1 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) EVALUASI PROGRAM DESA MANDIRI INFORMASI BERBASIS APLIKASI ANDROID SISTEM INFORMASI DESA (SIFORDES) Suranto Aw suranto@uny.ac.id Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Yogyakarta Abstract This study aims at investigating the effectiveness of using android application-based village Information System (abbreviated as “Sifordes”) implemented in information autonomy village program in Umbulmartani Village, Ngemplak District, Sleman Regency, Yogyakarta Special Province. This research is an evaluation research which employs a qualitative method. The evaluation in this research uses the CIPP model. Informants in this study include two village officials, three administrators of village institution, and two community members. The data were analyzed using interactive analysis techniques. The results are: (1) The context which consists of objectives, needs, and policies within the information autonomy program belongs to a good category; (2) Program inputs include the readiness of human resources; facilities and infrastructure; and content of information which support the implementation of village information autonomy program; (3) The process of implementing information autonomy program run based on the plan; and (4) The product of this program is the improvement of services that help ease the public access information. Abstrak Studi evaluasi ini bertujuan untuk mengungkap keefektifan penggunaan aplikasi Sistem Informasi Desa (“Sifordes”) berbasis android dalam program desa mandiri informasi di Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Evaluasi ini menggunakan model CIPP. Informan dalam penelitian ini adalah dua orang perangkat desa, tiga orang pengurus lembaga desa, dan dua orang warga masyarakat. Analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Hasil penelitian mengungkap: (1) Konteks yang terdiri atas tujuan, kebutuhan, dan kebijakan dalam program mandiri informasi berada dalam kategori baik; (2) Input program berupa kesiapan SDM, sarana dan prasarana, dan konten informasi mendukung dalam mengimplementasikan program desa mandiri informasi; (3) Proses pelaksanaan program desa mandiri informasi berjalan sesuai rencana; dan (4) Produk program ini adalah terjadinya peningkatan pelayanan yang memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi. Keywords: Evaluation, Information Autonomy Village, Android Application of “Sifordes”. INFORMASI: Kajian Ilmu Komunikasi - ISSN (p) 0126-0650; ISSN (e) 2502-3837 Vol. 48, No. 1 (2018), pp.1-13. doi: http://dx.doi.org/10.21831/informasi.v48i1.20073 2 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 48. Nomor 1. Juni 2018 PENDAHULUAN Arus globalisasi yang disertai perkembangan teknologi telah mengantarkan dunia untuk memasuki era revolusi industri 4.0 dengan fenomena disruptive innovation. Era baru ini ditandai dengan berkembangnya pola komunikasi digital dan menempatkan informasi sebagai salah satu kebutuhan primer, baik dalam kehidupan pribadi maupun organisasi. Saat ini peran informasi menjadi sangat penting, baik untuk kepentingan pemerintahan, perekonomian, sosial budaya, maupun pendidikan. Supriyanto (2008:13) menyebut pengelolaan informasi makin banyak digunakan untuk meningkatkan kinerja, baik secara finansial maupun jaringan. Pendapat lain dikemukakan Gaol (2008:7) bahwa Informasi merupakan asset dan komoditas yang sangat penting bagi bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh organisasi. Menyikapi pentingnya peran informasi, diperlukan perubahan pola pikir yang semula menempatkan prasarana informasi dan komunikasi hanya sebagai pelengkap dan pendorong, harus diubah sesuai dengan kondisi global yang menuntut Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menjadi motor penggerak pembangunan. Hal ini sesuai dengan amanah konstitusi akan pentingnya keterbukaan informasi. Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 28 F menyatakan, “Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Pasal 1 ayat (2) bahwa “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/ atau diterima oleh suatu Badan Publik”. Dalam Pasal 2 ayat (1) disebutkan, ”Setiap informasi publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik”. Kecepatan dan ketepatan informasi publik diatur dalam Pasal 2 ayat (3) “Setiap informasi publik harus dapat diperoleh dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana”. Dalam kaitan keterbukaan informasi, Jurgen Habermas membayangkan adanya situasi ruang publik yang terbuka, pola komunikasi dilakukan dalam wilayah sosial yang bebas dari sensor dan dominasi (F. Budi Hardiman, 2009: 128-129). Kondisi faktual menunjukkan dewasa ini distribusi kepemilikan media komunikasi (terutama media sosial berbasis teknologi seluler atau smartphone) sudah menjangkau ke desa-desa. Desa Umbulmartani adalah salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman Provinsi DIY. Pemerintah Desa Umbulmartani pada tahun 2017 memprogramkan peningkatan layanan informasi berbasis aplikasi android. Penerapan aplikasi android Sistem Informasi Desa (Sifordes) ini merespon fakta penggunaan smartphone sebagai media komunikasi dan sumber informasi yang terus meningkat