Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 79 Received : 12-12-2020 Revised : 01-01-2021 Published : 15-01-2021 URGENSI SPIRITUAL DI MASA PANDEMI SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK PERILAKU MODERASI BERAGAMA DI IAIN PEKALONGAN Aris Priyanto Magister Ilmu Tasawuf, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Pekalongan, Indonesia aris.priyanto@iainpekalongan.ac.id Abstrak Spiritual memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Sehingga saat masa pandemi keberadaannya diharapkan bisa tetap meningkatkan kualitas keimanan mahasiswa dan perilaku beragama secara moderat. Bahkan selama masa pandemi spiritual mampu meningkatkan kualitas belajar dan kualitas ibadah mereka. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif melalui pendekatan sosial keagaman melalui pengamatan terhadap pentingnya spiritual pada masa pandemi di IAIN Pekalongan. Penelitian ini juga mendokumentasikan dan mengumpulkan berbagai data yang diperoleh saat terjadinya pembelajaran daring di masa pandemi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran daring pada masa pandemi mampu meningkatkan kualitas ibadah, semangat belajar dan spiritual mahasiswa. Selain itu, pembelajaran daring pada masa pandemi juga bisa membentuk perilaku religius dan perilaku beragama yang moderat di lingkungan kampus IAIN Pekalongan. Kata Kunci: spiritual; pandemi; moderasi beragama https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 mailto:aris.priyanto@iainpekalongan.ac.id Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 80 PENDAHULUAN Pendidikan yang fokus mengajarkan tentang pentingnya integritas, kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, dan ketahanan mental sangat jarang sekali ditemukan di Indonesia.. Rata-rata pendidikan yang ada masih menekankan aspek penting dari nilai akademik dan kecerdasan otak saja. Padahal nilai-nilai kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi sangat penting keberadaannya (Agustian: 2001: xiiii). Maka diperlukan peran spiritual untuk mewujudkan terciptanya pendidikan yang berkarakter dan bernilai religi. Karena tanpa spiritual, tentunya pendidikan yang ada jauh sekali dari sukses dan berhasil menanamkan makna dari pendidikan. Melihat hal demikian, tentunya spiritual menjadi sesuatu yang mampu mengatasi kegelisahan pembelajaran daring yang saat ini sedang berjalan. Pembelajaran daring sebagai dampak dari adanya Pandemi Covid-19 sangat meresahkan semua pihak, baik dari pihak tenaga pendidik, peserta didik, maupun orang tua. Sebagai generasi sekaligus aset bangsa, peserta didik harus memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual demi terjaganya bangsa yang majemuk dari berbagai ancaman yang ada. Kecerdasan spiritual akan membantu mereka dalam menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapinya. Sehingga diperlukan spiritual dalam dunia pendidikan, supaya spiritualnya mereka menjadi terarah. Hal itu bisa terwujud apabila tercipta pembinaan spiritual yang baik dan pada akhirnya kecerdasan spiritualnya dapat berkembang dengan baik (www.academica.edu,: 2020). Peran spiritual dalam pembelajaran daring sangat mempengaruhi terhadap aspek spiritual mereka. Sebagai makhluk spiritual, mereka terkadang lupa baik disengaja atau tidak disengaja untuk mengembangkan diri dan memperdalam aspek spiritual pada dirinya. Padahal hal tersebut dapat dilakukan dalam berbagai cara, seperti halnya mengikuti kegiatan spiritual yang dilakukan di lingkungan pendidikan. Namun alasan kesibukan mereka terhadap hal selain kegiatan di sekolah membuat mereka enggan melakukan peningkatan diri dalam aspek spiritual. Hal ini biasanya terjadi pada usia-usia produktif, sebab prestasilah yang selalu mereka kedepankan, baik dalam prestasi akademik maupun non akademik. Karena pada masa belajar, kebanyakan dari mereka lebih mengedepankan sisi kecerdasan intelektual dibandingkan kecerdasan spiritual. Akibatnya seringkali ditemukan siswa itu memiliki kecerdasan intelektual, namun minim akan kecerdasan spiritual. Sehingga terkadang mereka itu memiliki prestasi akademik yang baik, akan tetapi siswa tersebut tidak memiliki akhlak dan kepribadian yang baik. Kajian-kajian yang menjelaskan tentang urgensi spiritual di masa pandemi sebagai upaya membentuk moderasi beragama banyak sekali. Pertama, penelitian Niwani Jumala dengan judul “Moderasi Berfikir Untuk Menempati Tingkatan Spiritual Tertinggi Dalam Beragama”. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan spiritual merupakan langkah yang tepat untuk mewujudkan moderasi beragama. Kesadaran diri seseorang tentang asal, tujuan dan nasibnya bisa terpenuhi melalui spiritual yang ada dalam dirinya. Kehidupan yang dijalani dengan perilaku beragama akan menemukan terhadap kesaksian iman yang tertanam dalam hatinya. Pertanyaan tentang kesadaran beragama yang selama ini mempengaruhi perilaku dalam kehidupannya terjawab dengan spiritual yang diperoleh melalui pelaksanaan ajaran agama yang dilakukannya (Jumala: 2019). Kedua, Penelitian Intizar yang berjudul “Moderasi Beragama di Indonseia” menjelaskan tentang pendidikan Islam moderat yang mampu menangkal terhadap perkembangan radikalisme atas nama agama. Moderasi beragama dapat ditunjukkan melalui sikap tawazun (berkeseimbangan), i’tidal (harus dan tegas), tasamuh (toleransi), musawah https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 http://www.academica.edu/ Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 81 (egaliter), syura’ (musyawarah), ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan), tathowur wa ibtikar (dinamis dan inovatif). Karena konsep-konsep Islam wasatiyah merupakan konsep egaliter yang tidak mendiskriminasi agama lain. (Fahri & Zainuri: 2019). Ketiga, penelitian Iffati Zaminah dengan judul penelitian “Moderatisme Islam Dalam Konsteks Keindonesiaa. Quraish Shihab”. Dalam