Microsoft Word - 02-Imron.doc Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 152 Received : 13-01-2021 Revised : 01-02-2021 Published : 15-02-2021 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MIN KUDUS Imron MI Negeri Kudus, Indonesia imron7435@gmail.com Abstrak Pendidikan memiliki kewajiban mempersiapkan sumber daya orang buat pembangunan. Derap tahap pembangunan senantiasa diupayakan seiringan dengan desakan jaman, kemajuan era senantiasa menimbulkan tantangan- tantangan terkini yang sebahagiannya kerap tidak bisa diramalkan tadinya. Selaku dampak logis pendidikan senantiasa dihadapkan pada permasalahan terkini. Bersumber pada hasil pembelajaran dengan memakai bentuk pembelajaran Snowball Throwing yang bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kelas VI MIN KUDUS dalam menguasai modul Tipe Profesi serta Penggunaa Uang. Perihal ini nampak dari presentase ketuntasan belajar yang didapat oleh anak didik, dimana pada penerapan siklus I didapat ketuntasan belajar merupakan 64% serta pada siklus II didapat persentase 89%. Pemakaian bentuk pembelajaran Snowball Throwing bisa tingkatkan aktivitas anak didik dalam melakukan aktivitas belajar membimbing, perihal ini nampak dari hasil pengamatan yang dicoba oleh seseorang pengamat yang ialah kawan kerja peneliti dalam melakukan penelitian ini. Hasil observasi pada penerapan siklus I didapat persentase sebesar 64% serta pada daur II hasil pengamatan kegiatan anak didik sebesar 89%. Hasil pengamatan kepada kesertaan belajar anak didik dari siklus I hingga daur II membuktikan terdapatnya kenaikan aktifitas anak didik dalam aktivitas pembelajaran. Kata Kunci: pembelajaran kooperatif; snowball throwing; hasil belajar Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 153 Abstract Education has an obligation to prepare people's resources for development. The stage of development is always pursued in line with the insistence of the era, the progress of the era always poses the latest challenges that some often can not be foreseen. As the logical impact of education is always faced with the latest problems. It is based on the results of learning using a form of Snowball Throwing learning that can improve the training results of grade 6 students at MIN KUDUS in mastering the Professional Type module as well as The Use of Money. This subject can be seen from the percentage of learning completion obtained by students, where in the application of cycle I obtained learning completion is 64% and in the second cycle obtained a percentage of 89%. The use of Snowball Throwing learning form can increase the activities of students in conducting guiding training activities, this is evident from the observations tried by an observer who is a research fellow in conducting this research. The results of observations on the application of cycle I obtained a percentage of 64% and in cycle II results of observation of students' activities by 89%. The results of observations on the learning participation of students from cycle I to cycle II prove that there is an increase in the activities of students in learning activities. Keywords: cooperative learning; snowball throwing; learning outcomes PENDAHULUAN Pendidikan memiliki kewajiban mempersiapkan sumber daya orang buat pembangunan. Derap tahap pembangunan senantiasa diupayakan seiringan dengan desakan jaman, kemajuan era senantiasa menimbulkan tantangan- tantangan terkini yang sebahagiannya kerap tidak bisa diramalkan tadinya. Selaku dampak logis pendidikan senantiasa dihadapkan pada permasalahan terkini. Permasalahan yang dialami bumi pendidikan itu begitu besar, awal sebab watak sasarannya ialah orang selaku khalayak