Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 360 Received : 06-10-2020 Revised : 26-11-2020 Published : 08-12-2020 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK MELALUI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING Komariyah MIS Al Ikhsaniyah Jipang Bantarkawung Brebes, Indonesia komariyah.azkia@gmail.com Abstrak: Tujuan penelitian ini memaparkan peningkatan hasil pembelajaran Aqidah Akhlak melalui pendekatan problem based learning.Pendekatan problem based learning dianggap mampu membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian, hasil belajar siswa dalam pembelajaran tersebut bisa mengalami peningkatan. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada pendekatan spiral, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan pemikiran kembali. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V. Hasil penelitian adalah adanya peningkatan dalam aktivitas listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motor dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. Abstract: The purpose of this study is to describe the improvement of Aqidah Akhlak learning outcomes through a problem based learning approach. The problem based learning approach is considered capable of making students more active in class learning. Thus, student learning outcomes in learning can experience an increase. This research method is Classroom Action Research (PTK) which refers to the spiral approach, namely planning, implementing, observing, and rethinking. The subjects of this study were students in grade V. The results showed an increase in listening activity from 86% to 88%, oral from 45% to 61%, emotional from 65% to 84%, visual from 35% to 78%, writing from 65 % to 73%, motoric from 39% to 69%, and mental from 66% to 68%. Kata kunci: hasil belajar, aqidah akhlak, problem based learning mailto:komariyah.azkia@gmail.com Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 361 PENDAHULUAN Pendidikan berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan pendidikan yang tercantum dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal I ayat (1) diatas, diperlukan kegiatan pembelajaran yang optimal. Pembelajaran yang optimal adalah suatu situasi dimana seorang siswa dapat berinteraksi dengan komponen-komponen pembelajaran yang efektif dan optimal dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Salah satu usaha yang dapat guru lakukan adalah dengan memahami bagaimana cara siswa belajar, apakah perilaku siswa tersebut menunjukan bahwa pembelajaran telah berlangsung pada diri siswa atau tidak. Bagaimana informasi yang diperoleh oleh siswa dapat diproses dalam kegiatannya, kemudian mampu dikembangkan dan bagaimana informasi ini disajikan agar dapat dicerna, diingat serta mampu bertahan dalam pikiran siswa dalam waktu yang lama. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didiknya dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan dari kedua pihak. Selain guru, dan peserta didik, ada komponen-komponen lain yang juga berpengaruh dalam proses pembelajaran. Menurut Ali (2004:4) komponen utama dalam proses pembelajaran meliputi siswa, isi atau materi pelajaran, dan guru. Selain ketiga komponen tersebut, ada beberapa komponen pendukung yang dapat menyukseskan suatu proses pembelajaran di antaranya adalah sarana dan prasarana berupa metode pembelajaran, media pembelajaran, model pembelajaran, strategi pembelajaran, taktik pembelajaran, serta penataan lingkungan sehingga proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah kemampuan mengelola kelas (classroom management). Pengelolaan kelas adalah keterampilan seorang guru menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Kemampuan guru dalam mengelola kelas dapat menentukan strategi belajar mengajar yang tepat sehingga meningkatkan kemampuan siswa. Proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru tentu saja tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensinya sehingga peserta didik tidak memiliki motivasi dalam dirinya untuk berpikir maju dan mengembangkan potensinya. Hal ini disebabkan karena peserta didik hanya mendapatkan "suara umpan" yang didapat dari guru, sehingga menyebabkan peserta didik malas untuk mengekplorasi kemampuan yang dimilikinya. Proses belajar-mengajar yang selama ini diterapkan oleh para guru di MI Al Ikhsaniyah Cilinduk Jipang Kec. Bantarkawung Kab. Brebes kurang variatif, baik model ataupun pendekatannya. Para peserta didik merasa bosan dengan apa yang ditunjukan atau diterapkan oleh guru. Pada akhirnya peserta didik kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Terlebih jika