REAKSI PASAR ATAS PENGUKURAN KINERJA AKUNTANSI PERUSAHAAN PROSPECTOR DAN DEFENDER : ANALISIS DENGAN PENDEKATAN LIFE CYCLE THEO Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 8 No. 2, hal: 92-104, Juli 2007 Terakreditasi Berdasarkan SK No.34/DIKTI/Kep/2003 Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan Prospector dan Defender : Analisis Dengan Pendekatan Life Cycle Theory Tri Jatmiko Wahyu P.1 & Aprilia Diastini2* Akuntansi Universitas Diponegoro Alumnus Program Sarjana Akuntansi Universitas Diponegoro *apriliadiastini@gmail.com Abstract The study is an empirical study that intends to examine the difference accounting performance measures between prospector and defender strategies. The study also has objective to examine market reaction for both organizational strategies. Variables that implicated by organizational strategy are income growth, sales growth, dividend pay out, and return on investment. Life cycle theory approach is used to analyze the difference accounting performance measures. Four variables are used to explain strategies between prospector and defender firms are price to book value (PBV) ratio, sales to employee ratio, capital expenditure to market equity value ratio, and capital expenditure to total assets ratio. The sample are 30 to prospector firms, and 30 to defender firms derived from 60 manufacturing public firms at Jakarta Stock Exchange, tested by Principal Component Analysis. The result show that income and sales growth of prospector firms are greater than defender firms (significant at 0,01 level). Dividend pay out and return on investment of prospector firms are smaller than defender firms (significant at 0,01 level). While, the market reaction of prospector firms are greater than defender firms, the difference significantly at 0,01 level. Multivariate analysis is used to determine the difference level between prospector and defender firms and it relationship with stock price. The result show that there are significantly difference between income growth, sales growth, dividend pay out, and return on investment to abnormal return. Keywords: Prospector and Defender, Income Growth, Sales Growth, Dividend Payout, Return On Investment, Life Cycle Theory, Abnormal Return. PENDAHULUAN Krisis moneter yang melanda Indonesia berdampak buruk pada pereko- nomian Indonesia. Banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu beradaptasi terhadap krisis. Hal yang berkebalikan terjadi pada periode setelah krisis, banyak perusahaan yang muncul sehingga menyebabkan persaingan yang semakin ketat. Keberhasilan perusahaan salah satunya ditentukan oleh daya saing perusahaan. Perusahaan yang memenangkan persaingan akan menjadi leader. Untuk memenangkan persaingan dibutuhkan suatu strategi yang tepat. Perusahaan yang mempunyai strategi yang tepat akan mampu bertahan dan mengungguli para pesaing dalam pertum- buhan dan perolehan laba. Salah satu cara untuk menilai keberhasilan suatu strategi dapat dilihat dari kinerja akuntansi perusahaan. Strategi yang berhasil adalah strategi yang menghasilkan kinerja akuntansi yang bagus. Hasil kerja yang Tri Jatmiko Wahyu P. & Aprilia Diastini 93 dari 104 dicapai perusahaan selama satu periode yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan merupakan kinerja akuntansi. Informasi yang termuat dalam laporan keuangan sangat bermanfaat bagi pengguna informasi atau investor dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Sedang- kan untuk manajemen dapat digunakan untuk mengetahui apakah strategi yang diterapkan sudah berhasil atau belum. Jika hasil kinerja sesuai dengan yang ditargetkan atau bahkan sudah melebihi target, berarti strategi berhasil dengan baik. Meskipun hasil kinerja baik, untuk periode yang akan datang perusahaan seharusnya tetap mencari strategi yang