63

Rumsari Hadi Sumarto, Komunikasi dalam Kegiatan Public Relations

KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PUBLIC RELATIONS

Rumsari Hadi Sumarto
Asmi Desanta

hrumsari@yahoo.com

Abstract

Organizations in maintaining the sustainability of life requires communication. 
Good established communication will affect the harmonious and harmony relations 
between the organization and its publics. A positive image is represented if there 
is a harmonious interaction between an organization and its publics. Imaging of an 
organization is usually attached to public relations. Imaging can be awakened/built if 
there is a harmonious and pleasant communication between an organization and its 
publics. To support public relations activities, organization requires communication to 
be able to interact with the public in two-way communication. A PR practitioner should 
be able to make other people understand the message delivered so as to create mutual 
symbiosis between the two parties. Thus, the impression captured by the public is a 
positive impression of the organization. Public relations also allows feed back to the 
public so that the public can freely response the message from the organization and 
express what they want and what they complaint. The public response will be followed 
up so that the public will be satisfied on what the organization done to the public. Public 
relations is also constantly evaluating so that public opinion can be well controlled. 
Thus, public relations is an activity which essentially directs the organization to gain 
public recognition. Further public relations stride motion seeking to form public opinion 
that benefit the organization so that a positive image of the public will be given to an 
organization.

Abstrak

Organisasi akan tetap langgeng saat terbangun komunikasi yang baik. Komunikasi 
yang baik akan mempengaruhi hubungan yang harmonis dan selaras antara organisasi 
dan publiknya. Sebuah citra positif terbangun jika ada interaksi yang harmonis antara 
organisasi dan publiknya. Untuk mendukung kegiatan public relations, organisasi 
membutuhkan komunikasi dua arah. Seorang praktisi PR harus mampu membuat orang 
lain memahami pesan yang disampaikan sehingga tercipta simbiosis antara kedua 
belah pihak. Dengan demikian, kesan yang ditangkap oleh masyarakat adalah kesan 
positif dari organisasi. PR juga memungkinkan umpan balik kepada publik sehingga 
masyarakat dapat dengan bebas mendapat pesan dari organisasi dan mengekspresikan 
apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka keluhan. PR juga perlu terus 
mengevaluasi sehingga opini publik dapat dikontrol dengan baik. Dengan demikian, 
PR adalah kegiatan yang pada dasarnya mengarahkan organisasi untuk memperoleh 
pengakuan publik. PR berusaha untuk membentuk opini publik yang menguntungkan 
organisasi sehingga citra positif terbangun dengan sendirinya.

 
Keywords: Communication, Public Relations, Organizational Image



64

INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 1. Juni 2016

PENDAHULUAN

Komunikasi memegang peranan penting 
dalam kehidupan manusia. Manusia tidak 
dapat hidup sendiri sehingga membutuhkan 
interaksi dengan pihak lain. Jembatan 
interaksi tersebut dilakukan melalui 
komunikasi. Pada saaat berkomunikasi, 
pihak yang menyampaikan pesan atau 
komunikator berusaha menyampaikan 
pesan sedemikian rupa sehingga pesan yang 
disampaikan dapat dipahami oleh penerima 
pesan atau komunikan dan kemudian 
komunikan akan memberikan feed back atau 
umpan balik atas pesan yang disampaikan 
tersebut. Nampaknya sederhana proses 
komunikasi tersebut berlangsung. Namun, 
dalam kenyataannya tidaklah demikian. 

Apabila komunikator kurang mahir 
dalam menyampaikan pesan, maka 
komunikan akan gagal menangkap pesan 
yang disampaikan dan dampaknya dapat 
terjadi miss communication. Bahkan apabila 
komunikator dalam menyampaikan pesan 
tidak memperhatikan kesantunan dalam 
berbahasa, maka bisa terjadi komunikan akan 
memberikan reaksi atau tanggapan negatif 
karena komunikator tidak menggunakan 
etika dalam berkomunikasi.

Hal ini sering terjadi dalam kehidupan 
sehari-hari tidak terkecuali pada suatu 
organisasi. Kegagalan organisasi dalam 
menyampaikan pesan terutama kepada 
pihak eksternal organisasi akan memberi 
stigma negatif tentang organisasi tersebut. 
Kesalahan dalam berkomunikasi yang terjadi 
pada suatu organisasi dapat menjadi ‘stempel’ 
buruk yang terpatri pada masyarakat 
walaupun organisasi sudah meluruskan 
informasi yang berkembang. 

