Microsoft Word - 06-Mia.docx


Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

202 

Received : 22-12-2020 
Revised : 28-01-2021 
Published : 15-02-2021 
 
 

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB 
DENGAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS 

PEMODELAN 
 

Mia El Rahma Sona 
MA Negeri 2 Kota Malang, Indonesia 

miaelsyahroni@gmail.com  
 
 

Abstrak:  
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil 
belajar mata pelajaran Bahasa Arab dengan model pembelajaran kontekstual 
berbasis pemodelan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII MIPA 2 MAN 2 
Malang. Penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus. Dari hasil tindakan yang 
dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi siswa dengan mencapai standar 
ideal. Dari 52,77% pada Siklus l, dapat meningkat pada siklus 2 menjadi 72, 22% 
dan siklus 3 mencapai 100%, dan  secara klasikal telah mencapai ketuntasan. 
Dengan rata-rata nilai 72,67 pada Siklus 1, 76,61 pada siklus 2 dan 86,94 pada 
siklus 3. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan dapat meningkatkan 
motivasi dan hasil belajar siswa kelas XII-IPA-2 dengan ketuntasan mencapai 
100% 

 
 
Kata kunci: motivasi; hasil belajar; bahasa arab; kontekstual; pemodelan 
 
  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

203 

PENDAHULUAN 
Penggunaan bahasa yang baik dalam percakapan sehari-hari belum begitu produktif, 

terutama dalam bahasa tulis. Hal tersebut bisa disebabkan oleh kurangnya motivasi atau 
kemampuan siswa dalam percakapan (pronencation). Hakikat motivasi belajar adalah dorongan 
internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah 
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini 
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi 
belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (b) 
adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (c) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 
(d) adanya penghargaan dalam belajar; (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (f) 
adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan 
baik. 

Motivasi dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran karena mendorong 
timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Fungsi motivasi 
adalah: (a) mendorong timbulnya suatu tingkah laku atau perbuatan seperti belajar, (b) sebagai 
pengarah, yaitu mengarahkan perbuatan pencapaian tujuan yang diinginkan, dan (c) sebagai 
penggerak, menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan 
cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Dalam konteks pendidikan, motivasi dapat dipandang 
sebagai proses yang dapat (1) membimbing siswa memasuki pengalaman-pengalaman yang 
dapat menimbulkan terjadinya belajar, (2) menggalakkan dan menggiatkan siswa untuk tetap 
tekun secara wajar, (3) mempertahankan pemusatan minat pada satu arah pada saat tertentu. 
Besar kecilnya pengaruh motivasi belajar terhadap seseorang tergantung seberapa besar 
motivasi itu mampu membangkitkan motivasi seseorang akan melakukan suatu pekerjaan 
dengan lebih memusatkan pada tujuan dan akan lebih intensif pada proses pengerjaannya. 
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam 
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan 
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh 
subyek belajar itu dapat tercapai. 

Menurtut Logan, dkk (dalam Sujana, 1998) belajar dapat diartikan “sebagai perubahan 
tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan latihan”. Senada dengan hal 
tersebut, Winkel (1997: 231) berpendapat bahwa: “belajar pada manusia dapat dirumuskan 
sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan 
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. 
Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”. Keterampilan berbicara  perlu dibina dan 
ditata sehingga menjadi kalimat yang koheren agar tepat sasaran dan pendengar tidak salah 
dalam mengartikannya. Tingkat tata bahasa siswa kelas XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 
2 Kota Malang terkait dengan penempatan subjek, predikat, objek, dan keterangan dalam suatu 
pembicaraanya masih belum difungsikan dengan tepat. Selama ini, pendidikan senantiasa 
didasarkan kepada paradigma pendidikan yang bersifat mekanik-reduksionisme, determinasi 
yang bersumberkan pada era teknologi.  

Permasalahan lain yang muncul pada pembelajaran Bahasa Arab yaitu guru Bahasa Arab 
pada umumnya hanya mengutamakan penyelesaian target materi pembelajaran. Selain itu, 
dalam kurikulum orientasinya mengacu pada usaha meningkatkan kemampuan siswa dalam 
mengerjakan soal-soal. Walaupun hal tersebut tidak selalu benar, sebab soal-soal tersebut sering  
kurang mengacu pada keterampilan berbahasa baik keterampilan menyimak, berbicara, 
membaca, maupun menulis. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kurangnya sebagian 



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

204 

guru Bahasa Arab memahami dan menguasai teknik pengajaran Bahasa Arab. Apalagi dalam 
memilih bahan ajar. Guru selain harus dapat menyampaiakan materi ajar, dalam pengajaran 
Bahasa Arab juga dituntut mampu memilih bahan yang sesuai dengan tujuan dan tingkat 
perkembangan siswa, kompetensi siswa, minat dan tingkat kecakapan baca. 