penelitian itu, keberadaan moderasi Islam sudah dikenal lama dalam tradisi Islam. Menurut Quraish Shihab, karakter moderasi Islam menggambarkan sifat moderat yang dimiliki oleh umat Islam dalam hal tidak condong kearah berlebih-lebihan (isfrāf) atau meremehkan (tafrīth) dalam berbagai permasalahan yang terkait dengan agama atau dunia (Zaminah: 2018). Keempat, penelitian Masnur Alam dengan judul “Studi Implementasi Pendidikan Islam Moderat dalam Mencegah Ancaman Radikalisme di Kota Sungai Penuh”. Penelitian tersebut berusaha menjelaskan tentang cara memahami jihad. Jihad bukanlah peperangan dan praktek kekerasan atas nama agama. Namun jihad adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh orang yang menuntut ilmu dan bekerja keras untuk memberi nafkah keluarga, menerima pluralisme, menerima kemajemukan, toleransi, dan bersikap inklusif, i;tidal, dan berperilaku dengan rasional. Hal itu apabila benar-benar diterapkan dapat mencegah perkembangan paham radikal, perilaku ekstrim, tidak moderat, dan konflik. Karena perilaku demikian akan menciptakan keamanan, ketertiban, kerukunan, kenyamanan, dan kedamian di lingkungan masyarakat (Alam: 2017). Kelima. Penelitian Elma Haryani dengan judul “Pendidikan Moderasi Beragama untuk Generasi Milenial: Studi kasus ‘Lone Wolf’ Pada Anak di Medan”. Penulis menjelaskan bahwa tindakan kekerasan agama yang dilakukan oleh anak-anak dimotivasi oleh ajaran radikalisme yang mereka peroleh dari internet. Maka perlu adanya intervensi dari negara melalui regulasi dan pengawasan yang relevan dengan bantuan dari cyber-net. Sehingga ceramah keagamaan yang mengandung kebencian dan berpotensi torerisme harus segera diintervensi. Selain itu, orang tua harus lebih menigkatkan kewaspadaan dampak teknologi dan membangun lebih banyak kebersamaan dengan mengembangkan nilai-nilai agama yang moderat dalam keluarga (Haryani: 2020). Beberapa penelitian tersebut semakin meningkatkan semangat penulis untuk meneliti tentang urgensi spiritual di masa pandemi sebagai upaya membentuk perilaku moderasi beragama di IAIN Pekalongan. Apalagi selama masa pandemi pembelajaran dilakukan secara daring. Sehingga keberadaan spiritual di lingkungan IAIN Pekalongan sangat membantu sekali dalam meningkatkan perilaku beragama secara moderat dan mencegah perilaku radikal. METODE PENELITIAN Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosial keagamaan. Sedangkan analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan menganalisa pelaksanaan pemebelajaran daring pada masa pandemi di IAIN Pekalongan. Penelitian ini berusaha menjelaskan tentang peran penting spiritual bagi pembelajaran daring di masa pandemi. Meskipun pembelajaran yang sedang berlangsung tersebut tidak tatap muka, namun peran penting spiritual pada saat pandemi Covid-19 ini sangat penting sekali dalam meningkatkan semangat belajar, perilaku beragama moderat, kualitas beribadah, dan kualitas spiritual mahasiswa.. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 82 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Moderasi Beragama dalam diri Mahasiswa Mahasiswa sebagai agen of change (agen perubahan) menjadi generasi masa depan bangsa ini. Sebagai seorang mahasiswa, mereka tidak terlepas dari statusnya sebagai manusia yang terdiri dari aspek psikomotor, kognitif dan afektif yang perlu ditingkatkan keberadaannya. Psikomotor merupakan sebuah aspek paling luar dari diri manusia yang sangat obyektif dan beragam tindakannya. Sedangkan aspek kognitif (akal pikirannya) mampu membuat manusia melampaui batas-batas yang menyebabkan manusia terperangkap angan- angan duniawi. Sementara pada aspek afektif, hati manusia berusaha untuk selalu ingat, mendekati dan mengenal Tuhan (Suryadilaga: 2016). Melalui ketiga aspek tersebut, ia berusaha supaya kehidupannya, khususnya dalam bidang pendidikan bisa sesuai harapan. Namun hal itu bisa terhambat apabila pembelajaran yang sekarang berlangsung adalah pembelajaran daring. Pembelajaran daring tentu berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka. Padahal pembelajaran tatap muka sangat berperan aktif dalam membentuk karakter jiwa yang religius. Karakter jiwa religius sangat berhubungan sekali dengan hakikat pendidikan. Hakikat dari pendidikan berusaha menciptakan dan mendampingi seseorang supaya memperoleh kemajuan dalam menjalani kesempurnaan. Manusia memerlukan pendidikan beragam seiring dengan beragamnya keiinginan manusia dalam berlangsungan hidup mereka. Mereka memerlukan pendidikan fisik dalam menjaga kesehatan fisiknya, dan membutuhkan bimbingan ruhnya menuju Tuhan melalui pendidikan agama (Anwar: 2010). Kedekatannya dengan Tuhana akan membuat pribadinya selalu tenang dan akhlak-akhlaknya senantiasa terpuji. Semua itu bisa tercapai apabila ia mampu berdekatan dengan Tuhan. Kedekatan manusia dengan Tuhan akan membuat dirinya semakin merasakan kedamaian dan ketenangan yang selalu nampak dalam perilaku pribadinya. Pribadi manusia yang sudah memiliki nilai-nilai spiritual membuat diirnya mampu menghadapi pendidikan yang saat ini dilakukan secara daring (online). Karena secara kebutuhan fitrah dan nalurinya, ia mampu menerima berbagai konsekuensi yang terjadi dilingkungan akademis. Apalagi sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani sudah membuatnya merasakan kesejukan dan kedamaian dalam hatinya. Sehingga pendidikan benar-benar mampu melahirkan peserta didik yang berakhalak mulia dan berjiwa religius. Hati, akal, dan fisik merupakan seluruh aspek dalam diri manusia yang sudah sepantasnya mendapatkan pendidikan secara seimbang (Ilyas: 2012). Hal itu tentunya bisa terwujud apabila seorang pendidik mampu memahami secara betul ketiga aspek tersebut. Ketiga aspek itu harus bisa dijalankan secara harmonis dan seimbang. Seorang pendidik yang lebih mengutamakan pembinaan fisik dengan mengabaikan akal dan hati, maka akan melahirkan