Dampaknya adalah timbulnya citra 
negatif dari organisasi tersebut. Publik 
akan membentuk opini yang kurang 
menguntungkan apabila organisasi kurang 
mampu berkomunikasi dengan publiknya. 
Oleh karena itu, para pegawai harus benar-
benar dapat memahami publik baik cara 
berpikir dan cara bersikap sebelum informasi 
disampaikan kepada khalayak umum. 
Dengan demikian, publik akan bersikap 

positif terhadap apa yang disampaikan 
organisasi kepada publiknya. Komunikasi 
yang disampaikan juga dilakukan dengan 
mengedepankan etika sehingga dapat 
meminimalisir kesalahan persepsi dalam 
berkomunikasi.

Pencitraan suatu organisasi biasanya 
melekat dengan public relations. Pencitraan 
dapat terbangun bila ada komunikasi 
yang harmonis dan menyenangkan antara 
organisasi dengan publiknya. Menurut 
Kasali (Mukarom dan Muhibudin Wijaya 
Laksana 2015: 19) public relations merupakan 
pendekatan yang sangat strategis dengan 
menggunakan konsep-konsep komunikasi. 

Public relations mencoba membuka 
kran komunikasi yang menyenangkan 
dengan publiknya. Komunikasi yang dijalin 
akan berdampak pada hubungan yang 
serasi dan selaras antara organisasi dengan 
publiknya.Sebagai dampaknya adalah opini 
publik yang positif akan terbangun dan 
akan menguntungkan organisasi untuk 
keberlangsungan hidup suatu organisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian dan Fungsi Komunikasi

Dalam kehidupan seseorang di tengah 
masyarakat, komunikasi menjadi sarana un-
tuk menjalin hubungan sehingga seseorang 
tidak merasa terisolasi di tengah kehidupan 
bersama tersebut. Dengan adanya komu-
nikasi, seseorang dapat mengekspresikan 
perasaannya atau keinginannnya dan pihak 
lain dapat memberikan umpan balik atas pe-
san yang disampaikan. 

Menurut Hubeis, dkk (2012: 5) 
komunikasi adalah proses penyampaian 
suatu pesan oleh seseorang kepada orang 
lain untuk memberitahu atau untuk 
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku 
baik langsung (secara lisan) maupun tidak 
langsung (media), proses penyampaian arti 
terhadap gagasan atau ide yang disampaikan 
baik sengaja maupun tidak sengaja.

Sedang menurut Hovaland (Wiryanto 
2002: 6), komunikasi merupakan proses di 
mana individu mentransmisikan stimulus 



65

Rumsari Hadi Sumarto, Komunikasi dalam Kegiatan Public Relations

untuk mengubah perilaku individu lain. 
Menurut Suranto (2005: 16) komunikasi 
adalah suatu proses pengiriman simbol-
simbol yang mengandung arti dari seorang 
komunikator kepada komunikan dengan 
tujuan tertentu.Sedang menurut Ruslan 
(1997: 29), komunikasi secara efektif dan 
strategis pada prinsipnya adalah bagaimana 
mengubah sikap, mengubah opini, dan 
mengubah perilaku.

Dengan demikian, komunikasi meru-
pakan proses penyampaian pesan atau ga-
gasan baik secara langsung maupun tidak 
langsung. Dampak dari pesan tersebut dapat 
mengubah sikap seseorang sehingga selaras 
dengan apa yang menjadi ekspetasi penyam-
pai pesan. Komunikasi juga dapat mengubah 
opini yang selama ini terbentuk terlebih opi-
ni yang negatif. Opini negatifbisa menjadi 
positif setelah berlangsung komunikasi yang 
intens antara penyampai pesan dan peneri-
ma pesan.

Menurut Cangara (2007: 11-12). 
Beberapa alasan yang mendorong perlunya 
komunikasi adalah:Komunikasi yang baik 
dengan orang lain akan membantu seseorang 
mempermudah memperoleh rezeki, sahabat 
dan pelanggan; Semakin banyak orang yang 
tidak mengenal etika dalam berkomunikasi; 
Bisa menjadi pekerja komunikasi yang trampil 
dan profesional dalam melaksanakan tugas 
yang diembannya; Perkembangan teknologi 
komunikasi yang begitu cepat memaksa 
orang harus mendapat pengetahuan dan 
ketrampilan baru terutama dalam bidang 
komputer.

