IndoChem


Indo. J. Chem. Res, 2020, 7(2), 101-1076     

                                                                              1 
 

101 

 

MEKANISME TEORITIS PEMBENTUKAN SENYAWA SIKLIK HIDROKARBON 

DARI REAKSI C4H5 DAN C4H2   
  

Formation Mechanism of Cyclic Hydrocarbons from C4H5 and C4H2   
  

Antonius Indarto*, Lienda Handojo 

 

Department of Chemical Engineering, Institut Teknologi Bandung 

Kampus ITB, Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 

 

*Corresponding author, e-mail: indarto_antonius@yahoo.com 
 

Received: Jul. 2019 Published: Jan. 2020 

 
ABSTRACT 

 

Acetylene and polyyne are intermediates in the formation of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) and soot 

in combustion or pyrolysis. PAH formation from acetylene is known as the most adopted pathway because it has 

a low reaction energy. Another mechanism for the formation of PAH is a mechanism that involves polyyne or 

known as a radical pathway, proposed by Krestinin. This pathway involves the reaction of alkyne + alkenes which 

results in the addition of radical sites to the molecular structure. In this study, the two reaction mechanisms will 

be compared. Electronic features and energy requirements of the reaction process will be evaluated using 

molecular computational studies based on electron density (DFT). In combustion conditions (high temperature), 

the formation of radical sites requires relatively little energy, with a range of 2-5 kcal/mol. This is very different 

when compared to the energy profile for the same reaction at room temperature. From this study, it can be 

concluded that the mechanism of radical growth has the potential to occur in combustion reactions. 

 

Keywords: Polycyclic aromatic hydrocarbons, radical growth, combustion, polyyne. 

 

 
PENDAHULUAN 

 

Polisiklik aromatik hidrokarbon atau PAH 

adalah komponen yang paling dominan dari 

berbagai polutan organik yang ada di troposfer 

(Tiwary dan Williams, 2019, Indarto, 2009). 

Beberapa PAH dapat berkelompok membentuk 

lapisan grafenik tak beraturan berukuran 10-80 

nm (North dkk., 2015) dengan komposisi dan 

morfologi yang bergantung pada sumber 

biomassa dan kondisi operasi 

pembakaran/pirolisis (Sasongko dkk., 2015). 

Dengan banyak dan beragamnya tipe PAH yang 

ada, studi mekanisme pembentukan dan kinetika 

pertumbuhan PAH menjadi hal yang menarik 

perhatian ilmuwan untuk dikaji baik dari sisi 

eksperimental maupun simulasi (Lou dkk., 2010, 

Indarto, 2011, Zhang dkk., 2016).  

Mekanisme pertumbuhan yang paling sering 

dirujuk sebagai mekanisme pertumbuhan partikel 

PAH dalam kondisi pembakaran adalah 

mekanisme HACA (Hydrogen Abstraction C2H2 

Addition), diusulkan oleh Frenklach dkk. 

(Hayakawa, 2018) yang melibatkan siklisasi dan 

penambahan ethyne secara berulang. Beberapa 

mekanisme pembanding, seperti yang 

dikemukakan oleh Bittner dan Howard 

(Bockhorn, 2013) telah dibahas dalam beberapa 

tahun terakhir. Mekanisme lain dianggap 

menjanjikan adalah polimerisasi cepat polyynes 

(C2nH2) yang diusulkan oleh Krestinin (2000), 

yang melibatkan reaksi siklisasi atau proses 

cycloaddition. Polyyne telah ditemukan hadir 

dalam jumlah yang signifikan dalam lidah api 

pembakaran (Sun dkk., 2015). Senyawa ini juga 

telah terdeteksi sebagai produk utama dalam 

reaksi radikal yang dilakukan pada suhu kamar. 

