebih efisien dan menghasilkan produk, menghasilkan nilai penguasaan kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Kerja meupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja data juga diartikan sebagai pengeluaran energy untuk kegiatan yang dibutuhkan (Dr Franz Von Magnis dalam Anogara 2009 : 11). Bekerja mandiri adalah bekerja tanpa diawasi atau tanpa perintah. Bekerja mandiri dapat membentuk diri kita menjadi lebih bertanggungjawab. Mandiri adalah sikap untuk tidak menggantungkaan keputusan kepada orang lain Dalam kurikulum Madrasah dijelaskan bahwa hasil belajar adalah kumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai oleh Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 342 seorang siswa dalam bidang pelajaran tertentu (Departemen Agama RI,1993 ). Dalam kurikulum tersebut dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar merupakan pengumpulan informasi untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan dan kemampuan yang telah dicapai oleh seorang siswa dalam bidang pelajaran tertentu. Implikasi dari penilaian tersebut adalah diperlukannya ulangan harian dan ulangan umum sebagai alat ukurnya. Ulangan harian dilaksanakan setiap akhir dari satu sub pokok bahasan sedangkan ulangan umum dilaksanakan pada setiap akhir semester. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada siswa meliputi perubahan secara kognitif, afektif dan psikomotorik , Ahmad Susanto (2013). Hasil belajar merupakan akhir dari proses penilaian yang dilakukan berulang. Penilaian dilakukan berulang ulang dengan harapan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, sehingga dapat mengubah pola pikir dan perilaku kerja yang lebih baik pula. Purwanto (2011:46) menyampaikan bahwa hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan. Hasil belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Setiap usaha yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar bertujuan untuk mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Tujuan ini dibagi dua bagian utama, bagian pertama meliputi pengetahuan yang menyangkut pembelajaran dan proses mengingat dari fakta (kebenaran) dasar, konsep-konsep, generalisasi dan teori. Bagian kedua adalah tujuan pengolahan yang meliputi penggunaan atau aplikasi pengetahuan pada beberapa tipe situasi pemecahan masalah. Prakarya merupakan mata pelajaran yang baru dalam kurikulum 2013. Materi tersusun atas kompetensi dasar yang terdiri dari 4 kelompok, yaitu KD kerajinan, KD rekayasa, KD budidaya dan KD pengolahan. Materi klas IX terdiri dari materi yang telah mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi dari semua KD yang akan dipelajari. Semisal KD pengolahan mencakup pengolahan hasil peternakan dan perikanan, dimana materi ini sangat luas tetapi harus diselesaikan dalam waktu yang sangat singkat. Pendapat bahwa mata pelajaran prakarya adalah kurang penting sudah menjamur disemua siswa, dengan alasan materi prakarya bukan komponen mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Rendahnya semangat siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri juga memacu rendahnya keseriusan siswa untuk belajar, dan pada akhirnya nilai pengetahuaannya pun sangat pas pasan (asal lewat KKM saja). Nilai tersebut sebenarnya masih bisa ditingkatkan dengan menambah keseriusan belajar siswa. Materi pengolahan hasil peternaan dan perikanan sangat luas baik teknih maupun produknya, hal tersebut sangat memungkinkan adanya variasi yang cukup untuk dapat dilaksanakan semua siswa. Masing masing siswa akan mandiri dalam berkegiatan mulai dari perencanaan hingga pelaporan. Dengan kerja mandiri diharapkan lebih banyak kedalaman materi yang diterima siswa dan hasil akhirnya nilai tes meningkat dibanding materi pada pembelajaran sebelumnya. Kerangka berpikir dalam pengembangan kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran prakarya adalah adanya permasalahan dalam belajar prakarya yaitu kekurang seriusan siswa dalam praktik maupun mempelajari teori prakarya, sering terjadi saling ketergantungan satu siswa dengan yang lain. Hal tersebut dapat diatasi dengan penerapan penilaian berbasis proyek yang memantau kegiatan siswa dari perencanaan hingga pelaporan secara mandiri. Sehingga kemampuan kerja mandiri dan hasil belajar siswa meningkat. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 343 METODE Penelitian tindakan kelas ini bersifat reflektif , dengan melakukan tindakan tindakan tertentu , dengan harapan dapat meningkatkan praktik pembelajaran di kelas, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Penelitian terkait penerapan penilain berbasis proyek pernah dilakukan oleh Antuni Winarsi dan Erfan Priyambodo, yang berjudul “ Efektifitas Penerapan Penilaian Berbasis Proyek pada Pembelajaran Kimia dalam Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di SMAN 1 Sleman, dengan hasil siswa yang dapat mencapai ketuntasan adalah 90,62%, serta peningkatan kemampuan berpikir kritis meningkat menjadi 44,83%. Pelaksanaan penelitian direncanakan dengan rangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penyusunan laporan. Kegiatan perencanaan yaitu kegiatan mempersiapkan kelas, menyusun instrumen penelitian berupa penyusunan RPP, lembar observasi siswa dan guru , lembar kerja siswa dan soal akhir siklus. Kegiatan pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan pembelajaran dengan menerapkan tahap tahap penilaian berbasis proyek. Kegiatan penyusunan laporan dilakukan dengan mengolah data hasil tindakan penelitian, serta mempersiapkan dan melaksanakan seminar hasil penelitian. Pengambilan data pada penelitian tindakan kelas ini dilakukan dua siklus, dimana untuk setiap siklus terdiri tiga pertemuan dengan jumlah jam pelajaran 2 jam pelajaran setiap pertemuan . Pada setiap siklus dilakukan langkah-langkah penilaian berbasis proyek, yaitu pada pertemuan pertama berupa kegiatan awal (tahap perencanaan ) KBM yang dilakukan berupa langkah langkah perencanaan untuk melakukan pengolahan, pada pertemuan kedua melaksanakan praktik pengolahan dan pertemuan ketiga pembuatan laporan , presentasi dan tes akhir siklus. Pada pergantian siklus satu dan dua dilakukan refleksi, dimana pada kegiatan ini observer dan peneliti melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan siklus satu. Hal- hal yang perlu dibenahi dipersiapkan untuk dilaksanakan pada siklus dua. Rangkaian kegiatan penilaian berbasis proyek diaplikasikan dalam tiga pertemuan pembelajaran dengan rincian, pertemuan pertama merencanakan dan menganalisa berupa perencanaan jenis olahan dan menganalisa alat dan bahan yang diperlukan. Pertemuan kedua adalah kegiatan pengolahan, yaitu melaksanakan praktik mengolahan , mengemas, dan menyajikan sesuai rencana yang telah dipersiapkan dan mencatat permasalah yang terjadi jika ada. Pertemuan ketiga menyelesaikan pelaporan dan memperesentasikan hasil kegiatan, serta melakukan test akhir siklus. Kegiatan pengumpulan data berupa kegiatan observasi yang dilakukan oleh seorang observer yang berpedoman pada instrumen pengamatan yang telah disiapkan oleh peneliti untuk data kemampuan kerja mandiri, serta pengolahan nilai hasil tes akhir siklus sebagai data hasil belajar. Jenis instrumen penelitian untuk pelaksanaan penilaian berbasis proyek dan kemampuan kerja mandiri dengan mengunaan ceklis , untuk instrumen hasil belajar menggunakan soal sesuai indikator soal dengan skala nilai 0-100, dengan KKM 76 untuk materi pengolahan. Indikator penyusunan instrumen peelitian meliputi: untuk penilaian berbasis proyek mencakup kegiatan perencanaan, analisa kebutuhan, pelaksanaan dan pelaporan. Kemampuan kerja mandiri meliputi perencanaan , menganalisa kebutuhan, melakukan praktik dan menyusun laporan hingga presentasi. Hasil belajar dengan indikator soal dalam RPP. Penerapan Penilaian berbasis proyek dikatakan berhasil bila lebih dari 75% siswa telah melakukan kegiatan kerja mandiri , dan nilai rata- rata test > 80. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 344 HASIL Pada pelaksanaan siklus I, dari tahap perencanaan dimana semua siswa melakukan penyusunan rencana pengolahan, dan analisa kebutuhan baik alat maupun bahan, diperoleh data terkait kemampuan kerja mandiri sebagai berikut : Tabel 1. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap perencanaan siklus I No Aktifitas yang diamati Tahap perencanaan Jumlah siswa % 1 Menyusun rencana secara mandiri 13 46 2 Sesekali bertanya pada teman 9 32 3 Sering bahkan selalu bertanya pada teman 4 14 4 Tidak bertanya tetapi tidak mengerjakan secara serius 2 8 5 Bergurau atau keluar kelas 0 0 Pembelajaran pada pertemuan kedua adalah kegiatan pengolahan/ praktik mengolahan hasil perikanan menjadi makanan. Kegiatan diawali dengan doa dan presensi kehadiran serta pengarahan guru terkait dengan pembagian tempat praktik dan peralatan memasak yang tersedia. Untuk pembagian alat masak terpaksa dilakukan mengingat terbatasnya jumlah. Teknik pembagian yang dilakukan guru adalah dengan mengelompokkan peserta berdasarkan jenis masakan yang sama atau mirip. Sebagai contoh beberapa siswa sama sama membuat pepes tetapi dari bahan yang berbeda. Dalam penggunaan alat dapat dilakukan bersama tetapi setiap peserta didik melakukan persiapan dan pengolahan secara mandiri sesuai rencana masing masing. Adapun hasil observasi tentang kegiatan mandiri peserta didik sebagai berikut Tabel 2. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap pengolahan pada siklus I No Aktifitas yang diamati Tahap praktik Jumlah siswa % 1 Menyiapkan alat dan bahan secara mandiri 15 54 2 Menunggu instruksi teman dalam menyiapkan alat dan bahan 10 36 3 Tidak berpartisipasi dalam persiapan alat dan bahan 3 10 4 Melaksanakan pengolahan secara mandiri 14 50 5 Menunggu bantuan teman dalam pengolahan 12 43 6 Bergabung dengan teman dalam pengolahan 2 7 Nilai rata-rata dari hasil pengolahan dan pengemasan / penyajian pada tahap praktik pengolahan pada siklus I secara berurutan adalah 76,4 dan 77,0. Pelaksanaan pertemuan ketiga pada siklus I berupa kegiatan penyelesaian laporan, presentasi dan tes akhir siklus. Hasil observasi dan hasil test sebagai berikut : Tabel 3. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap penyusunan laporan siklus I No Kegiatan mandiri tahap presentasi Jumlah siswa % 1 Menyusun laporan dengan mandiri 8 29 2 Menyusun laporan dengan sedikit bertanya pada teman 20 71 3 Menyontek 0 0 Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 345 Tabel 4. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap presentasi laporan siklus I No Kegiatan mandiri tahap presentasi Jumlah siswa % 1 Presentasi dengan percaya diri, suara lantang dan jelas 10 36 2 Presentasi dengan malu malu 16 57 3 Tidak mau presentasi 2 7 Setelah pelaksanaan presentasi. laporan masing masing siswa dikumpulkan dan nilai, dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus. Nilai laporan dan hasil tes ditunjukkan pada tabel 5 . Tabel 5. Hasil penilaian penulisan laporan dan tes akhir siklus I No Aspek Nilai Keterangan 1 Nilai rata-rata 77,4 2 Nilai tertinggi 85 3 Nilai terendah 65 4 Nilai diatas ketuntasan 15 74 % 5 KKM 76 6 Nilai rata – rata penyusunan laporan 79,1 Dalam kegiatan refleksi dilaksanakan pembahasan oleh peneliti dan observer terkait dengan hasil observasi maupun olah nilai yang telah dilakukan pada siklus I. hasil dari refleksi diantaranya,tidak ditemukan kekurangnyamanan siswa dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga teknik penilaian tetap dapat dilanjutkan pada siklus II, siswa merasa bahwa pada praktik di siklus I kurang persiapan, sehingga masih banyak kekurangan pada alat memasak, pada presentasi laporan masih banyak siswa yang belum melaksanakan presentasi secara maksimal, Hasil tes menunjukkan ada peningkatan nilai rata rata dibanding nilai sebelumnya, sehingga perlu dilanjutkan di sikhlus II. Pada pelaksanaan siklus II, dari tahap perencanaan dimana semua siswa melakukan penyusunan rencana pengolahan, dan analisa kebutuhan baik alat maupun bahan, diperoleh data terkait kemampuan kerja mandiri sebagai berikut : Tabel 6: Hasil observasi kegiatan mandiri tahap perencanaan siklus II No Aktifitas yang diamati Tahap perencanaan Jumlah siswa % 1 Menyusun rencana secara mandiri 20 71 2 Sesekali bertanya pada teman 7 25 3 Sering bahkan selalu bertanya pada teman 1 4 4 Tidak bertanya tetapi tidak mengerjakan secara serius 0 0 5 Bergurau atau keluar kelas 0 0 Pembelajaran pada pertemuan kedua adalah kegiatan pengolahan/ praktik mengolahan hasil peternakan menjadi makanan. Untuk pembagian alat masak dilakukan guru agar pelaksanaan lebih teratur. Teknik pembagian yang dilakukan guru adalah dengan mengelompokkan peserta berdasarkan jenis masakan yang sama atau mirip. Dalam penggunaan alat dapat dilakukan bersama tetapi setiap peserta didik melakukan persiapan dan pengolahan secara mandiri sesuai rencana masing masing. Adapun hasil observasi tentang kegiatan mandiri peserta didik sebagai berikut : Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 346 Tabel 7. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap praktik siklus II No Aktifitas yang diamati Tahap praktik Jumlah siswa % 1 Menyiapkan alat dan bahan secara mandiri 24 86 2 Menunggu instruksi teman dalam menyiapkan alat dan bahan 4 14 3 Tidak berpartisipasi dalam persiapan alat dan bahan 0 0 4 Melaksanakan pengolahan secara mandiri 28 100 5 Menunggu bantuan teman dalam pengolahan 0 0 6 Bergabung dengan teman dalam pengolahan 0 0 Nilai rata-rata hasil pengolahan dan pengemasan produk pada siklus II secara berurutan adalah 77,5 dan 78,3. Pada pertemuan ketiga siklus II dilaksanakan kegiatan penyelesaian laporan, presentasi dan tes akhir siklus II. Data hasil observasi dan test akhir siklus disampaikan pada tabel 8. Tabel 8. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap penyusunan laporan siklus II No Kegiatan mandiri tahap presentasi Jaumlah siswa % 1 Menyusun laporan dengan mandiri 20 71 2 Menyusun laporan dengan sedikit bertanya pada teman 8 29 Tabel 9. Hasil observasi kegiatan mandiri tahap presentasi siklus II No Kegiatan mandiri tahap presentasi Jumlah siswa % 1 Presentasi dengan percaya diri, suara lantang dan jelas 19 68 2 Presentasi dengan malu malu 9 32 3 Tidak mau presentasi 0 0 Setelah presentasi semua laporan dinilai dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tes akhir siklus II. Hasil penilaian laporan dan test di sampaikan pada tabel 10. Tabel 10. Hasil tes akhir siklus II dan nilai penyusunan laporan siklus II No Aspek Nilai Keterangan 1 Nilai rata-rata 81,8 2 Nilai tertinggi 90 3 Nilai terendah 70 4 Nilai diatas ketuntasan 21 75 % 5 KKM 76 6 Nilai rata- rata penyusunan laporan 81,4 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini terdiri dari dua bagian, yang pertama adalah hasil pengamatan observer tentang aktifitas kerja mandiri siswa selama proses pembelajaran yang meliputi, kegiatan penyusunan rencana dan analisa kebutuhan, pelaksanaan praktik dan penyusunan laporan serta presentasi, yang kedua adalah hasil tes yaitu tes akhir siklus I dan akhir siklus II. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 347 Pembahasan Kegiatan Siklus I Hasil pengamatan pada kegiatan selama siklus I dapat dirangkum sebagai barikut : Tabel 11. Rekapitulasi data observasi kegiatan mandiri siklus I No Aktifitas siswa Kegiatan Pembelajaran Perencanaan dan analisa kebutuhan Praktik Penyusunan laporan presentasi 1 Kerja mandiri 78 % 52 % 100 % 36 % 2 Selain kerja mandiri 22 % 48 % 0 % 74 % Dari data di atas dapat diketahui bahwa kegiatan kerja mandiri siswa pada siklus I adalah 76,6%, tampak pada kegiatan perencanaan lebih separo siswa melaksanakan kerja mandiri , sedangkan pada kegiatan praktik hanya separo dan pada presentasi bahkan hanya sepertiga jumlah siswa yang melaksanakan kerja mandiri. Pada menyusunan laporan, semua siswa telah melaksanakan kerja mandiri, hal ini terkait dengan tugas sebelumnya yaitu praktik pengolahan dimana setiap siswa mempunyai rencana yang berbeda beda, sehingga mereka akan menyusun laporan yang berbeda pula. Pada penyusunan laporan yang telah 100 % siswa kerja mandiri, maka diharapkan masing masing siswa lebih memahami tentang hal-hal yang dipelajari. Pembahasan Kegiatan Siklus II Hasil pengamatan pada kegiatan siklus II adalah : Tabel 12. Rekapitulasi data observasi kegiatan mandiri siklus II No Aktifitas siswa Kegiatan Pembelajaran Perencanaan dan analisa kebutuhan Praktik Penyusunan laporan presentasi 1 Kerja mandiri 96 % 93 % 100 % 100 % 2 Selain kerja mandiri 4 % 7 % 0 % 0 % Dari data di atas dapat diketahui bahwa siswa telah dapat melakukan kegiatan kerja mandiri sebanyak 97,25 % , yang berarti hanya 1 siswa yang masih perlu penyesuaian. Pada menyusunan laporan dan pelaksanaan