IndoChem


Indo. J. Chem. Res, 2020, 7(2), 151-158     
                                                                              1 

 

151 

 

TINJAUAN KINETIKA KIMIA DAYA HAMBAT MINYAK DAUN CENGKEH 

(Syzygium aromaticum) DAN HASIL MIKROENKAPSULASINYA TERHADAP 

Eschericia coli 
  

Chemical Kinetics Inhibition Clove Leaves Oil (Syzygium aromaticum) and It’s 

Microencapsulat Against Escherichia Coli    
  

Laily Nurliana1*, Desi Kurniawati1, Rustam Musta2, Laode Abdul Kadir1,  

Siti Nurjana2, Fitria Dewi1 

 
1Chemistry Department, Mathematic and Nature Science Faculty, Halu Oleo University, Kendari 
2Chemistry Department, Teacher Training dan Education Faculty, Halu Oleo University, Kendari 

 
*Corresponding author, e-mail: laylinurliana@gmail.com 

 

Received: Sep. 2019 Published: Jan. 2020 

 
ABSTRACT 

 

The secondary metabolite compounds contained in clove leaves oil have the potential to be antibacterial 

Escherichia coli. The kinetic analysis is based on the inhibition zone formed as a result of the inhibition of clove 

leaves oil and the results of microencapsulation on E. coli bacteria. The determination of the inhibition zone uses 

the disk diffusion method by using amoxicillin as a positive control and tween oil as a negative control. The kinetic 

review is intended to find out the antibacterial inhibitory reaction process by determining the reaction order (n), 

rate constant (k) as well as the At-Ao-t relationship of clove leaves oil and the results of its microencapsulation. 

Based on the research results obtained by the reaction order (n) of clove oil as an antibacterial E. coli is n = 0.1913; 

with the rate constant k = 5.7679. The reaction order (n) results of microencapsulation as antibacterial E. coli are 

0.5039; with the rate constant k = 4.7323. The relationship of At-Ao-t for the reaction of clove leaves oil as 

antibacterial E. coli is At = (A0
0,8

− 5t)1,25. The relationship of At-Ao-t for the reaction of clove leaves oil as a 

result of microencapsulation as antibacterial E. coli is (
1

At
0,5 −  

1

Ao
0,5) = 2,35t. The minimum effective 

consentration equal to the positive control inhibition will be obtained if 8.57% for clove oil or a coating of 1: 3481 

for microencapsulated clove oil is used. 

 

Keywords: Kinetics, clove leaves oil, microencapsulation, E. coli. 

 

 
PENDAHULUAN 

 

Cengkeh (Syzygium aromaticum) merupakan 

tumbuhan yang menghasilkan minyak atsiri 

dengan banyak potensi dan telah banyak diteliti 

misalnya potensi antibakteri (Hosaain. Dkk., 

2014), efek antioksidan Gulcin (2012) dan 

antifungi (Eman-Abdeen and El-Diasty, 2015). 

Minyak daun cengkeh dapat diperoleh dengan 

metode destilasi uap, mempunyai komponen 

utama eugenol dengan kadarnya sekitar 74,24% 

dan β-kariofilen 12,79% (Amelia, dkk., 2017). 

Kandungan eugenol yang merupakan metabolit 

sekunder golongan fenilpropanoid tersebut yang 

berpotensi sebagai antibakteri yang dapat 

menghambat pertumbuhan bakteri yaitu bekerja 

dengan meracuni sitoplasma, merusak dan 

menembus dinding serta mengendapkan protein 

sel bakteri (Devi, dkk., 2010) 

Minyak atsiri mempunyai kelemahan antara 

lain mudah teroksidasi dan mudah menguap 

(volatil). Hal tersebut dapat diatasi dengan 

menggunakan metode mikroenkapsulasi 

(Nurliana, dkk., 2016; Risnawati, dkk., 2017). 

Mikroenkapsulasi adalah metode yang umumnya 

digunakan untuk menangani minyak dalam 

bentuk cairan, sehingga perubahan bentuk cairan 

minyak menjadi serbuk akan lebih mudah 

ditangani alam penanganannya (Soliman, dkk., 

2013).  

Penelitian tentang aktifitas antibakteri 

minyak atsiri juga telah banyak dilakukan d 

iantaranya dilaporkan oleh Li, dkk. (2014) 

meninjau aktivitas antibakteri minyak Litsea 

cubeba pada Escherichia coli dengan teknik Toxic 

Food dan melaporkan bahwa MIC dan MBC 

sebesar 0,125% dan melaporkan pula bahwa 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

152 

dengan pendekatan kinetic diperoleh bahwa 

konsentrasi 0,0625% sudah dapat memberikan 

efek yang sama walaupun dengan proses yang 

lebih lama. Cortes-Rojas (2014) melaporkan 

bahwa minyak cengkeh sudah menunjukkan daya 

hambat yang baik pada konsentrasi 1% untuk 

bakteri-bakteri E. coli, Staphylococcus aureus 

dan Bacilus cereus dan akan patogen pada 

konsentrasi 3%. 