misteri, kedua sebab upaya pendidikan wajib mengestimasi kehari depan yang tidak seberinda seginya terjangkau oleh keahlian daya ramal orang. Oleh sebab itu butuh terdapat kesimpulan selaku permasalahan utama yang dijadikan pegangan oleh pengajar dalam berkembang tugasnya. Banyak metode yang dipakai buat tingkatkan kualitas cara pembelajaran. Tetapi begitu banyak ditemukan fakta yang membuktikan kalau kualitas cara pembelajaran di sekolah kurang melegakan. Untuk itu butuh terdapatnya inovasi bermacam strategi pendekatan supaya cara pembelajaran efisien serta mengasyikkan alhasil tujuan penting kenaikan kualitas pendidikan bisa digapai maksimal. Salah satunya mata pelajaran IPS disekolah dasar ialah pengaktualan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu- ilmu sosial. IPS menelaah selengkap insiden, rancangan serta abstraksi yang berhubungan dengan rumor sosial. Lewat mata pelajaran IPS, anak didik ditunjukan buat bisa jadi warga Negara Indonesia yang demokratis, serta bertanggung jawab, dan masyarakat dunia yang cinta rukun. Mata pelajaran IPS didesain buat meningkatkan keahlian anak didik supaya jadi badan warga yang mempunyai wawasan, uraian, serta keahlian analisa kepada situasi sosial warga dalam merambah kehidupan bermasyarakat yang energik. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) selaku bidang studi yang memiliki nilai- nilai akhlak, kesejarahan, serta kemasyarakatan butuh dipublikasikan serta diajarkan semenjak dini pada anak didik. Perihal ini disebabkan aspek riset IPS selaku salah Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 154 satu bidang studi di sekolah yang menggenggam andil berarti dalam menancapkan nilai- nilai kekompakan sosial, antusias kebangsaan, serta cinta tanah air lewat uraian kepada asal usul peperangan bangsa serta nilai- nilai luhur dalam hidup bermasyarakat selaku insan orang serta khalayak sosial (Amran, 2017). Salah satu usaha buat mendapatkan hasil belajar yang bagus merupakan guru wajib memainkan kedudukannya dengan sebaik- baiknya. Bagi Anni( 2007: 102), kedudukan guru dalam pendekatan humanistik merupakan berfungsi selaku penyedia pembelajaran. Kedudukan guru selaku penyedia berarti guru bisa menolong anak didik belajar. Bagi Sagala( 2010: 13), belajar merupakan cara dimana sesuatu makhluk bernyawa mengganti perilakunya. Pergantian sikap itu mencakup 3 aspek pembelajaran, ialah kesadaran( wawasan), marah( nilai serta sikap), serta psikomotor( keahlian). Dalam aktivitas pembelajaran, guru selaku fasilitator wajib sanggup membiasakan anak didik serta lingkungannya supaya anak didik bisa belajar dari ketiga aspek itu serta mendapatkan pergantian sikap, sebab ketiga aspek itu ialah wujud karakter individu.. Guru ialah agen pendidikan dan bermacam kunci kesuksesan serta sekalian ujung tombak perolehan tujuan pergantian pendidikan, para guru terletak di titik esensial buat menata, mengerahkan serta menghasilkan atmosfer pembelajaran yang aktif inovatif, inovatif, efisien, yang mengasyikkan untuk anak didik alhasil bisa menggapai tujuan pembelajaran yang diharapakan serta cocok dengan tujuan pembelajaran nasional. Oleh sebab itu, guru dituntun lebih handal, inovatif serta inovatif dalam melakukan kewajiban pembelajarannya. Monotonnya tata cara ataupun alat yang dipakai oleh guru bisa memunculkan kejenuhan untuk anak didik dalam pembelajaran yang pada kesimpulannya bisa merendahkan dorongan, minat belajar anak didik dan hasil belajar jauh dari apa yang diharapkan. Dari situasi itu jelaslah kalau cara pembelajaran itu tidak bisa tingkatkan hasil belajar anak didik dalam cara pembelajaran (Roheni, 2020). Bersumber pada observasi yang bisa dicoba pada