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia 
sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup 
sendiri. Manusia membutuhkan orang lain 
dalam menjalani kehidupannya sehingga 
manusia tersebut dapat melangsungkan 
kehidupannya dengan memperoleh rezeki 
sebagai dampak dari interaksi yang dilakukan 
dengan pihak lain, dapat memiliki sahabat 
sebagai tempat untuk menyampaikan 
perasaannya. Dengan demikian, manusia 
membutuhkan orang lain untuk menjalani 
kehidupannya termasuk dalam mencari 
nafkah ataupun berbagi perasaaan sehingga 
mampu meringankan beban hidup baik 

secara material maupun psikisnya.
Perlunya mempelajari komunikasi 

juga erat dengan fenomena interaksi yang 
berkembang saat ini. Era global saat ini 
telah mengubah tatanan interaksi yang 
ada sehingga etika dalam berkomunikasi 
dapat diasumsikan menjadi semakin pudar. 
Seseorang dapat menjadi tidak peduli 
dengan lingkungannya dan sulit untuk 
berkomunikasi secara santun terutama 
dengan orang yang lebih tinggi usianya. Hal 
ini dapat dirasakan untuk era saat ini terutama 
pada generasi muda yang semakin canggih 
dalam mengakses teknologi informasi tetapi 
mengalami kendala dalam berinteraksi 
dengan orang lain termasuk di dunia kerja. 

Kemudahan dalam mengakses informasi 
menyebabkan seseorang sangat bergantung 
dengan teknologi informasi dan menjadikan 
dirinya semakin individual karena teknologi 
dianggap dapat membantu menyelesaikan 
pekerjaan mereka. Sementara itu, di sisi lain 
bila seseorang tetap menjalin komunikasi 
dengan pihak lain secara santun tanpa 
menafikan keberadaan teknologi informasi, 
makahal tersebut akan menjadikan seseorang 
semakin diakui keberadaannya sehingga 
terlihat profesional dalam melakukan 
pekerjaannnya.Sekalipun orang tersebut 
beradu argumentasi dengan orang lain, 
tetapi orang tersebut mampu menyampaikan 
pendapatnya tanpa menyudutkan pihak 
lain. Orang tersebut sangat paham 
bagaimana berkomunikasi dengan orang 
lain, baik dengan atasannya, dengan sesama 
rekan kerja, bahkan dengan kliennya. 
Walaupun demikian, tidak dapat dipungkiri 
dengan adanya kemajuan teknologi, arus 
komunikasi menjadi semakin terbuka dan 
mengakibatkan setiap orang atau pegawai 
harus mampu berada pada situasi global 
termasuk bagaimana menjalin interaksi 
secara terbuka dengan bermacam-macam 
media komunikasi yang ditawarkan saat ini.

Adapun fungsi komunikasi menurut 
Goran Hedebro (Cangara 2007: 63) 
yaitu:Menciptakan iklim perubahan dengan 
memperkenalkan nilai-nilai baru untuk 
mengubah sikap dan perilaku ke arah 
modernisasi; Mengajarkan keterampilan baru; 



66

INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 1. Juni 2016

Sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan; 
Merupakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap 
mobilitas seseorang; Meningkatkan aspirasi 
seseorang; Menumbuhkan partisipasi dalam 
pengambilan keputusan; Membantu orang 
menemukan nilai baru dan keharmonisan 
dalam situasi tertentu; Mempertinggi rasa 
kebangsaan; Mengubah struktur kekuasaan 
dalam suatu masyarakat; Menjadi sarana 
untuk membantu pelaksanaan program 
pembangunan; Mendukung pembangunan 
ekonomi, sosial dan politik suatu bangsa.

Dengan adanya komunikasi, akan 
terjadi iklim perubahan dengan masuknya 
nilai-nilai baru yang dapat mengubah sikap 
ke arah modernisasi. Hal ini memang tidak 
dapat dipungkiri bahwa aura modernisasi 
telah mengisi segala sisi kehidupan. 
Seseorang memang perlu mengakses 
informasi modern yang dapat menjadikan 
dirinya tidak terlibas di era modern saat 
ini. Namun demikian, orang tersebut juga 
diharapkan dapat memilah-milah informasi 
yang bermanfaat bagi dirinya yang dapat 
memperkaya wawasannya. Hal ini akan 
menjadikan seseorang tidak kaku dan tidak 
tampak terkesan ‘kuno’ saat berinteraksi 
dengan orang lain di dunia modern.

Komunikasi juga dapat berkontribusi 
pada efisiensi tenaga dan biaya mobilitas 
di mana seseorang tidak perlu beranjak 
ke suatu tempat yang dituju untuk 
berkomunikasi dengan pihak lain karena 
saat ini fasilitas komunikasi canggih dengan 
berbagai fitur dapat membantu seseorang 
untuk berkomunikasi dengan cepatbahkan 
mampu bertatap muka dengan bantuan 
teknologi informasi.Dengan komunikasi 
juga, seseorang dapat berkontribusi dalam 
pengambilan keputusan yang ada pada suatu 
organisasi. Dengan demikian keputusan yang 
diambil merupakan keputusan yang mewakili 
suara dari para personal organisasi.