tajam. Monografi Desa Umbulmartani (2017) menunjukkan data bahwa setidaknya ada 4500 pengguna smartpone di Umbulmartani. Dengan jumlah penduduk 6625, maka lebih dari 67,9% penduduk adalah pengguna smartphone. Apabila dikorelasikan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK), di Desa Umbulmartani terdapat 3124 KK, dengan demikian jumlah smartphone lebih besar dari jumlah KK. Artinya dimungkinkan dalam satu KK terdapat lebih dari satu perangkat smartphone. Isi aplikasi ini adalah informasi dua arah antara pemerintah desa dan lembaga- lembaga desa (BKM, LPMD, Karangtaruna, dan sebagainya) dengan masyarakat. Sasaran dari aplikasi adalah perangkat desa, pengurus lembaga-lembaga desa, dan masyarakat umum. Dengan aplikasi ini, diharapkan dapat mempermudah pengiriman dan penerimaan informasi. Selain itu, informasi yang ada di aplikasi “Desa Mandiri Informasi” selalu diupdate setiap ada informasi baru. Isi dari 3 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) aplikasi “Desa Mandiri Informasi” ini antara lain: (a) Seputar kebijakan dan peraturan desa; (b) APBDes; (c) Rencana Kegiatan Pembangunan (RKP) desa; (d) Seputar BKM Umbulsejahtera; (e) LPMD menyapa; (f ) Bersama Karangtaruna Tunas Harapan; dan (g) Dialog Kebersamaan. Masyarakat luas khususnya warga masyarakat Desa Umbulmartani dapat mengunduh aplikasi ini di Google Play Store sehingga informasi dapat diakses melalui handphone android dengan tampilan yang menarik. Mengingat bahwa perangkat smartphone sudah memasyarakat, maka proses aliran informasi dapat dikelola secara mandiri oleh pemerintah desa dan lembaga- lembaga desa, dengan karakteristik aliran informasi secara mudah dan murah, cepat dan akurat. Pada dasarnya masyarakat menggunakan smartphone untuk bersosialisasi dan mencari informasi. Banyak aplikasi yang mengarah untuk bersosialisasi seperti tweetter, blackberry messanger, facebook, line, path dan lain-lain. Sayangnya perkembangan media saat ini di Indonesia tidak linier dibandingkan dengan pemerataan akses informasi. Artinya, meskipun sebaran perangkat media sudah cukup merata sampai ke pelosok desa, namun pemanfaatan media untuk meraih informasi dan edukasi masih kurang. Hal ini terkait dengan kondisi “melek media” masih didominasi oleh masyarakat dari kelas menengah ke atas. Hermin Indah Wahyuni (2015) mengatakan semakin beragamnya media belum mampu merepresentasikan sebuah karakter “success media” tetapi sebatas “disseminated media”. Menurut Amelia Rahmi (2013: 268) dalam menghadapi era komunikasi digital, diperlukan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mendekonstruksi konten media. Program desa mandiri informasi berbasis aplikasi Sifordes, untuk keberhasilannya menuntut kemampuan dalam pengelolaannya. Harapan agar aplikasi Sifordes dapat mendukung kelancaran distribusi informasi, memerlukan sentuhan evaluasi untuk menghimpun informasi sebagai masukan dan bahan pertimbangan. Idealnya, setiap program komunikasi perlu dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Diperlukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program, sehingga menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pelaksanaan program desa mandiri informasi pada masa- masa mendatang. Dalam beberapa literatur (Cullingford, 1997; Mardapi, 2007; Ebel & Frisbie, 1986; Johnson & Christensen, 2008), dapat dirangkum beberapa keuntungan dari evaluasi yang diterapkan, yakni terciptanya sebuah metode untuk menilai apakah program yang diselenggarakan tersebut telah sesuai dengan keinginan semula, dapat digunakan untuk melihat kembali apakah suatu program telah dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan mencapai hasil sesuai yang diharapkan, mengidentifikasi faktor kegagalan, selanjutnya informasi yang diperoleh dari evaluasi digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. KAJIAN PUSTAKA Beberapa literatur yang membahas teori perkembangan masyarakat (Scott, 2012; Touraine, 1978; Castells, 1996) menyebut adanya tahap perkembangan masyarakat dewasa ini memasuki era masyarakat informasi, khususnya informasi virtual atau digital. Sebutan era informasi digital ini menonjolkan betapa tingginya peran yang dimainkan informasi digital di dalam segala bidang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Didukung berkembangnya pola komunikasi digital, menempatkan informasi sebagai salah satu kebutuhan primer dan sebagai komoditas yang dapat diperjual belikan baik dalam kehidupan pribadi maupun organisasi. Kriyantono (2015: 118) mendifinisikan informasi sebagai kumpulan lambang (pesan) yang bermakna tertentu. Selanjutnya Kriyantono (2015: 119) berasumsi dengan pengelolaan informasi yang berkualitas diharapkan 4 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 48. Nomor 1. Juni 2018 dapat menstimuli partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. Secara lebih spesifik Sugihartati (2014: 60) menegaskan bahwa masyarakat informasi merupakan konsep untuk merujuk pada berbagai perubahan sosial dan ekonomi yang terkait dengan meningkatnya peran informasi bagi masyarakat. Salah satu dampak dari pesatnya perkembangan teknologi digital adalah terjadinya perubahan besar-besaran pada pola perilaku komunikasi