Hasil penelitian tersebut menunjukkan 

hubungan antibakteri dengan aktivitasnya. 

Namun demikian belum dilaporkan tinjauan 

kinetikanya, guna melihat proses kerja reaksi 

penghambatan oleh antibakteri dari sudut 

pandang tahapan kinetika kimia. Pengetahuan 

akan orde reaksi (n) tetapan laju (k) serta 

hubungan At-Ao-t sangat baik digunakan untuk 

memahami mekanisme kerja suatu antibakteri. 

Hal ini penting melengkapi pengetahuan tentang 

aktivitas antibakteri secara keseluruhan termasuk 

menentukan konsentrasi minimum yang 

dianjurkan untuk digunakan sebagai antibakteri 

dengan menggunakan metode kinetika kimia. 

Penelitian sebelumnya tentang kinetika telah 

dilakukan penentuan konsentrasi minimum 

efektif minyak daun cengkeh pada penghambatan 

jamur Candida albicans yaitu sebesar 17,6% 

(Musta dan Nurliana, 2019).  Berdasarkan latar 

belakang tersebut maka dalam penelitian ini 

ditinjau metode kinetika kimia untuk penentuan 

konsentrasi minimum minyak daun cengkeh yang 

efektif untuk antibakteri E. coli yang dilengkapi 

dengan penentuan orde reaksi (n) tetapan laju (k) 

serta hubungan At-Ao-t pada tahap-tahap 

mekanisme kerja antibakteri tersebut. 

 

METODOLOGI 
 

Alat 

Alat yang digunakan dalam penelitian ini 

adalah inkubator, neraca analitik (Acis), autoklaf 

(Wisecclave), waterbath (HWS24), lemari 

pendingin (SHARP), pipet mikro (DRAGON 

ONEMED),  laminar air flow cabinet, shaker 

incubator (Ratex), lampu UV, hot plate, mistar, 

spidol, tabung eppendorf, kawat ose, cawan petri 

(Pyrex), gelas ukur (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), 

erlenmeyer (Pyrex), corong (Pyrex), corong pisa 

(Pyrex), spatula, vortex, pipet ukur, oven, pipet 

tetes, botol vial, kertas label dan kapas steril. 

  

Bahan 

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 

adalah minyak daun cengkeh dan hasil 

mikroenkapsulasi minyak daun cengkeh dari 

penelitian sebelumnya (Nurliana, dkk., 2019), 

Escherichia coli ATCC 35219, amoxicillin, 

pepton 2%, agar 4%, NaCI 1%, minyak tween,  

dan akuades. 

 

Prosedur Kerja 

Sterilisasi alat dan bahan 

Seluruh alat dicuci bersih dan dikeringkan. 

Botol vial, tabung reaksi, Erlenmeyer, cawan petri 

dibungkus dengan kertas. Kemudian semuanya 

disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121ᵒC 

selama 15 menit. Pengerjaan aseptis dilakukan di 

dalam laminar air flow yang sebelumnya telah 

dibersihkan dengan larutan alkohol 70% lalu 

disterilkan dengan lampu UV yang dinyalakan 

selama kurang lebih 1 jam sebelum digunakan 

dalam proses antibakteri (Nurliana, 2016). 

 

Peremajaan Mikroorganisme 

Bakteri E. coli diremajakan dengan 

mentransfer 1 atau 2 ose dari bakteri, kemudian 

dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 

10 mL media cair steril (2% pepton, 1,5% yet 

ekstrak dan 4% NaCl) dan diinkubasi selama 24 

jam (Sultana, 2015). 

 

Uji Aktivitas 

Media NA sebanyak 20 mL, kemudian 

dimasukkan dalam efendorf 50 mL dan 

ditambahkan 10 µL inokulum bakteri E. coli dan 

dihomogenkan. Setelah homogen dituang dalam 

cawan petri dengan gerakan melingkar sampai 

media merapat pada permukaan cawan petri, 

kemudian didiamkan beberapa menit sampai 

padat. Kemudian ditempatkan kertas cakram 

(berdiameter 0,5 cm) yang telah direndam dalam 

larutan uji minyak daun cengkeh (100%, 75%, 

50%, 25% dan larutan standar) pada permukaan 

media padat. Setelah itu cawan petri ditutup rapat 

dan dibungkus dengan plastik wrap. Kemudian 

diinkubasi selama 1 x 24 jam di suhu ruang dan 

diukur zona hambat yang terbentuk (Kumar, dkk., 

2014). Perlakuan yang sama untuk uji aktivitas 

pada sampel mikrokapsul minyak daun cengkeh 

(Nurliana, dkk., 2019). 