dikala cara pembelajaran IPS berjalan di kelas VI SDN MIN KUDUS hingga dikala ini kurang sukses tingkatkan dorongan, hasrat belajar serta berasumsi kritis di kalangan anak didik. Dengan memandang kesenjangan di atas, sesungguhnya upaya buat tingkatkan mutu pembelajaran IPS telah banyak dicoba, bagus lewat konferensi, pembelajaran, ataupun pertemuan gabungan sekolah. Salah satu metode yang bisa dicoba guru buat tingkatkan pembelajaran IPS dengan pemakaian tata cara serta sumber belajar dalam sebutan lain memakai bentuk pembelajaran sebab bentuk pembelajaran ialah metode analitis dalam mengerahkan pengalaman belajar buat menggapai tujuan belajar, begitu juga diungkapakan oleh Toeri Soekamto serta Winataputra (1995:78) mendeskripsikan “Model pembelajaran sebaga kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam menorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perangcang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar”. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 155 Bersumber pada sebagian teori serta realitas dan penelitian terdahulu yang terdapat itu, hingga penulis mempunyai ketertarikan buat mengkaji lebih jauh hal penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa ips kelas VIB SDN MIN KUDUS. KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing. Pembelajaran Kooperatif timbul dari rancangan kalau anak didik hendak lebih gampang menciptakan serta menguasai rancangan yang susah bila mereka silih beranggar pikiran dengan temannya. Di dalam kategori kooperatif anak didik belajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4- 5 0rang anak didik yang cocok namun heterogen, keahlian, jenis kelamin, kaum atau suku bangsa, serta satu serupa lain silih menolong. Tujuan dibentuknya kelompok itu merupakan buat membagikan peluang pada seluruh anak didik buat bisa ikut serta dengan cara aktif dalam cara berfikir serta aktivitas belajar. Sepanjang bertugas dalam kelompok, kewajiban anggota kelompok merupakan menggapai ketuntasan modul yang dihidangkan oleh guru, serta silih menolong sahabat sekelompoknya buat menggapai ketuntasan belajar. Huda (2011:29) melaporkan kalau: pembelajaran kooperatif ialah kegiatan pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh salah satu prinsip kalau pembelajaran wajib didasarkan pada pergantian data dengan cara sosial diantara kelompok- kelompok pembelajaran yang di dalamnya tiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta didorong buat tingkatkan pembelajaran anggota- anggota yang lain. Sebaliknya bagi Huda (2011) mendeskripsikan pembelajaran ataupun anak didik yang bertugas serupa dalam satu regu buat menanggulangi sesuatu permasalahan, menuntaskan suatu tugas atau tujuan bersama. Dengan cara pendek pembelajaran kooperatif merujuk pada tata cara pembelajaran dimana anak didik bertugas serupa dalam belajar. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ialah pengembangan dari bentuk pembelajaran dialog serta ialah bagian dari bentuk pembelajaran kooperatif. Cuma saja, pada bentuk ini aktivitas belajar diatur sedemikian muka alhasil cara belajar mengajar bisa berjalan dengan lebih mengasyikkan. Bersumber pada Shoimin (2014:174) berkata kalau dengan pelaksanaan bentuk ini, dialog kelompok serta interaksi dampingi anak didik dari kelompok yang berlainan membolehkan terbentuknya saling sharing wawasan serta pengalaman dalam usaha menuntaskan kasus yang bisa jadi mencuat dalam dialog yang berjalan dengan cara lebih interaktif serta mengasyikkan. Berikutnya Shoimin (2014) menyatakan salah satu kasus sungguh- sungguh yang kerap terjalin dalam cara belajar merupakan terdapatnya perasaan ragu pada diri anak didik buat mengantarkan