tepat sesuai dengan kondisi dan tantangan lingkungan eksternal. Perusa- haan yang selalu menyesuaikan strategi untuk memenuhi tantangan akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan peru- sahaan yang strateginya tidak responsif terhadap perubahan lingkungan dan tan- tangan. Strategi merupakan rumusan peren- canaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuan. Strategi akan memaksimalkan keunggulan kompetitif. Menurut Porter (1985) terdapat dua jenis strategi yaitu strategi korporat dan strategi kompetitif (unit bisnis). Strategi korporat (perusahaan) memfokuskan pada bisnis apa dan di mana sebaiknya bersaing, sedangkan strategi kompetitif lebih memfokuskan pada penciptaan keunggulan kompetitif pada masing-masing unit bisnis. Konsep-konsep strategi kompetitif diklasifikasikan oleh Miles dan Snow (1978) menjadi empat tipe yaitu prospector, defender, analyzer, dan reaction. Olson et al (2005) membagi strategi pemasaran menjadi empat macam, yaitu prospector, analyzer, low cost defender, dan differentiated defender. Keduanya mengartikan prospector dan defender sebagai strategi yang ekstrim berbeda. Prospector merupakan strategi yang memanfaatkan peluang pasar dengan cara mengidentifikasikan dan mengem- bangkan produk baru, sedangkan defender adalah strategi yang mempertahankan pasar yang telah dicapai dan produk yang stabil dengan harga yang murah (low cost leadership). Perusahaan yang bertipe prospector secara kontinyu mengawasi peluang pasar dan melakukan suatu terobosan baru untuk merespon pesaing. Fungsi pemasaran dan riset dan pengembangan (R & D) menjadi lebih dominan. Kinerja tidak hanya didasarkan pada laba dan efisiensi tetapi yang paling penting adalah menjadi leader dalam inovasi produk. Perusahaan defender cenderung membatasi jenis produksi atau melakukan pembatasan pasar. Kinerja perusahaan dinilai berdasarkan keuangan, produksi, dan perekayasaan teknis dengan menekan pengeluaran untuk pemasaran dan riset dan pengembangan (R & D). Sedangkan perusahaan analyzer merupakan kombinasi kekuatan antara prospector dan defender. TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Klasifikasi Strategi Perusahaan Strategi perusahaan merupakan suatu langkah yang dilakukan perusahaan untuk dapat mempertahankan keberadaannya. Miles dan Snow (1978) mengklasifikasikan strategi perusahaan menjadi empat tipe yaitu prospector, defender, analyzer, dan reactor. Strategi prospector dan defender merupakan dua strategi yang secara ekstrim berbeda bahkan cenderung bertolak belakang. Perusahaan bertipe prospector cenderung memanfaatkan peluang pasar dengan melakukan inovasi produk baru. Jika dikaitkan dengan teori product life cycle, maka perusahaan prospector adalah peru- sahaan yang mendekati fase pertumbuhan. Terdapat dua karakteristik pertumbuhan yaitu (1) pertumbuhan yang disebabkan peluang dalam pengembangan produk baru dan (2) pertumbuhan dalam arti rate of growth yang tinggi. Sedangkan strategi defender berada dalam fase kematangan. Pada fase ini perusahaan memerlukan pengendalian biaya yang ketat dan menekankan efisiensi. Anthony dan Ramesh (1992) mene- Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan… 94 dari 104 mukan bahwa pertumbuhan penjualan pada fase pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan pada fase kematangan. Selain itu pem- bayaran dividen pada fase pertumbuhan lebih kecil dibandingkan pada fase kema- tangan, karena pada fase pertumbuhan laba ditanamkan kembali ke perusahaan. Menurut Anderson dan Zeithaml (1984) perusahaan prospector mempunyai ROI yang lebih kecil daripada perusahaan defender. Hal ini disebabkan pada fase perkenalan dan pertumbuhan perusahaan masih berada pada tahap membangun (build) yang masih terus melakukan investasi, sedangkan pada fase kematangan dan penurunan, perusahaan