Komunikasi juga mampu mengubah 
struktur kekuasan masyarakat dari yang 
otoriter menjadi lebih demokratis mengingat 
masyarakat yang ada saat ini merupakan 
masyarakat yang kritis dan canggih dalam 
mengakses teknologi informasi. Dengan 
demikian, suasana keterbukaan saat ini antara 

penguasa dengan rakyatnya merupakan hal 
yang harus dilakukan. Dalam konteks suatu 
negara, komunikasi mampu menjadi sarana 
dalam membantu pelaksanaan program 
pembangunan dengan pencurahan ide kreatif 
dalam membangun suatu bangsa sehingga 
dapat membantu dalam pembangunan 
ekonomi. sosial dan politik suatu bangsa.

Public Relations

Komunikasi dalam realisasinya dapat 
terpapar dalam kegiatan public relations.
Public relations sangat membutuhkan 
komunikasi untuk merealisasikan 
kegiatannya. Hubungan timbal balik antara 
organisasi dengan publiknya merupakan 
prinsip yang harus dijalankan. Menurut 
Effendy (2002: 23) hubungan masyarakat 
adalah komunikasi dua arah dengan publik 
secara timbal balik dalam rangka mendukung 
fungsi dan tujuan manajemen dengan 
meningkatkan pembinaan kerja sama dan 
pemenuhan kepentingan bersama.Lebih 
lanjut Mukarom dan Muhibudin Wijaya 
Laksana (2015: 20) mengatakan bahwa staf 
public relations dituntut mampu menjadikan 
orang-orang lain memahami suatu pesan, 
demi menjaga reputasi atau citra lembaga 
yang diwakilinya.

Dengan demikian, praktisi humas harus 
dapat membentuk nilai-nilai, pemahaman, 
sikap sampai perilaku dari publik agar 
sejalan dengan kebutuhan organisasi. 
Praktisi public relations dituntut mampu 
menggiring publiknya sehingga mampu 
mengarahkan perhatian publik terhadap 
pesan yang disampaikan. Tidak hanya sekedar 
mengarahkan perhatian tetapi pesan yang 
tersampaikan tersebut membawa dampak 
publik melangkah lebih jauh untuk berjalan 
selaras dengan tujuan organisasi dengan 
misi tetap pada pemenuhan kepentingan 
bersama.

Menurut Rex Harlow,public relations 
adalah fungsi manajemen khas yang 
mendukung pembinaan dan membangun 
upaya saling menguntungkan melalui 
komunikasi, pengertian, penerimaan, dan 
kerja sama yang baik antara organisasi 



67

Rumsari Hadi Sumarto, Komunikasi dalam Kegiatan Public Relations

dengan publiknya (Ruslan 1997: 7).Public 
relations merupakan komunikasi dua 
arah secara timbal balik sehingga dalam 
penerapannya seorang praktisi PR harus 
mampu menjadikan orang lain memahami 
pesan yang disampaikan sehingga tercipta 
simbiose mutualisme di antara dua belah 
pihak. Hal ini dilakukan untuk pembentukan 
citra organisasi sehingga kesan yang 
ditangkap publik adalah kesan yang positif 
tentang suatu organisasi.

Adapun ciri dari hubungan masyarakat 
menurut Effendy (2002: 24) adalah:Humas 
adalah kegiatan komunikasi dalam suatu 
organisasi yang berlangsung dua arah secara 
timbal balik; Humas merupakan penunjang 
tercapainya tujuan yang ditetapkan 
manajemen dalam suatu organisasi; Publik 
yang menjadi sasaran public relations 
adalah publik ekstern dan publik intern; 
Operasionalisasi humas adalah membina 
hubugan yang harmonis antara organisasi 
dengan publik dan mencegah terjadinya 
rintangan psikologis baik yang ditimbulkan 
dari pihak organisasi maupun dari pihak 
publiknya.

Pada dasarnya kegiatan public relations 
dilakukan untuk menunjang kegiatan 
manajemen dalam mencapai tujuan 
organisasi dengan membina hubungan yang 
harmonis dengan publiknya baik publik 
internal maupun publik eksternal. Oleh 
karena itu, organisasi selalu mengedepankan 
komunikasi dua arah dalam memenuhi 
ekspetasi publik sehingga arus komunikasi 
menjadi selaras di antara organisasi dan 
publiknya. Publik akan memperoleh 
informasi yang berimbang dengan model 
komunikasi dua arah tersebut. Iklim 
keterbukaan yang dibangun oleh organisasi 
akan menembus rintangan psikologis dan 
kekakuan dalam berkomunikasi di antara 
organisasi dan publiknya.

