Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 1 Received : 12-12-2020 Revised : 01-01-2021 Published : 15-01-2021 KEMAMPUAN KONSELOR DALAM PENGGUNAAN TEKNIK KONSELING DI SMA NEGERI 5 KOTA BIMA Alya Nurmaya, Khairunnisa, Sulistia Indah Prodi Bimbingan dan Konseling, STKIP Bima, Indonesia alyabinsyeikhabubakar@gmail.com Abstrak: Melaksanakan tugas pokok mewujudkan proses konseling, menuntut konselor sekolah sebagai tenaga professional memiliki sejumlah kompetensi dan keteramplan tertentu. Agar proses konseling berjalan dengan lancer dan mencapai tujuan secara efektif, konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan yang relevan yaitu kemampuan menggunakan teknik konseling. Dengan demikian bagi seorang konselor menguasai tekik konseling adalah mutlak, karena teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan konseling. Guna mengetahui kesesuaian teori dan kenyataan yang terjadi di lapangan, sehingga tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan konselor dalam menggunakan teknik konseling di SMAN 5 Kota Bima. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis datau lisan dari subyek penelien ataupun infoeman lain sebagai sumber data. Sehingga jenis penelitian ini penelitian deskriptif karena tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan tentang sesuatu variable, gejala atau keadaan. Kegiatan analisa data adalah reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan, sedangkan pengecekan keabsahan temuan yang dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, trianggulasi sumber data dan teknik pengumpulan data, kecukupan reverensial. Kesimpulan penelitian ini adalah teknik-teknik konseling cukup mampu diaplikasikan oleh konselor sekolah dalam proses konseling yang dilaksanakan, yaitu perilaku attending, empati refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questionss, closed questionss, minimal encouragement, interpretasi, directing, summarizing, leading, fokus, konfrontasi, clarifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, member nasehat, pemberian informasi, merencanakan, hingga menyimpulkan hasil akhir pada sesi akhir konseling. Kata kunci: konselor sekolah; teknik-teknik konseling; siswa sma https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 mailto:alyabinsyeikhabubakar@gmail.com Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 2 PENDAHULUAN Konseling merupakan pekerjaan professional menuntut dimilikinya sejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu. Selain itu, konseling juga merupakan suatu proses. Dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-keterampilan tertentu. Agar proses konseling dapat berjalan lancer dan tujuannya tercpai secara efektif dan efisien, konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan-keterampilan tertentu yang relevan khususnya keterampilan menggunakan teknik-teknik konseling. Konselor yang terampil adalah yang mengetahui dan memahami sejumlah teknik konseling dan mampu mengimplementasikan dalam proses konseling. Menurut prayitno (2005:39) bahwa “Tugas pokok konselor adalah mewujudkan proses konseling, disertai dengan kegiatan yang menunjang tugas pokoknya itu. Dan dalam melaksanakan tugas konselor tersebut diperlukan tenaga professional sesuai tuntutan dan kondisi saat ini. Untuk menjadi konselor yang professional perlu melakukan peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang hayat yang menjadi strategi belajar masyarakat global”. Penerapan teknik-teknik konseling memberi pengaruh besar bagi terwujudnya kualitas hubungan interpersonal antara konselor sekolah dengan siswa yang menjadi konselinya, dan kualitas hubungan tersebut menentukan keefektifan layanan konseling. Dengantetap mengacu pada prinsip-prinsip, asas-asas serta kode etik profesi bimbingan dan konseling (Juntika Nurihsan, 2006:10). Sofyan S.Willis (2009:157) menyatakan bahwa bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. Sebab dalam prose konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling. Seorang konselor yang efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik yang benar, sesuai dengan keadaan konseli saat itu. Respon yang baik adalah pernyataan-pernyaan verbal dan nonverbal yang dapat menyentu, merangsang dan