sudah berada pada tahap memanen (harvest). Berdasarkan konsep siklus hidup, implikasi strategi perusahaan prospector terhadap pengukuran kinerja akuntansi laba dan penjualan cenderung lebih tinggi dibandingkan strategi defender. Berdasarkan uraian literatur di atas dapat disimpulkan implikasi strategi prospector dan defender terhadap pengukuran kinerja akuntansi seperti pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 Prediksi Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan Prospector dan Defender Prospector Defender IG RT RR SG RT RR DP RR RT ROI RR RT Sumber: diadaptasi dari Habbe dan Jogiyanto (2001) dengan penambahan variabel ROI. Keterangan Notasi : IG : Income Growth RT : Relatif lebih tinggi SG : Sales Growth RR : Relatif lebih rendah DP : Dividen Pay Out ROI : Return on Investment Berdasarkan prediksi pengukuran kinerja dan penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis- hipotesis sebagai berikut: H1 :Rata-rata pertumbuhan laba perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. H2 :Rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. H3 :Rata-rata pembayaran dividen pada perusahaan prospector lebih kecil daripada perusahaan defender. H4 :Rata-rata ROI pada perusahaan prospector lebih kecil daripada perusahaan defender. H5 :Reaksi pasar terhadap perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. H6 : Strategi perusahaan berpengaruh positif terhadap harga saham. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari: 1) Data akuntansi yang diambil dari laporan keuangan perusahaan sam- pel selama tahun 2000 sampai dengan 2005, yaitu penjualan ber- sih, capital expenditure, total aktiva, laba bersih, jumlah karya- wan, dan laba sebelum pajak, extraordinary item dan discon- tinued operation. 2) Harga pasar saham, nilai buku saham, jumlah lembar saham yang beredar, dividen pay out, dan earnings per share yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 3) Data publikasi laporan keuangan dari harian Bisnis Indonesia. 4) Data harga saham harian masing- masing emiten diperoleh dari pojok BEJ Universitas Diponegoro. Tahun pengamatannya adalah tahun 2001-2005. Pengamatan dimulai tahun 2001 karena tahun tersebut dianggap tahun di Tri Jatmiko Wahyu P. & Aprilia Diastini 95 dari 104 mana keadaan ekonomi negara Indonesia sudah mulai menampakkan perkembangan. Penelitian ini tidak mengikutkan data tahun 1999 karena pada awal tahun 1999 merupakan awal periode setelah krisis. Pada saat ini perekonomian Indonesia sedang memulai untuk bangkit dari krisis. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Sedangkan sampel dipilih berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah: (1) perusahaan yang terdaftar di BEJ sejak tahun 2000 atau sebelumya, (2) sampel tergolong dalam perusahaan manufaktur menurut klasifikasi Indonesian Capital Market Directory 2006, (3) sampel adalah perusahaan yang sudah menerbitkan laporan keuangan auditan berturut-turut selama tahun 2000-2005, (4) laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut berakhir tanggal 31 Desember dan dinyatakan dalam rupiah, (5) sampel adalah perusahaan yang terklasifikasi sebagai perusahaan dengan tipe prospector dan defender. Definisi Operasional Variabel Variabel independen dalam penelitian ini adalah variabel pengukuran kinerja akuntansi yang terimplikasi dari strategi organisasi. Pengukuran tersebut adalah pertumbuhan penjualan, pertumbuhan laba, pembayaran dividen, dan return on investment (ROI). Ketiga variabel tersebut dirumuskan dalam simbol sebagai berikut: dIBED =(IBEDt-IBEDt-1)/MVEt-1 (1) dSG=(SGt-SGt-1)/SGt-1 (2) DP= DPS/EPS (3) ROI = EAT/TA (4) Keterangan: dIBED=Pertumbuhan laba IBEDt=Laba sebelum pajak, tidak termasuk extraordinary items, dan discontinued operations pada tahun t IBEDt-1=Laba sebelum pajak, tidak