Mukarom dan Muhibudin Wijaya 
Laksana (2015: 40) mengatakanbahwa 
public relations berkaitan dengan bentuk 
komunikasi yang berlaku untuk semua 
organisasi, Artinya public relations jauh 
lebih luas dibanding dengan pemasaran 
dan periklanan atau propaganda yang lebih 

awal.Mukarom dan Muhibudin Wijaya 
Laksana (2015: 42) menambahkan bahwa 
humas merupakan salah satu elemen yang 
menentukan kelangsungan organisasi secara 
positif. Arti penting humas sebagai sumber 
informasi terpercaya semakin terasa di era 
global dan banjir informasi seperti saat ini.

Organisasi dalam menjalankan 
operasionalnya pasti membutuhkan 
komunikasi. Keberlanjutan organisasi salah 
satunya ditentukan bagaimana organisasi 
mampu berkomunikasi dengan publiknya. 
Public relations diharapkan menjadi sumber 
informasi yang dapat dipercaya publik 
sehingga kesan positif akan terepresentasi 
dengan baik dari publiknya. Di tengah arus 
informasi yang begitu pesat dan mengglobal 
saat ini menjadikan organisasi harus gencar 
berkomunikasi misalnya dengan meluruskan 
berita ‘miring’ tentang organisasinya atau 
pun gencar mempublikasikan organisasinya 
di tengah persaingan yang tidak terbendung 
lagi. Hal tersebut akan memberi dampak 
organisasi semakin dikenal publik dan 
menambah kepercayaan publik terhadap 
suatu organisasi.

Menurut Melvin Sharpe (Soemirat 
dan Elvinaro Ardianto 2012: 14-15) ada lima 
prinsip proses komunikasi dalam hubungan 
jangka panjang antara perusahaan dengan 
publiknya yaitu:Komunikasi yang jujur untuk 
memperoleh kredibilitas; Keterbukaan 
dan konsistensi terhadap tindakan dan 
kepercayaan; Tindakan yang jujur untuk 
mendapatkan hubungan timbal balik dan 
goodwill (kemauan baik); Komunikasi 
dua arah dilakukan secara kontinyu untuk 
mencegah alienasi (pengucilan) dan 
membangun hubungan; Evaluasi penelitian 
dan lingkungan untuk menentukan tindakan 
dan penyesuaian yang diperlukan bagi 
hubungan sosial yang harmonis.

Walaupun organisasi giat untuk 
melakukan komunikasi dengan publik 
terutama publik eksternal, pesan yang 
disampaikan setidaknya mampu membuat 
publik yakin atas informasi tersebut dan 
diharapkan publik memberi respon positif 
atas pesan yang disampaikan organisasi. 
Keterbukaan dan konsistensi atas pesan 



68

INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 1. Juni 2016

yang disampaikan sangat mendukung dalam 
memperoleh kepercayaan publik.Oleh 
karena itu, sangat penting untuk melakukan 
komunikasi dua arah dengan membuka kran 
feedback dari publik. 

Sepanjang organisasi mampu men-
jelaskan kepada publik tentang keberadaan 
organisasi baik pada saat berjalan baik 
maupun sedang dalam keadaan genting, 
maka publik akan tetap menaruh kepercayaan 
terhadap organisasi. Evaluasi juga penting 
dilakukan untuk memperoleh gambaran 
tentang penerimaan publik terhadap suatu 
organsisasi sehingga keberadaan organisasi 
tetap diperhitungkan oleh publik bahkan 
mendapat porsi atensi yang lebih dari pada 
organisasi lainnya.Dengan demikian, penting 
untuk membangun hubungan yan harmonis 
dengan publiknya sehingga publik dapat 
mengakui keberadaan suatu organisasi.

Aplikasi Komunikasi dalam Public 
Relations

Komunikasi tidak bisa dilepaskan dari 
kegiatan public relations karena public 
relations membutuhkan komunikasi untuk 
menunjang kegiatannya. Menurut Ruslan 
(1997: 17), kegiatan public relations pada 
hakikatnya merupakan bagian dari teknik 
kegiatan berkomunikasi dengan ciri khas 
komunikasi dua arah antara lembaga atau 
organisasi yang diwakilinya dengan publik 
atau sebaliknya.Menurut Mukarom dan 
Muhibudin Wijaya Laksana (2015: 75) 
dalam kapasitasnya humas paling banyak 
menggunakan teori komunikasi sebagai dasar 
berpijaknya. Bahkan dapat dikatakan tidak 
ada teori komunikasi yang tidak dibutuhkan 
humas. 