Dari pengalaman peneliti mengajar di kelas XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota 
Malang, ternyata hal tersebut juga masih terjadi. Hasil belajar Bahasa Arab masih menunjukan 
di bawah KKM. Dengan demikian, dapat dipertanyakan bagaimana siswa mampu menguasai 
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang diharapkan melalui berbagai media cetak dalam waktu 
yang relatif singkat. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan suatu upaya agar siswa di kelas 
XII MIPA-2 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang dapat meningkatkan kemampuannya 
dengan menerapkan berbagai metode. Salah satu metode yang akan digunakan oleh peneliti 
adalah Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan. 

University of Washington (dalam Erianto, 2007:102 ) menyatakan pembelajaran 
Kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan 
dengan mengacu pada masalah – masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan 
tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja. 
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa 
belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi merekonstuksi atau membangun pengetahuan dan 
keterampilan baru lewat fakta – fakta atau proposisi yang  mereka alami dalam kehidupannya. 
Peneliti memilih Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan untuk meningkatkan motivasi 
dan hasil belajar siswa karena Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan dapat dipakai 
untuk mengukur tingkat keterbacaan sebuah wacana dan untuk melatih keterampilan dan 
kemampuan Bahasa Arab.  

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti perlu melakukan penelitian tindakan sebagai upaya 
peningkatan perestasi belajar siswa dengan judul penelitian, yaitu  “Peningkatan Motivasi dan 
Hasil Belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi 
Kalimat Sempurna dengan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan Kelas XII MIPA-2 
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang tahun pelajaran 2019-2020 ”. 

 
 
METODE PENELITIAN 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas 
(Classroom Action Research) dengan tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah peningkatan 
motivasi dan hasil  siswa dalam pelajaran Bahasa Arab materi menyusun kata-kata / ungkapan-
ungkapan acak menjadi kalimat sempurna di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang. Jumlah 
subjek penelitian sebanyak 36 siswa kelas XII MIPA-2 MAN 2 Malang. Penelitian 
dilaksanakan dalam tiga siklus dan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019—
2020.  

Desain  merupakan rancangan kegiatan dalam melakukan suatu tindakan yang akan   
dilakukan pada setiap siklus. Desain yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah 
pembelajaran. Sedangkan tindakan adalah melakukan kegiatan yang telah direncanakan. Desain 
harus diwujudkan dengan adanya tindakan (acting) dari guru berupa solusi tindakan 
sebelumnya. Observasi, yaitu merekam atau mengamati segala peristiwa dan kegiatan yang 
terjadi selama tindakan perbaikan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Refleksi 
menerangkan apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, serta menjajaki alternatif solusi yang perlu 



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

205 

dikaji, dipilih dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki, sehingga dapat 
menyimpulkan apa yang telah terjadi  dalam kelasnya. 

 
1. Perencanaan (Planning)  

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dirumuskan masalah dan tujuan yang 
akan dicapai kemudian membuat rencana tindakan yang termasuk di dalamnya instrumen 
penelitian. Pada tahap perencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di 
mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis 
Pemodelan.  

 
2. Tindakan (action)  

Tahap tindakan ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan  yang berupa 
tindakan di kelas. Pada tahap ini peneliti dan guru berkolaborasi melaksanakan tindakan di kelas 
untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab  materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-
Ungkapan acak menjadi Kalimat Sempurna di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang dengan 
menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan.   

  
3. Pengamatan (observing)  

Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan penelitian yang 
dilakukan. Proses pengamatan dilakukan bersamaan dengan waktu tindakan berlangsung. 
Pengamatan ini bertujuan memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. 
Pada tahap ini peneliti mengamati partisipasi siswa dan kinerja guru ketika diterapkannya 
Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan dalam pembelajaran di kelas.  