 

Kinetika Penentuan Konsentrasi Minyak 

Atsiri Cengkeh yang Efektif untuk Antibakteri 

E. coli 

 

Dybkov (2013) menyatakan bahwa 

persamaan laju dapat dinyatakan: 

 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

153 

r=k[A]n  ……………………………... (1) 

 

Dengan : r = Laju reaksi, k = Konstanta laju 

reaksi, [A] = Konsentrasi zat, n = Orde reaksi. 

Laju reaksi (r) dapat dipandang sebagai 

bertambahnya hasil reaksi atau berkurangnya 

reaktan setiap satuan waktu (Petrucci 1992). 

Disisi lain, reaksi suatu antibakteri terhadap 

bakteri uji tertentu dapat lihat dari zona 

hambatnya. Mawan dkk. (2018) menyatakan 

bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin 

luas zona hambat yang terbentuk. Senada dengan 

itu, Uddhav and Sivagurunathan (2016) 

menyatakan bahwa diameter zona hambat 

berbanding langsung dengan kepekatan isolat. 

(Saeed, dkk., 2013) melaporkan bahwa dapat 

dibuktikan diameter zona bening meningkat 

secara signifikan sebagai akibat peningkatan 

konsentrasi ekstrak. Hal ini mengindikasikan 

bahwa zona bening yang terbentuk merupakan 

fungsi konsentrasi. Oleh karena itu, laju laju 

reaksi dapat dipelajari dari laju pembentukan zona 

beningnya. Besarnya laju pembentukan zona 

bening secara rata-rata dapat ditentukan dengan: 

 

rzb =
Dzb

t
= k[A]n …………………... (2) 

 

Dengan : rzb = laju pembentukan zona bening, Dzb 

= diameter zona bening, t = masa inkubasi. Waktu 

(t) dalam penelitian ini sama untuk setiap variasi 

konsentrasi uji karena merupakan masa inkubasi 

maka laju pembentuan zona bening sebenarnya 

hanya semata-mata ditentukan oleh variasi 

konsentrasi dan untuk keperluan analisis 

penentuan orde dan konstanta laju menggunakan 

metode ini, variable waktu merupakan variabel 

konstan, sehingga: 

 

rzb≈Dzb=k[A]
n .……………………….. (3) 

 

Dengan demikian akan berlaku: 

Dzb = k [A]
n. 

 

Keterangan : 
Dzb = Diameter zona bening 

k  = Konstanta laju  

[A] = Kosentrasi 

n  = Orde reaksi.  

 

Dengan menghitung nilai ln-nya maka akan 

diperoleh bentuk persamaan: ln Dzb = ln k + n ln 

[A]  suatu bentuk persamaan regresi linear yang 

bentuk umumnya: y = a+bx  hal ini berarti bahwa 

jika dibuat plot hubungan ln [A] terhadap ln Dzb 

maka akan diperoleh: 

a (intersep) = ln k, yang berarti bahwa k = ea  

dimana b (slope) = n = orde. Berdasarkan orde 

reaksi (n) dan tetapan laju (k) yang telah diketahui 

akan ditentukan hubungan At-Ao-t setelah 

menyelesaikan persamaan dengan bentuk umum: 

−
∂A

∂t
= kAn 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

Hasil Uji Aktifitas Antibakteri 

Aktivitas antibakteri minyak daun cengkeh 

menggunakan metode difusi cakram steril. 

Pengujian menggunakan amoxilin sebagai kontrol 

positif dan minyak tween sebagai kontrol negatif. 

Penggunaan amoxilin sebagai kontrol positif 

dikarenakan amoxilin adalah antibakteri yang 

sangat baik digunakan untuk mengobati berbagai 

macam infeksi bakteri (Kaur, dkk., 2011). Minyak 

tween sebagai kontrol negatif berperan sebagai 

emulgator antara minyak daun cengkeh dan media 

Nutrien Agar (NA). Minyak Tween adalah suatu 

pengemulsi agar air dan minyak menjadi 

homogen. Tween 80 merupakan ester asam lemak 

polioksietilen sorbitan, dengan nama kimia 

polioksietilen 80 sorbitan monooleat (C64H124O26) 

(Prijatmoko, dkk., 2018).  

Hasil analisis uji aktivitas antibakteri minyak 

daun cengkeh dalam menghambat pertumbuhan 

bakteri E. coli dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 

menunjukkan bahwa tiap variasi konsentrasi 

minyak daun cengkeh berbeda-beda nilai zona 

bening yang diperoleh tergantung pada 

konsentrasi masing-masing. Data tersebut 

menunjukkan bahwa diameter ditiap-tiap 

konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% yaitu 

secara berturut-turut 11,2; 11,4; 12,3 dan 15,2 

mm. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan 

bahwa semakin besar konsentrasi minyak daun 

cengkeh maka makin besar pula nilai zona bening 

yang diperoleh. Kumar (2014) menjelaskan 

bahwa kriteria kekuatan daya hambat antibakteri 

dapat dibedakan berdasarkan parameter sebagai 

berikut: diameter zona hambat <7mm 

dikategorikan tidak ada aktivitas antibakteri, zona 

hambat 7-12 mm dikategorikan sedang, dan zona 

hambat >12 mm dikategorikan kuat. Berdasarkan 

hasil penelitian konsentrasi minyak daun cengkeh 

tergolong ke dalam zona hambat sedang pada 

konsentrasi 25% dan 50% dan pada konsentrasi 

75%, dan 100% tergolong kategori kuat.  

