51 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IDJ, Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 erasi, Kementerian Sosial Republik In- donesia, Pusat Data dan Informasi - Kesejahteraan Sosial, Jakarta. 16. Stolbova, K., Hahn, A., Benes, B., Andel, M. and Treslova, L., 1999., Gustometry of Diabetes Mellitus Pa- tients and Obese Patients, Int Tinnitus J; 5(2): 135-140. 17. Dey, C.K. and Inamdar, R.S., 2011. A Gender Based Comparative Study of Different Taste Parameters in Diabet- ics, Indian J App Bas Med Sci; 13B(17) : 1-11. 18. Song, S.H. dan Hardisty, C.A., 2009. Early onset type 2 diabetes mellitus: a harbinger for complications in later years—clinical observation from a secondary care cohort, Q J Med; 102:799–806. 19. Nathan, D.M., 1993., Long-Term Complications of Diabetes Mellitus, N Engl J Med; 328(23) : 1676-85. 20. Finkelstein, J.A. and Schiffmann, S.S., 1999. Workshop on taste and smell in the elderly: an overview, Physiol Be- hav; 66(2): 173-176. 21. Greenberg, M.S., Glick, M. and Ship, J.A., 2008. Burket’s Oral Medicine, Edisi ke-11, B.C. Decker Inc. 22. Boyce, J.M. and Shone, G.R., 2006. Review : Effects of ageing on smell and taste, Postgrad Med J ;82:239–241. 23. Yullizar, D., 2005. Pedoman Pemerik- saan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Mellitus, Departemen Kese- hatan Republik Indonesia, Jakarta. 24. Saudek, C.D. and Brick, J.C., 2009. The Clinical Use of Hemoglobin A1c, J Diabetes Sci Technol;3(4):629-634. 25. Vennemann, M.M., Hummel, T., and Berger, K., 2008. The association be- tween smoking and smell and taste impairment in the general population (abstract), J Neurol ; 255(8):pp1121- 1126. 26. Abdollahi, M., Rahimi, R., and Rad- far, M., 2008. Current Opinion on Drug- induced Oral Reactions : A Comprehensive Review, J Contemp Dent Pract; 9(3): 1-31. Perancah Hidogel untuk Aplikasi Rekayasa Jaringan Tulang Hydrogel Scaffold for Bone Tissue Engineering Appli- cation Erlina Sih Mahanani School of Dentistry, Faculty of Medicine and Health Science, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Corresponding : erlinasihmahanani@yahoo.co.id Abstrak Pendahuluan. Tulang mempunyai kemampuan untuk memperbaiki dirinya sendiri. Kasus defek tulang yang kecil dapat diperbaiki sendiri, tetapi pada critical defect membutuhkan campur tangan pembedahan untuk mere- kontruksi jaringa tulang. Sejak akhir dekade lalu, rekayasa jaringan telah digunakan dan dikembangkan dalam kedokteran regeneratif, termasuk di dalamnya adalah regenerasi tulang. Tujuan. Tujuan dari artikel ini adalah untuk memberikan tinjauan secara komprehensif dari perancah hidrogel tentang kelebihannya, osteokonduktivi- tas, sifat fisik, degradasi, dan juga kemampuan mengontrol pelepasan substrat akan didiskusikan dalam artikel ini. Diskusi. Perancah, sel, dan faktor pertumbuhan adalah tiga komponen dalam rekayasa jaringan untuk me- nentukan keberhasilan dari suatu rekontruksi jaringan. Perancah hidrogel perancah yang biodegradable dan bio- material 3 dimensi dengan kemampuan menyerap air yang banyak tetapi dapat mempertahankan stabilitas di- mensinya. Kesimpulan. Perancah hidrogel memiliki peran yang sangat luas dalam aplikasi rekayasa jaringan tulang. Kata kunci: hidrogel, perancah, tissue engineering, regenerasi tulang. Abstract Introduction. Bones have ability to repair. In case small defect, bone can be repaired by themself, but large de- fect needs surgery application to reconstruct the bone tissue. Since the last decade, tissue engineering has been used and developed in regenerative medicine, including in bone regeneration. Objective. The aim of this article is to provide the comprehensive overview of hydrogel scaffold with their advantages, osteoconductivity, proper- ties, degradation