 
4. Refleksi (reflecting)  

Refleksi yaitu menyajikan hasil pencapaian yang diperoleh dari tindakan yang telah 
dilakukan. Tahap ini dilakukan untuk memikirkan kembali tindakan-tindakan yang telah 
dilakukan, tentang keberhasilan dan kekurangan, serta hambatan-hambatan yang dihadapi saat 
melakukan tindakan. Hasil refleksi digunakan sebagai tindak lanjut dalam perencanaan 
tindakan siklus berikutnya.  

 Model penelitian ini merupakan bentuk kajian yang dilakukan untuk  meningkatkan 
kemampuan melalui tindakan agar dapat memperbaiki praktik pembelajaran. Penelitian 
tindakan merupakan strategi pemecahan masalah dengan tindakan nyata, kemudian 
merefleksikan hasil dari tindakan. Hasil dari tindakan tersebut selanjutnya dijadikan 
pertimbangan dalam pemilihan tindakan berikutnya. 

Penelitian dilakukan secara kolaborasi oleh peneliti dan guru Bahasa Arab    Madrasah 
Aliyah Negeri 2 Kota Malang. Dalam prosedur penelitian tindakan kelas yang diterapkan dapat 
dilihat pada langkah-langkah berikut ini.  

 
1. Tahap Perencanaan (Planning)  

Pada tahap perencanaan ini peneliti merumuskan masalah dan tujuan yang akan dicapai 
untuk memecahkan masalah barulah kemudian menyusun rancangan tindakan yang akan 
dilakukan dan mendiskusikannya dengan guru kelas. Tahap ini dilakukan untuk mempermudah 
persiapan dalam penerapan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan untuk 
meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan 
acak menjadi Kalimat Sempurna. Selain itu digunakan untuk mengarahkan peneliti supaya 



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

206 

kegiatan yang dilakukan lebih sistematis dan terarah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap 
perencanaan ini sebagai berikut ;  
a) peneliti bersama guru kolaborator mengadakan diskusi guna mengidentifikasi permasalahan 

yang muncul dan berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata 
/ Ungkapan-Ungkapan acak menjadi Kalimat Sempurna,  

b) peneliti memberikan gagasan tentang penggunaan Pembelajaran Kontekstual Berbasis 
Pemodelan, dan belum pernah digunakan sebagai metode pembelajaran Bahasa Arab  di 
kelas XII MIPA-2  di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang,  

c) peneliti dan guru kolaborator membahas penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan dan 
penggunaan Materi Menyusun Kata-Kata / Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat 
Sempurna dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata / 
Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat Sempurna   siswa kelas XII MIPA-2  di 
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang,  

d) peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus yang ada di 
sekolah mengenai materi dalam pelajaran Bahasa Arab pada siswa kelas XII-MIPA-2. 
Kemudian menetapkan indikator keberhasilan pelajaran, sebagai pedoman dalam 
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. RPP memuat kegiatan pembelajaran 
menggunakan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan untuk meningkatkan hasil 
belajar Bahasa Arab,  

e) peneliti membuat instrumen penelitian berupa soal tes, instrumen panduan observasi, 
instrumen panduan wawancara,  

f) peneliti menyiapkan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Pemodelan    yang sesuai dengan 
tema yang terdapat dalam RPP, dan  

g) mengukur kemampuan siswa dengan melakukan tes sebelum tindakan. Tes sebelum 
tindakan dilakukan supaya peneliti mengetahui kemampuan awal siswa pada pelajaran 
Bahasa Arab.  

 
Sumber data penelitian yaitu siswa dan guru. Sumber data dari siswa untuk memperoleh 

data tentang peningkatan motivasi dan hasil belajar Bahasa Arab Materi Menyusun Kata-Kata 
/ Ungkapan-Ungkapan acak Menjadi Kalimat Sempurna. Sumber data dari guru untuk 
memperoleh data tentang penggunaan model pembelajaran berbasis pemodelan. Dalam 
pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan angket. Dalam 
analisis data teknik yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Teknik kuantitatif 
digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa  dengan 
menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan  menggunakan prosentase  (%). Teknk 
kualitatif digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian 
deskriptif, dan penarikan simpulan. 
 
HASIL DAN PEMBAHASAN  
Siklus  I 
a) Tahap Perencanaan 

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana 
pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu 
juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran. 