kasus yang dirasakannya dalam menguasai materi pelajaran. Guru kerap hadapi kesusahan dalam menanggulangi permasalahan ini. Tetapi, lewat aplikasi bentuk Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 156 pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing ini, anak didik bisa mengantarkan persoalan ataupun permasalahannya dalam wujud tercatat yang esoknya hendak didiskusikan bersama. Dengan begitu, anak didik bisa mengatakan kesulitan- kesulitan yang dirasakannya dalam menguasai modul pelajaran. Aqib (2014: 27) mengemukakan langkah- langkah bentuk pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berikut ini: 1. Guru menarangkan dengan cara pendek modul yang hendak dibahas 2. Guru memilah anak didik kedalam 4 kelompok dengan tiap- tiap kelompok beranggotakan 5 orang. 3. Setelah itu setiap pimpinan kelompok memperoleh uraian dari guru yang setelah itu diteruskan pada badan kelompoknya. 4 4. Sehabis seluruh anak didik mengenali modul pembelajaran tiap anak didik menorehkan satu persoalan yang tidak diketahuinya kedalam selembar kertas kemudian kertas itu diremas menyamai bola. 5. Berikutnya tiap- tiap anak didik mempunyai satu bola persoalan. 6. Guru membimbing anak didik buat memilah bola persoalan itu pada teman- temanya. Seharusnya pemberian bola pertannyaan dicoba dengan cara berkelompok 7. Sehabis seluruh anak didik memperoleh bola persoalan dari temanya, dengan cara bergiliran membuka bola itu kemudian menanggapi persoalan yang ada dalam bola itu. 8. Sedangkan temannya menanggapi persoalan, anak didik yang lain menilai bukti balasan dari temannya serta bisa menjawab balasan temannya 9. Sehabis seluruh bola persoalan terjawab. Guru membagikan penguatan materi 10. Guru memberikan LKS pada siswa 11. Guru berikan apresiasi atas hasil kegiatan anak didik dengan cara orang ataupun kelompok. Bersumber pada pemaparan itu bisa disimpulkan kalau bentuk pembelajaran kooperatif jenis Snowball Trhowing merupakan bentuk pembelajaran yang mengaktifkan anak didik dengan cara totalitas sebab pelajaran terbuat semacam game alhasil anak didik lebih aktif serta mengasyikkan dalam cara belajar mengajar. METODE PENELITIAN Rancangan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dipakai dalam riset ini merupakan riset tindakan kelas (PTK). Bentuk skema yang dipakai dalam penelitian ini merupakan bentuk Kemmis serta McTaggart dimana cara penelitian aksi ialah cara daur ulang ataupun siklus. Aktivitas ini dilaksanakan dalam sebagian langkah ialah perancangan, penerapan, observasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 siklus. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 157 Subyek Penelitian Ada pula penelitian ini dilaksanakan di kelas VI SDN MIN KUDUS. Pada riset ini, poin penelitiannya merupakan anak didik kategori VI SDN MIN KUDUS, dengan jumlah anak didik sebesar 28 anak didik. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN MIN KUDUS yang dilaksanakan didalam kategori dikala aktivitas pembelajaran berjalan, dimana penelitian ini terdiri dari 2 daur serta pada tiap akhir pembelajaran dicoba penilaian berbentuk uji hasil belajar. Prasiklus aktivitas yang dicoba pada penerapan pratindakan dalam penelitian ini merupakan membagikan uji dini yang bermaksud buat mengenali tingkatan wawasan prasyarat yang dipunyai oleh peserta didik. Penerapan uji dini dihidangkan dalam wujud pertanyaan opsi dobel yang diiringi oleh peserta didik kela VI yang berjumlah 28 orang anak didik. Ada pula angka ketuntasan minimun merupakan ≥75. Dari hasil pengamatan didapat informasi persentase ketuntasan belajar anak didik semacam pada tabel 1. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa dari 28 siswa kelas VI SDN MIN KUDUS terdapat 21 siswa atau 75% mendapatkan hasil belajar dibawah KKM 70 ataupun tiddak lolos, sebaliknya sisanya sebesar 7 anak didik ataupun 25% yang menggapai nilai KKM ataupun berhasil dengan nilai pada umumnya keseluruhannya ialah 62. 36. Ada pula hasil belajar prasiklus bisa dihidangkan dalam grafik selanjutnya ini. Gambar 1. Hasil Tes Awal Siswa 25% 75% Hasil Tes Awal Siswa Kelas VI B SDN MIN KUDUS Tahun Pelajaran 2019/2020 Lulus Tidak Lulus Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 158 Siklus I Pelaksanaan Tindakan pada siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan ialah pada tanggal 1 serta 2 Februari 2021 yang hendak diterangkan berikut: Pertemuan pertama, a. Perencanaan Tindakan Pada aktivitas perancangan peneliti sudah mempersiapkan sebagian perihal berikut ini: 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) 3. Lembar observasi 4. Format wawancara 5. Soal tes akhir tindakan. b. Pelaksanaan Tindakan Aksi dilaksanakan bersumber pada konsep penerapan pembelajaran yang sudah terbuat. Pada penerapan pembelajaran peneliti berperan selaku periset, sebaliknya seseorang sahabat sejawat berperan selaku pengamat. Jumlah anak didik yang pada dikala penerapan aksi merupakan sejumlah 28 orang. Ada pula modul yang hendak dipaparkan pada aksi merupakan Tipe Pekerjaan serta Penggunaa Duit serta pengamat hendak diserahkan lembar observasi buat mencermati cara pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar dibagi kedalam 3 langkah, ialah: 1. Tahap awal Penerapan aksi pada langkah dini ini yang dicoba merupakan melaksanakan aktivitas teratur, yang mencakup membuka pelajaran dengan mengantarkan modul setelah itu peneliti membangkitkan wawasan prasyarat dengan bertanya pada anak didik mengenai Jenis Pekerjaan serta Penggunaa Duit. Berikutnya peneliti mengantarkan tujuan pembelajaran yang mau digapai pada modul mengenai Tipe Profesi serta Penggunaa Uang. Ada pula tujuan yang mau digapai merupakan: a) Menarangkan berartinya antusias kegiatan; b) Memaparkan identitas orang yang mempunyai antusias kegiatan; c) Menarangkan alasan orang wajib bertugas. 2. Tahap inti Guru membuat anak didik berkelompok, kemudian memanggil tiap- tiap pimpinan kelompok buat membagikan uraian mengenai modul. Tiap- tiap pimpinan kelompok kembali ke kelompoknya tiap- tiap, setelah itu menarangkan modul yang di informasikan oleh guru pada temannya. Setelah itu tiap- tiap anak didik diserahkan satu lembar kertas kegiatan, buat menorehkan satu persoalan apa saja yang menyangkut modul yang telah dipaparkan oleh pimpinan kelompok. Setelah itu kertas yang bermuatan persoalan itu terbuat semacam bola serta dilempar dari satu anak didik ke anak didik yang lain selama± 15 menit. Sehabis Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 159 anak didik bisa satu bola atau satu persoalan diserahkan peluang pada anak didik buat menanggapi persoalan yang tercatat dalam kertas berupa bola itu dengan cara bergantian. Kala menanggapi persoalan itu anak didik dimohon buat berdiri dari tempat duduknya ataupun maju ke depan kategori buat menanggapi persoalan yang mereka dapatkan.. 3. Tahap akhir Pada langkah akhir pembelajaran peneliti memusatkan serta membimbing anak didik merumuskan materi pelajaran yang telah dipelajari. Berikutnya periset menginformasikan kalau sesaat lagi hendak diadakan tes akhir tindakan. Tes Akhir Tindakan Siklus I Tes akhir tindakan dilaksanakan uji yang bermaksud buat mengenali jenjang uraian anak didik kepada materi yang sudah dipelajari pada daur I. Uji ini di ikuti oleh 28 orang partisipan didik dengan pengawasan oleh periset serta seseorang pengamat. Nilai standard ketuntasan minimal( KKM) dalam penelitian ini ialah 70. Ada pula hasil uji akhir aksi bisa diamati tabel 2 Bersumber pada tabel diatas, membuktikan kalau pada daur I dari 28 anak didik kelas VI IPS ada 10 anak didik ataupun 36% yang tidak lolos ataupun tidak menggapai nilai KKM sedangkanjumlah anak didik yang menggapai nilai KKM ataupun lolos sebesar 18 anak didik ataupun 64% dengan angka pada umumnya 74. 