masyarakat. Kartikasari (2017: 29) menyebut kondisi ini dengan disruptive era, yaitu sebuah era dimana terjadi perubahan yang sangat cepat dalam berbagai aspek kehidupan. Suranto Aw (2010: 64) menambahkan, dampak nyata dari era disruptif adalah perubahan pola komunikasi konvensional ke digital. Sementara itu Rheingald (1994: 145) menulis keterkaitan antara maraknya penggunaan teknologi digital dengan terbentuknya cyberspace, yakni sebuah ruang maya yang didalamnya setiap orang sangat mudah berinteraksi dan berkomunikasi melalui media digital. Selanjutnya Wuryanta (2013: 147) dengan jelas menguraikan, bahwa perkembangan media digital telah mempengaruhi kehidupan sosial. Tidak saja telah menciptakan perubahan sosial yang sangat mendasar, bahkan telah menggiring pada kondisi ekstrim “kematian sosial” karena setiap individu begitu intens bermedia digital dan mengabaikan lingkungan sosial sekitar. Menanggapi kondisi ini, Laksamana (2018: 45) mengemukakan perlunya digital literacy atau digital savvy, ialah kemampuan untuk memahami secara kritis atas setiap pesan yang diterima melalui media sosial digital seperti Twitter, Facebook, Linkedln, WhatsApp, Line. Selain kemampuan pemahaman, diperlukan pula kemampuan bersikap dan bertindak secara sadar dan bertanggungjawab. Oleh karena informasi sudah menjadi sebuah kebutuhan, maka tidak dapat dipungkiri bahwa ambisi masyarakat adalah memiliki informasi yang terkini dan terlengkap. Tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan informasi yang baik dan terbuka dari instansi pemerintah dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Untuk merespon tuntutan tersebut, penerapan aplikasi berbasis android merupakan langkah yang strategis. Studi yang dilakukan Rahadi (2014: 662). mengungkap bahwa android memungkinkan penggunanya untuk memasang aplikasi pihak ketiga yang diperoleh dari toko aplikasi seperti Google Play dan Amazone Appstore. Selanjutnya temuan penelitian Purbasari, Kahfi, dan Yunus (2013: 3) menyimpulkan bahwa dalam beberapa dekade terakhir, kepemilikan perangkat bergerak (mobile devices) semakin meningkat. Namun pemanfaatannya sebagai sumber informasi yang bermanfaat dalam hidup sehari-hari masih minim. Untuk membangun komunikasi dengan publik internal maupun eksternal, diperlukan media dan teknologi yang tepat. Penggunaan anggaran untuk pengadaan teknologi sudah seharusnya diupayakan untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi, bukan sekedar untuk harga diri organisasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Komarasari (2017: 12) bahwa perangkat teknologi informasi, khususnya dalam pengelolaan informasi dan transaksi elektronik, mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kinerja organisasi atau instansi dalam rangka membangun komunikasi dengan berbagai pihak. Supriyanto (2008: 13) meyakini bahwa teknologi informasi memiliki daya efektivitas dan efisiensi untuk meningkatkan kinerja organisasi. Merespon perkembangan pola komunikasi berbasis media sosial yang sudah menjangkau sampai ke wilayah pedeaaan, di Desa Umbulmartani Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman telah dikembangkann Aplikasi Android “Sistem Informasi Desa (Sifordes)”. Aplikasi ini dimaksudkan untuk mengurai permasalahan ketertinggalan informasi dan meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan informasi. Meningkatkan pelayanan komunikasi publik, dengan memfasilitasi distribusi informasi secara cepat. Aplikasi ini berbasis android, sehingga masyarakat dapat melakukan pencarian dan penghindaran informasi 5 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) dengan menggunakan smartphone. Teori information seeking dari Donohew dan Tipton (S. Djuarsa Sendjaja, 2002: 544) menjelaskan bahwa aktivitas pencarian, penghindaran, dan pemrosesan informasi dilakukan secara cermat untuk tampil sebagai pribadi yang berdaya mendapatkan informasi yang diperlukan dan menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality. Melengkapi pendapat di atas, McQuail (2006: 75) mensinyalir, “media massa semakin berkembang dan kian efisien dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi”. Berdasarkan teori ini, setiap individu dituntut untuk berdaya dalam memproses informasi. Bukan seperti bejana yang sekedar menampung informasi, melainkan harus ada kemampuan untuk memilih memilah, dan mengolah informasi. Darmawan Soemantri (2010: vii), menegaskan bahwa pemberdayaan adalah usaha meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam menghadapi berbagai ancaman dan tantangan dalam hidupnya. METODE Penelitian ini merupakan studi evaluasi dengan pendekatan kualitatif, untuk mengungkap tingkat keberhasilan program desa mandiri informasi berbasis aplikasi Sifordes di Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Dalam beberapa literatur (Sanders & Sullin, 2006; Cullingford, 1997; Mardapi, 2007; Ebel & Frisbie, 1986; Johnson & Christensen, 2008), dapat dirangkum beberapa keuntungan dari evaluasi yang diterapkan, yakni terciptanya sebuah metode untuk menilai apakah program yang diselenggarakan tersebut telah sesuai dengan keinginan semula, dapat digunakan untuk melihat keberhasilan dan kegagalan, selanjutnya informasi yang diperoleh dari