Public relations sangat membutuhkan 
komunikasi dalam melakukan kegiatannya. 
Ciri khas dari public relations adalah 
komunikasi dua arah. Public relations sangat 
peduli terhadap feed back yang disampaikan 
publik. Citra positif suatu organisasi tidak 
lepas dari bagaimana organisasi tersebut 
mampu berkomunikasi dengan baik kepada 
publiknya termasuk memberi respon yang 
baik kepada publik. 

Menurut Mukarom dan Muhibudin 
Wijaya Laksana (2015: 91-101), teori 
komunikasi yang dibutuhkan dalam public 
relations adalah:Pertama, teori tanda. Pada 
prinsipnya pesan memiliki kedudukan 
yang sangat penting dalam komunikasi dan 
bagi praktisi humas penting karena humas 
merupakan kegiatan menyampaikan pesan. 
Pesan memiliki tiga unsur yaitu tanda, 
bahasa dan wacana.

Kedua, teori hubungan.Konteks ini 
berkaitan dengan kepentingan bagi praktisi 
humas dalam hal melakukan komunikasi 
interpersonal yaitu berbicara face to face 
dan memberi kesan yang baik dalam 
hubungannya dengan orang lain sehingga 
kesan positif yang diberikan orang terhadap 
praktisi humas akan mempengaruhi kesan 
orang tersebut terhadap organisasi.

Ketia, teori perubahan sikap. Teori 
memberi penjelasan terbentuknya sikap 
seseorang dan cara sikap itu dapat berubah 
melalui proses komunikasi dan sikap itu 
dapat mempengaruhi sikap atau tindak atau 
tingkah laku seseorang.

Keempat, teori penggunaan dan pe-
muasan. Teori ini mengasumsikan bahwa 
pengguna mempunyai pilihan untuk me-
muaskan kebutuhannya. Kelima, teori opini 
publik.Opini publik dapat diartikan sebagai 
pendapat masyarakat pada umumnya, 
integrasi pendapat secara over all atau 
keseluruhan.

Dalam kegiatannya, public relations 
diharapkan dapat menjalin hubungan yang 
serasi dengan publiknya baik publik baik publik 
internal maupun eksternal. Komunikasi face 
to face dapat memberikan dampak yang cukup 
signifikan tentang kesan publik terhadap 
suatu organisasi. Publik dapat menilai 
sikap dan gaya bicara yang diekspresikan 
oleh personal organisasi sehingga publik 
dapat langsung memunculkan kesan saat 
berinteraksi dan kesan yang diharapkan 
adalah kesan yang positif. Namun demikian, 
tidak hanya kesan positif yang diberikan 
publik kepada organisasi tetapi publik akan 
melangkah lebih jauh dengan merubah sikap 
bahkan melakukan suatu tindakan yang 
menguntungkan organisasi. 



69

Rumsari Hadi Sumarto, Komunikasi dalam Kegiatan Public Relations

Publik pun tidak sebatas melakukan 
perubahan sikap atau melakukan sesuatu 
yang sesuai dengan ekspetasi organisasi, 
tetapi publik mendapatkan kepuasan atas 
apa yang disampaikan organisasi. Apabila 
ekspetasi publik dapat terpenuhi, maka 
publik akan meneruskan sinyal postif 
tersebut kepada pihak lain. Dengan adanya 
komunikasi berantai yang positif tersebut, 
maka akan terbangun opini publik yang 
menguntungkan organisasi.

Menurut Morrisan (Mukarom dan 
Muhibudin Wijaya Laksana 2015: 91-101), 
untuk mengimplementasikan strategi 
komunikasi, manajer PR atau humas harus 
berkomunikasi dan melakukan beberapa 
hal yaitu:satu, membingkai pesan yaitu 
strategi dalam memilih, menonjolkan dan 
menghubungkan fakta ke dalam bentuk 
pesan agar lebih bermakna, lebih menarik, 
lebih berarti atau lebih diingat.

Dua, memiliki nilai berita. Praktisi 
humas dituntut untuk lebih memahami 
dan mengetahui nilai pesan yang ingin 
disampaikannya ketika berkomunikasi. 
Terlebih jika pesan itu dikirimkan ke media 
massa.

Tiga, semiotika. Praktisi humas dituntut 
untuk mampu memilih dan mengirimkan 
kata-kata atau kebijakan kepada berbagai 
kalangan yang berbeda-beda sehingga kata-
kata atau kebijakan itu dapat dipahami oleh 
penerima.