Studi literatur terkini, fokus khusus pada polyyne 

dalam api pembakaran telah dievaluasi secara 

eksperimental, dimana senyawa antara ini telah 

terdeteksi hingga C10H2 (Sun dkk., 2017) atau 

C12H2, dengan rasio konsentrasi C2nH2 terhadap 

C2(n-1)H2 yang menghasilkan hampir konstan (Li 

dkk., 2009). Pusat hipotesis dari mekanisme ini 

adalah proliferasi pusat radikal, yang harus 

menyertai siklisasi (Krestinin, 2000) atau proses 

cycloaddition yang terjadi dalam proses 

polimerisasi cepat polyyne.  

Studi ini difokuskan pada evaluasi 

pembandingan profil kebutuhan energi dari dua 



Antonius Indarto dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 101-106  
                                                                                       

1 

 

 

102 

mekanisme pembentukan senyawa siklik 

sederhana dari senyawa dengan jumlah karbon 

empat. Meskipun perhitungan profil energi telah 

banyak dilakukan untuk mekanisme HACA 

(Indarto, 2011) maupun proliferasi (Indarto dkk., 

2010), tapi belum ditemukan literatur yang secara 

khusus membandingkan kedua jalur tersebut. 

Senyawa siklik sederhana merupakan senyawa 

awal terbentuknya senyawa PAH dan senyawa 

makromolekul siklik lain (seperti jelaga). 

Mekanisme pertama akan merujuk pada 

mekanisme pertumbuhan HACA dimana 

asetilena akan berekasi dengan alkana dengan 

radikal tunggal. Jalur reaksi ini akan 

dibandingkan dengan pembentukan radikal untuk 

reaksi antara asetilena dan butadiyne (HC-C≡C-

CH) yang diakhiri dengan pembentukan senyawa 

siklik (cyclization). Butadiena atau diacetylene 

telah terdeteksi sebagai senyawa antara penting 

dalam pembentukan jelaga (Indarto, 2009, Yang 

dkk., 2007, Li dkk., 2007) dan terdeteksi dalam 

jumlah yang relatif besar pada nyala api asetilena 

(Sun dkk., 2015, 2017), benzena (Law, 2010), 

atau bensin (Yang dkk., 2007). 

 

METODOLOGI 
 

Metode Komputasi 

Proses pertumbuhan dan pembentukan 

senyawa siklik diawali dengan reaksi antara 

asetilena (C2H2) dengan C4H5 untuk mekanisme 

pertumbuhan HACA dan diasetilena (C4H2) untuk 

mekanisme berbasiskan polyyne. Kedua reaksi 

adisi (adduct) akan diakhiri dengan reaksi 

penyusunan ulang molekul membentuk senyawa 

siklik. Detail skema mekanisme akan 

disampaikan pada bagian Hasil dan Pembahasan. 

Perhitungan molekuler dilakukan dengan 

menggunakan program Gaussian 09.  

 Optimasi struktur stabil dan transisi (TS) 

dengan energi minima ditentukan menggunakan 

teori fungsi kerapatan (DFT) dengan basis 

fungsional Becke 3-Parameter Lee, Yang and Parr 

(B3LYP). Fungsi ini digunakan secara luas dan 

umumnya mampu memprediksi profil energi dan 

geometri dengan baik. Pada perhitungan yang 

melibatkan poli-radikal, perhitungan dengan 

menggunakan metode yang lebih detail, yaitu 

Complete Active Space Self-Consistent Field 

Second-Order Perturbation Theory (CASPT2), 

akan dilakukan. 

Pada struktur transisi, keberadaan satu mode 

normal frekuensi imajiner (negatif) digunakan 

sebagai penentu titik pelana (saddle point) 

hubungan antara energi awal, barrier, dan energi 

akhir reaksi. Struktur dan bentuk beberapa 

geometri hasil optimasi ditunjukkan pada  

Gambar 1. 

Dalam studi ini, hanya mekanisme penentu 

yang akan dilakukan perhitungannya dengan 

menggunakan basis-set 6-31G(d). Basis-set ini 

memberikan hasil perhitungan yang relatif baik 

dengan waktu perhitungan yang cepat 

(Maranzana dkk., 2013). Energi aktivasi, entalpi 

reaksi, dan energi bebas akan diperoleh sebagai 

hasil perhitungan termokimia dari analisis vibrasi. 