charactheristic, furthermore the ability to control the substrate release are discussed in this re- view. Discussion. Scaffold, cells, and growth factors are three components in tissue engineering to determine the sucsess of reconstruction. Hydrogel scaffolds are the biodegradable scaffold and three-dimentional biomaterial with ability to absorb large amounts of water minewhile maintaining their dimentional stability. Conclusion. Hydrogel scaffolds have played role in wide range of bone tissue engineering application. Keyword: hydrogel, scaffold, tissue engineering, bone regeneration 52 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Erlina Sih Mahanani Perancah Hidogel untuk Aplikasi Rekayasa Jaringan Tulang Pendahuluan Kerusakan tulang atau defek tulang da- pat diakibatkan oleh benrmacam-macam sebab, seperti trauma, penyakit degeneratif, pengangkatan tumor, dan juga kecacatan pada masa pertumbuhan atau pembentu- kannya. Tulang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan oleh dirinya sendiri pada kasus-kasus defek kecil atau ringan.1 Kerusakan tulang yang cukup besar atau melibatkan jaringan yang luas, tidak dapat sembuh sendiri tanpa adanya intervensi tin- dakan medis sering disebut critical defect. Defek ini ternyata tidak dapat diperbaiki sendiri oleh tulang. Intervensi pembedahan diperlukan untuk merekontruksi critical de- fect supaya tulang dapat berfungsi kem- bali.2,3 Rekontruksi tulang dengan intervensi pembedahan memerlukan suatu bahan yang dapat membantu berjalannya keberhasilan rekontruksi tersebut. Teknologi rekayasa jaringan saat ini berkembang pesat untuk memfasilitasi regenerasi jaringan sesuai dengan yang diperlukan. Secara garis besar teknologi rekayasa jaringan melibatkan tiga faktor yang sangat mempengaruhi keberha- silan rekontruksi jaringan. Ketiga faktor tersebut adalah perancah, sel dan molekul signal.4 Hidrogel adalah salah satu perancah yang banyak digunakan dan merupakan suatu teknologi biopolimer dengan crosslinking fisik maupun kimiawi. Peran- cah hidrogel terbuat dari bahan yang sangat dekat dengan tubuh manusia, strukturnya menyerupai matriks ekstraselular. Teknologi hidrogel banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena memiliki kemampuan menyerap air, memiliki tempat untuk suatu substrat lain dimuatkan, sehingga berfungsi sebagai agen pembawa atau delivery vehicle untuk molekul bioaktif. Perancah hidrogel terbuat dari bahan hidrogel memiliki struk- tur 3 dimensi dan berpori sehingga dapat dilekati sel untuk pertumbuhan jaringan.5 Perancah hidrogel sangat sesuai untuk kebu- tuhan teknologi rekayasa jaringan sehingga ketiga faktor dapat dikolaborasikan dan jar- ingan yang dituju dapat merekonstruksi kerusakannya.6,7 Artikel ini ditujukan untuk memberikan tinjauan dan ulasan terhadap kemampuan perancah hidrogel dalam memperbaiki keru- sakan jaringan tulang. Diskusi Bidang rekayasa jaringan atau Tissue Engineering saat ini sedang berkembang sangat pesat dan merupakan teknologi yang berperan dalam keberhasilan rekonstruksi jaringan supaya jaringan yang rusak dapat berfungsi kembali. Keberhasilan rekayasa jaringan sangat ditentukan oleh 3 faktor yang telah banyak dikemukaan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Ketiga faktor tersebut adalah perancah atau scaffold , sel (dalam hal ini stem cell sering digunakan), dan molekul signal seperti pada bagan di Gambar 1.4,8,9 Perancah merupakan bahan biomaterial yang berperan sebagai tempat, lingkungan untuk tumbuh, berkembang, dan berdiferensiasinya sel sesuai dengan target jaringan yang akan direkonstruksi. Perancah harus memiliki desain yang sesuai untuk tumbuhnya sel yang bersangkutan baik dari segi porusitasnya, profil dan lamanya terde- gradasi dengan sendirinya, serta kemampu- annya dimuati suatu bahan