sekolah tersebut tidak memberikan fasilitas yang memadai bagi para peserta didik. Keadaan seperti ini disebabkan karena guru menganggap bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan secara tradisional lebih mudah karena tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup dengan menjelaskan konsepkonsep yang ada pada buku ajar. Aktivitas belajar siswa yang cenderung masih belum aktif karena masih ditemukan beberapa siswa yang ketika proses belajar mengajar berlangsung lebh banyak yang diam. Metode ataupun pendekatan yang digunakan masih sering menggunakan cara yang lama, seperti metode ceramah dan latihan. Disamping itu, masih belum digunakannya media pembelajaran yang menggunakan multimedia seperti laptop, internet, OHP, infokus ataupun yang lainnya mengakibatkan proses KBM lemah atau kurang komunikatif terhadap terhadap siswa yang kurang aktif dalam belajar, guru kadang justru asyik menyampaikan materi saja tanpa adanya usaha untuk menghidupkan aktifitas beajar siswa. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 362 Akibat dari kurangnya pendekatan pembelajaran yang diberikan adalah rendahnya hasil belajar siswa kelas V MI Al lkhsaniyah Cilinduk Jipang Kec. Bantarkawung Kab. Brebes. Hal tersebut terlihat dari data Ujian Akhir Semester Ganjil pada mata pelajaran PAI, yaitu dari 16 siswa hanya 6 siswa (37,5%) yang tuntas belajar, sedang 10 siswa lainnya (62,5%) belum mencapai ketuntasan minimal. Untuk mengatasi permasalahan seperti yang telah dijelaskan diatas, Komarudin (dalam Trianto, 2009: 8) berpendapat harus ada perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran tersebut yang salah satunya adalah orientasi yang semula berpusat pada guru (teacher centered) menjadi berpusat pada \peserta didik (student centered); metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti menjadi partisipatory; dan pendekatan yang semula lebih banyak tekstual berubah menjadi kontekstual. Dewasa ini, para ahli bidang pendidikan telah menemukan banyak sekali pendekatan dan model pembelajaran yang menyenangkan bagi parapeserta didik, salah satunya adalah pendekatan Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang dirancang untuk memudahkan peserta didik dalam mengatasi ketrampilan siswa tentang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar. Sumber-sumber informasi tersebut dapat berupa buku, jurnal, Internet, multimedia dan sebagainya. Dalam Problem Based Learning guru bukan merupakan satu-satunya sumber belajar. Peserta didik dapat belajar dalam kelas, dalam laboratorium maupun dalam ruang perpustakaan, dalam "ruang sumber belajar" yang khusus atau bahkan diluar sekolah, bila is mempelajari lingkungan yang berhubungan dengan tugas atau masalah tertentu. Karakteristik model Problem Based Learning (PBL), yaitu (a) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa; (b) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran; (b) Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan; (c) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan; (d) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah; (e) Belajar peranan orang dewasa yang autentik; dan (f) menjadi pebelajar yang mandiri. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menitikberatkan masalah sebagai bahan pembelajaran yang akan dicari penyelesaiannya menggunakan metode ilmiah. Tetapi masalah tersebut hams sesuai dengan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata. Pelaksanaan model tersebut siswa dituntut untuk aktif berpikir dan kreatif dalam pemecahan masalah. Dari uraian yang telah penullis paparkan diatas maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Aqidah akhlak Kelas V MI Al Ikhsaniyah Cilinduk Jipang Kec. Bantarkawung Kab. Brebes METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Kelas merupakan sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. (Arikunto, 2008:3). Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 363 Penelitian tindakan mengacu pada pendekatan spiral yang merupakan empat langkah kesatuan yang berulang yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan pemikiran kembali (reflencing). Keempat langkah ini terus dilakukan berulang sampai perbaikan yang diharapkan tercapai. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta dengan subjek penelitian siswa kelas X EI. Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari siklus pertama sampai siklus kedua yang kemudian dilihat adanya peningkatan hasil sesuai dengan target yang telah ditentukan. Setiap sikius terbagi dalam satu kali pertemuan dan kemudian dilakukan evaluasi guna mengukur peningkatan ketercapaian ketuntasan belajar minimal siswa. Akhir dari setiap siklus dilengkapi dengan kegiatan refleksi dan perencanaan tindakan berikutnya. Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Pihak yang dijadikan subjek penelitian di sini adalah siswa kelas X EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Kelas yang dipilih adalah kelas X EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta, dengan tujuan untuk mengetahui yang sesungguhnya sejauh mana peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan adanya penerapan model Problem Based Learning. Variabel merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed) yang menunjukkan variasi, baik kuantitatif maupun kualitatif (Arikunto, 2006: 10). Variabel dalam penelitian ini meliputi (1) Keaktifan Siswa: Keaktifan dalam belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktifitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar yang aktif. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Keaktifan siswa dalam belajar komputer tampak dalam kegiatan : memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan internet (motor activities), menanggapi masalah masalah (mental activities), sikap selama pelajaran (mental) activities), dan juga emosi selama pelajaran berlangsung (emosional activities); dan (2) Hasil Belajar Siswa: Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah Siswamenerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian ini meliputi Ranah kognitif yang diukur melalui pemberian soal tes. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan tes. Observasi atau pengamatan berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. Observasi keaktifan siswa meliputi: memperhatikan pelajaran (visual activities), berdiskusi (oral activities), mendengarkan materi yang disampaikan (listening activities), mencatat materi (writing activities), menggambar (drawing activities), melakukan praktik menggunakan aplikasi corel draw X3 dan Internet (motor activities), menanggapi masalah masalah dalam pelajaran maupun presentasi (mental activities), sikap selama pelajaran (emotional activities). Tes yang telah dibuat untuk diberikan kepada siswa kemudian diselesaikan secara individu. Tes dilaksanakan pada setiap awal siklus (pre test) dan akhir siklus (post test). Selain itu, lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran komputer pada saat diterapkan model Problem Based Learning. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 364 Tabel 1. Kisi-Kisi Observasi Keaktifan Siswa No Indikator Variabel Keaktifan No Butir 1. Visual a. Siswa memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru dengan baik b. Siswa memperhatikan presentasi kelompok lain 1 2 2. Oral a. Siswa bertanya kepada guru tentang materi yang belum jelas b. Siswa menjawab pertanyaan dari guru 3 4 3. Listening a. Siswa mendengarkan penjelasan materi dari guru b. Siswa mendengarkan presentasi kelompok lain 5 6 4. Writing a. Siswa mencatat materi yang diberikan oleh guru b. Siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru 7 8 5. Drawing Siswa menggambar vector 9 6. Motor Siswa menggambar menggunakan software Corel Draw X3 dan menggunakan internet 10 7. Mental a. Siswa berdiskusi dengan teman sekelompok maupun teman dalam kelompok lain tentang permasalahan b. Memberikan pendapat atas masalah dan solusinya c. Siswa berani mempresentasikan hasil pekerjaan didepan kelas 11 12 13 8. Emotional siswa bersemangat dalam mengikuti PBM 14 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) analisis deskriptif. Untuk mengukur prestasi belajar siswa menggunakan sistem nilai rata-rata kelas pada hasil evaluasi tiap siklus. Analisis hasil evaluasi menggunakan sistem nilai rata-rata kelas yaitu Siklus I = Nilai Rata-Rata Kelas. Perhitungan nilai rata-rata kelas ini digunakan untuk setiap hasil evaluasi pada tiap siklus dan juga untuk mengukur seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa. Data hasil belajar siswa berupa tes akan dianalisis dengan menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan patokan, dihitung berdasarkan skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa. Nilai yang diperoleh dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah; (2) Analisis Antar Siklus Pada setiap siklus akan dilihat persentase peningkatan hasil belajar siswa, baik peningkatan nilai rata-rata kelas, maupun peningkatan nilai yang dicapai oleh masing-masing siswa. Hal itu dapat dilihat dan peningkatan persentase penguasaan dan kategori hasil belajar siswa. PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I (Pertemuan 1 dan 2) tentang hasil belajar siswa sebelum tindakan (pretest) siklus I digunakan untuk mengetahui nilai siswa sebelum dilaksanakan tindakan siklus 1 dan post test I untuk mengukur sejauh mana keberhasilan setelah dilakukan tindakan siklus I. Adapun hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 365 Tabel 2. Hasil Pre Test dan Post Test Siswa Siklus I NOMOR PESERTA PRES TEST I POST TEST I 1. 