sifat hayawani. Sedangkan mengutamakan pikiran saja akan melahirkan sifat syaitani, dan fokus pada hati saja tentunya tindakan yang tidak realistik, karena manusia tidak bisa menjadi Malaikat. Mahasiswa yang keagamaannya baik akan membuat spiritual pada dirinya juga baik pula. Perilaku beragama yang baik bisa dilakukan mereka dengan adanya perilaku beragama moderat dimanapun mereka berada. Sementara perilaku beragama moderat akan semakin meningkatkan nilai-nilai spiritual yang ada dalam diri mereka. Mereka semakin sadar bahwa perilaku beragama secara moderat akan membangun kepribadian dan sikap mental yang membuat mereka untuk bisa dekat dengan Allah. Ketika mereka telah merasakan keekatan diri dengan Allah, maka mereka akan menerima segala apapun yang terjadi pada mereka termasuk pembelajaran dengan model daring. Model pembelajaran daring tidak akan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 83 membuat mereka patah semangat dalam menuntut ilmu, namun justru hal itu akan semakin meningkatkan semangat belajar mereka dalam menggapai cita-cita dan meraih kesuksesan. Pembelajaran daring yang terjadi di IAIN Pekalongan memiliki potensi besar dalam merubah pola pikir mahassiswa. Oleh karena itu, spiritual menjadi salah satu bentuk dorongan pembentukan perilaku moderasi beragama di IAIN Pekalongan. Moderasi beragama di IAIN Pekalongan sebagai upaya membendung perilaku beragama tidak moderat dan penyebaran paham radikalisme. Sehingga model pembelajaran daring di IAIN Pekalongan tidak hanya sebatas tersampaikannya materi-materi pembelajaran saja, namun sebagai upaya untuk menyampaikan dan mengajarkan pentingnya pendidikan spiritual di masa pandemi. Maka IAIN Pekalongan mengadakan berbagai kajian-kajian keislaman yang dikelolola oleh Ma’had Al-Jami’ah. Beberapa program tersebut meliputi dirasah tahsin, dirasah tahfidh, dirasah kitab turats, dan ibadah tilawah. Selain itu, Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pekalongan juga melakukan hubungan kemitraan dengan beberapa pondok pesantren yang ada di Kota dan Kabupaten Pekalongan. Beberapa program yang dikelola tersebut masing-masing memiliki tujuan yang secara umum berusaha membentuk perilaku beragama moderat dan pentingnya mempelajari ilmu- ilmu keislaman di lingkungan IAIN Pekalongan. Sebagaimana program dirasah tahsin al- Qur’an dilaksanakan untuk memperbaiki keilmuan mahasiswa dalam kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an serta penguasaan ilmu tajdwid mereka. Sehingga setelah mereka lulus dari IAIN Pekalongan, mereka memiliki bekal keilmuan tentang al-Qur’an sesuai dengan kaidah ilmu Al-Qur’an. Hal itu juga tentunya akan membuat IAIN Pekalongan semakin kuat dalam mendukung dan menjadikan IAIN Pekalongan sebagai PTKIN yang moderasi beragama. Pendidikan Spiritual Keagamaan di IAIN Pekalongan Eksistensi dan perkembangan masyarakat bisa terbentuk melalui peran serta dari pendidikan yang sesuai harapan bangsa ini. Pendidikan harus bisa menjadi perantara dalam melestarikan, mengalihkan dan mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi bangsa (Subhan: 2013). Pernanan pendidikan sangat penting sekali dalam membentuk karakter religius dari waktu dan waktu. Bahkan pendidikan diharapkan bisa memacu pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia dalam meraih kesejahteraan hidup. Hal itu bisa terpenuhi apabila pendidikan ini mampu mengikuti tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masih bersinergi dengan tuntutan kebutuhan ruhaniah. Sehingga pendidik harus menanamkan akan pentingnya spiritual dalam dunia pendidikan. Peran penting spiritual dalam pembelajaran daring yang saat ini diberlakukan di Indonesia, bahkan seluruh dunia tentu memiliki dampak yang variatif. Pembelajaran dengan tanpa tatap muka secara tidak langsung telah merubah tatanan pendidikan yang di situ ada komunikasi interaktif aktif dan langsung antara guru dan murid. Keadaan demikian tentu sangat mengurangi nilai-nilai spiritual yang muncul sebagai dampak dari adanya interaksi aktif dan langsung yang terjadi antara guru dan murid. Bahkan upaya untuk menghargai dan menghormati dari bidang keilmuan yang dipelajari juga sangat beda sekali hasilnya. Kondisi yang demikian akhirnya mengakibatkan kegersangan spiritual yang seharusnya muncul dari adanya proses pembelajaran dan pengkajian keilmuan secara tatap muka. Peran serta spiritual dalam proses pembelajaran sangat menentukan sejauh mana hasil akhir dari sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang tidak mampu melahirkan dimensi spiritual tentunya https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 84 akan berakibat terciptanya karakter mahasiswa yang jauh dari nilai-nilai religius. Nilai religius sangat penting demi terciptanya karakter religius dalam diri mereka. Karakter religius mampu menghantarkan mereka dalam menggapai cita-cita dan kesuksesan. Melalui nilai religius mereka akan bisa menerima setiap masalah yang ditemukan selama mereka belajar dan membuat mereka memiliki bekal untuk hidup di lingkungan masyarakat nantinya. Wujud nyata dari keberhasilan pendidikan spiritual adalah adanya akhlak mulia yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari mereka. Akhlak mulia merupakan hasil implementasi dari kesuksesan pendidikan spiritual yang mereka dapatkan saat belajar. Pembelajaran daring secara umum hanya mengajarkan sesuatu yang bersifat teoritis. Padahal pembelajaran itu tidak sebatas teoritis saja, akan tetapi membutuhkan pembelajaran praktik yang bisa dijadikan tolok ukur dalam kesuksesan sebuah pembelajaran. Hasil atau capaian dari pembelajaran daring sampai saat ini belum bisa sampai pada taraf pembelajaran yang mampu menanamkan nilai-nilai religius bagi para murid. Selain itu, pembelajaran teoritis justru akan membuat para mahasiswa menjadi memiliki pemahaman hanya sebatas dasar-dasar saja dan