 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

154 

 

Tabel 1. Hasil uji aktivitas antibakteri minyak 

daun cengkeh  

Sampel Zone bening 

(mm) 

100% 15,2 ± 0,7 

75% 12,3 ± 0,3 

50% 11,4 ± 0,2 

25% 11,2 ± 0,2 

(-) control 0,0 ± 0,0 

(+) control 8,7 ± 0,6 

 

Tabel 2. Hasil uji aktivitas antibakteri 

mikrokapsul minyak daun cengkeh (Nurliana, 

dkk., 2019)  

Sampel Zona bening 

(mm) 

minyak : maltodekstrin : 

1:4 

9.9 

minyak: maltodekstrin : 

1:6 

11.3 

minyak : maltodekstrin 

:1:8 

12.9 

minyak: maltodekstrin 

:1:10 

14.8 

minyak : maltodekstrin 

:1:12 

17.5 

(-) control 0,0 

(+) control 15,2 

 

Adapun hasil uji aktivitas antibakteri pada 

mikrokapsul minyak daun cengkeh (Tabel 2.) 

merujuk pada Nurliana (2019). Terlihat bahwa 

pada perbandingan minyak : maltodektrin 1:4 dan 

1:6 diperoleh daya hambat dengan aktifitas 

sedang. Sementara itu, untuk perbanding 1:8; 1:10 

dan 1: 12 termasuk dalam kategori kuat (Nurliana, 

2019). Bahan yang dimikrokapsul merupakan 

minyak murni atau 100%. 

Kandungan senyawa metabolit sekunder 

pada minyak daun cengkeh seperti eugenol yang 

termasuk golongan fenilpropanoid dan β-

karyofilen yang termasuk golongan seskuiterpen, 

diduga mempunyai potensi untuk memberikan 

efek toksik pada sel bakteri. Sifat hidrofobik 

senyawa eugenol membuatnya lebih mudah untuk 

memasuki bagian lipopolisakarida dari membran 

sel bakteri, terutama bakteri gram negatif dan 

mengubah struktur dinding sel, menyebabkan 

kebocoran pada bagian intraseluler sel bakteri dan 

menyebabkan kematian (Devi, dkk., 2010 and Xu, 

dkk., 2016). 

 

Kinetika Minyak daun cengkeh (Syzigium 

Aromaticum) dan Hasil Mikroenkapsulasinya 

sebagai Antibakteri E. coli 

Analisis kinetika kimia minyak daun 

cengkeh sebagai antibakteri E. coli ditentukan 

dengan menggunakan persaamaan regresi linear 

yang diturunkan dari persamaan kinetika kimia. 

Analisis mengunakan regresi linear tersebut 

menghasilkan grafik sebagai mana ditunjukkan 

pada Gambar 1. Gambar 1. memperlihatkan 

persamaan regresi dengan bentuk y= 

0,1913x+1,7523. Persamaan regresi ini 

memperlihatkan bahwa orde reaksi (n) minyak 

minyak daun cengkeh terhadap bakteri E. coli 

adalah 0,1913 dengan tetapan laju e1,7523 = 5,7679, 

yang juga berlaku untuk masa inkubasi 

pengukuran zona bening dalam penelitian ini 

yakni 24 jam. Orde reaksi sebesar 0,1913 

memperlihatkan nilai orde yang berada diantara 

nilai 0 dan 1. Triyono, dkk. (1998) menyatakan 

bahwa jika reaksi berorde nol maka laju tidak 

ditentukan oleh reaktannya, sementara itu Dogra 

(1990) menyatakan bahwa bila reaksi berorde satu 

maka laju reaksi berbanding lurus dengan 

konsentrasinya.  

 

 

Gambar 1. Plot ln [A] vs ln zona bening 

 

Hal ini berarti bahwa ada pengaruh 

konsentrasi minyak minyak daun cengkeh 

terhadap zona bening yang terbentuk namun tidak 

terlalu besar. Nilai k = 5,7679 menunjukkan 

pengaruh tetapan laju yang besar terhadap zona 

bening yang terbentuk. Dogra and Dogra (1990) 

menyatakan bahwa tetapan laju merupakan laju 

reaksi bila konsentrasi adalah 1. Hal ini dapat 

diartikan 5.7679 mm merupakan zona bening 

yang akan terbentuk bila konsentrasi minyak daun 

cengkeh adalah 1%.  