mendorong sehingga konseli terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Aplikasi teknik konseling memiliki peran yang fundamental dalam proses konseling dan apabila dalam prakteknya konselor di SMAN 5 Kota Bima mengaplikasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan landasan keilmuan bimbingan dan konseling kemungkinan keberhasilan pelaksanaan konseling akan dapat terwujud, sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu Jurnal yang berjudul “Ketrampilan Konseling dalam Mewujudkan Konselor yang Trusted Objective Profesional” yang disampaikan dalam acara Training Calon Konselor yang diselenggarakan oleh HIMA PPB FIP UNY pada Tanggal 15 Mei 2010 oleh Rosita Ending Kusmaryani, M.Si, disimpulkan bahwa ketrampilan tersebut mencakup beberapa hal antara lain, attending, bertanya, klarifikasi, mengarahkan, refleksi, empati, paraphrase, mendengarkan, pemfokusan, kontfrontasi, refaming, memberi feedback, interpretasi, memberikan dukungan dan pengukuhan, perilaku genuine, membuka diri, memberikan dorongann pada klien, pemecahan masalah, meringkas/merangkum dan menutup. Sementara penelitian lainnya yang berjudul “Penggunaan Ketrampilan Dasar Konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar Peserta Didik” oleh Mira Nirmala disimpulkan bahwa hanya menggunakan lima ketrampilan dasar yaitu attending, dorongan minimum, refleksi, pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Sedangkan judul dalam penelitian ini adalah “Kemampuan konselor dalam penggunaan Teknik Konseling” disimpulan bahwa dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik konseling yang cukup mampu diaplikasikan oleh https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 3 konselor sekolah dalam proses konseling yang dilaksanakan yaitu perilaku attending, empati refleksi, ekplorasi, paraphrasing, open questions, closed question, minimal encouragement, interpretasi, directing, summarizing, leading, focus, kontfrontasi, clarifying, mengambil inisiatif, memberi nasihat, pemberian informasi, merencanakan, hingga menyimpulkan hasil akhir pada sesi akhir konseling. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui kemampuan konselor dalam penggunaan teknik konseling di SMAN 5 Kota Bima METODE Subjek dalam penelitian ini yaitu Konselor sekolah. Dimana metode pengumpulan data yang digunakan yaitu Observasi dan wawancara dengan menggunakan instrument lembar observasi dan pedoman wawancara. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 3 cara yaitu: 1) Data Reduction (Reduksi Data) dimana kegiatan dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,merankum seluruh data tersebut, mencermati dan memilah antara data yang dibutuhkan dengan data yang tidak dibutuhkan. 2) Data Display (Penyajian Data) yaitu setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data yaitu mengelompokkan data secara keseluruhan berdasarkan jenis data, observasi dan wawancara. 3) Verification (Penarikan kesimpulan). Langkah ini adalah langkah terakhir yang dilakukan dalam kegiatan analisis data. Data yang telah dikelompokkan dalam bentuk sajian data, kemudian disimpulkan sesuai dengan focus dan tujuan penelitian sehingga menciptakan kesimpulan yang kredibel. HASIL Di bawah ini akan dibahas satu persatu hasil pemamparan data tahap: Observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Data Hasil Observasi a. Observasi 1 Berdasarkan hasil pengamatan pertama menggambarkan bahwa konselor HL, S.Pd dalam memberikan layanan konseling individu terhadap konseli MYP menggukan berbagai teknik konseling pada proses konseling yang dilaksanakan. Teknik-teknik yang dimaksud yaitu attending; empati primer; refleksi pikiran dan perasaan; ekplorasi perasaan, pengalaman dan pikiran; paraphrasing; open questions; closed questions; minimal encouragement; direnting; interpratasi; sumarijing; leading; focus; konfrontasi; clarifying; facilitating; diam; mengambil inisiatif; nasehat; informasi menjauhi pengaruh buruk lingkungan dan memilih teman; merencanakan; serta menyimpulkan. Beberapa teknik digunakan dalam sebuah respon sekaligus ataun secara bersamaan, dalam arti sebuah respon yang diberikan konselor tidak hanya mengandung satu teknik saja akan tetapi bahkan dua teknik. Misalnya eksplorasi