16. Ada pula hasil belajar pada daur I mengalamai kenaikan lebih bagus dibanding pra daur. Hasil belajar siklus I bisa diamati pada diagram selaku selanjutnya: Gambar 2. Hasil Bbelajar Siklus I Hasil Observasi Siklus I 64% 36% Hasil Belajar Siklus I Siswa Kelas VI B SDNMIN KUDUS Tahun Pelajaran 2019/2020 Lulus Tidak Lulus Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 160 bersumber pada observasi peneliti sepanjang aktivitas pembelajaran terlihat kalau aktivitas pembelajar belum terselenggara seluruhnya dengan bagus, perihal ini nampak dari sebagian anak didik tidak aktif melakukan kewajiban yang diserahkan, alhasil peneliti senantiasa mengulang- ulang membagikan advis serta nasehat. Aktivitas observasi dicoba oleh seseorang pengamat ialah seseorang sahabat sejawat yang pula ialah guru kategori di SDN MIN KUDUS. Observasi yang dicoba mencakup kegiatan anak didik sepanjang berlangsungnya cara pembelajaran. Observasi dicoba oleh pengamat dengan memuat kepingan observasi yang sudah diadakan. Penerapan observasi dalam riset ini bermaksud buat mengenali aktivitas anak didik sepanjang penerapan aktivitas pembelajaran IPS dengan memakai bentuk pembelajaran Snowball Throwing. Dari hasil observasi yang dicoba pengamat kepada kegiatan anak didik, didapat persentasenya sebesar 88%. Berarti derajat kesuksesan kegiatan anak didik bersumber pada observasi pengamat tercantum ke dalam jenis sangat baik. Refleksi Siklus I Pelaksanakan refleksi dalam penerapan penelitian ini bermaksud buat mengenali penerapan aksi telah sukses ataupun belum, ada pula patokan kesuksesan yang dipakai dalam penelitian ini merupakan bila hasil observasi sudah menggapai skor≥ 64%. Sebaliknya patokan hasil merupakan bila≥ 64% anak didik menemukan skor≥ 75 pada uji akhir aksi. Bersumber pada hasil penerapan penelitian yang sudah periset laksanakan pada penerapan siklus I membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik yang dicoba oleh pengamat didapat persentase sebesar 64%. Dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus I tercantum dalam jenis amat bagus. Penerapan riset yang sudah pengarang jalani pada penerapan tindakan silkus I membuktikan kalau dari bidang hasil, anak didik yang menggapai nilai patokan ketuntasan minimun (KKM) berjumlah 18 orang sebaliknya anak didik yang belum menggapai angka patokan ketuntasan berjumlah 10 orang maksudnya belum penuhi standard hasil yang sudah dikemukakan diatas. Bersumber pada hasil penerapan daur I itu diatas, hingga bisa disimpulkan kalau penerapan aksi siklus I sedang belum sukses serta sedang butuh dicoba pengulangan aksi, alhasil peneliti melaksanakan aksi ke siklus II. Deskripsi Hasil Belajar Siklus II Nilai ketuntasan belajar yang dipakai dalam penelitian ini merupakan≥70. Ada pula hasil penilaian pada penerapan uji akhir siklus II dalam riset ini bisa dicermati pada tabel 3. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 161 Bersumber pada tabel diatas, membuktikan kalau pada daur II dari 28 anak didik kelas VI B ada 25 anak didik ataupun 88% yang lolos ataupun meraih nilai KKM sebaliknya, jumlah anak didik yang tidak menggapai angka KKM ataupun tidak lolos sebesar 3 anak didik ataupun 11% dengan angka pada umumnya kategori sebesar 81. 