tidak sepenuhnya mampu mempraktekan dari keilmuan yang telah dipelajarinya. Kondisi tersebut tentu membuat tujuan pendidikan tidak tepat sasaran dan tepat guna. Padahal keberadaan pendidikan menjadi salah satu perantara untuk mendidik generasi bangsa ini supaya bisa membawa kemajuan dan perubahan lebih baik lagi. Pembelajaran di IAIN Pekalongan sudah saatnya dibarengi dengan adanya pendidikan spiritual. Pendidikan spiritual akan membuat para mahasiswa bisa mengetahui tentang ajaran- ajaran keagamaan dan perilaku beragama yang radikal serta moderat. Secara tidak langsung pendidikan spiritual menjadikan mereka lebih hati-hati dalam menerima ajaran-ajaran keagamaan yang sumbernya tidak jelas dan mengajak pada tindak kekerasan. Pendidikan spiritual menumbuhkan sikap moderasi beragama yang senantiasa mengajarkan mereka lebih hati-hati dalam bertindak, bersikap dan berucap. Apalagi saat ini mereka dalam masa perkembangan jiwa beragama yang cenderung masih mencari kebenaran dan kemantapan dalam beragama. Mereka hanya akan menerima ajaran-ajaran keagamaan secara realistis, positif, dan kritis. Ajaran keagamaan yang tidak sesuai dengan tipe-tipe kepribadian mereka akan dengan mudah mereka tolak. Keberadaan spiritual juga berpengaruh terhadap hasil belajar dan capaian tujuan mereka dalam belajar (Wahyudi & Agustin: 2018). Keyakinan agama yang dialami mereka saat ini merupakan interaksi antara diri mereka dengan lingkungannya. Kepercayaan mereka terhadap masalah keagamaan terkadang tidak dirasakan oleh jiwa mereka. Pada kondisi tersebut, mereka tidak merasakan ketentraman dan ketenangan dalam jiwanya. Mereka mengalami kegelisahan dalam setiap masalah yang dihadapinya, bahkan mereka merasa gagal dan berdosa disaat tidak mampu menyelesaikan masalah kehidupannya (Raharjo: 2012). Padahal kegagalan mereka merupakan sebuah peringatan bagi mereka untuk senantiasa berhati-hati dan lebih semangat lagi dalam menjalankan ajaran agama. Pelaksanaan ajaran keagamaan secara benar dan tepat akan semakin meningkatkan kualitas keimanan dan spiritual mereka. Selain itu, mereka juga akan senantiasa berusaha menjaga kualitas keimanan dan spiritualnya dimanapun mereka berada. Pelaksanaan ajaran agama yang benar sebagai wujud adanya kualitas spiritual yang baik dalam jiwa mereka. Karena secara tidaklangsung mereka berusaha menghiasi diri mereka dengan sesuatu yang memiliki nilai-nilai kebaikan. Mereka senantiasa menghindari segala perbuatan yang dilarang dan merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Hal itu menjadi bukti, bahwa spiritual dari jiwa mereka sangat penting dan perlu untuk dijaga. Menjaga spiritual dalam jiwa merupakan sebuah kewajiban dan tanggungjawab mereka sebagai https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 85 makhluk yang religius. Selain sebagai agen of change (agen perubahan), mereka juga berkewajiban untuk senantiasa mengajak orang lain untuk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan standar yang sudah ada dalam syari’at Islam. Spiritual yang ada dalam diri mereka benar-benar diimplementasikan dalam kehidupan nyata mereka. Bahkan mereka menjadi semakin menemukan eksistensi diri mereka sebagai makhluk religius yang senantiasa melaksanakan perintah dan menjauhi larangan agama. Pelaksanaan ajaran keagamaan yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan syari’at Islam akan membawa perubahan dalam kualitas ibadah mahasiswa. Kualitas ibadah yang baik akan membuat sebuah kenyamanan dan kedamaian dalam diri dan jiwa mereka. Sebab semua aktivitas keagamaan yang mereka lakukan memiliki pondasi dan referensi keagamaan yang jelas. Supaya hal demikian terwujud secara maksimal, maka perlu adanya model-model pembelajaran yang disitu mengajarkan praktek keagamaan secara berkelanjutan dan secara tuntas. Karena pembelajaran yang berkelanjutan akan semakin menguatkan pemahaman dan wawasan keagamaan. Sedangkan pembelajaran tentang agama secara tutas akan menjadi bekal dan pedoman mereka dalam mengambil kebijakan dan membuat hukum atas permasalahan yang dihadapi sesuai dengan sumber-sumber keagamaan yang ada. Urgensi spiritual di IAIN Pekalongan pada masa Pandemi Covid-19 Pendidikan spiritual (rokhani) sudah sepantasnya dilakukan sejak dini. Secara tidak langsung, pendidikan spiritual sudah dimulai sejak pemilihan pasangan hidup yang baik, diteruskan dalam hubungan yang harmonis antar suami istri, termasuk hubungan seksual sampai pada saat seorang istri mengandung (Ilyas: 2012). Oleh karena itu, adanya dampak dari Pandemi Covid-19 yang berupa pembelajaran daring di IAIN Pekalongan sudah sepantasnya diikuti dengan disertai dimensi spiritual yang baik. Sebab spiritual yang baik mampu membuat peserta didik untuk menerima (qonaah) terhadap kondisi pendidikan yang tidak tatap muka. Peserta didik memiliki kebutuhan dasar spiritual yang mampu menghantarkan mereka mencapai kedamaian, ketentraman dan kenyamanan dalam hidup. Apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi akan menimbulkan kecemasan neurotis dan kekosongan spiritual yang membelenggu diri mereka. Kekosongan spiritual (spiritual- emptiness) akan berperan dalam tumbuhnya penyakit kehampaan spiritual (spiritual- meaningless). Kondisi itu akan membuat mereka mudah terombang-ambing dan mudah terpengaruh lingkungan sekitar yang membentuk perilaku tidak bermoral. Mereka tidak memiliki pondasi yang kuat, pegangan hidup hilang, keimanan tidak kuat dan mudah untuk putus asa (Lestari: 2019). Saat ini, manusia sudah dikelilingi oleh berbagai kecanggihan teknologi sebagai alat yang berhasil diciptakan demi mempermudah dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tidak lengkap rasanya kehidupan ini jika tidak dibarengi dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, khususnya sektor komunikasi/informasi yang telah menjadi gaya hidup masyarakat secara keseluruhan (Syukur: 2011). Konsep pendidikan yang sebelum adanya Pandemi Covid-19 dilakukan secara tatap muka akhirnya dilakukan secara daring. Kondisi ini ditinjau dari sudut pandang perkembangan teknologi sangat membantu jalannya proses pendidikan. Akan tetapi, disisi lain hal ini sangat meresahkan semua kalangan, baik pendidik, peserta didik, maupun orang tua. Pendidik menjadi tidak bisa secara langsung memberikan materi kepada peserta didik, begitu sebaliknya dengan peserta didik, ia tidak bisa secara langsung berkomunikasi aktif dengan seorang pendidik. Bahkan orang tua juga harus mampu menyedikan sarana untuk membantu jalannya pembelajaran daring. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 86 Keadaan demikian harusnya bisa membuat mereka memiliki kecerdasan yang dapat membentuk kesadaran diri. Kesadaran diri mampu membuat mereka berubah sejalan dengan sasaran pribadi, kewajiban, atau nilai-nilai dasar tentang pentingnya peningkatan diri (Goleman: 1999). Peningkatan potensi diri mampu membuat seseorang bisa menilai terhadap sesuatu dikatakan baik dan buruk. Baik dan burung merupakan sebuah penilaian yang seringkali terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya selalu mengaitkan segala sesuatu yang dialaminya memiliki sebuah penilaian yang terkadang memiliki nilai yang tidak semuanya diterima oleh orang lain. Meskipun demikian, adanya penilaian baik dan buruk merupakan sesuatu yang sudah terbiasa dan tidak mungkin bisa dihindari. Sebagian msayarakat menganggap bahwa salah satu aspek kebahagiaan masyarakat itu tergantung pada kebutuhan akan spiritualitas. Karena spiritualitas memiliki hubungan dengan pandangan mengenai kualitas hidup. Sehingga keberadaan spiritualitas memiliki hubungan yang moderat dengan kualitas hidup dalam segala hal (Ahya: 2019). Potensi diri yang ada dalam diri mereka harus selalu mengalami peningkatan setia saat. Maka sebagai upaya tercapainya hal itu mereka harus mampu mengedepankan kepentingan umum dibandingkan dengan kepentingan pribadinya. Pada dasarnya manusia mereka bukan makhluk individu, karena mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk sosial. Masyarakat yang ada disekitar mereka harus mereka pahami dan akui keberadaannya. Pengakuan keberadaan masyarakat di lingkungan mereka mampu meningkatkan jiwa sosial dan kebersamaan di lingkungan tempat tinggal mereka. Dalam menggapai hal tersebut, mereka memerlukan penghargaan, pengakuan dan kebahagiaan sebagai bentuk adanya kualitas dalam hidupnya. Keunggulan mereka yang dinilai dari kehidupan, umumnya sesuai dengan tujuan hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal dan kebermaknaan sebuah spiritual yang merupakan implementasi dari perilaku ibadah mereka (Kurniawati: 2015). Mahasiswa merupakan generasi bangsa yang senantiasa mencari sebuah pembenaran atas segala sesuatu yang ditemukan dalam kehidupannya. Pembenaran atas segala sesuatu menjadi sebuah kepuasan dan kebahagian tersendiri bagi mereka. Apalagi mereka adalah calon penerus dan pemimpin bangsa dimasa yang akan datang. Sudah seharusnya mereka memiliki kesadaran akan pentingnya menuntut ilmu sebagai bekal kehidupan mereka dimasa mendatang. Namun dalam menuntut ilmu, mereka harus selalu menjaga diri supaya tidak melanggar larangan Allah dan senantias menjalankan perintah-Nya. Agama bisa menjadi sebuah petunjuk dan solusi yang ideal bagi semua masalah yang mereka hadapi saat semua keilmuan yang dimilikinya tidak bisa memberikan solusi sama sekali. Peran agama sangat penting sekali dalam proses mereka menuju kebahagiaan dan kesuksesan dalam kehidupan. Meskipun spiritual memiliki perbedaan dengan konsep agama, namun spiritual bersifat lebih personal dan universal. Sehingga spiritual dapat secara luas diadopsi sebagai bagian terpenting dalam proses pembelajaran (Alexandria & Zahra: 2017). Mahasiswa yang memiliki spiritual baik akan mampu merasakan bahwa dirinya berguna, berharga, dan mampu menggunakan segala potensi yang dimilikinya. Bakat yang melekat dalam dirinya bila digunakan secara maksimal mungkin juga bisa menghantarkannya pada kebahagiaan bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Melalui spiritual, mereka akan terhindar dari segala kegelisahan, gangguan jiwa dan tetap terpelihara moral dan akhlaknya. Eksistensi spiritual dalam dirinya membuat mereka tidak ambisius, rendah hati, sederhana dan aktif. Mereka akan bersikap wajar, menghargai orang lain, merasa percaya diri, dan selalu peduli dalam segala hal. Setiap tindakan dan perilakunya selalu diusahakan bisa memiliki https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 87 nilai kebahagiaan bersama, bukan kesenangan pribadi, kepandaian dan pengetahuan yang mereka miliki digunakan untuk manfaat dan kebahagiaan bersama. Mahasiswa yang memiliki agama dan mendalaminya akan memiliki spiritual yang baik. Spiritual yang baik akan menjadi pengendali dalam kehidupan serta membuat mereka mampu menghadapi berbagai persoalan dan mampu mengendalikan tingkah lakunya (Finka & Prastya: 2018). Eksistensi dari spiritual yang dimiliki mereka menegaskan bahwa jiwa mereka membutuhkan moral dan akhlak yang luhur dalam kehidupan mereka. Kebahagiaan tidak bisa diperoleh tanpa akhlak yang mulia dan tanpa mendekatkan diri kepada Allah. Dimensi spiritual bagi mereka akan selalu tampak dalam kepribadian-kepribadian mereka yang selalu memancarkan ketenangan dan akhlak terpuji. Perilaku beragama yang baik dan moderat menjadikan mereka memiliki kedekatan dengan Allah secara khusus. Karena kedekatan mereka dengan Allah akan membuat eksistensi spiritual dalam diri mereka semakin meningkat. Spiritual memiliki hubungan yang erat dengan konsep jiwa, sehingga spiritual mampu menentukan prinsip hakikat kehidupan. Hakikat kehidupan bukan sekedar materi, tapi ada nilai spiritualnya (Hidayah & Sutopo: 2017). Spiritual dianggap sebagai perantara yang