yang berfungsi memberikan molekul signal untuk diman- faatkan oleh sel yang terdapat dalam peran- cah maupun sel disekitarnya.1,10. Perancah yang ditujukan untuk merekonstruksi jarin- 53 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IDJ, Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Pendahuluan Kerusakan tulang atau defek tulang da- pat diakibatkan oleh benrmacam-macam sebab, seperti trauma, penyakit degeneratif, pengangkatan tumor, dan juga kecacatan pada masa pertumbuhan atau pembentu- kannya. Tulang memiliki kemampuan untuk memperbaiki kerusakan oleh dirinya sendiri pada kasus-kasus defek kecil atau ringan.1 Kerusakan tulang yang cukup besar atau melibatkan jaringan yang luas, tidak dapat sembuh sendiri tanpa adanya intervensi tin- dakan medis sering disebut critical defect. Defek ini ternyata tidak dapat diperbaiki sendiri oleh tulang. Intervensi pembedahan diperlukan untuk merekontruksi critical de- fect supaya tulang dapat berfungsi kem- bali.2,3 Rekontruksi tulang dengan intervensi pembedahan memerlukan suatu bahan yang dapat membantu berjalannya keberhasilan rekontruksi tersebut. Teknologi rekayasa jaringan saat ini berkembang pesat untuk memfasilitasi regenerasi jaringan sesuai dengan yang diperlukan. Secara garis besar teknologi rekayasa jaringan melibatkan tiga faktor yang sangat mempengaruhi keberha- silan rekontruksi jaringan. Ketiga faktor tersebut adalah perancah, sel dan molekul signal.4 Hidrogel adalah salah satu perancah yang banyak digunakan dan merupakan suatu teknologi biopolimer dengan crosslinking fisik maupun kimiawi. Peran- cah hidrogel terbuat dari bahan yang sangat dekat dengan tubuh manusia, strukturnya menyerupai matriks ekstraselular. Teknologi hidrogel banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena memiliki kemampuan menyerap air, memiliki tempat untuk suatu substrat lain dimuatkan, sehingga berfungsi sebagai agen pembawa atau delivery vehicle untuk molekul bioaktif. Perancah hidrogel terbuat dari bahan hidrogel memiliki struk- tur 3 dimensi dan berpori sehingga dapat dilekati sel untuk pertumbuhan jaringan.5 Perancah hidrogel sangat sesuai untuk kebu- tuhan teknologi rekayasa jaringan sehingga ketiga faktor dapat dikolaborasikan dan jar- ingan yang dituju dapat merekonstruksi kerusakannya.6,7 Artikel ini ditujukan untuk memberikan tinjauan dan ulasan terhadap kemampuan perancah hidrogel dalam memperbaiki keru- sakan jaringan tulang. Diskusi Bidang rekayasa jaringan atau Tissue Engineering saat ini sedang berkembang sangat pesat dan merupakan teknologi yang berperan dalam keberhasilan rekonstruksi jaringan supaya jaringan yang rusak dapat berfungsi kembali. Keberhasilan rekayasa jaringan sangat ditentukan oleh 3 faktor yang telah banyak dikemukaan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Ketiga faktor tersebut adalah perancah atau scaffold , sel (dalam hal ini stem cell sering digunakan), dan molekul signal seperti pada bagan di Gambar 1.4,8,9 Perancah merupakan bahan biomaterial yang berperan sebagai tempat, lingkungan untuk tumbuh, berkembang, dan berdiferensiasinya sel sesuai dengan target jaringan yang akan direkonstruksi. Perancah harus memiliki desain yang sesuai untuk tumbuhnya sel yang bersangkutan baik dari segi porusitasnya, profil dan lamanya terde- gradasi dengan sendirinya, serta kemampu- annya dimuati suatu bahan yang berfungsi memberikan molekul signal untuk diman- faatkan oleh sel yang terdapat dalam peran- cah maupun sel disekitarnya.1,10. Perancah yang ditujukan untuk merekonstruksi jarin- gan tulang harus memiliki porusitas yang sesuai dengan osteoblas, memiliki sifat os- teokonduksi yang baik, dapat terdegradasi dalam waktu yang sesuai dengan diferensi- asi sel osteoblas sampai osteoblas mampu mensekresikan matriks