66. Dengan begitu bisa disimpulkan kalau ada kenaikan hasil belajar yang lebih bagus dibanding siklus I. Ada pula hasil belajar siklus II bisa diamati pada diagram berikut ini: Gambar 3. Hasil Belajar Siklus II Hasil Observasi Siklus II Dari hasil observasi yang dicoba pengamat kepada kegiatan anak didik, didapat persentase sebesar 89%. Berarti derajat kesuksesan kegiatan anak didik bersumber pada observasi kedua pengamat tercantum ke dalam jenis amat bagus. Perihal ini cocok dengan riset yang dicoba oleh Rosidah( 2017) kalau observasi aksi kategori siklus I bisa dipaparkan kalau hasil belajar IPS lewat bentuk pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing pada anak didik kategori V SD Negeri Kadudampit hadapi kenaikan jumlah anak didik yang berakhir ialah jadi 15 orang anak didik( 71, 42%). Dari hasil itu hingga penelitian hendak dilanjutkan kekegiatan aksi kategori siklus II sebab anak didik yang menemukan angka diatas penanda kesuksesan dengan nilai minimun 70 sedang berjumlah 15 orang( 71, 42%) serta yang belum meraih angka minimun 70 berjumlah 6 orang (28,5%). Refleksi Siklus II Bersumber pada hasil penelitian yang pengarang jalani pada penerapan siklus II membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik didapat persentase sebesar 89%. Dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus II tercantum dalam jenis amat bagus. Perihal ini cocok dengan riset yang dicoba oleh Sinaga( 2017), dimana hasil riset yang dicoba ialah membuktikan kalau dari hasil observasi yang dicoba pengamat kepada kegiatan anak didik, didapat persentase sebesar 92%. Berarti derajat kesuksesan kegiatan anak didik bersumber pada observasi kedua pengamat tercantum ke dalam jenis sungguh bagus. Pada siklus II bisa dikenal kalau anak didik yang menggapai angka kriteria ketuntasan minimun (KKM) berjumlah 25 orang sebaliknya anak didik yang tidak meraih angka standard ketuntasan berjumlah 3 orang. Hingga bisa dimaksud kalau pada siklus II tingkatan kesuksesan peserta didik telah menggapai 81%. Bersumber pada hasil penelitian itu hingga 89% 11% Hasil Belajar Siklus II Siswa Kelas VI B MIN Kudus Tahun Pelajaran 2019/2020 Lulus Tidak Lulus Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 162 bisa disimpulkan kalau penerapan siklus II telah sukses serta tidak butuh dicoba repetisi tindakan. Bersumber pada penjelasan dari hasil penelitian mulai dari penerapan tindakan I serta aksi II yang mencakup observasi membuktikan kalau penerapan aktivitas pembelajaran dengan memakai bentuk pembelajaran Snowball Throwing bisa tingkatkan aktivitas anak didik dalam penerapan aktivitas pembelajaran, dan bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kelas VI B IPS pada modul Jenis Pekerjaan serta Penggunaa Uang. Hasil penerapan riset yang sudah dilaksanakan pada siklus I membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik yang dicoba oleh seseorang guru pengamat didapat persentase sebesar 64%. Dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus I tercantum dalam jenis sungguh bagus. Berikutnya hasil belajar akhir siklus I bisa dikenal kalau anak didik yang menggapai angka patokan ketuntasan minimun (KKM) berjumlah 18 orang edangkan anak didik yang belum menggapai nilai kriteria ketuntasan berjumlah 10 orang. Hingga bisa dimaksud kalau pada siklus I tingkatan kesuksesan peserta ajar belum meraih 81% hingga butuh rasanya dicoba siklus II. Bersumber pada hasil riset yang pengarang jalani pada penerapan daur II membuktikan kalau hasil observasi kepada aktivitas anak didik didapat persentase sebesar 89%. Dengan begitu hasil observasi dalam penerapan siklus II tercantum dalam jenis sungguh bagus. Pada siklus II bisa dikenal kalau anak didik