mampu menghantarkan mahasiswa menuju kemakmuran dan kesuksesan dunia. Karena spiritual menghantarkan mereka menggapai cita- cita dan berpartisipasi aktif dalam peningkatan spiritual (Muttaqin: 2012). Keberadaan spiritual mendorong mereka untuk bisa mengaktifkan god spot. God spot termasuk titik Tuhan yang menyebabkan mereka bersikap secara empiris dan selalu mengatasi masalah yang dihadapinya dengan solusi yang baik. Rasa penasaran mereka terhadap sesuatu yang transenden menumbuhkan rasa cinta, rasa damai, keindahan dan kesaktuan eksistensi yang mendalam ( Sakti: 2019). Semua perilaku mereka akan sesuai dengan akhlak yang mulia dan mampu menurunkan agresivitas pada mahasiswa lain. Pendidikan Moderasi Beragama di IAIN Pekalongan IAIN Pekalongan menjadi salah satu dari beberapa Perguruan Tinggi yang memiliki empat fakultas dan satu program Pascasarjana (PPs) antara lain: (1) Fakultas Syariah, dengan program studi Hukum Keluarga Islam, Hukum Ekonomi Syariah, dan Hukum Tatanegara; (2) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, dengan program studi Ilmu Hadist, Ilmu Al Qur’an dan Tafsir, Bimbingan Penyuluhan Islam, Tasawuf dan Psikoterapi, Komunikasi Penyiaran Islam, dan Manajemen Dakwah; (3) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, dengan program studi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Bahasa Arab, Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Tadris Bahasa Inggris, dan Tadris Matematika; (4) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dengan program studi Ekonomi Syari’ah, Perbankan Syari’ah, dan Akuntansi Syari’ah; (5) Pascasarjana, dengan program studi Pendidikan Agama Islam, Hukum Keluarga Islam, Ekonomi Syariah, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (https://iainpekalongan.ac.id/: 2020). Sebagai salah satu PTKIN, IAIN mengemban tugas untuk mewujudkan tri dharma perguruan tinggi dengan melaksanakan pendidikan, pengajaran, pengabdian, dan penelitian kepada masyarakat. Sebagai upaya untuk melaksanakan mandat tersebut, IAIN Pekalongan mempunyai peran yang tidak kalah penting yakni menjaga moderasi beragama di Indonesia. Moderasi beragama saat ini menjadi prioritas utama dalam menjaga dan memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari radikalisme. Karena paham radikal mengalami perkembangan yang cukup signifikan di lingkungan civitas akademika. Banyak para mahasiswa yang sudah terindikasi terpengaruh dengan paham radikal yang https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 https://iainpekalongan.ac.id/ Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 88 cenderung bertolak belakang dengan kondisi IAIN saat ini. Pemebelajaran ilmu-ilmu keislaman diformulasikan untuk membentuk mahasiswa yang berakhlak mulia. Dalam upaya merealisasikan tersebut, maka kemunculan konsep pendidikan karakter di PTKIN juga sangat berperan penting dalam mencegah pertumbuhan paham radikalisme dan perilaku tidak moderat. Sehingga pelaksanaan pembelajaran harus bisa menghasilkan sebuah karakter dan nilai religius bagi mereka sebagai wujud adanya hasil pembelajaran yang berkarakter religius (Rohana: 2018). IAIN Pekalongan mempunyai cita-cita menjadi perguruan tinggi keagamaan Islam yang yang unggul, terkemuka, dan dikenal diseluruh perguruan tinggi se-Indonesia, memiliki daya saing dan bisa berkompetisi dibidang akademik maupun non akademik. Cita-cita tersebut sudah seharusnya direalisasikan sehingga hal itu tidak hanya sebatas angan-angan belaka saja. Kompetitif dan terkemuka di tingkat nasional diwujudkan dengan adanya tata kelola yang, bersih, baik, dan melayani. Sedangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di kembangkan IAIN Pekalongan bertujuan untuk melahirkan lulusan, sivitas akademik, dan masyarakat yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual, menjunjung tinggi nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, menjadi pelopor perubahan sosial yang baik dan mandiri dalam segala hal (IAIN Pekalongan: 2017: 9). Kurikulum pendidikan di IAIN Pekalongan adalah kurikulum pendidikan formal, mata kuliah-mata kuliah di IAIN Pekalongan disusun sesuai dengan Panduan Pengembangan Kurikulum PTKI yang mengacu pada KKNI dan SN-Dikti Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, dan Kementerian Agama RI Tahun 2018 (Dikti: 2018). Sedangkan kurikulum pendidikan non formal dengan mewajibkan seluruh mahasiswa baru untuk mengikuti pengkajian kitab-kitab turats sesuai dengan bidang pilihannya, baik itu pada tinggal ula, wustha, dan ulya yang dikelola oleh Ma’had al-Jami’ah IAIN Pekalongan (www.ma’hadaljami’ahiainpekalongan.ac.id: 2020). Pesan moderasi beragama pendekatannya tidak hanya pada satu mata kuliah, tetapi menyeluruh di setiap mata kuliah yang diajarkan oleh dosen. Hal itu sebagai upaya IAIN Pekalongan untuk membendung arus perkembangan paham radikalisme dan perilaku tidak moderat pada mahasiswa. Misi yang dilakukan IAIN Pekalongan untuk membendung berkembangnya paham radikalisme dan perilaku tidak moderat antara lain: a). Mempelopori dan ikut berperan aktif dalam penguatan dan pemberdayaan masyarakat; b). Menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan spiritual, keluasan ilmu pengetahuan, kesetiaan terhadap ke-Indonesiaan, kemandirian dan kepeloporan dalam kehidupan; c). Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui penelitian bagi kepentingan ke-Indonesiaan dan kemanusiaan; d). Menyelenggarakan tata kelola kelembagaan secara profesional, transparan, dan akuntabel dalam rangka mencapai kepuasan sivitas akademika dan pemangku kepentingan (IAIN Pekalongan: 2017: 9). Berbagai misi IAIN Pekalongan tersebut sebagian direalisasikan melalui program- program yang ada di Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pekalongan. Program-program yang dikelola oleh Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pekalongan tersebut antara lain ; dirasah tahsin, dirasah tahfidh, dirasah turats dan ibadah tilawah. Selain itu, Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pekalongan menjalin kemitraan dengan beberapa pondok pesantren yang ada di Kota dan Kabupaten Pekalongan. Masing-masing program memiliki tujuan yang semuanya mendukung terselenggaranya moderasi beragama di lingkungan IAIN Pekalongan. Sebagaimana program dirasah tahsin dilakukan dengan tujuan supaya mahasiswa bisa memperbaiki kekurangan https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 http://www.ma'hadaljami'ahiainpekalongan.ac.id/ Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 89 mereka dalam penguasaan menulis, membaca, dan memahami al-Qur’an sesuai dengan ilmu- ilmunya dan kaidahnya. Sehingga setelah mereka lulus dari IAIN Pekalongan, mereka benar- benar memiliki bekal keilmuan al-Quran yang mumpuni dan bisa mengharumkan nama baik IAIN Pekalongan. Demi menjaga nama baik dan kualitas lulusan IAIN Pekalongan, Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pekalongan juga menyelenggarakan program dirasah tahfidh sebagai upaya peningkatan kualitas tahfidh para mahasiswa. Program tahfidh sebagai upaya mendidik para mahasiswa yang hafidh dan hafidhoh benar-benar memiliki keilmuan tahfidh yang sesuai dengan keilmuan tahfidh dan kaidah yang ada. Bahkan selain sebagai seorang tahfidh, diharapkan mereka juga memiliki keilmuan dalam memahami dan menganalisa sesuai dengan dasar keilmuan tahfidh yang mereka miliki. Sehingga mereka bisa menambah kualitas mahasisawa tahfidh dalam bidang pemahaman dan telaah ilmu al-Qur’an dengan disertai kemampuan tahfidh yang mereka miliki. Keilmuan mereka dalam bidang tahfidh juga secara tidaklangsung membumikan al-Qur’an di lingkungan civitas akdemika IAIN Pekalongan. Sedangkan untuk meningkatkan wawasan dan wacana keilmuan keislaman mahasiswa, IAIN Pekalongan menyelenggarakan program dirasah kitab turats yang dilaksanakan oleh Ma’had Al-Jami’ah. Program dirasah kitab turas sebagai upaya membiasakan tradisi-tradisi pembelajaran kitab turats di IAIN Pekalongan dengan model pondok pesantren bagi para mahasiswa. Karena kitab-kitab turats yang diajarkan rata-rata kitab yang sudah terbukti mampu meningkatkan kualitas pemahaman mereka dalam memahami ilmu-ilmu keislaman yang mendukung perilaku moderasi beragama, peningkatan kualitas ibadah, peningkatan kualitas spiritual dan semangat belajar. Pembelajaran dirasah kitab turats terbagi dalam tiga tingkatan dirasah yaitu dirasah ula, wustha, dan dirasah ulya. Dirasah ula diikuti oleh mahasiswa IAIN Pekalongan yang lulus Placement Test Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ), namun mereka memiliki sedikit pemahaman tentang masalah kitab turats. Sedangkan dirasah wustha diikuti oleh para mahasiswa yang sudah memiliki sedikit pemahaman tentang kitab turats dan pernah belajar kitab turats. Sehingga sudah sedikit memiliki bekal untuk bisa mempelajari kembali dan memperdalam kajian-kajian kitab turats. Sementara dirasah ulya diikuti oleh para mahasiswa yang sudah lulus placemet test BTQ yang sudah memiliki kemampuan dan pemahaman kitab turats sudah lumayan baik karena rata-rata mereka pernah atau masih belajar di pondok pesantren. Program ibadah dan tilawah sebagai upaya untuk menguji seberapa besar kemampuan mahasiswa dalam bidang praktikum ibadah dan praktikum tilawah. Pada dasarnya, program praktikum ibadah dan tilawah berusaha menanggulangi mereka dari kesalahan dalam penguasaan ilmu dan praketk ibadah dan tilawah. Sehingga lulusan IAIN Pekalongan benar- benar sudah memiliki bekal kemampuan praktek ibadah dan tilawah yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan dimana mereka berada. Praktikum ibadah dan tilawah sebenarnya berusaha menjaga supaya lulusan IAIN Pekalongan bisa menjadi lulusan yang benar-benar memiliki kemampuan dalam ibadah dan tilawah secara baik dan benar. Praktikum ibadah dan tilawah yang benar akan semakin meningkatkan terhadap perilaku beragama moderat di lingkungan IAIN Pekalongan. Sedangkan hubungan kemitraan dengan beberapa pondok pesantren di Kota dan Kabupaten Pekalongan sebagai upaya menjalin komunikasi dan menjaga tradisi pembelajaran pondok pesantren. Sebab saat ini, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang masih mengajarkan pentingnya akhlak dan spiritual para santrinya. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 90 Hubungan kemitraan mengajak para mahasiswa yang mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) mahasiswa untuk tinggal dan belajar disana selama satu (1) tahun. Hal itu dilakukan supaya mereka yang mendapatkan KIP bisa belajar ilmu-ilmu keislaman yang berbasis pondok pesantren dan bisa meningkatkan spiritual mereka. Sebab Ma’had Al- Jami’ah IAIN Pekalongan juga menitipkan beberapa kurikulum materi pembelajaran yang harus diajarkan oleh pondok pesantren kepada mereka. Beberapa kurikulum tersebut meliputi kitab at-Tahdīb dan Hujjah Ahlu As-Sunnah Wal Jama’ah. Kedua kitab tersebut dititipkan ke pondok pesantren mitra dengan harapan supaya mereka bisa memiliki besign dan pondasi pemahaman keislam yang moderat dalam agama Islam. Apalagi ketika pembelajarannya langsung dibimbing oleh para ustadz dan ustadzah serta para kyai yang benar-benar ahli dalam dua bidang keilmuan itu dan memang paham tentang moderasi beragama, maka semakin kuat dasar dan pedoman moderasi beragama mereka. SIMPULAN Pembelajaran daring di IAIN Pekalongan pada masa pandemi pelaksanaannya tidak lepas dari peran penting kualitas spiritual yang dimiliki oleh para dosen dan mahasiswa. Spiritual yang dimiliki mereka mampu meningkatkan kualitas ibadah, semangat belajar dan perilaku moderasi beragama di lingkuangan civitas akademika IAIN Pekalongan. Sehingga keberadaan spiritual menunjang lahirnya lulusan IAIN Pekalongan yang benar-benar mumpuni dan memiliki kualitas