 
  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

207 

b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan  
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 06 s.d 

13 Agustus 2019,  di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang Tahun pelajaran 2019-2020. 
dengan jumlah siswa  36 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses 
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. 

 
c) Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada 

akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui 
tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data 
hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut : 

 
Berdasarkan tabel Distribusi Nilai tes Bahasa Arab dengan Menggunakan Model 

pembelajaran berbasis pemodelan pada Siklus 1 dapat diketahui bahwa jumlah Siswa yang 
tuntas   terdiri dari 19 Orang, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas terdiri atas   17  
Orang. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran  dengan menggunakan model 
pembelajaran berbasis pemodelan     diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah  72,7  
atau ada 19 siswa  dari  36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada 
siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 
≥ 75 hanya sebesar 52,77%, lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 
sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang 
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menggunakan model pembelajaran berbasis 
pemodelan. 

 
d) Refleksi 

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan 
sebagai berikut:  

1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran 
2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu 
3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. 

 
e) Revisi Rancangan 

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, 
sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya. 

1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan 
tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan 
yang akan dilakukan. 

2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi 
yang dirasa perlu dan memberi catatan 

3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa 
lebih antusias. 

 
  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

208 

Siklus  II 
a) Tahap perencanaan  

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana 
pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.  

 
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan  

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal  20 s.d 
27 Agustus 2019,  di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang tahun pelajaran 2019-2020. 
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada 
rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau 
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) 
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.  

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif  II dengan tujuan untuk 
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. 
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II 
dapat diketahui bahwa jumlah Siswa yang tuntas 26  Orang, sedangkan jumlah siswa yang 
belum tuntas  ada 10  Orang 

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 76.66%  dan 
ketuntasan belajar mencapai  72,22 % atau ada  26 siswa dari 36  siswa sudah tuntas belajar.  
Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah 
mengalami peningkatan cukup lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa 
ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan 
tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa 
juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dalam pembelajara 
menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan . 

 
c) Refleksi 

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai 
berikut, yaitu memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan 
konsep, dan Pengelolaan waktu 

 
d) Revisi Pelaksanaaan 

Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. 
Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III  antara lain: 

1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama 
proses belajar mengajar berlangsung. 

2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa 
baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. 

3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan 
konsep. 

4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat 
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. 

5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada 
siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar. 

 
  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

209 

Siklus  III 
a) Tahap Perencanaan 

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana 
pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.  

 
b) Tahap kegiatan dan pengamatan 

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 
11 September 2019, di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang tahun pelajaran 2019-2020, 
dengan jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses 
belajar mengajar mengacu pada rencana  pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, 
sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. 
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.  

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif  III dengan tujuan untuk 
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. 
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif  III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III 
adalah jumlah Siswa yang tuntas  36  Orang dan jumlah siswa yang belum tuntas  tidak ada. 

Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 86.90 %  dari 36  
siswa telah tuntas secara keseluruhan. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah 
tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ).  Hasil pada siklus III ini mengalami 
peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar  pada siklus III ini 
dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran 
dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan  pada pelajaran Bahasa Arab , 
sehingga siswa menjadi  lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih 
mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga 
dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari 
temannya yang belum menguasai. 

 
c) Refleksi 

Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih 
kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan model pembelajaran berbasis 
pemodelan.    

Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:   
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan 

baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase 
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.  

2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar 
berlangsung. 

3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan 
sehingga menjadi lebih baik. 

4) Hasil belajar siswa pada siklus III  mencapai ketuntasan. 
 

  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

210 

d) Revisi Pelaksanaan     
Pada siklus III guru telah menerapkan media gambar, dengan baik dan dilihat dari 

aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan 
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk 
tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan 
tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan model 
pembelajaran berbasis pemodelan, dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga 
tujuan pembelajaran dapat tercapai.    

 
Analisis  Hasil Kegiatan 

Dari hasil kegiatan analisis dapat disimpulkan bahwa 
1. Terjadi peningkatan  prestasi setelah diberi tindakan  yaitu 72,66% menjadi 76,61 %  ada 

kenaikan sebesar = 3,94 %. 
2. Dari sebelum tindakan untuk materi menyimak (siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai 

dengan  ( siklus 2 ) 76,61 % menjadi  86,94 %, dan dari   ( siklus 2) ke  (siklus  3 )  juga ada 
peningkatan  sebanyak 86,94  % -  76,61%  = 10,33 %. 