termasuk extraordinary items, dan discontinued operations pada tahun t-1 MVEt-1= Nilai Pasar Ekuitas pada akhir tahun t-1 dSG= Pertumbuhan Penjualan SGt= Total Penjualan Bersih pada tahun t SGt-1= Total Penjualan Bersih pada tahun t-1 DP= Dividen Payout Ratio DPS= Dividen per lembar saham EPS= Laba per lembar saham ROI= Return on Investment EAT= Laba Bersih sesudah Pajak TA= Total Aktiva Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah cumulative abnormal return (CAR) yang dihitung dengan menggunakan model pasar disesuaikan (market adjusted model). Dalam model pasar disesuaikan dianggap bahwa penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar, sehingga tidak menggunakan periode estimasi (Wibowo dan Sukarno, 2004). Pertimbangan menggunakan model ini karena pasar modal di Indonesia masih dalam tahap berkembang yang memiliki ciri sebagian saham tersebut tidak sering diperjualbelikan, akibatnya banyak perusa- haan yang menghasilkan return nol selama tidak terjadi transaksi, dimana akan menimbulkan masalah dalam perhitungan koefisien β. Dalam penelitian ini periode jendela tujuh hari (-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3) seputar tanggal publikasi laporan keuangan auditan perusahaan sampel. Langkah- langkah untuk mencari cummulative abnormal return: 1) Return atau tingkat pengembalian sesungguhnya (actual return), rumus yang digunakan menurut Jogiyanto (2000) dalam Wibowo dan Sukarno (2004) adalah sebagai berikut: Ri.t= Pi.t – Pi.t-1/Pi.t-1 Keterangan: Ri.t= Return sesungguhnya saham i pada hari t Pi.t= Harga penutupan (Closing Price) Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan… 96 dari 104 saham i pada hari t Pi.t-1= Harga penutupan (Closing Price) saham i pada hari t-1 2) Return indeks pasar, dengan menggu- nakan rumus sebagai berikut: RMt= IHSGt – IHSGt-1/IHSGt-1 Keterangan: RMt= Return indeks pasar IHSGt= Indeks Harga Saham Gabungan pada hari t IHSGt-1=Indeks Harga Saham Gabu- ngan pada hari t-1 3) Abnormal Return adalah selisih antara return sesungguhnya (actual return) dengan return indeks pasar pasar dari saham i pada hari t. rumus yang digunakan adalah: ARi.t= Ri.t - RMt Keterangan: ARi.t= return tidak normal (abnormal return) saham i pada hari t Ri.t= return sesungguhnya (actual return) untuk saham i pada hari t RMt= return indeks pasar dari saham i pada hari t 4) Cummulative Abnormal Return (CAR) adalah penjumlahan abnormal return selama periode jendela untuk masing- masing sampel saham. Rumus yang digunakan adalah: CARi.t= ARi.t (5) Keterangan: CARi.t=Cumultive Abnormal Return saham i pada hari t ARi.t=Abnormal Return saham i pada hari t. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data diadopsi dari metode yang digunakan Habbe dan Jogiyanto (2001) dan Kallapur dan Trombley (1999). Terdapat empat proksi pertumbuhan yang digunakan, yaitu jumlah karyawan dibagi penjualan (KARPEN), price to book value (PBV), capital expenditure dibagi dengan market value of equity (CEMVE), dan capital expenditure dibagi total aset (CETA). Nilai keempat proksi tersebut dianalisis menggunakan principal compo- nent analusis yaitu teknik reduksi data, mencoba mereduksi jumlah besar variabel menjadi indeks komposit yang lebih sedikit (Ghozali, 2005). Masalah yang direduksi dengan mengidntifikasi prosedur atau aturan untuk membentuk dua indeks komposit. Variabel indikator dari proksi perusahaan prospector dan defender dirumuskan sebagai berikut: KARPEN= KAR/PEN (6) PBV = MV/BV (7) CETA = (CEt - Cet-1)/TAt-1 (8) CEMVE= (CEt - Cet-1)/MVEt-1 (9) Keterangan: KAR= Total karyawan PEN= Total penjualan bersih MV= Harga pasar per lembar saham BV= Nilai buku per lembar saham CEt= Capital expenditure tahun t CEt-1= Capital expenditure tahun t-1 MVt-1= Nilai pasar ekuitas akhir tahun t-1 TAt-1= Total aset tahun t-1 