 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

155 

Persamaan regresi yang diperoleh 

memperlihatkan nilai r2 = 0,6734 yang berarti 

bahwa korelasi dua variable yang tentukan 

memiliki hubungan dalam kategori kuat 

(Sudijono., 2015). 

 

 

Gambar 2. Plot ln [A] vs ln zona bening 

 

Hasil perhitungan yang diperoleh dari 

persamaan regresi kemudian dapat dituliskan 

dalam bentuk persamaan: 

 

Zb = 5,7679[C]0.1913  

 

Hubungan At-Ao-t dapat ditentukan setelah k dan 

n diketahui sebagai berikut: 

 

−
∂A

∂t
= kAn 

−
∂A

An
= k. ∂t 

−  ∫
∂A

A0,1913
=  ∫ k. ∂t 

-∫
1

A0,1913
 ∂A =  ∫ k. ∂t 

− ∫ A−0,1913  ∂A =  k. t 

−(
1

−0,1913 + 1
A−0,1913+1 ∫ )  = kt

At

A0

 

−(
1

0,8087
A0,8087 ∫ )  = kt

At

A0

 

−(
1

0,8087
At

0,8087
−  

1

0,8087
A0

0,8087
 ) = kt 

1

0,8087
A0

0,8087
−  

1

0,8087
At

0,8087
 = kt 

1

0,8087 
( A0

0,8087
− At

0,8087
) = kt 

A0
0,8087

− At
0,8087

= 0,8087kt 

A0
0,8087

− At
0,8087

= 0,8087x5,7679t. 

A0
0,8087

− At
0,8087

= 4,6644t 

At
0,8087

= A0
0,8087

− 4,6644t 
 

Jika 0,8087 ≈ 0,8 dan 4,6644 ≈ 5 maka dapat 

diperoleh hubungan yang lebih sederhana: 

 

At
0,8

= A0
0,8

− 5t 

At = (A0
0,8

− 5t)1,25  
 

Adapun analisis kinetika kimia minyak daun 

cengkeh hasil mikroenkapsulasi sebagai 

antibakteri E. coli juga ditentukan dengan 

menggunakan persamaan regresi linear yang 

sama dengan menganggap [A] adalah 

perbandingan penyalut yang digunakan dan 

hasilnya ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2. 

memperlihatkan persamaan regresi dengan 

bentuk y = 0,5037x+1,5544 dengan r2=0,9591. 

Persamaan regresi ini memperlihatkan bahwa 

orde reaksi (n) minyak minyak daun cengkeh 

terhadap bakteri E. coli adalah 0,5037 dengan 

tetapan laju e1,5544 = 4,7323 yang juga berlaku 

untuk masa inkubasi pengukuran zona bening 

dalam penelitian ini yakni 24 jam.  

Orde reaksi sebesar 0,5037 memperlihatkan 

besarnya pengaruh konsentrasi terhadap zona 

bening yang terbentuk, yang dapat diartikan 

bahwa setiap peningkatan bahan penyalut 1 

satuan akan meningkatkan zona bening sebesar 

bilangan pangkat 0,5037. Triyono, dkk. (1998) 

menyatakan bahwa orde reaksi dapat dipandang 

sebagai komponen aktif secara kinetika yang 

besarnya dapat berupa bilangan bulangan tetapi 

dapat pula berupa pecahan bahkan dapat pula 

bernilai negatif. Adapun nilai k = 4,7323 

memperlihatkan pengaruh tetapan laju terhadap 

zona bening yang terbentuk. Dogra and Dogra 

(1990) menyatakan bahwa tetapan laju 

merupakan laju reaksi bila konsentrasi adalah 1. 

Hal ini dapat diartikan bahwa 4,7323 merupakan 

zona bening yang akan terbentuk bila konsentrasi 

perbandingan penyalut yang digunakan adalah 

1:1. Persamaan regresi yang diperoleh 

memperlihatkan nilai r2 = 0,9591 yang berarti 

bahwa korelasi dua variable yang tentukan 

memiliki hubungan dalam kategori sangat kuat 

(Sudijono, 2015). 