extraselularnya. Hal ini akan berhubungan dengan sifat mekanis dan kimiawi dari perancah. Selain itu peran- cah harus memenuhi syarat untuk memiliki sifat biokompatibilitas, dan osteoinduksi dengan dipadukan bahan maupun protein lain yang dimuatkan dalam perancah.1,7,11 Sel merupakan bagian penting dalam rekonstruksi jaringan yang akan bekerja membangun jaringan yang rusak. Sel me- merlukan lingkungan yang sesuai untuk hidup, berproliferasi, dan berdiferensiasi menjadi sel tulang atau osteoblas. Perancah berfungsi menyediakan lingkungan untuk sel sehingga sel menetap di tempat yang akan direkonstruksi dan menjalankan fungsinya untuk membangun jaringan tulang baru. Tanpa adanya sel osteoblas yang bekerja dengan baik maka jaringan tulang tidak akan terbentuk. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan perancah untuk dilekati sel antara lain bentuk permu- kaan, kekasarannya, adesi molekul permu- kaan perancah, iso electrict point bahan per- ancah, hidrophobisitas bahan, dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut merupakan bahan per- timbangan untuk mendisain perancah.1,8,9. Sel yang digunakan dalam tissue engi- neering bisa berupa sel yang ditambahkan dari luar, diinkorporasikan dengan perancah, maupun mengandalkan sumber sel yang ada dalam jaringan tersebut. Sel yang sering digunakan adalah stem cell. Hal ini disebab- kan stem cell atau sel punca merupakan sel yang masih asli dan belum terdefernsiasi menjadi fungsi sel yang lain. Sel punca da- pat dideferensiasikan menjadi sel lain sesuai dengan jaringan yang akan direkonstruksi. Sel punca dengan diberi stimuli dapat ber- diferensiasi menjadi sel lemak, sel tulang, sel saraf, sel otot, maupun sel jantung, se- hingga kemampuan berdiferensiasi dan menjadi berbagai sel dewasa inilah maka sel punca fleksibel untuk tujuan memperbaiki jaringan (Javaid, 2012).3,12. Berdasar sum- bernya sel punca dapat berasal dari darah yang disebut hematopoeitic stem cell, lemak hasil liposuction, dari sumsum tulang (bone marrow), dari tali pusat. Sel punca bersum- ber tali pusat dapat diisolasi dari darah tali pusatnya (umbilical cord blood), dari whar- ton jelly maupun dari tali pusatnya.13 Molekul signal merupakan bagian yang tidak kalah penting, karena berperan mem- beri stimuli sel untuk berproliferasi dan ber- diferensiasi menjadi sel tulang. Kandungan molekul signal diperlukan selama berlang- sungnya proses rekonstruksi tulang, se- hingga tidak boleh terlepas ke jaringan den- gan cepat, karena akan menjadi tidak efektif dan pada saat stimuli tersebut masih diper- lukan, molekul signal sudah habis terlepas. Oleh karena itu perlu desain delivery vehicle yang sesuai untuk melepaskan molekul sig- nal sedikit demi sedikit sampai terbentuknya sel osteoblast yang telah mampu mensekre- sikan matriks tulang. Delivery vehicle didisain pada perancah sehingga degradasi perancah dapat sesuai dengan kecepatan yang diharapkan.1,4. Proses degradasi men- jadi bagian terlepasnya signal molekul, se- makin pelan perancah terdegradasi makin pelan pula pelepasan molekul signal ke lo- kasi rekonstruksi tulang. Peneliti-peneliti telah melaporkan proses pelepasan molekul signal seiring dengan terlepasnya ikatan si- lang (crosslinking) pada perancah. Skema proses pelepasan molekul signal disajikan pada Gambar 2.7,9,14,15. 