3. Rata – rata siswa sebelum diberi tindakan  52,77 % ( siklus I )  naik 72,22 % siklus II, dan 
siklus III meningkat  menjadi 100 %. 
 

Refleksi dan Temuan  
Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan 

sebagai berikut : 
a. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar menerapkan pembelajaran dengan model 

pembelajaran berbasis pemodelan  belum berhasil karena dalam pembelajaran masih 
terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain;  

b. Model Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan , dalam hal 
peningkatan prestasi rata-rata nilai belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak 
tuntas.      

c. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan adalah Pembelajaran dengan 
model pembelajaran berbasis pemodelan  yang baru mereka laksanakan sehingga siswa 
merasa kaku dalam menerapkannya.              

d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua 
dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik, semua siswa aktif dan lebih-
lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar. 

 
Pembahasan Hasil Penelitian   
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa  

Berdasarkan  hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Pembelajaran  dengan 
model pembelajaran berbasis pemodelan    memiliki dampak positif dalam meningkatkan 
pemahaman siswa, hal ini dapat dilihat dari semakin  mantapnya pemahaman siswa terhadap 
materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu; 
52,77% ; 72,22% ; 100%,   Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.    

 
  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

211 

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran   
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses Pembelajaran dengan 

model pembelajaran berbasis pemodelan dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini 
berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan 
meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.   

           
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran    

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan 
model pembelajaran berbasis pemodelan  yang paling dominan adalah bekerja dengan 
menggunakan alat/media,  mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar 
siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan 
aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-
langkah Pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan  dengan baik. 
Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan 
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan 
balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.        

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk pelajaran Bahasa 
Arab dengan  menggunakan model pembelajaran berbasis pemodelan  hasilnya sangat baik. Hal 
itu tampak pada pertemuan pertama dari 36 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini 
dilakukan  nilai rata rata mencapai ; 72,67 %;  76,61 % ; 86,94 %.     Dari analisis data di atas 
bahwa Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan   pada pelajaran bahasa 
indonsia kelas XII MIPA-2, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan 
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas XII MIPA-2  di 
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang, oleh karena itu diharapkan kepada para guru MA 
dapat melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis 
pemodelan  di kelas XII-MIPA.   

Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa dikatakan tuntas 
apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 75 mencapai ≥ 85 %. Sedangkan pada penilitian 
ini, pencapai nilai  ≥ 75  pada ( siklus 3 ) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP 
yaitu mencapai  100  %. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. 

 
KESIMPULAN 

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan 
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai 
berikut : 

1. Pembelajaran Bahasa Arab dengan menggunakan model pembelajaran berbasis 
pemodelan  memiliki dampak positif dalam meningkatkan motiasi dan hasil belajar siswa 
di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Malang yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan 
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu ; 52,77%  ( siklus I ) ; 72,22%  ( siklus II ) ; 100%   
( siklus III ).      

2. Penerapan Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan  pada pelajaran 
Bahasa Arab mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan hasil 
belajar siswa.   

3. Penerapan Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis pemodelan  efektif dalam 
meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka 
merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.  



Vol.2 No.2 2021 
ISSN: 2745-6056     e-ISSN: 2745-7036 

https://doi.org/10.47387/jira.v2i2.84 

212 

DAFTAR RUJUKAN 
A. Sardiman. 1990, "Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar", Jakarta: CV. Rajawali Pers. 
Arikunto, Suharsimi, 2007, "Penelitian Tindakan Kelas", Jakarta: Bumi Aksara. 
Asrori, Imam.1995, "Permainan Penunjuang ketrampilan Berbahasa", Malang. 
B. Uno, Hamzah. 2007, "Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di bidang Pendidikan", 

Jakarta: Bumi Aksara. 
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 
Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. 

Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.  
Nasution S., 2001. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina Aksara. 

Jakarta. 
Slameto.1995, "Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mepengaruhinya", Jakarta: PT. Rineka Cipta. 
Suryabrata, Sumadi. 1984, "Psikologi Pendidikan", Jakarta: Rajawali Press. 
Syah, Muhibbin. 2002, "Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru", Bandung: 

PT.Remaja Rosdakarya. 
Uzer, Usman, Moh. 1995, "Menjadi Guru Profesional", Bandung: Remaja Rosdakarya.