 
 

Gambar 1. Geometri optimum hasil simulasi. 

Angka jarak yang tertera dinyatakan dalam 

Angstrom. 

 

 

 

 
 

Gambar 2. Model pembentukan senyawa cincin 

dari mekanisme pertumbuhan HACA. 

 

 



Antonius Indarto dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 101-106  
                                                                                       

1 

 

 

103 

Validasi Model 

Untuk menemukan metode mekanika 

kuantum terbaik dan basis set yang digunakan, 

asetilena (C2H2), ethynyl radical (C2H·), dan 

benzene (c-C6H6) telah dipilih sebagai model dan 

dibandingkan antara perhitungan komputasi dan 

data percobaan. Tabel 1 menunjukkan hasil 

komputasi menggunakan beberapa metode dan 

basis set dibandingkan dengan hasil yang 

diperoleh dari eksperimental. Secara umum, 

perbedaan kecil yang diketemukan menunjukkan 

bahwa permbandingan jarak interaksi atom pada 

geometri yang telah dioptimasi cukup baik untuk 

digunakan sebagai struktur dasar perhitungan. 

Untuk kasus B3LYP/6-31G(d), yang digunakan 

dalam penelitian ini, memiliki kesamaan geometri 

yang signifikan dengan hasil percobaan, 

setidaknya hingga dua digit desimal dibandingkan 

metode dan basis set lainnya. Meskipun studi dan 

analisis sederhana ini tidak dapat dikatakan 

dengan tepat, hasil dari simulasi ini dapat cukup 

baik untuk menggambarkan fenomena pada 

proses siklisasi yang nantinya akan dikaji. 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 
 

Mekanisme Pertumbuhan HACA 

Model pertumbuhan HACA dimulai dari 

reaksi antara senyawa radikal dengan asetilena. 

Dalam studi ini, skema reaksi disampaikan pada 

Gambar 2. Keberadaan molekul radikal C4H5 dan 

asetilena telah terdeteksi pada nyala api 

pembakaran biomassa dan hidrokarbon cair. 

Reaksi antara kedua molekul ini akan 

menghasilkan n-C6H7 (2) dengan energi aktivasi 

Gibbs (ΔG‡) sebesar 12.8 kkal/mol. Transformasi 

rantai C6H7 dari rantai panjang menjadi molekul 

cincin enam (6-membered ring) dapat dilalui 

dengan energi aktivasi 2,8 kkal/mol. Nilai energi 

aktivasi ini relatif rendah dan produk reaksi c-

C6H7 (3) yang stabil dengan energi reaksi Gibbs 

sebesar -90 kkal/mol. Selain proses pembentukan 

senyawa siklik, molekul 2 dapat beraksi lebih 

lanjut dengan asetilene membentuk molekul 

rantai panjang, n-C8H9 (4). Seperti halnya reaksi 

adisi sebelumnya, proses reaksi 3+C2H2 memiliki 

energi aktivasi (ΔG‡) yang relatif tinggi sebesar 

16 kkal/mol.  

Molekul 4 berpotensi untuk membentuk 

sebuah senyawa siklik tetapi melalui jalur 

penyusunan ulang melewati terbentuknya 

molekul 5 terlebih dahulu. Dalam kasus ini, kami 

hanya akan membahas senyawa dengan geometri 

mirip benzene karena n-C8H9 juga dapat 

membentuk molekul bercincin 5, 7, atau 8.  

Profil energi bebas Gibbs dari rangkaian 

pertumbuhan HACA ditunjukkan dalam Gambar 

3. Untuk mengevaluasi reaksi penutupan cincin, 

penataan ulang geometri adalah hal yang mutlak 

diperlukan, misalnya dari 4 menjadi 5. Berbeda 

dengan penataan ulang secara molekular dari 

molekul-molekul dengan jumlah aton karbon 

rendah, CxHx-1 (x ≤ 6), energi yang diperlukan 

(ΔG‡) jauh lebih tinggi dan setara dengan reaksi 

adisi C2H2, sekitar 8-12 kkal/mol. Penataan ulang 

struktur molekul akan lebih susah bila rantai 

molekulnya semakin panjang. Pada kasus ini, 

pemanjangan rantai akan memiliki 

kecenderungan untuk terjadi karena reaksi 

penataan ulang struktur molekul merupakan 

reaksi reversibel. 