yaitu mengalih permasalahn konseli kemudian diikuti open questions, yang mana kedua tekink itu digunakan sekaligus dalam sebuah respon. Hal yang dilakukan konselor tersebut sebagai multi technique. b. Observasi II Berdasarkan hasil pengamatan kedua mengambarkan bahwa teknik-teknik konseli yang digunakan oleh konselor HL, S.Pd dalam melaksanakan proses konseling terhadap konseli QN adalah perilaku attending baik; paraphrasing; open questions; closed questions; refleksi; encouragement; interpratasi; diresting; sumajing; lerding focus; konfrontasi; darivying; https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 4 facilitas; mengambil inisitatif; merencanakan; member nasehat; informasi cara motifasi diri; menyimpulkan hasil konseling. Pada penggunaan teknik-teknik konseling terdapat beberapa teknik yang diberikan dalam sekali respon seperti melakukan refleksi yaitu memantulkan kembali perasaan yang disampaikan secara sekaligus. Selain itu ditemukan juga teknik refleksi yang meskipun telah digunakan pada tahap awal konseling, akan tetapi digunakan kembali pada tahap selanjutnya. Hal yang dilakukan konselor ini sesuai dengan pendapat Sofiyan S. Willis (2009) yang menyatakan bahwa meskipun setiap tahapan konseling mempunyai teknik-teknik tertentu yang telah diatur secara otomatis, tidak berarti aturan yang dilaksanakan kaku seperti itu. c. Observasi III Berdasarkan hasil pengamatan kegiatan mengabarkan bahwa konselor HL, S.Pd dalam menjalankan proses konseling terhadap konseli JF menggunakan berbagai teknik konseling. Teknik-teknik konseling yang dimaksud adalah attending baik; sumarijing; eksplorasi dengan open questions; minimal acaouragement; interpratasi; focus terhadap pokok masalah; sumarijing; konfrontasi; leading; empati dan attending; mengambil inisitatif; nasehat informasi belajar efektif dan minat belajar; merencanakan; menyimpulkan hasil akhir konseling. Dalam proses konseling yang dilaksanakan. Konselor berupaya melakukan teknikque; artinya konselor memberikan sebuah respon dengan beberapa teknik sekaligus atau secara bersamaan. Teknik eksplorasi diberikan bersama dengan open questions yaitu pernyataan mengalih permalasahan konseli disampaikan dengan pernyataan. Hal tersebut guna untuk mengetahui masalah konseli secara lebih mendalam dan pasti. Sehingga pada tahapa akhir konseli dapat diberikan problem solfing atau penyelesaian masalah bagi konseli d. Observasi IV Berdasarkan hasil pengamatan keempat mengambar bahwa teknik-teknik konseling yang digunakan konselor HL, S.Pd dalam proses konseling terhadap konseli RP adalah attending baik; refleksi perasaan; open questions; klarifikasi; diam; empati primer terhadap perasaan konseli; eksplorasi perasaan dengan openquestions dan closed questions; paraphrasing; leading; directing; focus; konfrontasi; eksplorasi; summarizing; interpratasi; informasi membagi waktu dan jadwal harian; menyimpulkan. Pada penggunaan teknik-teknik konseli, setiap respon konselor berupa pernyataan dan pertanyaan yang dilontarkan kepada konseli dapat mengandung beberapa teknik. Seperti saat menggunakan teknik eksplorasi disampaikan dengan memberikan open questions maupun closed questions. Hal yang dilakukan konselor tersebut oleh Sofyan S. Willis (2009) dinamakan dengan teknik-teknik yang berfareasi dan berganda atau yang biasa disebut multi technique. Berdasarkan hasil observasi I, II, III, dan IV yang telah dilakukan didapatkan gambaran bahwa dalam setiap proses konseling yang dilakukan konselor HL, S.Pd menggunakan teknik- teknik yang dikemukakan oleh Sofyan S. Willis. Teknik konseling yang dimaksudkan adalah attending, empati, refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questions, closed questions, minimal encouragement, interpratasi, directing, summarizing, leading, focus, konfrontasi, darifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, nasehat, member informasi, merencanakan dan menyimpulkan. Dengan demikian dapat dinyatakan konselor sekolah secara praktis mampu mengaplikasikan teknik-teknik konseling dalam setiap melaksanakan kegiatan konseling individu bagi konselinya atau siswa bermasalah. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 5 2. Data Hasil Wawancara a. Data Hasil Wawancara konselor Sekolah Dari paparan kutipan hasil wawancara yang dilakukan terhadap ketujuh konselor di SMAN Negeri 5 Kota Bima didapati gambaran bahwa konselor telah mengaplikasikan teknik- teknik konseling dalam setiap proses konseling yang dilaksanakan secara khas berdasarkan karateristik dan kopetensi yang memiliki masing-masing konselor sekolah. Dan secara umum pemahaman dasar seluruh konselor tentang teknik-teknik konseling belum mereta. Hal tersebut dibuktikan secara nyata dari pemaparan tiap-tiap konselor tentang-teknik-teknik konseling berbeda, tidak semua teknik konseling yang dikemukakan Sofyan S. Willis mampu disebutkan secara komprehensif oleh konsoler. Selai itu dari pemaparan wawancara konselor tidak ditemukan penyebutan yang ilmiah pada teknik-teknik konseling. Hal ini menunjukkan bahwa wawasan pengetahuan konselor akan definisi-definisi yang ilmiah tentang teknik-teknik konseling masih minim. Setiap konselor mengharapkan teknik-teknik yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan konseling individu yang dilakukan membawa dampak positif bagi perkembangan kognitif, afektif maupun psikomotor konseli. Dampak positif yang dimaksud adalah perubahan konseli kearah yang lebih baik, yakni pola pikir menjadi lebih realistis dan optimis. Sehingga nantinya ia mampu menemukan arah dan cara untuk memecahkan masalahnya sendiri secara mandiri. Dengan demikian pemahaman akan penggunaan teknik-teknik konseling menjadi dasar praktis bagi konselor dalam menyelenggrakan kegiatan konseling individu disekolah. Dan totalitas pelaksanaan konseling menggunakan teknik-teknik konseling bergantung intensitas kompetensi yang dimiliki konselor itu sendiri. b. Data Hasil Wawancara konseli Dari paparan kutipan hasil wawancara yang dilakukan terhadap keempat konseli mengukuhkan bahwa konselor sekolah telah mampu mengaplikasikan berbagi teknik konseling, baik perilaku attending, teknik empati, eksplorasi, papaprhasing, open questions, closed questions, interpretasi, directing, summarizing, leading, konfrontasi, clarifying, facilitating, member inisiatif, member nasehat, member informasi, maupun menyimpulkan hasil akhir konseling. Berdasarkan pengalaman konseli melalui apa yang dialami dan dirasakannya selama mengikuti kegiatan konseling, intervensi teknik-teknik konseling tersebut dalam hubungan interpersonal konselor dan konseli mewujudkan proses konseling berjalan baik. Hal ini ditandai dengan keterbukaan konseli mengemukakan permasalahannya. Setiap konseli merasa dibantu oleh konselor dan hasil kegiatan konseling memberikan dampak positif bagi perkembagan dirinya maupun pengentasan permasalahan yang dihadapinya, yang ditunjukkan dengan berkurangnya malas yang dialami konseli. Dengan adanya kesan konseli yang demikian terhadap terhadap kegiatan konseling yang telah diikutinya, maka dapat dikatan bahwa konselor telah mampu mewujudkan proses konseling yang efektif. Meski masih belum diketahui apakah tujuan konseling telah tercapai dengan maksimal, karena proses perkembangan konseli sebagai peserta didik membutuhkan waktu dan secara bertahap. Dan upaya yang dapat dilakukan konselor untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada setiap konseli adalah dengan melakukan observasi lanjutan terhadap perkembangan yang ditunjukkan konseli. Usaha tersebut tentu tidak terlepas dari kerjasama antara personil sekolah lainnya, baik guru maupun peserta didik lainnya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 6 Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap konselor sekolah, serta konseli (siswa bermasalah dan telah diberikan konseling individu) dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah menggukan berbagai teknik konseling dalam pelaksanaan proses konseling yang dilakukan. Pemahaman dasar seluruh konselor sekolah tentang teknik-teknik konseling belum merata, maka pelaksanaan kegiatan konseling oleh setiap konselor dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kompetensi yang dimiliki masing-masing konselor sekolah itu sendiri. Sedangkan minimnya wawasan pengetahuan konselor akan definisi-definisi yang ilmiah tentang teknik-teknik konseling dapat disebabkan oleh berbagai alasan. Diataranya seperti factor hierarki sebagai manusia yang tidak luput dari sifat lupa, apabila tidak melakukan penyegaran ilmu dengan terus belajar. Selain itu masih kurangnya sumber informasi dan reverensi konselor yang memuat berbagai pengembangan teori dan teknik konseling, kurang meratanya kesempatan yang berikan sekolah untuk mengikuti pelatihan dan diklat. Serta beberapa konselor kurang berminat di dalam menambah wawasan dan melatih kemampuannya secara mandiri. . 