ilmu-ilmu keislaman yang bisa bermanfaat bagi masyarakat secara umum dimanapun mereka berada. IAIN Pekolangan memiliki peran besar dalam menyelenggarakan pembelajaran ilmu-ilmu keislam yang sesuai dengan konsep moderasi beragama. Peran IAIN Pekolangan dalam mewujudkan moderasi beragama sebagian tersampaikan melalui beberapa program yang diselenggarakan oleh Ma’had Al-Jami’ah. Semoga penelitian yang telah terlaksana ini mampu membangun semangat para peneliti dan penulis untuk melakukan penelitian. Karena saat ini, urgensi spiritual di lingkungan PTKIN sangat dibutuhkan untuk membiasakan mahasiswa dan segenap civitas akademika PTKIN supaya bersama-sama mendukung perilaku beragama secara moderat. Hal itu dilakukan supaya paham-paham radikalisme tidak berkembang di lingkungan PTKIN, sebaliknya justru semakin menguatkan perilaku beragama secara moderat di lingkungan PTKIN. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kami ucapkan kepada Dr. Ade Dedi Rohayana, M.Ag, selaku Rektor IAIN Pekalongan, Dr. Mukhlisin, M.Ag, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Zaenal Mustakim, Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan Umum dan Keuangan, Drs. Moh. Muslih, M.Pd, Ph, D, selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Miftahul Huda, M.Ag, selaku Mudir Ma’had, dan segenap pengelola Ma’had Al-Jami’ah IAIN Pekalongan yang telah membantu dalam proses penelitian. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 91 DAFTAR RUJUKAN Ginanjar, Ary, 2001, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; ESQ: Emotional Spiritual Quoteient, Jakarta: Arga. Agustin & Wahyudi, 2018, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Akidah Akhlak dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Naturalistik Eksistensial Spiritual, Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 9. No. 1. Ahya, Awaludin, 2019, Eksplorasi Pengembangan Skala Qana’ah dengan Pendekatan Spiritualitas Indigenous, Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, Vol. 07. No. 1. Alam, Masnur, 2017, Studi Implementasi Pendidikan Islam Moderat dalam Mencegah Ancaman Radikalisme di Kota Sungai Punah, Jurnal Islamika Vol. 17., No.2. Alexandria, Benny, Mohamad, & Zahra Fithriya, 2017, Industrial Relationship : Comparasion of Spirituality in The Worrk Place and Effectivenessof Organization Between India With Indonesia, Jurnal AdBispreneur, Vol. 2 No.2. Anwar, Rosihon, 2010, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia. Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, dan Kementerian Agama RI. Panduan Pengembangan Kurikulum PTKI Mengacu pada KKNI dan SN-Dikti Tahun 2018. Fahri, Muhammad, dan Zainuri, Ahmad, 2019, Moderasi Beragana Di Indonesia, Jurnal Intizar Raden Fatah Vol. 25. No. 2. Finka, Ireini, Chelsie, & Prasetya, Ari, Esti, Berta, 2018, Relationship Between Spiritual Intelligence with Resilence in Teenagers Born in Poor Families, Journal Psikodimensia, Vol.17. No.2. Goleman, Daniel, 1999, Working With Emotional Intelligence, terj. Alex Tri Kantjono Widodo, Kecerdasan Emosional untuk Mencapai Prestasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Haryani, Elma, 2020, Pendidikan Moderasi Beragama untuk Generasi Milenial: Studi kasus ‘Lone Wolf’ Pada Anak di Medan, Jurnal Penelitian Pendidikan dan Keagamaan, Vol. 18, No. 2. Hidayah, Siti, & Sutopo, 2017, The Role of Spiritual-Based Leadership as Predictor in Improving Employee Performance, Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 8. No.1. https://iainpekalongan.ac.id/ diakses pada hari Sabtu, tanggal 05 Desember 2020, pukul 20.10 WIB. IAIN Pekalongan, 2017, Rencana Induk Pengembangan IAIN Pekalongan 2017-2036, Pekalongan: IAIN Pekalongan Press. Ilyas, Yunahar, 2012, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: LPPI. Jumala, Nirwani, Moderasi Berfikir Untuk Menempati Tingkatan Spiritual Tertinggi Dalam Beragama, Jurnal Substantia Ar-Raniry Vol. 21. No. 2. Kurniawati, Henie, 2015, Studi Meta Analisis Spiritual Well Being dan Quality of Life, Seminar Psikologi & Kemanusiaan. Lestari, Intan, Yuliana, 2019, Bagaimana Pengasuhan Spiritual Mampu Membangun Karakter yang Baik Pada Remaja Muslim?, Jurnal Psikologi, Vol.15. No. 2. Muttaqin, Ahmad, 2012, Islam and The Changing Meaning of Spiritualitas and Spiritual in Contemporary Indonesia, Jounal Al-Jami’ah, Vol. 50. No. 1. Raharjo, 2012, Pengantar Ilmu Jiwa, Semarang: Pustaka Rizki Putra. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 https://iainpekalongan.ac.id/ Vol.2 No.1 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 92 Rohana, Etep, 2018, Character Education Relation With Spiritual Intelligence In Islamic Education Perspective, International Journal of Nusantara Islam, Vol. 6. No. 2. Sakti, Fajar, Syarif, M. Nawa, 2019, The Portrait of Spiritual Intelligence and Aggressivenes of University Student, Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, Vol. 5. No. 2. Subhan, Fauti, 2013, Konsep Pendidikan Islam Masa Kini, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 02, No. 02, UIN Surabaya. Suryadilaga, M. Alfatih, dkk, 2016, Ilmu Tasawuf, Yogyakarta : Kalimedia. Syukur, Amin, 2011, Sufi Healing, Semarang: Walisongo Press. www.academica.edu, Peningkatan Perilaku Religius Mahasiswa Melalui Integrasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pembinaan di Unit Kegiatan Keagamaan Mahasiswa, di akses Sabtu, 04 Desember 2020, , Pukul 22.21 WIB. www.ma’hadaljami’ahiainpekalongan.ac.id, 2020, diakses pada hari Sabtu, tanggal 05 Desember 2020, pukul 20.39 WIB. Zaminah, Iffati, 2018, Moderatisme Islam dalam Konteks Keindonesiaan (Studi Penafsiran Islam Moderat M. Quraish Shihab), Jurnal Al fanar, Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Vol. 1. No. 1., IIQ Jakarta. https://doi.org/10.47387/jira.v2i1.75 http://www.academica.edu/ http://www.ma'hadaljami'ahiainpekalongan.ac.id/