presentasi semua siswa antusias untuk melakukan presentasi, karena merasa paham betul dengan apa yang dilakukan, bahkan ada siswa yang sempat memberi tawaran temannya untuk bertanya tentang produk yang dihasilkan. Pengukuran kemampuan kognitif siswa yang berupa hasil belajar dapat diketahui dari hasil tes akhir siklus I dan II sebagai berikut : Tabel 13. Rekapitulasi hasil tes akhir siklus I dan II No Aspek Nilai sebelum tindakan Nilai Siklus I Nilai Siklus II Perubahan 1 Nilai rata-rata 76,5 77,4 81,8 5,3 2 Nilai tertinggi 85 85 90 5 3 Nilai terendah 60 65 70 10 4 Nilai diatas ketuntasan 10 15 21 11 5 KKM 76 76 76 Dari data diketahui bahwa nilai rata tara telah bertambah dari 76,5 pada saat belum menerapkan penilaian berbasis proyek, menjadi 77,4 pada siklus I dan bertambah menjadi Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 348 81,8 di siklus II. Penambahan 5,3 point adalah peningkatan yang cukup banyak. Hasil akhir penilaian pada siklus II telah memenuhi kriteria indikator keberhasilan tindakan yaitu rata rata hasil belajar siswa > 80 . Untuk observasi terhadap kegiatan guru , diketahui bahwa semua kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Guru dapat mendampingi pembelajaran sesuai rencana. Semua hal tersebut tidak lepas dari semangat siswa untuk mengikuti pembelajaran, karena tidak adanya beban tertentu ataupun karena materi yang dipelajari adalah sangat aplikatif. Untuk wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa yang dilakukan diluar jam pelajaran diperoleh informasi bahwa pelajaran terasa le bih mudah, lebih bersemangat, bangga dengan hasil kerja sendiri, meskipun sedikit lebih repot dengan peralatan yang lebih banyak. SIMPULAN Hasil penelitian tindakan kelas yang telah disampaikan pada pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu 1) teknik penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan kerja mandiri dari 66,5 % pada siklus I menjadi 97,25 % pada siklus II, 2) teknik penilaian berbasis proyek dapat meningkatkan hasil belajar siswa dari rata rata nilai sebelum tindakan 76,5 menjadi 77,4 pada siklus I serta menjadi 81,8 pada siklus II Pada akhir siklus II, 3) Data yang menunjukkan bahwa 97,25 % siswa telah dapat melaksanakan kerja mandiri dan rata-rata nilai hasil belajar menjadi 81,8 pada akhir klus II berarti kedua indikator keberhasilan tindakan telah terlampaui, dengan demikian dapat disampaikan bahwa penilaian berbasis proyek tepat digunakan dalam pembelajaran prakarya materi pengolahan hasil peternakan dan perikanan. DAFTAR RUJUKAN [1] Antuni Winarsi.(2011). Efektifitas Penerapan Penilaian Berbasis Proyek pada Pembelajaran Kimia dalam Meningkatkan Hasil belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMAN 1 Sleman. Yogyakarta:Jurdik Kimia UNY. [2] Asep Jihad ,Abdul Haris.(2010).Evaluasi Pembelajaran , cetakan ketiga.Yoyakarta : Multi pressindo. [3] Departemen Agama RI, Dirjen Kelembagaan Agama Islam.(1994). Standarisasi Kurikulum Madrasah 1994. [4] Departemen Pendidikaan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum.(2004). Penilaian Proyek . Jakarta : Balitbang Depdiknas. [5] Hartati Muchtar.(2010). Penerapan Penilaian Autentik Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Pendidikan Penabur- No.14 /Tahun ke -9 / Juni 2010. [6] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2015). Prakarya kelas IX, Jakarta:Kementerian Pendidikan. [7] Mimin Haryati.(2010). Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan , Jakarta: Gaung Persada Press. [8] Nana Sudjana.(2010).Cara Belajar Siswa Aktif dalam proses Belajar Mengajar.Bandung:Sinar Baru Algensindo. [9] Oemar Hambalik.(2011). Proses Belajar Mengajar.Jakarta:Pt Bumi Aksara. [10] Purwanto.(2011). Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. [11] Suci Paresti.(2016). Prakarya IX untuk SMP/MTs. Pusat Kurikulum dan Perbukuan: Balitbang,Kemdikbud. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.58 349 [12] Sudijono,A.(2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:Rajawali Pers. [13] Sumarna Surapranata.(2007).Panduan Penulisan Tes Tertulis.Bandung:PT Remaja Rosdakarya. [14] Suprijono.(2009).Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.