3. Data Hasil Dokumentasi Berdasarkan hasil dokumentasi diperoleh data-data yang mendukung data hasil observasi maupun data wawancara. Diantaranya adalah data-data tentang kasus siswa sehingga berdasarkan data obyektif diperoleh informasi bahwa memang benar keempat konseli MYP, QN, JF dan RP yang selanjutnya diberikan konseling individu. Melalui catatan komulatif record kelengkapan data identitas pribadi konseli dapat diperoleh. Berkaitan dengan keadaan konselor sekolah yang ditetapkan di SMAN 5 Kota Bima jumlahnya telah memenuhi kebutuhan tenaga bimbingan dan konseling di sekolah tersebut yaitu tujuh orang konselor. Setiap konselor diberi tanggungjawab sekitar masing-masing tiga bahkan ada empat kelas binaan. Sedangkan fasilitas penunjang kegiatan konseling masih belum memadai seperti ruang konseling individu yang jauh dari ideal, sehingga akan menimbulkan kurang terjaganya asas kerahasiaan. Secara lansung hal ini merupakan factor penghambat pelaksaan program bimbingan dan konseling, sedangkan kita ketahui bahwa untuk merealisasikan program tersebut peril didukung oleh saranan dan prasarana yang memadai. Merupakan PR bagi kepala sekolah beserta seluruh personil sekolah semoga dimasa mendatang perlengkapan untuk pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling khususnya layanan konseling individu dapat lebih baik lagi PEMBAHASAN Penggunaan teknik-teknik konseling belum sepenuhnya efektif, meski seluruh teknik mampu diterapkan dalam proses konseling. Hal ini ditandai dengan masih ditemukannya teknik konseling seperti empati, hanya digunakan empati primer saja. Sedangkan empati tingkat tinggi sebenarnya juga sangat dibutuhkan. Karena keikutan konselor merasakan dan memahami perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman konseli akan membuat konseli tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi yang terdalam dari lubuk hatinya termaksud penderitaannya. Maka dari itu perlu bagi konselor untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknik konseling demi terwujudnya proses konseling yang efektif sehingga tujuan konseling dapat tercapai dengan optimal dalam setiap proses konseling dilakukan terhadap konseli MYP, QN, JF maupun RP, konselor tidak hanya menggunakan satu teknik secara tunggal dalam sebuah respon akan tetapi sebuah respon ada yang mengandung beberapa teknik. Sedangkan penggunaan teknik pada setiap tahapan konseling dilaksanakan dengan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 7 secara tidak kaku berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan yakni teknik yang telah digunakan pada tahap awal dapat digunakan lagi pada tahap selanjutnya ataupun sebaliknya hal tersebut didukung oleh perynyataan Sofyan S. Willis (2009) yang menyatakan bahwa meskipun setiap tahapan konseling mempunyai teknik-teknik seperti yang telah ditentukan secara tematis, tidak berarti aturan yang dilaksanakan kaku seperti itu. Artinya seorang konselor dengan kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervareasi dan beganda (multi technique). Hal ini terjadi karena setiap konseli memiliki perbedaan kepribadian (kemampuan, sikap, motifasi, kehadiran, tempramen), respon, lisan maupun bahasa badan. Sebuah blog dalam weside oleh Boharudin membahas tentang pembelajaran konseling dengan program Comic Life yang digunakan sebagai alternative untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang teknik-teknik konseling. Penggunaan program Comic Life ini adalah pembuatan komik merupakan media yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa dalam pembuatan komik, mahasiswa mencari kasus yang cocok digunakan untuk pengembangan scenario. Setelah itu mahasiswa membuat scenario teknik-teknik konseling beserta dengan respon-respon konselor yang tepat untuk teknik tersebut. Kemudian, mahasiswa meneterjemahkan scenario yang