Hasil perhitungan yang diperoleh dari 

persamaan regresi kemudian dapat dituliskan 

dalam bentuk persamaan: 

 

Zb = 4,7323[C]0,5037 

 

Hubungan At-Ao-t dapat ditentukan setelah k 

dan n diketahui sebagai berikut: 

 

−
∂A

∂t
= kAn 

−
∂A

An
= k. ∂t 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

156 

−  ∫
∂A

A0,5037
=  ∫ k. ∂t 

-∫
1

A0,5037
 ∂A =  ∫ k. ∂t 

− ∫ A−0,5037 ∂A =  k. t 

−(
1

−0,5037 + 1
A−0,5037+1 ∫ )  = kt

At

A0

 

(
1

0,4963
A0,4963 ∫ )  = kt

At

A0

 

(
1

0,4963𝐴𝑡
0,4963 −  

1

0,4963𝐴𝑜
0,4963) = kt 

1

0,4963
(

1

𝐴𝑡
0,4963 −  

1

𝐴𝑜
0,4963) = kt 

(
1

𝐴𝑡
0,0,4963 −  

1

𝐴𝑜
0,0,4963 = 0,4963kt 

(
1

𝐴𝑡
0,4963 −  

1

𝐴𝑜
0,4963 = 0,4963x4,7323t 

(
1

𝐴𝑡
0,4963 −  

1

𝐴𝑜
0,4963) = 2,3486t 

 

Jika 0,4963 ≈ 0,5 dan 2,3486 ≈ 2,35 maka dapat 

diperoleh hubungan yang lebih sederhana: 

 

(
1

𝐴𝑡
0,5

−  
1

𝐴𝑜
0,5

) = 2,35t 

 

Hasil analisis dalam penentuan orde reaksi 

dan tetapan laju untuk minyak daun cengkeh cair 

dan hasil mikroenkapsulasinya terhadap zona 

bening yang terbentuk menunjukkan perbedaan 

berturut-turut n = 0,1913; k = 5,7679 dan n = 

0,5037; k =4,7323. Hasil ini memperlihatkan nilai 

yang berbeda dimana pada minyak daun cengkeh 

hasil mikroenkapsulasi reaksinya berorde (n) = 

0,5037 memiliki orde yang lebih besar 

dibanidngkan dengan minyak daun cengkeh 

dengan orde reaksi yang hanya sebesar (n) = 

0,1913. Namun demikian untuk minyak cengkeh 

tetapan laju reaksi (k) = 5,7679 lebih besar dari 

minyak daun cengkeh hasil mikroenkapsulasi 

dengan tetapan lajunya k = 4,7323. Perbedaan ini 

dapat dijelaskan dengan melihat bahwa tetapan 

laju (k) dipengaruhi oleh temperatur dan energi 

aktivasi (Triyono, dkk., 1998). Bila dua reaksi 

dilakukan pada temperatur yang sama maka 

perbedaan nilai k ditentukan oleh energi aktivasi. 

Menurut Sukardjo (2013) agar terjadi reaksi maka 

molekul-molekul harus saling bertumbukan dan 

mempunyai tenaga hingga molekul-molekul 

menjadi aktif. Keenan, dkk. (1996) menyatakan 

selama reaksi terjadi, molekul-molekul harus 

bertabrakan. Hal ini dapat menjelaskan perbedaan 

nilai k pada dua antibakteri yang digunakan yakni 

minyak daun engkeh dan hasil 

mikroenkapsulasinya. 

Pada minyak daun cengkeh k = 5,7679, lebih 

rendah dibandingkan dengan hasil 

mikroenkapsulasi yakni k = 4,7323; yang 

menunjukkan bahwa pada minyak daun cengkeh 

murni dimana hanya terjadi interaksi partikel 

minyak daun cengkeh dan bakteri E. coli terjadi 

interaksinya lebih lebih cepat, sementara itu pada 

hasil mikroenkapsulasi terjadi interaksi selain 

partikel minyak daun cengkeh dengan bakteri E. 

coli juga ada partikel maltodekstrin sebagai 

penyalut yang juga berinteraksi dengan minyak 

daun cengkeh maupun bakteri E. coli, hal ini 

menyebabkan interaksi menjadi lebih lambat.  

Adapun orde reaksi menunjukkan bahwa 

untuk antibakteri menggunakan minyak daun 

cengkeh dengan (n) = 0,1913 lebih kecil dari pada 

hasil mikroenkapsulasi dengan (n) =0,5039. 

Keenan, dkk. (1996) menyatakan bahwa orde 

reaksi adalah harga eksponen reaktan. Dengan 

demikian kedua nilai orde yang diperoleh tersebut 

menunjukkan nilai pangkat dari minyak daun 

cengkeh dan hasil mikroenkapsulasi dalam 

mempengaruhi zona bening yang terbentuk. 

Perbedaan orde dapat dijelaskan dengan 

memperhatikan bahwa minyak daun cengkeh 

akan langsung berinteraksi dengan bakteri E. coli 

sehingga penambahan minyak tidak akan 

memberikan efek besar terhadap interaksi yang 

sudah terjadi untuk pembentukan zona bening. 

Sementara itu adanya penyalut pada hasil 

mikroenkapsulasi, menyebabkan interaksi 

minyak daun cengkeh terhadap pembentukan 

zona bening yang sebenarnya dibutuhkan menjadi 

kecil dan karenanya penambahan sedikit partikel 

minyak akan sangat mempengaruhi interaksi 

dengan bakteri E. coli. Namun demikian secara 

keseluruhan, zona bening yang terbentuk sebagai 

akibat pengaruh simultan tetapan laju (k) dan 

konsentrasi [A] kedua perlakuan memberikan 

zona bening yang diameternya berkisar antara 9-

18 mm.  