evaluasi digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Model evaluasi yang digunakan adalah CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam, untuk memperoleh informasi pada setiap komponen evaluasi yang mencakup : (1) Context evaluation to serve planning decision, mengumpulkan informasi tentang perencanaan program, kebutuhan yang mendasari program, regulasi yang mendukung program; (2) Input evaluation and structuring decision, mengidentifikasi potensi dan sumber- sumber yang mendukung program; (3) Process evaluation to serve implementing decision, mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan program, apakah yang harus direvisi untuk perbaikan program; (4) Product evaluation to serve recycling decision, untuk memperoleh informasi tentang hasil yang dicapai dan membantu memberikan rekomendasi tentang kelanjutan program. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Patton (1990) mengatakan, “qualitative methods permit the evaluator to study selected issues in dept and detail”. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengamatan dan wawancara. Creswell (2008) menyatakan bahwa pendekatan kualitatif membenarkan peneliti mengambil kesimpulan hasil penelitian berdasaran informasi dari informan. Informan penelitian ini ditentukan secara purposif, yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini pertimbangan yang digunakan adalah: (1) memiliki kompetensi untuk memberikan informasi mengenai program desa mandiri informasi, (2) terlibat dalam program desa mandiri informasi, dan (3) telah mengunduh dan menggunakan aplikasi Sifordes. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini diambil dua (2) orang perangkat desa yang menjadi admin program desa mandiri informasi, tiga (3) orang pengurus lembaga desa, dan dua (2) orang warga Desa Umbulmartani. Total jumlah informan adalah tujuh (7) orang. Proses pengumpulan data dimulai pada Senin, 8 Januari 2018 di Balai Desa Umbulmartani. Sebelum mengawali sesi wawancara, terlebih dahulu ditunjukkan surat izin penelitian, ramah tamah, dan penjelasan mengenai tujuan penelitian. 6 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 48. Nomor 1. Juni 2018 Selanjutnya peneliti mengumpulkan data tentang kebijakan desa mandiri informasi melalui penganggaran Sifordes dalam APBDes, pengelolaan Sifordes, data jumlah warga yang mengunduh Sifordes, data jumlah warga yang menggunakan fitur forum komunikasi pada aplikasi sifordes, dan melanjutkan rangkaian wawancara dan pengamatan untuk mengevaluasi program desa mandiri informasi sesuai dengan komponen-komponen evaluasi dengan model CIPP. Wawancara dilakukan pada tanggal 10, 13, 15, dan 20 Januari 2018. Selanjutnya dilakukan perpanjangan waktu penelitian untuk menguji konsistensi data dengan melakukan wawancara dan pengamatan tanggal 5 Februaru 2018. Wawancara ini direkam dan dicatat. Untuk menguji keabsahan data, dilakukan triangulasi. Peneliti mengecheck dan membandingkan data dari hasil pengamatan dan wawancara pada waktu yang berbeda. Patton (1990) menjelaskan, “triangulating data is comparing and cross- checking the consistency of information derived at different times and different means within qualitative methods”. Data dianalisis menggunakan analisis interaktif yang mencakup empat tahapan, yaitu: (1) data colection, (2) data reduction, (3) data display, dan (4) drawing conclusion/verification (Miles & Huberman, 1994). Kriteria keberhasilan program, disusun berdasarkan komponen-komponen evaluasi. Apabila suatu kriteria didukung data yang dikemukakan oleh mayoritas informan, maka hal ini menjadi acuan untuk menentukan kecenderungan atau pola data. Oleh karena jumlah informan dalam penelitian ini adalah tujuh (7) orang, maka apabila kriteria didukung sekurang-kurangnya empat orang (≥ 4) maka kondisi tersebut sudah menunjukkan kecenderungan sebagai dasar pengambilan kesimpulan. Tabel Kriteria Keberhasilan Program Desa Mandiri Informasi Komponen Kriteria Konteks 1) Perencanaan program desa mandiri informasi sesuai dengan program kerja pemerintah desa 2) Memenuhi kebutuhan dalam pelayanan informasi 3) Adanya regulasi yang mendukung program mandiri informasi Input 1) Ketersediaan SDM yang mengelola aplikasi 2) Ketersediaan sarana dan prasarana penerapan aplikasi 3) Ketersediaan data atau konten informasi Proses 1) Suport signal internet untuk aplikasi 2) Tahap-tahap pelaksanaan program 3) Kemenarikan fitur aplikasi 4) Bahasa yang digunakan 5) Kritik dan saran untuk revisi dan peningkatan kualitas program Produk 1) Kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan informasi 2) Kemudahan dalam pelayanan informasi HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan program desa mandiri informasi berbasis aplikasi android Sifordes, diuraikan menurut komponen-komponen evaluasi dengan model CIPP. Program desa mandiri informasi ini dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Umbulmartani beserta lembaga-lembaga desa yang mencakup: BKM Umbulsejahtera, LPMD Umbulmartani, BPD Umbulmartani, dan Karangtaruna Tunas Harapan. 