Dalam kenyataannya, molekul C2nH2n-1 

dengan rantai sangat panjang jarang ditemui pada 

produk reaksi proses pembakaran/pirolisis; oleh 

karena itu, mekanisme siklisasi pada molekul 

dengan rantai karbon rendah, misalnya jumlah 

atom karbon enam, merupakan reaksi 

penentu/kritik pada mekanisme pertumbuhan 

Tabel 1. Perbandingan data jarak ikatan atom eksperimental dan simulasi. 
 HF B3LYP PW91 MP2 Eksperimen 

 6-31G(d) 6-311G(2d,p) 6-31G(d) 6-311G(2d,p) 6-31G(d) 6-31G(d) 6-311G(2d,p)  

Asetilen (C2H2) 
       

C-C 1.1855 1.1781 1.2050 1.1944 1.2142 1.2177 1.2095 1.2024 

C-H 1.0567 1.0550 1.0666 1.0630 1.0727 1.0662 1.0643 1.0625 

Ethynyl         

C-C 1.2650 1.2646 1.2263 1.2305 1.2414 1.2428 1.2399 1.2070 

C-H 1.0620 1.0618 1.0700 1.0694 1.0779 1.0718 1.0688 1.0690 

Benzena         

C-C 1.3862 1.3821 1.3966 1.3913 1.4015 1.3966 1.3954 1.3970 

C-H 1.0756 1.0748 1.0870 1.0829 1.0934 1.0870 1.0854 1.0840 

Keterangan: semua nilai dalam unit Angstrom. 

 

 



Antonius Indarto dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 101-106  
                                                                                       

1 

 

 

104 

HACA. Merujuk pada hasil perhitungan model, 

reaksi siklisasi (untuk membentuk senyawa 

radikal phenylvynil 6 dari 5) memiliki 

kemungkinan lebih rendah karena energi aktivasi 

yang sangat besar (ΔG‡) ca. 24,1 kkal/mol (T = 

298 K) atau 30,4 kkal/mol (T = 1.200 K). 

Mekanisme Polyyne 

Reaksi cycloaddition antara polyyne dengan 

asetilena akan cenderung membentuk pusat 

radikal baru pada senyawa yang terbentuk. 

Senyawa ini akan reaktif dan memungkinkan 

membesar membentuk makromolekul dengan 

jumlah gugus siklik yang lebih banyak (seperti 

pyrene dan jelaga). Untuk menguji hipotesis ini, 

model sikloadisi alkynes telah disusun yang 

ditunjukkan dalam Gambar 4. Dalam model ini, 

reaksi butadiena (7) + asetilena akan melalui dua 

jalur, yaitu reaksi “normal” [π4+π2] Diels-Alder 

(dengan produk antara 8) dan jalur lain [π2+π2] 

cycloaddition, melibatkan pembentukan di-

radikal (dengan produk antara 9). Pada kedua 

jalur ini, proses siklisasi akan menghasilkan situs 

elektron radikal yang tidak berpasangan dalam 

bentuk produk o-benzyne (10) dan senyawa 

cincin empat (11) atau (12). Pada kedua tahapan 

reaksi, proses reaksi diawali dengan pembentukan 

ikatan σ tunggal antara dua molekul yang akan 

menjadi parameter penentu reaksi karena 

umumnya membutuhkan energi aktivasi yang 

tinggi. Selanjutnya, jalur [π4+π2] Diels-Alder 

Gambar 3. Profil energi Gibbs pembentukan senyawa cincin 

menurut mekanisme pertumbuhan HACA. 

 

Gambar 4. Mekanisme pembetukan senyawa cincin dari 

mekanisme polyyne dan asetilena. 