85 100 2. 85 90 3. 75 95 4. 70 95 5. 45 85 6. 55 80 7. 45 95 8. 65 80 9. 80 90 10. 75 100 11. 60 95 12. 60 95 13. 70 90 14. 70 90 15. 60 95 16. 55 80 17. 50 45 18. 75 90 19. 80 100 20. 80 100 21. 65 90 22. 65 95 23. 65 100 24. 75 100 25. 55 85 26. 65 95 27. 70 95 28. 75 85 29. 75 95 30. 55 100 31. 55 100 Jumlah 2060 2830 Rata - Rata 66 91 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus I menunjukkan nilai pre test I adalah minimum 45 dan nilai tertinggi 85. Dan hasil belajar siklus I setelah dilakukan tindakan menunjukkan bahwa nilai post test I minimum 45 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 91 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata. Dari data diatas dapat ditentukan frekuensi dan persentase hasil belajar KK6 siswa siklus I dibagi menjadi 5 kategori. Berdasarkan data tabel dapat diperoleh informasi bahwa dari 31 siswa terperinci tidak ada siswa yang mempunyai nilai dengan kategori sangat rendah dan rendah. Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 366 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus I menunjukkan bahwa nilai pre test I adalah minimum 45 dan nilai tertinggi 85. Hasil belajar siklus I setelah dilakukan tindakan menunjukkan bahwa nilai post test I minimum 45 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus I sebesar 91 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata. Dari data di atas dapat ditentukan frekuensi dan persentase hasil belajar KK6 siswa siklus I dibagi menjadi 5 kategori yaitu Sangat Rendah, Rendah, Sedang, Tinggi, dan Sangat Tinggi Berdasarkan tabel data siklus II di atas dapat diperoleh hasil belajar siswa sebelum tindakan siklus II yang menunjukkan bahwa nilai pre test adalah minimum 70 dan nilai tertinggi 100. Hasil belajar setelah tindakan menunjukkan bahwa nilai post test minimum 85 dan nilai tertinggi 100. Nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II sebesar 92 diperoleh melalui rumus nilai rata-rata. Berdasarkan di atas, diperoleh informasi bahwa dari 31 siswa terperinci tidak ada siswa yang mempunyai nilai dengan kategori sangat rendah dan rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta pada siklus II sebagian besar memiliki kategori tinggi dan sangat tinggi. Analisis aktivitas siswa dalam pembelajaran KK6 menggunakan pendekatan Problem Based Learning dianalisis secara deskriptif persentase. Persentase keaktifan siswa yang meningkat dari pertemuan 1 sampai pertemuan 4 merupakan indikator keberhasilan metode tersebut. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. Distribusi Persentase Keaktifan Siswa Tiap Pertemuan No Aktivitas Siklus I Siklus II 1. Listening activities 86% 88% 2. Oral activities 45% 61% 3. Visual activities 35% 78% 4. Writing activities 65% 73% 5. Drawing activities 53% 21% 6. Motor activities 39% 69% 7. Mental activities 66% 68% 8. Emotion activities 56% 84% Dari data yang disajikan dalam tabel tersebut terlihat bahwa keaktifan siswa pada setiap kategori meningkat. Hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat beradaptasi dengan metode PBL. Berdasarkan deskripsi penelitian dan hasil penelitian yang sudah disajikan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa rata- rata hasil belajar siswa kelas X EI SMK N 2 Wonosari dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan rata-rata hasil belajar, peningkatan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. 2. Meningkatnya kategori nilai sangat tinggi sebesar 11,11% yaitu dari 27 anak menjadi 30 anak. Meningkatnya rata-rata nilai tersebut disebabkan karena siswa mudah menyerap materi dengan metode belajar PBL. Karena PBL dapat merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong peserta didik untuk melakukan pembelajaran yang lebih kritis dan aktif. Metode PBL juga memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri. Berdasarkan hasil observasi aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas listening, oral, emotional, visual, writing, motor, mental, dan visual. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai memberikan respon yang positif terhadap pelajaran yang diikutinya. Baik dalam mendengarkan dan memperhatikan materi belajar yang disampaikan, ataupun dalam bertanya tentang materi yang belum dimengerti maupun didalam mengemukakan pendapat. Dengan menggunakan metode belajar PBL siswa menjadi lebih mudah memahami materi karena mereka diajak belajar melalui masalah-masalah yang timbul dan Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 367 bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Secara otomatis siswa mendapat pengetahuan sekaligus cam menerapkannya. Dilihat dari hasil tersebut, model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran KK6 di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan hasil penelitian aktifitas siswa diperoleh informasi bahwa adanya peningkatan dalam aktifitas listening dari 86% menjadi 88%, oral dari 45% menjadi 61%, emotional dari 65% menjadi 84%, visual dari 35% menjadi 78%, writing dari 65% menjadi 73%, motor dari 39% menjadi 69%, dan mental dari 66% menjadi 68%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa kelas X EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Keaktifan siswa dilihat dari aspek memperhatikan, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan, berpendapat, kerjasama dalam kelompok, mengerjakan soal, belajar menggunakan sumber, dan presentasi kelompok dari siklus I sampai II sebagian besar aspek mengalami peningkatan. 2. Penerapan model Problem Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas EI SMK N 2 Wonosari Yogyakarta. Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. Nilai rata-rata Pada siklus II kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebesar 11,11% yaitu dari 27 siswa menjadi 30 siswa. Hasil belajar siswa mencapai indikator keberhasilan dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 100 persen. DAFTAR PUSTAKA [1] Afcariono, Muchamad. 2009. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi. (http://jurnaljpi.wordpress.com/2009/01/01/muchamad-afcariono/) [2] Bloom, Benyamin S. http://triatra.wordpress.corn/2011/09/15/taksonomi-bloom/ Ridwan C. 2009. Problem Based Learning. (http://ridwan13.wordpress.com) [3] Hamalik. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung; Remaja Rosdakarya. [4] Ibrahim dan Nur. 2000. model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-basedlearning. html [5] Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Jakarta: Grasindo. [6] Muhliz. 2009. Urutan Kualitas Pendidikan Indonesia Di Mata Dunia Dari 19972007. (http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesiaranldng109-malaysia-61/ diakses tgl 19 nov hari kamis 2009) [7] Mukhlison Effendi. 2008. Ilmu Pendidikan. Ponorogo: STAIN Press. [8] Rochaety, Ety. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. [9] Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. [10] Sardiman. 2007. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar Jakarta : Gravindo Persada. [11] Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. [12] Sudikin Mc. 2008. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Depdiknas. http://jurnaljpi.wordpress.com/2009/01/01/muchamad-afcariono/) http://triatra.wordpress.corn/2011/09/15/taksonomi-bloom/ http://ridwan13.wordpress.com/ http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-basedlearning http://t4belajar.wordpress.com/2009/04/24/pendidikan-indonesiaranldng-109-malaysia-61/ Vol.1 No.4 2020 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v1i4.60 368 [13] Sujianto.2008. Penggunaan Media Pada Pengajaran Matematika . http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada pengajaranmatematikan, diakses pada bulan Maret 2012 [14] Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta: Grasindo. [15] Sumitro. 2006. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. [16] Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [17] Arends dalam Trianto. karakteristik model Problem Based Learning (PBL). (Online) http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem- based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and- learning/mrdetail/14376/, diakses pada bulan Maret 2012 [18] Poerwadaminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. [19] Wagiran. 2007. Peningkatan Keaktifan Mahasiswa dan Reduksi Miskonsepsi Melalui Pendekatan Problem Based Learning". Jumal Kependidikan. http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaranmatematikan http://pkab.wordpress.com/2008/06/12/penggunaan-media-pada-pengajaranmatematikan http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/ http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/ http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaranberbasis-masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaranberbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/