yang menggapai nilai KKM berjumlah 25 orang sebaliknya anak didik yang belum menggapai nilai kriteria ketuntasan berjumlah 3 orang. Hingga bisa dimaksud kalau pada daur II tingkatan kesuksesan partisipan ajar telah meraih 89%. Bersumber pada hasil penelitian itu hingga bisa disimpulkan kalau penerapan siklus II telah sukses serta tidak butuh dicoba klise aksi. Dari hasil penelitian aksi daur I serta siklus II yang terdiri dari penerapan aksi, uji akhir aksi, observasi, serta tanya jawab membuktikan kalau pembelajaran dengan bentuk pembelajaran Snowball Throwing memperoleh reaksi yang bagus dari anak didik. Perihal ini bisa diamati dari keahlian anak didik dalam menguasai modul Tipe Pekerjaan serta Penggunaa Uang lebih bertambah. Tidak hanya itu anak didik pula lebih bersemangat serta aktif dalam belajar IPS. Bentuk pembelajaran Snowball Throwing ialah salah satu pengganti buat tingkatkan hasil belajar anak didik dalam menekuni Tipe Profesi serta Penggunaa Uang. Guru bisa memakai bentuk pembelajaran Snowball Throwing buat tingkatkan keahlian anak didik dalam menguasai modul pelajaran, alhasil hasil belajar anak didik lebih maksimum. Perihal ini serupa dengan opini Bayor (2010) Snowball throwing ialah selaku salah satu dari bentuk pembelajaran aktif( active learning) pada hakikatnya memusatkan minat anak didik kepada modul yang dipelajarinya. Tetapi begitu juga bentuk pembelajaran yang lain, dalam pelaksanaannya juga terdapat faktor- faktor yang mempengaruhinya antara lain situasi anak didik, waktu yang ada, modul yang diajarkan serta tujuan pembelajaran. Selainitu Sinaga (2017) pula menyatakana kalau Bentuk pembelajaran Snowball Throwing ialah salah satu pengganti buat tingkatkan hasil belajar anak didik dalam menekuni Tipe Profesi serta Penggunaa Duit. Guru bisa memakai bentuk pembelajaran Snowball Throwing buat tingkatkan keahlian anak didik dalam menguasai materi pelajaran, alhasil hasil belajar anak didik lebih maksimum. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.81 163 KESIMPULAN Pembelajaran dengan memakai bentuk pembelajaran Snowball Throwing yang bisa tingkatkan hasil belajar anak didik kategori VI MIN KUDUS dalam menguasai modul Jenis Pekerjaan serta Penggunaa Duit. Perihal ini nampak dari presentase ketuntasan belajar yang didapat oleh anak didik, dimana pada penerapan siklus I didapat ketuntasan belajar merupakan 64% serta pada siklus II didapat persentase 89%. Pemakaian bentuk pembelajaran Snowball Throwing bisa tingkatkan aktivitas anak didik dalam melakukan aktivitas belajar mengajar, perihal ini nampak dari hasil observasi yang dicoba oleh seseorang pengamat yang ialah kawan kerja peneliti dalam melakukan riset ini. Hasil observasi pada penerapan siklus I didapat persentase sebesar 64% serta pada siklus II hasil observasi kegiatan anak didik sebesar 89%. Hasil observasi kepada kesertaan belajar anak didik dari siklus I hingga siklus II membuktikan terdapatnya kenaikan kegiatan anak didik dalam aktivitas pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Anni, Catharina T. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. (Yogyakarta: Pustaka Belajar) Nurhaedah, A., & Amran, M. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Sdn Mapala Kota Makassar. JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan, 1(1), 11-22. Roheni, R. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VI Sdn Cibentang Kecamatan Kramatmulya Kabupaten Kuningan. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 6(1). Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA Toeti Soekamto dan Udin S. Winataputra (1995). Teori Belajar dan Model – Model pembelajaran. Jakarta: Ditjen Dikti, Depdiknas.