 



Antonius Indarto dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 101-106  
                                                                                       

1 

 

 

105 

akan mempertemukan dua elektron yang tidak 

berpasangan (struktur 8), dan menghasilkan o-

benzyne 10, produk closed-shell cincin empat 

(12). Untuk jalur [π2+π2] sikloadisi, reaksi antara 

karbon ujung dari diasetilena yang membawa 

elektron tak berpasangan dan asetilena akan 

menghasilkan 9.  

Gangguan satu pasangan elektron π dari 

ikatan rangkap tiga dalam 9 akan memberi 11, 

dengan proliferasi dua pusat radikal baru. 

Mekanisme ini akan menghasilkan senyawa 

antara yang biasanya memiliki titik radikal lebih 

dari satu dan bertambah pada setiap tahapannya. 

Pertumbuhan atau penambahan pusat-pusat 

radikal pasti akan ditemui pada mekanisme ini 

sehingga mekanisme polyyne sering juga disebut 

sebagai mekanisme proliferasi radikal. 

Jika dibandingkan dengan mekanisme 

Pertumbuhan HACA dimana reaksi adisi (adduct) 

untuk senyawa dengan jumlah karbon rendah 

(dibawah 8 atom karbon) memiliki energi aktivasi 

hanya di kisaran 8-12 kkal/mol, potensi terjadinya 

mekanisme ini akan sangat rendah. Hanya saja, 

proses siklisasi akan menghasilnya senyawa 

siklik, seperti o-benzyne (10) dan 12, yang lebih 

stabil dibandingkan dengan reaktan. Senyawa o-

benzyne (10) memiliki energi yang lebih rendah 

(ΔG = -74 kkal/mol) dibandingkan reaktan. Untuk 

senyawa-senyawa siklik lain yang tidak umum, 

misalnya senyawa cincin empat, juga relatif stabil 

dimana ΔG molekul 12 adalah -17,4 kkal/mol 

dibandingkan reaktan. 

 

 

Gambar 5. Profil energi Gibbs pembentukan senyawa 

cincin menurut mekanisme polyyne jalur (a). 

 

Gambar 6. Profil energi Gibbs pembentukan 

senyawa cincin menurut mekanisme polyyne jalur 

 



Antonius Indarto dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 101-106  
                                                                                       

1 

 

 

106 

KESIMPULAN 
 

Pembentukan senyawa cincin melalui 

mekanisme Pertumbuhan HACA dan mekanisme 

Polyyne telah dievaluasi dengan menggunakan 

perhitungan komputasi molekuler B3LYP/6-

31G(d). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 

mekanisme proses pertumbuhan HACA lebih 

memungkinkan untuk terjadi dibandingkan 

dengan proses berbasiskan polyyne. Hanya saja, 

proses siklisasi rantai lurus akan kompetitif untuk 

jumlah karbon dibawah delapan mengingat proses 

penyusunan ulang molekul akan menjadi lebih 

sulit (ΔG‡ menjadi lebih tinggi) saat rantai karbon 

terlalu panjang. Untuk mekanisme polyyne, 

meskipun produk reaksi yang dihasilkan memiliki 

kestabilan yang baik, proses pembentukan ikatan 

σ memberikan energi aktivasi yang tinggi dengan 

produk antara reaksi yang cenderung endoerjik. 

 

DAFTAR PUSTAKA 
 

Tiwary, A., Williams, I., 2019, Air Pollution: 

Measurement, Modelling and Mitigation, 

CRC Press, Boca Raton, FL.  

Indarto, A., 2009, Soot Growing Mechanism from 

Polyynes: A Review, Environ. Eng. Sci., 

26(5), 251-257. 

North, G. R., Pyle, J., Zhang, F., 2015, 

Encyclopedia of Atmospheric Sciences, 

Academic Press, London. 

Sasongko, D., Arifpin, N. Y., Rasrendra, C. B., 

Indarto, A., 2015, Numerical Simulation of 

Coal Pyrolysis with Tar and Gas Products 

Prediction, Asia-Pac. J. Chem. Eng., 11(2), 

220-228. 

Indarto, A., Giordana, A., Ghigo, G., Tonachini, 

G., 2010, Formation of PAHs And Soot 

Platelets: Multiconfiguration Theoretical 

Study of The Key Step in The Ring Closure–

Radical Breeding Polyyne‐Based 

Mechanism, J. Phys. Org. Chem., 23(5), 

400-410. 

Indarto, A., 2011, Interaction Between Methyl 

and Hydroxyl Radicals: A Theoretical Study, 

Res. Chem. Intermed., 37, 69-77.  

Zhang, H. B., Hou, D., Law, C. K., You, X., 2016, 

Role of Carbon-Addition and Hydrogen-

Migration Reactions in Soot Surface Growth, 

J. Phys. Chem. A, 120(5), 683-689.  

Lou, C., Chen, C., Sun, Y. P., Zhou, H. C., 2010, 

Review of Soot Measurement in 

Hydrocarbon-Air Flames, Sc. China Tech. 

Sci., 53(8), 2129-2141.  

Hayakawa, K., 2018, Polycyclic Aromatic 

Hydrocarbons: Environmental Behavior and 

Toxicity in East Asia, Springer, Singapore. 

Bockhorn, H., 2013, Soot Formation in 

Combustion: Mechanisms and Models, 

Springer Science & Business Media, Berlin. 

Krestinin, A.V., 2000, Detailed Modeling Of Soot 

Formation in Hydrocarbon Pyrolysis, 

Combust. Flame, 121, 513-524.   

Sun, Y. L., Huang, W. J., Lee, S.H., 2015, 

Formation of Polyynes C4H2, C6H2, C8H2, 

And C10H2 From Reactions of C2H, C4H, 

C6H, And C8H Radicals with C2H2, J. Phys. 

Chem. Lett., 6(20), 4117-4122. 

Sun, Y. L., Huang, W. J., Lee, S.H., 2017, 

Formation of C9H2 And C10H2 From 

Reactions C3H + C6H2 And C4H + C6H2, J. 

Phys. Chem. A, 121(51), 9687-9697. 

Li, H., Zhang, L., Tian, Z., Yuan, T., Zhang, K., 

Yang, B., Qi, F., 2009, Investigation of The 

Rich Premixed Laminar Acetylene/ Oxygen/ 

Argon Flame: Comprehensive Flame 

Structure and Special Concerns of Polyynes, 

Proc. Comb. Inst., 32, 1293-1300. 

Law, C. K., 2010, Combustion Physics, 

Cambridge University Press, Cambridge, 

UK. 

Maranzana, A., Giordana, A., Indarto, A., 

Tonachini, G., Barone, V., Causà, M., 

Pavone, M., 2013, Density Functional 

Theory Study Of The Interaction Of Vinyl 

Radical, Ethyne, And Ethene With Benzene, 

Aimed To Define An Affordable 

Computational Level To Investigate Stability 

Trends In Large Van Der Waals Complexes, 

J. Chem. Phys., 139, 244306. 

Santiago, R. M., Indarto, A., 2008, A Density 

Functional Theory Study of Phenyl 

Formation Initiated by Ethynyl Radical 

(C2H•) And Ethyne (C2H2), J. Mol. Model., 

14, 1203-1208. 

Yang, B., Li, Y., Wei, L., Huang, C., Wang, J., 

Tian, Z., Yang, R., Sheng, L., Zhang, Y., Qi, 

F., 2007, An Experimental Study of The 

Premixed Benzene/ Oxygen/ Argon Flame 

with Tunable Synchrotron Photoionization. 

Proc. Comb. Inst., 31, 555–563.  

Li, Y., Huang, C., Wie, L., Yang, B., Wang, J., 

Tian, Z., Zhang, T., Sheng, L., Qi, F., 2007, 

An Experimental Study of Rich Premixed 

Gasoline/O2/Ar Flame with Tunable 

Synchrotron Vacuum Ultraviolet 

Photoionization, Energy Fuel., 21(4), 1931-

1941.