Konsentrasi minimum minyak cengkeh yang 

efektif sebagai anti bakteri E. coli dapat dihitung: 

8,7 = 5,7679 [A] 0,1913 

 

[A] 
 0,1913 = 8,7/5,7679 

[A]  = (1,5083)(1/0,1913) 

[A]min  = 8,57 

 

Adapun perbandingan penyalut minimum 

yang efektif sebagai anti bakteri E. coli dapat 

dihitung: 

 

8,7 = 4,7323 [A] 0,5039 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

157 

[A] 
0,5039 = 8,7/4,7323 

[A]  = (1, 8384)(1/0,5039) 

[A]min  = 3,3481 

 

Dengan demikian maka dapat diketahui 

bahwa agar diperoleh daya hambat yang sama 

dengan kontrol positif maka harus digunakan 

konsentrasi sebesar 8,57% untuk minyak cengkeh 

atau digunakan penyalut dengan komposisi 

1:3481 untuk minyak cengkeh yang 

dimikroenkapsulasi. 

 

KESIMPULAN 
 

Berdasarkan hasil peneitian dapat 

disimpulkan bahwa orde reaksi (n) minyak daun 

cengkeh sebagai antibakteri E. coli adalah n = 

0,1913; dengan tetapan laju k = 5,7679. Adapun 

orde reaksi (n) hasil mikroenkapsulasi sebagai 

antibakteri E. coli adalah 0,5039; dengan tetapan 

laju k =4,7323. Hubungan At-Ao-t untuk reaksi 

minyak daun cengkeh sebagai antibakteri E. coli 

adalah At = (A0
0,8

− 5t)1,25. Adapun untuk 
reaksi minyak daun cengkeh hasil 

mikroenkapsulasi adalah (
1

𝐴𝑡
0,5 −  

1

𝐴𝑜
0,5) = 2,35t. 

Konsentrasi minyak cengkeh sebesar 8,57% dan 

perbandingan minyak cengkeh terhadap 

maltodektrin sebesar 1:3481 merupakan 

konsentrasi minyak cengkeh minimum dan 

perbandingan penyalut minimum agar diperoleh 

daya hambat yang sama dengan kontrol positif. 

 

UCAPAN TERIMAKASIH 
 

Penulis mengucapkan terimakasih kepada 

pihak LPPM UHO yang telah memberikan 

bantuan dana pada skim Penelitian Dosen Pemula 

Internal UHO. 

 

DAFTAR PUSTAKA 
 

Mawan A. R., Indriwati S.E, Suhadi, 2018, 

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Buah 

Syzygium polyanthum terhadap 

Pertumbuhan Bakteri Escherchia coli, 

Bioeksperimen, 4(1), 64-68. 

Amelia, B., Saepudin, E., Cahyana, A.H., 

Rahayu, D.U., Sulistyoningrum, A.S., Haib, 

J., 2017, GC-MS Analysis of Clove 

(Syzygium aromaticum) Bud Essential Oil 

from Java and Manado, ISCPMS, 1862, 

030082-1-030082-9. 

Cortes-Rojas, D.F., Fernandes, C.R. deS., 

Oliveira, W.P., 2014, Clove (Syzygium 

aromaticum): A Preciuos Spice, Asian Pac. 

J. Trop. Biomed, 4(2), 90-96. 

Devi, K.P., Nisha, S.A., Sakhtivel, R., Pandian 

S.K., 2010, Eugenol (An Essential Oil of 

Clove) Acts as An Antibacterial Agent 

Against Salmonella Typhi By Distrupting 

The Cellular Membrane, J. 

Ethnopharmacol, 130, 107-15. 

Dogra, S.K., Dogra, S., 1990, Kimia Fisik dan 

Soal-soal, UI Press, Jakarta 

Dybkov, V.I., 2013, Chemical Kinetics, IPMS 

Publications, Kyiv, Ukraine 

Eman-Abdeen, E., and El-Diasty, E.M., 2015, 

Antifungal Activity of Clove Oil on 

Dermatophytes and Other Fungi, Int. J. Adv. 

Res, 12, 1299-1305. 

Gulcin, I., Elmastas, M., Alboun-Enein, H.Y., 

2012, Antioxidant Activity of Clove Oil–A 

Powerful Antioxidant Source, Arabian J. 

Chemistry, 5, 489-499. 

Hossain, M.A., Al-Harbi, S.R., Weli, A.M., Al-

Riyami, Q., Al-Sabahi, J.N., 2014, 

Comparison of Chemical Constituents and 

Antimicrobial Activities of Three Essential 

Oils from Three Different Brands Clove 

Samples Collected from Gulf Region, Asian 

Pac J Trop Dis, 4(4), 262-268. 