telah dibuat dalam bentuk visual. Hal ini meberikan pengalaman mahasiswa untuk menampilkan dan mengasosi asikan bahasa konseling nono verbal dan verbal bagi calon konselor. Penggunaan program Comic Life memberikan alternative pembelajaran yang menarik bagi mahasiswa dan mengakomodasi berbagai gaya belajar. Melalui permbahasan program Comic Life tersebut bisa dijadikan reverensi untuk konselor sekolah meningkatkan pemahaman dan kemampuannya dalam menggunakan teknik-teknik konseling. Kegiatan ini akan memberikan kesempatan bagi konselor umtuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih komprehensif. Sehingga dapat dimaknai bahwa banyak cara belajar menarik yang bisa digunakan konselor sekolah asal ada kesadaran dan kemauan. Dalam melaksanakan tugas pokoknya mewujudkan proses konseling, konseling berupaya membangun hubungan interpersonal yang baik antara konselor dan konseli dengan menggunakan berbagai teknik konseling dalam setiap tahapan konseling. Keterbukaan konseli pada tahap awal konseling menentukan efektifitas proses konseling tahap-tahap selanjutnya. Disinilah konselor harus mampu mengaplikasikan teknik-teknik konseling dengan tepat dan benar. Namun dengan adanya kesan baik dari setiap konseli terhadap pelaksanaan kanseling terhadap dirinya, maka membuktikan mampu menggukan teknik konseling dengan baik. Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan konseling yang telah dilakukan akan terlihat dari hasil observasi lanjutan yang dilakukan konselor pada perkembangan yang ditunjukkan konseli. Kegiatan ini tidak terlepas dari kerjasama yang baik dengan berbagai personil sekolah lainnya, baik kepala sekolah, guru, siswa hingga opas sekolah. Sehingga program layanan konseling nidividu berjalan lancer dan kondusif SIMPULAN Dari hasil pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik-teknik konseling cukup mampu diaplikasikan oleh konselor sekolah dalam proses konseling yang dilaksanakan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konselor sekolah khususnya di SMAN 5 Kota Bima telah cukup mampu menggunakan teknik-teknik konseling, yaitu perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, paraphrasing, open questions, closed questions, minimal encouragement atau dorongan minimal, interpretasi, directing, summarizing, leading, fokus, konfrontasi, clarifying, facilitating, diam, mengambil inisiatif, member nasehat, pemberian informasi, merencanakan hingga menyimpulkan hasil akhir pada sesi akhir konseling. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67 8 Wawasan pengetahuan konselor tentang definisi-definisi teknik konseling yang ilmiah masih terdapat kekurangan. Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan, seperti factor alamiah sebagai manusia yang tidak luput dari kelupaan apabila tidak sering dilakukan penyegaran ilmu dengan belajar, masih kurangga sumber informasi dan referensi konselor yang memuat berbagai pengembangan teori dan teknik konseling, kurang meratanya kesempatan yang diberikan sekolah untuk mengikuti pelatihan dan diklat, serta beberapa konselor kurang berminat di dalam menambah wawasan dan melatih kemampuan secara mandiri. Intervensi penggunaan teknik- teknik konseling yang disebutkan pada poin satu dalam kesimpulan penelitian ini terhadap hasil konseling memberikan dampak positif bagi perkembangan diri konseli maupun pengentasan permasalahan yang dihadapiny, yang ditunjukkan dengan kurangnya perilaku malas yang dialami konseli. DAFTAR RUJUKAN Bimo Walgito, 2004. Bimbingan dan Konseling. Penerbit Andi. Yogyakarta. Winkel, W. S., & Hastuti, M. S. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Media Abadi. Mungin Ediwibowo. 2005. Standarisasi Profesi Konseling. Konfensi Nasional XIV dan Kongres Nasional X ABKIN. Semarang. Nurihsan, Juntika. 2006. Bimbingan dan Konseling dalam berbagai latar Pendidikan. Bandung. Prayitno, Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Koseling. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Winkel dan Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Edisi Refisi. Penerbit Media Abadi. Yogyakarta. Willis, Sofyan S. 2009. Konseling Individual Teori dan Praktek. Penerbit Alfabeta. Bandung. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.67