7 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) Pada komponen Context, hasil wawancara menunjukkan bahwa semua informan menyatakan program desa mandiri informasi sudah sesuai dengan kebutuhan, yaitu distribusi informasi yang lebih baik. Latar belakang dibutuhkannya aplikasi Sifordes adalah bahwa program dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan yaitu: belum adanya aplikasi yang memudahkan proses komunikasi, publikasi, dan distribusi informasi kepada masyarakat, kurangnya kemandirian dan keberdayaan masyarakat dalam akses informasi, rendahnya kinerja lembaga-lembaga desa, dan rendahnya pemanfaatan media (smartphone) untuk meraih informasi dan edukasi, maka solusi yang ditawarkan adalah dengan kegiatan IbDM Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES). Kegiatan IbDM ini terselenggara atas kerjasama dari Tim IbDM dari Universitas Negeri Yogyakarta dengan Pemerintah Desa Umbulmartani, dengan pendanaan dari DRPM Ditjend Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Perencanaan program desa mandiri informasi sudah dilaksanakan secara partisipatif. Langkah-langkah perencanaan adalah sebagai berikut: (1) Tim IbDM embangun kemitraan dengan desa binaan dan kelompok binaan. Dalam hal ini tim IbDM secara formal membangun kemitraan dengan produk sebuah surat kesepahaman; (2) Melakukan survei pendahuluan, observasi, wawancara, dan FGD dimaksudkan untuk menggali data dan informasi yang ada pada kelompok sasaran menyangkut faktor-faktor pendukung dan penghambat bagi pengelolaan informasi, serta potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh desa dan kelompok mitra yang menjadi sasaran kegiatan; (3) Rapat koordinasi tim IbDM dengan desa binaan dan kelompok mitra binaan secara partisipatif. Rapat koordinasi ini dimaksudkan untuk menyusun langkah- langkah persiapan, serta penyiapan sarana dan prasarana. Pendapat informan 2 dan 5 menggambarkan mekanisme perencanaan. …Perencanaan program ditempuh dengan musyawarah berbagai pihak yang terkait. Musyawarah ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat dari peserta musyawarah mengenai kondisi pelayanan informasi yang sudah ada dan sistem pelayanan yang diharapkan (Informan 2, 13 Januari 2018). …intinya saya sangat mendukung pelayanan informasi di tingkat desa ini memanfaatkan perangkat hand phone yang sudah ada. Perlu diatur sedemikian rupa agar program ini sesuai dengan kebutuhan dan merupakan solusi atas masalah yang ada (Informan 5, 13 Januari 2018). Evaluasi pada komponen Input difokuskan pada pengumpulan informasi mengenai ketersediaan SDM, sarana prasarana, dan konten Sifordes. Hasil wawancara yang dilakukan dengan informan mendeskripsikan ketersediaan SDM dalam kategori baik, namun kemampuan mereka dalam bidang teknologi informasi (web, internet, aplikasi) masih kurang. Oleh karena itu dilakusanakan pelatihan bagi beberapa orang perangkat desa dan pengurus lembaga desa. Hasil wawancara dengan Informan 4 dan 5 dapat dirangkum sebagai berikut. …Kondisi perangkat desa dan pengurus lembaga desa menunjukkan latar belakang pendidikan yang berbeda- beda. Ada yang lulusan S1 dan adapula yang lulusan SMA. Kondisi SDM yang demikian ini perlu standarisasi melalui pelatihan (informan 4, 15 Januari 2018). …Kemampuan mereka berbeda-beda, dari input mereka pun juga berbeda- beda ya. Jadi ada yang pinter sekali menggunakan computer, ada juga yang harus mengajari dari nol. Jadi kita harus menyeimbangkan semuanya biar bisa berjalan semuanya (Informan 5, 15 Januari 2016). Hasil pengamatan terhadap Input program dari aspek sarana dan prasarana yang tersedia di Kantor Desa Umbulmartani menunjukkan masih banyak kekurangan. Belum tersedia perangkat keras (computer atau laptop) yang secara khusus disediakan 8 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 48. Nomor 1. Juni 2018 untuk kepentingan program. Selain itu belum terpasang wifi untuk mendukung penggunaan internet. Namun demikian ketersediaan smartphone sudah baik dan merata. Selanjutnya evaluasi terhadap ketersediaan konten Sifordes menunjukkan bahwa masih banyak informasi penting yang seharusnya dapat segera disajikan di aplikasi Sifordes, namuan karena pengarsipannya kurang bagus, sehingga perlu waktu untuk mengumpulkannya. Evaluasi pada komponen Process, berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang support signal internet untuk mendukung implementasi aplikasi, tahap- tahap pelaksanaan program, kemenarikan fitur, bahasa yang digunakan, dan berbagai masukan untuk revisi aplikasi. Hasil wawancara maupun pengamatan menunjukkan support signal internet belum memadai. Penggunaan modem kurang mensuport implementasi aplikasi, sehingga akan segera diganti dengan penggunaan wifi yang signalnya lebih kuat dan stabil. Hasil wawancara mengenai tahap- tahap pelaksanaan program adalah sebagai berikut: (1) Sosialisasi/penyuluhan kegiatan IbDM : mengenalkan tujuan kegiatan IbDM dan karakteristik aplikasi “Sifordes” yang akan diimplementasikan. Sosialisasi dilaksanakan di Balai Desa Umbulmartani dengan mengundang para pemangku kepentingan yaitu perangkat desa, pengurus BKM, pengurus LPMD, dan pengurus Karangtaruna; (2) Musyawarah dan sarasehan pembuatan kesepakatan : forum komunikasi dua arah antara tim IbDM dengan desa binaan dan kelompok mitra binaan untuk membuat kesepakatan bersama guna menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan IbDM; (3) Pembuatan aplikasi “Sifordes” : pembuatan sistem informasi desa (“Sifordes) dengan aplikasi android; (4) Penyusunan konten “Sifordes” : identifikasi dan inventarisasi informasi publik yang penting untuk disebarluaskan kepada warga masyarakat melalui kelompok-kelompok mitra binaan; (5) Pelembagaan “Sifordes” : upaya secara legal melembagakan “Sifordes” dengan peraturan desa atau keputusan kepala desa; (6) Pelatihan dan pendampingan: mengenalkan aplikasi “Sifordes”, melatih mengunduh aplikasi, melatih mengolah informasi, mengembangkan potensi dan mengubah perilaku, menambah pengetahuan, keterampilan, produktivitas, keberdayaan, dan kemandirian yang dapat membawa perbaikan ke arah kemandirian akses informasi; (7) Evaluasi dan monotoring kemajuan : untuk memperoleh informasi tentang tingkat keberhasilan dan kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan IbDM; (8) Evaluasi hambatan dan solusi : untuk mendapatkan informasi tentang berbagai hambatan yang terjadi selama implementasi aplikasi “Sifordes” dan berdasarkan informasi tersebut dapat ditemukan solusi jalan keluarnya. Informsi mengani fitur Aplikasi Sifordes yang diperoleh dari wawancara, diketahui bahwa fitur masih terlalu sederhana dan statis. Informasi ini menjadi bahan bagi pengembang aplikasi untuk melakukan revisi dan perbaikan-perbaikan sehingga Aplikasi Sifordes menjadi lebih baik sesuai harapan penggunanya. Informan 1 dan 2 dengan jelas menyebut adanya keterbatasan fitur Sifordes sebagai berikut. …mengenai fitur Sifordes, saya kira perlu ditingkatkan ya. Baik mengenai variasinya maupun inovasinya. Prinsipnya fitur yang bagus adalah yang lengkap, bermanfaat, dan mudah dalam penggunaannya (Informan 1, 15 Januari 2018). …fiturnya perlu dikembangkan lagi sehingga lebih manarik. Untuk fitur Forkom, sudah bagus, tetapi kalau perlu ditambahkan fasilitas agar masyarakat dapat memposting gambar dan video di situ. Rasanya juga perlu diberi notifikasi lho, supaya ketika ada informasi yang masuk, pengguna Aplikasi dapat langsung mengetahuinya (Informan 2, 15 Januari, 2018). Evaluasi terhadap bahasa yang digunakan dalam Aplikasi, menunjukkan bahwa dari aspek bahasa sudah baik dan mudah untuk dipahami. Keefektifan komunikasi sangat dipengaruhi oleh bahasa 9 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) yang digunakan. Dengan bahasa yang dipahami oleh pihak-pihak yang terlibat komunikasi, maka pemahaman makna pesan akan ada kesesuaian antara pengirim dan penerima. Evaluasi pada komponen Product, bertujuan untuk menggali informasi tentang kemudahan dan kepuasan masyarakat dalam memperoleh layanan informasi pasca diterapkannya Aplikasi Sifordes. Hasil wawancara menunjukkan bahwa Aplikasi Sifordes dapat membantu masyarakat untuk mengakses informasi dari pemerintah desa. Begitu pula masyarakat juga dapat dengan mudah menyampaikan informasi dan aspirasi. Tingkat kepuasan masyarakat dalam layanan informasi ini ditentukan oleh sejauhmana tindak lanjut dan respon dari pemerintah desa dapat memberikan jawaban dan respon sesuai dengan harapan masyarakat. Hasil atau produk dari program desa mandiri informasi dengan Aplikasi Sifordes ini adalah : 1) Terbangunnya sistem aplikasi android “Sifordes” yang memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi; 2) Peningkatan kemampuan perangkat desa dan pengurus lembaga-lembaga desa dalam pengelolaan informasi berbasis aplikasi “Sifordes”; 3) Peningkatan keterbukaan informasi (Desa Mandiri Informasi); 4) Peningkatan efisiensi dan efektivitas penyebaran informasi yang semula dikerjakan secara tradisional (pertemuan), diperbaiki mengarah kepada usaha berbasis teknologi tepat guna (aplikasi “Sifordes”); 5) Peningkatan produktivitas dan kinerja perangkat desa dan pengurus lembaga desa dengan meningkatnya penguasaan teknologi. Produk ini mendukung realisasi salah satu misi yang diemban oleh Pemerintah Desa Umbulmartani, yaitu “Memberdayakan Gambar 1. Pola Komunikasi Berbasis Aplikasi Sifordes 10 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 48. Nomor 1. Juni 2018 masyarakat sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan taraf hidup masyarakat serta kesadaran berpartisipasi dalam pembangunan sesuai dengan potensi yang dimiliki”. PEMBAHASAN Pola komunikasi antara pemerintah desa, lembaga-lembaga desa, dan masyarakat dengan menggunakan aplikasi Sifordes dapat dijelaskan melalui gambar 1. Temuan ini menunjukkan bahwa dengan dikembangkannya Aplikasi Android “Sistem Informasi Desa (Sifordes)”, maka produk yang diharapkan adalah meningkatnya kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi. Aplikasi ini dimaksudkan untuk mengurai permasalahan ketertinggalan informasi dan meningkatkan kemandirian dalam pengelolaan informasi. Teori information seeking dari Donohew dan Tipton (S. Djuarsa Sendjaja, 2002: 544) menjelaskan bahwa aktivitas pencarian, penghindaran, dan pemrosesan informasi dilakukan secara cermat untuk tampil sebagai pribadi yang berdaya mendapatkan informasi yang diperlukan dan menghindari informasi yang tidak sesuai dengan image of reality. Melengkapi pendapat di atas, McQuail (2006: 75) mensinyalir, “media massa semakin berkembang dan kian efisien dalam memproduksi dan mendistribusikan informasi”. Berdasarkan teori ini, setiap individu dituntut untuk berdaya dalam memproses informasi. Bukan seperti bejana yang sekedar menampung informasi, melainkan harus ada kemampuan untuk memilih memilah, dan mengolah informasi. Darmawan Soemantri (2010: vii), menegaskan bahwa pemberdayaan adalah usaha meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dalam menghadapi berbagai ancaman dan tantangan dalam hidupnya. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa input sarana dan prasarana program sudah cukup baik. Ketersediaan smartphone sebagai saluran atau channel di masyarakat cukup merata, sehingga program ini diduga mampu memberikan sentuhan riil melalui aplikasi teknologi tepatguna untuk pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan informasi dengan memanfaatkan potensi lokal, yaitu ketersediaan perangkat komunikasi smratphone dengan aplikasi android menuju tata kelola desa mandiri informasi. Sistem informasi desa berbasis android untuk mengembangkan desa mandiri informasi yang diaplikasikan adalah Sistem Informasi Desa (Sifordes). Dengan demikian upaya pemberdayaan desa menjadi desa mandiri informasi ditempuh dengan dikembangkan aplikasi “Sifordes” . Sistem informasi ini dikembangkan untuk dapat dioperasikan pada smartphone berbasis android. Gambar 2. Tampilan Fitur Aplikasi Sifordes Di era teknologi saat ini, perkembangan teknologi handphone mengalami perkembangan yang sangat cepat. Perkembangan teknologi handphone saat ini sudah ke arah smartphone. Teknologi smartphone saat ini sangat mendukung penyebarluasan berbagai informasi menjadi semakin cepat dan akurat, mudah dan murah. Masyarakat luas khususnya para pengurus dan anggota lembaga-lembaga desa dapat mengunduh aplikasi ini di Google Play Store sehingga dapat diakses melalui handphone 11 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) android. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung akan sangat menentukan tingkat keberhasilan penggunaan aplikasi “Sifordes” sehingga Desa Umbulmartani dapat menjadi desa mandiri informasi. Faktor saluran (channel) apabila tidak diperhatikan, bisa saja menjadi faktor kegagalan program desa mandiri informasi. Saluran adalah sarana dimana pesan mengalir dari sumber kepada penerima. Setelah dikemas, pesan dapat disampaikan melalui saluran yang dirasa paling berpeluang dengan mudah diakses oleh penerima, apakah menggunakan saluran lisan, tetulis, atau elektronik/on line (Suprapto, 2009 122; Harjana, 2003: 14). Relevan dengan pendapat di atas, Morrisan (2015: 19) menyebut bahwa untuk berkomunikasi dengan publik, telah banyak organisasi beralih ke saluran komunikasi berbasis internet yang lebih murah namun dapat mencapai target audiensi secara lebih cepat. Suranto Aw (2015: 2) melengkapi dengan berpendapat bahwa media online (daring) mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Fungsi media sangat menentukan dalam penyebarluasan informasi, pencerahan, dan peningkatan wawasan. Aplikasi android menjamin terjadinya aliran informasi secara cepat dan akurat, mudah dan murah. Proses penyebaran informasi bersifat dua arah, atau bahkan banyak arah. Informasi dari pemerintah desa kepada warga dapat berlangsung dalam dua tahap (two step flow communication). Tahap pertama pemerintah desa kepada lembaga-lembaga desa (BKM, LPMD, dan Karangtaruna). Pada tahap kedua, lembaga-lembaga desa ini berperan sebagai opinion leader yang meneruskan informasi kepada warga masyarakat. Peran lembaga desa sebagai opinion leader ini mencakup menjelaskan dan mendampingi warga masyarakat dalam mengadopsi informasi. Program desa mandiri informasi berbasis Aplikasi Sifordes ini sejalan dengan RPJMDes Desa Umbulmartani dalam peningkatan kemandirian informasi menuju peningkatan kesejahteraan dan produktivitas warga. Potensi utama yang mendukung program ini mencakup: (1) potensi sumber daya manusia, (2) potensi sosial, (3) potensi ekonomi, (4) potensi alam, dan (5) potensi kebijakan. Selain itu, kegiatan ini juga relevan dengan Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Sleman, yakni mengantarkan masyarakat Sleman yang lebih sejahtera, mandiri, berbudaya, dan terintegrasikannya sistem E-Government menuju smart regency. Dilihat dari aspek hukum, program desa mandiri informasi ini sejalan dengan amanah UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang diimplementasikan dengan PP Nomor 43 Tahun 2014, bahwa pemerintah mempercepat program pembangunan di daerah tertinggal ataupun daerah yang memiliki potensi potensi ekonomi tinggi baik berdasarkan letak geografis, ekonomi kreatif, socio-culture, sumber daya alam, sumber daya manusia, atau pun potensi lainnya. Di samping itu, kegiatan ini juga mendukung implementasi UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, terutama terkait dengan usaha nyata untuk mengembangkan aplikasi sebagai fasilitas penyebarluasan informasi dan menyusun konten informasi yang diperlukan oleh masyarakat. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konteks pelaksanaan program desa mandiri informasi berbasis Aplikasi Sifordes dilihat berdasarkan kebutuhan, perencanaan, dan regulasi. Hasil evaluasi menunjukkan: (a) program mandiri informasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yaitu untuk distribusi informasi yang lebih baik; (b) perencanaan dilakukan secara partisipatif; dan (c) didukung oleh regulasi dan kebijakan. Input dalam pelaksanaan program desa mandiri informasi: (a) kualifikasi dan kompetensi perangkat desa; (b) ketersediaan sarana dan prasarana, khususnya smartphone; dan (c) ketersediaan informasi sebagai konten Aplikasi Sifordes. Proses dalam pelaksanaan program 12 INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 48. Nomor 1. Juni 2018 desa mandiri informasi sudah berjalan baik, diindikasikan oleh: (a) dilaluinya tahap-tahap pelaksanaan program; (b) kemenarikan fitur aplikasi; (c) bahasa yang digunakan; dan (d) ketersediaan saran-saran untuk revisi peningkatan kualitas program. Produk dari pelaksanaan program desa mandiri informasi berbasis aplikasi adalah kepuasan dan kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi. Pelaksanaan program ini secara keseluruhan berhasil meskipun tidak terlepas dari kekurangan dan kendala. Keberhasilan itu ditunjukkan antara lain oleh keterlaksanaan kegiatan-kegiatan yang direncanakan, ketersediaan peralatan dan bahan yang diperlukan, serta dikembangkannya aplikasi Sifordes. Saran Pemerintah Desa Umbulmartani disarankan untuk memulai transisi pendistribusian informasi kepada lembaga desa dan warga masyarakat dari semula dilakukan secara manual untuk bergerak ke arah pendistribusian menggunakan aplikasi. Agar terjadi proses pembudayaan pemanfaatkan Aplikasi Sifordes, disarankan ditunjuk admin atau operator. DAFTAR PUSTAKA Creswell, J.W. (2008). Educational research: Planing, conducting, and evaluating qualitative & quantitative research (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Merrill. Cullingford, C. (1997). Assessment versus evaluation. London. Cassell. Darmawan Soemantri. (2007). Pengembangan pemberdayaan jaringan penelitian. Jakarta: Balitbang Depdiknas. Denis McQuail. (1996). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essential of educational measurement. New Jerseey: Prentice- Hall, Inc. F. Budi Hardiman. (2009). Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius. Gaol, C. J. L. (2008). Sistem Informasi Manajemen. Grasindo. Habermas, J.(2007). RuangPublik, Sebuah Kajian tentang Kategori Masyarakat Borjuis. PenerjemahYudiSantoso. Yogyakarta: KreasiWacana. Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi interpersonal dan intrapersonal. Kanisius. Hermin Indah Wahyuni. (2015). Ilmu Komunikasi untuk Memuliakan Martabat Bangsa. Makalah Seminar Prodi Ilmu Komunikasi FIS UNY 7 April 2015. Johnson,B.& Christensen,L. (2008). Educational research quantitative, qualitative, and mixed approaches. SAGE Publications. Kartikasari, H. (2017). Viral: Gebrakan Kekinian Public Relations di Era Digital. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 13 Suranto Aw, Evaluasi Program Desa Mandiri Informasi Berbasis Aplikasi Android Sistem Informasi Desa (SIFORDES) Kriyantono, R. (2015). Konstruksi Humas Dalam Tata Kelola Komunikasi Lembaga Pendidikan Tinggi di Era Keterbukaan Informasi Publik. Pekommas, 18(2). Komarasari, W. (2017). Pengaruh kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian intern akuntansi terhadap keterandalan pelaporan keuangan daerah (Pada SKPD Kabupaten Bantul Bagian Akuntansi dan Keuangan). Prodi Akuntansi UPY. Laksamana, A. (2018). Public relations in the age of disruption. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Mardapi, D. (2007). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Mitra Cendikia Offset Miles, M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative data analysis: a methods sourcebook (3rded). Los Angeles: Sage. Morrisan, M. A. (2015). Periklanan komunikasi pemasaran terpadu. Kencana. Patton, M.Q. (1990). Qualitative evaluation and research methods. Sage Publications. Purbasari, R. J., Kahfi, M. S., & Yunus, M. (2013). Pengembangan aplikasi android sebagai media pembelajaran matematika pada materi dimensi tiga untuk siswa SMA kelas X. Jurnal Online Universitas Negeri Malang, 1(4). Rahadi, D. R. (2014). Pengukuran usability sistem menggunakan use questionnaire pada aplikasi android. Jurnal Sistem Informasi, 6(1). Rahmi, A. (2013). Pengenalan literasi media pada anak usia sekolah dasar. Sawwa: Jurnal Studi Gender, 8(2), 261-276. Sanders, J.R. & Sullins, C.D. (2006). Evaluation school programs an educator’s guide. Corwin Press. S. Djuarsa Sendjaja. (2002). Teori komunikasi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Sugihartati, R. (2014). Perkembangan masyarakat informasi & teori sosial kontemporer. Kencana. Suprapto, T. (2009). Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Media Pressindo. Supriyanto, W. (2008). Teknologi informasi perpustakaan. Kanisius. Suranto Aw. (2015). Implementasi Teori Komunikasi Sosial Budaya dalam Pembangunan Integrasi Bangsa. Jurnal Informasi (Kajian Ilmu Komunikasi), Nomor 1. XXXVIII. Wuryanta, A. E. W. (2013). Digitalisasi Masyarakat: Menilik Kekuatan dan Kelemahan Dinamika Era Informasi Digital dan Masyarakat Informasi. Jurnal Ilmu Komunikasi, 1(2). UUD 1945 Pasal 28 F UU No. 14. Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa