Microsoft Word - 06-Mia.docx Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 202 Received : 22-12-2020 Revised : 28-01-2021 Published : 15-02-2021 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS PEMODELAN Mia El Rahma Sona MA Negeri 2 Kota Malang, Indonesia miaelsyahroni@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Arab dengan model pembelajaran kontekstual berbasis pemodelan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII MIPA 2 MAN 2 Malang. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus. Dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa dengan mencapai standar ideal. Dari 52,77% pada Siklus l, dapat meningkat pada siklus 2 menjadi 72, 22% dan siklus 3 mencapai 100%, dan secara klasikal telah mencapai ketuntasan. Dengan rata-rata nilai 72,67 pada Siklus 1, 76,61 pada siklus 2 dan 86,94 pada siklus 3. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII-IPA-2 dengan ketuntasan mencapai 100% Kata kunci: motivasi; hasil belajar; bahasa arab; kontekstual; pemodelan Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 203 PENDAHULUAN Penggunaan bahasa yang baik dalam percakapan sehari-hari belum begitu produktif, terutama dalam bahasa tulis. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya motivasi atau kemampuan siswa dalam percakapan (pronencation). Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik. Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran karena mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi adalah: (a) mendorong timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan seperti belajar, (b) sebagai pengarah, yaitu mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan, dan (c) sebagai penggerak, menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Dalam konteks pendidikan, motivasi dapat dipandang sebagai proses yang dapat (1) membimbing siswa memasuki pengalaman-pengalaman yang dapat menimbulkan terjadinya belajar, (2) menggalakkan dan menggiatkan siswa untuk tetap tekun secara wajar, (3) mempertahankan pemusatan minat pada satu arah pada saat tertentu. Besar kecilnya pengaruh motivasi belajar terhadap seseorang tergantung seberapa besar motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang akan melakukan suatu pekerjaan dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Menurtut Logan, dkk (dalam Sujana, 1998) belajar dapat diartikan “sebagai perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan”. Senada dengan hal tersebut, Winkel (1997: 231) berpendapat bahwa: “belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. Keterampilan berbicara perlu dibina dan ditata sehingga menjadi kalimat yang koheren agar tepat sasaran dan pendengar tidak salah dalam mengartikannya. Tingkat tata bahasa siswa kelas XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang terkait dengan penempatan subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam suatu pembicaraanya masih belum difungsikan dengan tepat. Selama ini, pendidikan senantiasa didasarkan kepada paradigma pendidikan yang bersifat mekanik-reduksionisme, determinasi yang bersumberkan pada era teknologi. Permasalahan lain yang muncul pada pembelajaran Bahasa Arab yaitu guru Bahasa Arab pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi pembelajaran. Selain itu, dalam kurikulum orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal. Walaupun hal tersebut tidak selalu benar, sebab soal-soal tersebut sering kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara, membaca, maupun menulis. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya sebagian Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 204 guru Bahasa Arab memahami dan menguasai teknik pengajaran Bahasa Arab. Apalagi dalam memilih bahan ajar. Guru selain harus dapat menyampaiakan materi ajar, dalam pengajaran Bahasa Arab juga dituntut mampu memilih bahan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca. Dari pengalaman peneliti mengajar di kelas XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang, ternyata hal tersebut juga masih terjadi. Hasil belajar Bahasa Arab masih menunjukan di bawah KKM. Dengan demikian, dapat dipertanyakan bagaimana siswa mampu menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan suatu upaya agar siswa di kelas XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang dapat meningkatkan kemampuannya dengan menerapkan berbagai metode. Salah satu metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan. University of Washington (dalam Erianto, 2007:102 ) menyatakan pembelajaran Kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja. Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstuksi atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta – fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Peneliti memilih Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan dapat dipakai untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan kemampuan Bahasa Arab. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti perlu melakukan penelitian tindakan sebagai upaya peningkatan perestasi belajar siswa dengan judul penelitian, yaitu “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat Sempurna dengan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan Kelas XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang tahun pelajaran 2019-2020 ”. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah peningkatan motivasi dan hasil siswa dalam pelajaran Bahasa Arab materi menyusun kata-kata / ungkapan- ungkapan acak menjadi kalimat sempurna di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang. Jumlah subjek penelitian sebanyak 36 siswa kelas XII MIPA-2 MAN 2 Malang. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus dan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019— 2020. Desain merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan suatu tindakan yang akan dilakukan pada setiap siklus. Desain yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah pembelajaran. Sedangkan tindakan adalah melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Desain harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan sebelumnya. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Refleksi menerangkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, serta menjajaki alternatif solusi yang perlu Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 205 dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki, sehingga dapat menyimpulkan apa yang telah terjadi dalam kelasnya. 1. Perencanaan (Planning) Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dirumuskan masalah dan tujuan yang akan dicapai kemudian membuat rencana tindakan yang termasuk di dalamnya instrumen penelitian. Pada tahap perencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan. 2. Tindakan (action) Tahap tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan yang berupa tindakan di kelas. Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi melaksanakan tindakan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan- Ungkapan acak menjadi Kalimat Sempurna di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang dengan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan. 3. Pengamatan (observing) Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan penelitian yang dilakukan. Proses pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu tindakan berlangsung. Pengamatan ini bertujuan memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. Pada tahap ini peneliti mengamati partisipasi siswa dan kinerja guru ketika diterapkannya Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan dalam pembelajaran di kelas. 4. Refleksi (reflecting) Refleksi yaitu menyajikan hasil pencapaian yang diperoleh dari tindakan yang telah dilakukan. Tahap ini dilakukan untuk memikirkan kembali tindakan-tindakan yang telah dilakukan, tentang keberhasilan dan kekurangan, serta hambatan-hambatan yang dihadapi saat melakukan tindakan. Hasil refleksi digunakan sebagai tindak lanjut dalam perencanaan tindakan siklus berikutnya. Model penelitian ini merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melalui tindakan agar dapat memperbaiki praktik pembelajaran. Penelitian tindakan merupakan strategi pemecahan masalah dengan tindakan nyata, kemudian merefleksikan hasil dari tindakan. Hasil dari tindakan tersebut selanjutnya dijadikan pertimbangan dalam pemilihan tindakan berikutnya. Penelitian dilakukan secara kolaborasi oleh peneliti dan guru Bahasa Arab Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang. Dalam prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dapat dilihat pada langkah-langkah berikut ini. 1. Tahap Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan ini peneliti merumuskan masalah dan tujuan yang akan dicapai untuk memecahkan masalah barulah kemudian menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan dan mendiskusikannya dengan guru kelas. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah persiapan dalam penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak menjadi Kalimat Sempurna. Selain itu digunakan untuk mengarahkan peneliti supaya Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 206 kegiatan yang dilakukan lebih sistematis dan terarah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini sebagai berikut ; a) peneliti bersama guru kolaborator mengadakan diskusi guna mengidentifikasi permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak menjadi Kalimat Sempurna, b) peneliti memberikan gagasan tentang penggunaan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan, dan belum pernah digunakan sebagai metode pembelajaran Bahasa Arab di kelas XII MIPA-2 di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang, c) peneliti dan guru kolaborator membahas penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dan penggunaan Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat Sempurna dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat Sempurna siswa kelas XII MIPA-2 di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang, d) peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang ada di sekolah mengenai materi dalam pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas XII-MIPA-2. Kemudian menetapkan indikator keberhasilan pelajaran, sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. RPP memuat kegiatan pembelajaran menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab, e) peneliti membuat instrumen penelitian berupa soal tes, instrumen panduan observasi, instrumen panduan wawancara, f) peneliti menyiapkan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan yang sesuai dengan tema yang terdapat dalam RPP, dan g) mengukur kemampuan siswa dengan melakukan tes sebelum tindakan. Tes sebelum tindakan dilakukan supaya peneliti mengetahui kemampuan awal siswa pada pelajaran Bahasa Arab. Sumber data penelitian yaitu siswa dan guru. Sumber data dari siswa untuk memperoleh data tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat Sempurna. Sumber data dari guru untuk memperoleh data tentang penggunaan model pembelajaran berbasis pemodelan. Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan angket. Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan menggunakan prosentase (%). Teknk kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I a) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 207 b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 06 s.d 13 Agustus 2019, di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang Tahun pelajaran 2019-2020. dengan jumlah siswa 36 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. c) Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut : Berdasarkan tabel Distribusi Nilai tes Bahasa Arab dengan Menggunakan Model pembelajaran berbasis pemodelan pada Siklus 1 dapat diketahui bahwa jumlah Siswa yang tuntas terdiri dari 19 Orang, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas terdiri atas 17 Orang. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 72,7 atau ada 19 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 hanya sebesar 52,77%, lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan. d) Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut: 1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. e) Revisi Rancangan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan 3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 208 Siklus II a) Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 s.d 27 Agustus 2019, di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang tahun pelajaran 2019-2020. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II dapat diketahui bahwa jumlah Siswa yang tuntas 26 Orang, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas ada 10 Orang Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76.66% dan ketuntasan belajar mencapai 72,22 % atau ada 26 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam pembelajara menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan . c) Refleksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut, yaitu memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan Pengelolaan waktu d) Revisi Pelaksanaaan Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain: 1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung. 2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. 4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 209 Siklus III a) Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. b) Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 11 September 2019, di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang tahun pelajaran 2019-2020, dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah jumlah Siswa yang tuntas 36 Orang dan jumlah siswa yang belum tuntas tidak ada. Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 86.90 % dari 36 siswa telah tuntas secara keseluruhan. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan pada pelajaran Bahasa Arab , sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai. c) Refleksi Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran berbasis pemodelan. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 210 d) Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan media gambar, dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model pembelajaran berbasis pemodelan, dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Analisis Hasil Kegiatan Dari hasil kegiatan analisis dapat disimpulkan bahwa 1. Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu 72,66% menjadi 76,61 % ada kenaikan sebesar = 3,94 %. 2. Dari sebelum tindakan untuk materi menyimak (siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 2 ) 76,61 % menjadi 86,94 %, dan dari ( siklus 2) ke (siklus 3 ) juga ada peningkatan sebanyak 86,94 % - 76,61% = 10,33 %. 3. Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan 52,77 % ( siklus I ) naik 72,22 % siklus II, dan siklus III meningkat menjadi 100 %. Refleksi dan Temuan Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut : a. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain; b. Model Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan , dalam hal peningkatan prestasi rata-rata nilai belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas. c. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan yang baru mereka laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya. d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik, semua siswa aktif dan lebih- lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan memiliki dampak positif dalam meningkatkan pemahaman siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu; 52,77% ; 72,22% ; 100%, Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 211 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah- langkah Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk pelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 36 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 72,67 %; 76,61 % ; 86,94 %. Dari analisis data di atas bahwa Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan pada pelajaran bahasa indonsia kelas XII MIPA-2, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas XII MIPA-2 di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang, oleh karena itu diharapkan kepada para guru MA dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan di kelas XII-MIPA. Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai ≥ 75 pada ( siklus 3 ) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 100 %. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. KESIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan memiliki dampak positif dalam meningkatkan motiasi dan hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 52,77% ( siklus I ) ; 72,22% ( siklus II ) ; 100% ( siklus III ). 2. Penerapan Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan pada pelajaran Bahasa Arab mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. 3. Penerapan Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan efektif dalam meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya. Vol.2 No.2 2021 ISSN: 2745-6056 e-ISSN: 2745-7036 https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 212 DAFTAR RUJUKAN A. Sardiman. 1990, "Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar", Jakarta: CV. Rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi, 2007, "Penelitian Tindakan Kelas", Jakarta: Bumi Aksara. Asrori, Imam.1995, "Permainan Penunjuang ketrampilan Berbahasa", Malang. B. Uno, Hamzah. 2007, "Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di bidang Pendidikan", Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya. Nasution S., 2001. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta. Slameto.1995, "Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya", Jakarta: PT. Rineka Cipta. Suryabrata, Sumadi. 1984, "Psikologi Pendidikan", Jakarta: Rajawali Press. Syah, Muhibbin. 2002, "Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru", Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Uzer, Usman, Moh. 1995, "Menjadi Guru Profesional", Bandung: Remaja Rosdakarya.