Empat, menggunakan simbol.Berbagai 
perusahaan baik yang bertujuan profit dan 
non profit menggunakan simbol untuk 
menciptakan citra atau persepsi di kalangan 
khalayak

Lima, stereotip. Komunikasi sering 
mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. 
Hambatan muncul dalam berbagai bentuk 
mulai dari hambatan sosial, umur, bahasa, 
perbendaharaan kata, politik dan ekonomi.

Pesan yang disampaikan kepada publik 
sedapat mungkin didesain dengan format 
yang menarik dan lebih mudah diingat 
publik termasuk dalam hal mengemukakan 
fakta yang ada dalam suatu organisasi. 
Informasi berdasar fakta tersebut tidak 

hanya dipublikasikan secara sederhana 
tetapi memiliki nilai berita sehingga publik 
tertarik untuk memperhatikan pesan 
yang disampaikan terutama pesan yang 
dipublikasikan di media cetak maupun 
media elektronik.Publik akan tertarik untuk 
memfokuskan dirinya pada berita yang 
menarik dan berbeda dengan publikasi 
lainnya. Praktisi humas atau public relations 
dituntut untuk mampu merangkai kata demi 
kata secara lugas dan menarik. 

Dalam menuangkan gagasan, tentunya 
praktisi public relations harus mampu 
melihat dengan siapa mereka berbicara. Bila 
komunikasi ditujukan kepada kaum muda 
tentunya bahasa yang disampaikan tidak 
terkesan kaku dan formal tetapi disampaikan 
dengan bahasa yang santai dan ‘gaul’. Latar 
belakang pendidikan publik juga harus 
menjadi perhatian praktisi humas sehingga 
praktisi humas dapat menggunakan bahasa 
yang sesuai tingkat pendidikan publik. 
Simbol-simbol tertentu dapat dituangkan 
untuk lebih menyerap perhatian publik atas 
informasi yang disampaikan.

Tidak dapat terhindarkan juga bahwa 
komunikasi akan mengalami kendala bila 
stereotip muncul di tengah komunikasi 
yang berlangsung antara publik dan suatu 
organisasi. Misalnya stigma bahwa usia 
muda belum memiliki banyak pengalaman 
dibanding usia tua sering memunculkan 
kesan ‘ragu’ dari publik terhadap personal 
organisasi. Tentu saja hal ini harus diantisipasi 
sehingga personal organisasi tetap memiliki 
kredibilitas di hadapan publiknya walaupun 
usia personal organisasi lebih muda dari usia 
publiknya.

Menurut Hubeis (2012: 43) terdapat 
beberapa faktor agar komunikasi berlang-
sung efektif yang dinamakan dengan seven 
communication:Credibity, yaitu antara 
komunikator dan komunikan terdapat rasa 
saling percaya. Context, yaitu komunikasi 
dapat terjadi kalau situasi dan kondisi 
setempat tidak ada gangguan antara 
komunikator dengan komunikan, serta sa-
rana atau media komunikasi yang saling 
berkaitan. Content, yaitu komunikator dapat 
menyampaikan pesan kepada komunikan di 



70

INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 1. Juni 2016

mana komunikan dapat memahami maksud 
komunikator sehingga komunikator merasa 
puas. Clarity, yaitu komunikator harus 
menyampaikan pesan secara jelas.

Continuty and Consistency, yaitu komu-
nikasi berlangsung terus dan pesan tidak saling 
bertentangan. Capability of Audience, dalam 
hal ini komunikator harus memperhatikan 
kemampuan komunikan dalam menerima 
pesan agar tidak terjadi kesalahpahaman. 
Channels of Distribution, dalam hal ini 
komunikasi harus menggunakan media yang 
sudah biasa digunakan oleh umum, misalnya 
media cetak dan media elektronik.

Komunikasi akan berjalan dengan 
lancar dan menambah kepercayaan publik 
bila personal organisasi memiliki kredibilitas 
yang tinggi. Personal organisasi harus 
mampu meyakinkan publiknya tentang 
informasi yang disampaikan. Kredibilitas 
terpancar dari kemampuan berbicara dengan 
wawasan yang dimiliki juga didukung 
dengan komunikasi non verbal yang 
mampu meyakinkan publik. Komunikasi 
akan nyaman berjalan bila gangguan dapat 
diminimalisir terutama pada sarana yang 
digunakan untuk berkomunikasi. Bila sarana 
sangat mendukung arus komunikasi dan 
dilengkapi dengan kredibilitas dari personal 
organisasi, maka kepuasan publik akan 
terrepresentasi dengan baik. 