54 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Erlina Sih Mahanani Perancah Hidogel untuk Aplikasi Rekayasa Jaringan Tulang Gambar 1. Bagan 3 komponen tissue engineering.9 Bahan molekul signal dimuatkan pada perancah dengan terjebak pada ikatan silang maupun menempel pada pori-pori perancah. Lama terlepasnya ikatan silang pada peran- cah ini dapat didisain sehingga terlepasnya molekul signal dapat dikontrol juga.7 55 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . IDJ, Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Gambar 1. Bagan 3 komponen tissue engineering.9 Bahan molekul signal dimuatkan pada perancah dengan terjebak pada ikatan silang maupun menempel pada pori-pori perancah. Lama terlepasnya ikatan silang pada peran- cah ini dapat didisain sehingga terlepasnya molekul signal dapat dikontrol juga.7 Kesimpulan Berbagai sisi menunjukkan bahwa per- ancah hydrogel memiliki sifat fisik berpori- pori, dapat dilakukan crosslinking untuk memperkuatan ikatan di dalamnya, dapat dimuati bahan yang berfungsi sebagai mole- kul signal, degradasi dan pelepasan molekul signal dapat dikontrol, biokompatibel, bio- degradable, sehingga perancah hidrogel memiliki peran yang luas dan sesuai untuk aplikasi rekayasa jaringan untuk regenerasi jaringan tulang. Daftar Pustaka 1. Blackwood, K.A., Bock, N., Dragvill, T.R., and Woodruff, M.A., Scaffolds for Growth Factor Delivery as Applied to Bone Tissue Engineering, International Journal of Polymer Science Volume, 2012, 1-25. 2. Spicer P.P., Kretlow J.D., Young S, Jansen J.A., Kasper F.K., Mikos A.G., Evaluation of bone regeneration using the rat critical size calvarial defect, Nature Protocols 2012; 7: 1918–1929 3. Javaid M.A., and Kaartinen M.T., Mesenchymal Stem Cell-based Bone Tissue Engineering, International Dental Journal Of Student’s Research, Oct 2012-Jan 2013, Volume 1, Issue 3 4. Tabata ,Y., 2003, Tissue Regeneration Based on Drug Delivery Technology, Topics in Tissue Engineering e-book, Eds. N. Ashamma khi & P. Ferretti, 1-32. 5. Drury J.L., and Mooney D.J., Hydrogels for tissue engineering: scaffold design variables and applications, Biomaterials; 2003; 24 (24): 4337–4351 6. Matsui M., and Tabata Y., 2012, Enhance angiogenesis by multiple release of platelet-rich plasma contents and basic fibroblast growth factor from gelatin hydrogel, Acta Biomaterilia, 8(5), 1792-801. 7. Kurita J, Miyamoto M, Ishii Y, Aoyama J, Takagi Y, Naito Z, Tabata Y, Ochi M,and Shimizu K, Enhanced Vascularization by Controlled Release of Platelet-Rich Plasma Impregnated in Biodegradable Gelatin Hydrogel, Ann Thorac Surg, 2011;92:837– 44. 8. Yang S, Leong KF, Du Z, Chua CK, The Design of Scaffolds for Use in Tissue Engineering. Part I. Traditional Factors, Tissue Engineering, 2001; 6(7), 9. Partap, S., Plunkett, N. A., and O’Brien F. J., (2010). Bioreactors in Tissue Engineering, Tissue Engineering, Daniel Eberli (Ed.), ISBN: 978-953-307-079-7, InTech, Available from:http://www.intechopen.com/books/ tissue-engineering/bioreactors-in-tissue engineering. 10. Saito, T., and Tabata, T., 2012, Preparation of gelatin hydrogels incorporating low-molecular-weight heparin for anti-fibrotic therapy, Acta Biomater.8(2):646-52. 11. Tabata, Y., 2011, Biomaterial Design of Culture Substrates for Cell Research, Inflamation and Regeneration, Vol 31 No. 2, 137-145. 12. Lehman G, Palmero P, Vcacciotti L, Pecci R, Campagnolo L, Bedini R, Siracusa G, Bianco A, Camaioni A, Montanaro L, Design, Production And Biocompatibility Of Nanostructured Porous Hap And Si-Hap Ceramics As Three-Dimensional Scaffolds For Stem Cell Culture And Differentiation, Ceramics-Silikaty, 2010; 54 (2); 90-96 56 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Erlina Sih Mahanani Perancah Hidogel untuk Aplikasi Rekayasa Jaringan Tulang 13. Saputra, V., 2006. Dasar-dasar Stem Cell dan Potensi Aplikasinya. Cermin Dunia Kedokteran, -(153), pp. 21-25. 14. Sunarso, Sutarno, Tsuru K, Ana ID, and Ishikawa K, Effect Of Crosslinking To The Mechanical Property Of Apatite Gelatin Hybrid For Bone Substitution Purposes, Indo. J. Chem., 2011, 11 (3), 267 – 272. 15. Hennink WE., and VanNostrum CF, Novel crosslinking methods to design hydrogels, Advanced Drug Delivery Reviews, 2012; 64: 223–236