Kaur, S.P., Rao, R., Nanda, S., 2011, 

Amoxicillin: A Broad-Spectrum Antibiotic. 

Int. J. Pharm. Sci., 3(3), 30-37 

Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H., 

1996, Kimia untuk Universitas, ed. ke-6 jilid 

1 alih bahasa Pudjaatmaka, A.H., Erlangga, 

Jakarta 

Kumar, Y., Agarwal, S., Srivastava, A., Kumar, 

S., Agarwal, G., Khan, M.Z.A., 2014, 

Antibacterial Activity of Clove (Syzygium 

aromaticum) and garlic (Allium sativum) on 

Different Pathogenic Bacteria, Int. J. Pure 

App Biosci., 2(3), 305-311. 

Li, W-R., Shi, Q-S., Liang, Q., Xie, X-B., Huang, 

X-M., Chen, Y-B., 2014, Antibacterial 

Activity and Kinetics of Litsea cubeba Oil 

on Escherichia coli, Plos One, 9(11), 1-6  

Musta, R., dan Nurliana, L., 2019, Studi Kinetika 

Efektifitas Minyak Daun Cengkeh 

(Syzygium aromaticum) sebagai Antijamur 

Candida albicans, Indo. J. Chem. Res., 6(2), 

107-111. 

Nurliana, L., Kurniawati, D., Kadir, L.A., Dewi, 

F., Musta, R., Nurjannah, 2019, The 

Effectiveness of Maltodextrin as An 

Adhesive in Microencapsulation of Clove 

Leaf Oil (Syzygium aromaticum) For 



Laily Nurliana dkk. / Indo. J. Chem. Res., 2020, 7(2), 151-158  
                                                                                        

1 

 

 

158 

Antibacterial Applications, Submit IOP 

Proceeding. 2nd ITAPS. 

Nurliana, L., Musta, R., Rudi, L., 2016, 

Microencapsulation of Essential Oil from 

Rogo Plant (Premna serratifolia L.) as 

antibactery Escherichia coli, Inter.J. Eng. 

Sci. & Res. Tech, 7(8), 314-323.  

Petrucci, R.H., 1992, Kimia Dasar Prinsip dan 

Terapan Modern. Alih bahasa: Suminar A. 

Edisi Ke-Empat, Jilid 2, Erlangga, Jakarta 

Prijatmoko, D., Syafira, N.L., Lestari P.E., 2018, 

Antibacterial Activity of Essential Oil 

Extracts from Curcuma xanthorrhiza roxb. 

Rhizomes Against Bacteria Causing Pulp 

Necrosis, J. Dentomaxilloficial Sci. 3(3), 

144-148. 

Risnawati, Nurliana L., Kurniawati D., 2017, 

Mikroenkapsulasi Minyak Atsiri dari 

Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) 

sebagai antijamur Candida albicans, Indo. 

J. Chem. Res. 4(2), 386-393. 

Saeed M, Nadeem M, Khan M.R, Shabbir M.A, 

Shehzad A, Amir R.M., 2013, 

Antimicrobial Actifity of Syzygium 

aromaticum Extracts Against Food 

Spoilage Bacterial. African J. Microbiology 

Research, 7(41), 4848-4856. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Soliman EA, El-Moghazy AY, El-din MSM and 

Massoud MA., 2013, Microencapsulation of 

Essential Oils Within Alginate: Formulation 

and In Vitro Evaluation of Antifungal 

Activity, J. Encapsulation and Adsorption 

Sciences, 3(1), 48-55. 

Sudijono, A., 2015, Pengantar Statistik 

Pendidikan, Rajagrafindo Persada. Jakarta. 

Sukardjo, 2013, Kimia Fisik, Rineka Cipta. 

Jakarta. 

Sultana S, Shahidullah A.S.M, Islam M.dM., 

Wasey A.F.S.A. Nahar S., 2015, 

Antibacterial effect of Aqueous Neem 

(Azadirachta indica) leaf extract, crude 

neem leaf paste, and Ceftriaxone against 

Staphylococcus aureus, Escherichia coli 

and Pseudomonas aeruginosa, Malays. J. 

Med.Bio.Res, 2(2), 89-100. 

Triyono, Bambang S., Iqmal T., 1998, Buku Ajar 

Kinetika Kimia. Jurusan Kimia FMIPA 

UGM. Yogyakarta 

Uddhav, Sivagurunathan, 2016, Antibiotic 

Susceptibility Testing: A Review on 

Current Practices, Int. J. Pharm. 6(3), 11-

17. 

Xu J-G, Liu T, Hu Q-P., Cao X-M, 2016, 

Chemical Composition, Antibacterial 

Properties and Mechanism of Action of 

Essential Oil Clove Bud against 

Staphylococcus aureus, Molecules 21:1194