Komunikasi juga harus berlangsung 
dengan baik dan lancar sehingga signifikan 
dengan kepuasan komunikator. Pesan 
yang disampaikan tidak membingungkan 
komunikan dan komunikan sendiri mendapat 
manfaat dari proses komunikasi yang terjadi. 
Dengan demikian, ada kepuasan tersendiri 
bagi komunikator karena komunikan dapat 
memahami pesan yang disampaikan bahkan 
melakukan tindak lanjut dari pesan tersebut. 
Akan lebih baik lagi bila komunikasi 
disampaikan dengan bahasa yang jelas 
dan mudah dipahami publik sehingga 
tidak memiliki makna ganda atau tidak 
terjadi kekaburan makna atas pesan yang 
disampaikan.

Komunikasi yang dilakukan harus 
tetap dijalankan secara berkesinambungan 
sehingga publik tetap mengakui keberadaan 

suatu organisasi. Sebesar dan setenar apapun 
suatu organisasi, organisasi tersebut tetap 
perlu mempublikasikan dirinya secara 
berkesinambungan agar perhatian publik 
tidak beralih ke organisasi lain. Publikasi 
yang gencar sangat diperlukan pada 
organisasi yang berorientasi profit dengan 
tingkat persaingan yang tinggi.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan 
bahwa dalam melakukan kegiatan public 
relations, keberadaan publik yang semakin 
kritis dan pintar harus menjadi perhatian 
utama untuk komunikasi di era modern saat 
ini. Dengan adanya keterbukaan komunikasi 
yang semakin luas, maka publik akan 
mengakses informasi dari berbagai penjuru 
sehingga publik saat ini merupakan publik 
yang memiliki banyak wawasan. 

Oleh karena itu, organisasi harus siap 
dengan pesan yang kritis dari publiknya.
Untuk mendukung jalannya komunikasi, 
perlu didukung juga dengan berbagai saluran 
yang dapat mendukung organisasi untuk 
semakin dikenal publik.

SIMPULAN

Public relations merupakan kegiatan 
yang pada dasarnya mengarahkan organisasi 
untuk memperoleh pengakuan publik.Lebih 
jauh public relations mengupayakan gerak 
langkahnya untuk membentuk opini publik 
yang menguntungkan organisasi sehingga 
citra positif akan diberikan publik kepada 
suatu organisasi.

Untuk menunjang kegiatannya, public 
relations membutuhkan komunikasi agar 
mampu berinteraksi dengan publiknya 
dengan komunikasi dua arah. Public 
relations selalu membuka pintu feed back 
bagi publiknya sehingga publik bebas 
mengekspresikan apa yang diinginkan dan 
apa yang menjadi keluhannya. Respon 
publik akan ditindaklanjuti sehingga publik 
akan merasa puas atas apa yang dilakukan 
organisasi terhadap publiknya. Public 
relationsjuga senantiasa melakukan evaluasi 
sehingga pendapat publik dapat terkontrol 
dengan baik. 

Dalam melakukan interaksi dengan 



71

Rumsari Hadi Sumarto, Komunikasi dalam Kegiatan Public Relations

publik, organisasi harus memperhatikan 
identitas publik yang saat ini semakin cerdas 
dan kritis sehingga organisasi tidak boleh 
menyampaikan informasi yang membuat 
publik ragu atau tidak percaya atas pesan 
yang disampaikan. Oleh karena itu, 
kredibilitas penyampai pesan dari organisasi 
harus mampu meyakinkan publik sehingga 
publik menjadi percaya dan menjadi 
media organisasi dalam mencapai tujuan 
organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, H. Hafied. 2007. Pengantar Ilmu 
Komunikasi, Jakarta: RajaGrafindo 
Persada.

Effendy, Onong Uchjana. 2002. Hubungan 
Masyarakat, Suatu Studi Komunikasi, 
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hubeis, Musa, dkk. 2012. Komunikasi 
Profesional, Seperangkat 
Pengembangan Diri, Bogor, IPB Press.

Mukarom, Zainal dan Muhibudin Wijaya 
Laksana. 2015. Manajemen Public 
Relations, Panduan Efektif Pengelolaan 
Hubungan Masyarakat, Bandung: 
Pustaka Setia.

Ruslan, Rosady. 1997. Kiat dan Strategi 
Kampanye Public Relations, Jakarta: 
RajaGrafindo Persada.

Soemirat, Sholeh dan Elvinaro Ardianto. 
2012. Dasar-dasar Public Relations, 
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suranto, AW. 2005. Komunikasi Perkantoran, 
Prinsip Komunikasi untuk Meningkat-
kan Kinerja Perkantoran, Yogyakarta: 
Media Wacana.

Wiryanto, MA 2002. Pengantar Ilmu 
Komunikasi, Jakarta: PT Gramedia 
Widiasarana Indonesia.



72

INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 1. Juni 2016