Metode Analisis Metode Analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji beda rata-rata (t-test), dan uji regresi linier berganda. Uji beda rata-rata (t-test) digunakan untuk menguji perbedaan pengukuran kinerja akuntansi yang terimplikasi oleh strategi organisasi yang dihipotesiskan pada H1, H2, H3, dan H4. Uji beda rata-rata juga digunakan untuk pengujian reaksi pasar terhadap kedua jenis strategi organisasional yang dihipotesiskan pada H5. Sedangkan uji regresi linier berganda digunakan untuk melihat lebih jauh perbedaan strategi prospector dan defender dalam hubungannya dengan harga saham (H6), dengan persamaan sebagai berikut: CAR = α1 + β1 dIBED + β2 dSG + β3 DP + β4 ROI + ε (10) Keterangan: CAR= Cumulative Abnormal Return dIBED= Pertumbuhan Laba dSG= Pertumbuhan Penjualan Tri Jatmiko Wahyu P. & Aprilia Diastini 97 dari 104 DP= Divident Pay Out ROI= Return On Investment α1= intercept β1= koefisien respon laba terhadap abnormal return β2=koefisien respon penjualan terhadap abnormal return β3=koefisien respon divident payout terhadap abnormal return β4=koefisien respon return on investment terhadap abnormal return ε= kesalahan residu Sebelum melakukan uji regresi berganda, harus dilakukan uji asumsi klasik. Penelitian ini menggunakan uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. Model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal dikatakan model regresi yang baik. Untuk menguji ada tidaknya multikolineraritas, dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10 dan nilai tolerance mendekati angka satu, ini menunjukkan tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2005). Untuk menguji heteroskedastisitas, terdapat beberapa uji statistik yang dapat digunakan, tetapi untuk penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005). Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedas- tisitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Tabel 2 Proses Pemilihan Sampel Keterangan Perusahaan Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEJ sampai dengan akhir tahun 2006 339 Perusahaan bukan manufaktur (163) Tanggal tutup buku bukan 31 Desember (2) Laporan keuangan bukan dinyatakan dalam rupiah (0) Perusahaan mulai terdaftar di BEJ sesudah tahun 2000 (15) Data tidak lengkap (86) Perusahaan yang terpilih sebagai sampel 60 Tabel 3 Principal Component analysis Variabel Indikator Strategi Operasional A Communalities dari empat variabel indikator Variabel KARPEN PBV CETA CEMVE Communalities 0,755 0,015 0,750 0,628 B Eigenvalues untuk pengurangan matriks korelasi Faktor 1 2 3 4 Eigenvalues 1,116 1,032 0,975 0,843 C Korelasi antara faktor dengan empat indikator Indikator KARPEN PBV CETA CEMVE Faktor 1 -0,424 0,005 0,558 0,790 Faktor 2 0,758 -0,123 0,662 -0,060 Seleksi Perusahaan Bertipologi Prospector dan Defender Tabel 3 menunjukkan hasil principal component analysis terhadap empat indikator atau proksi strategi organisasional. Pada tabel 3A dapat dilihat bahwa nilai communalities indikator individual dari strategi organisasional. Nilai tersebut digunakan untuk menentukan jumlah faktor representasi atas variabel-variabel asli. Jumlah keempat nilai communalities tersebut adalah sebesar 2,148. Untuk Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan… 98 dari 104 mencapai nilai tersebut dibutuhkan hanya dua faktor saja yang mempunyai nilai eigenvalues di atas satu, yaitu faktor satu (1,116) dan faktor dua (1,032) dengan jumlah 2,148. Hal ini sejalan dengan the rule of thumb bahwa jumlah faktor yang digunakan sebagai variabel representasi adalah sebanyak faktor yang mempunyai nilai eigenvalues sama dengan atau lebih dari satu (Hair, dkk, 1995). Penentuan perusahaan bertipologi prospector dan defender didasarkan pada penjumlahan indeks kedua faktor tersebut (faktor 1 + faktor 2). Penjumlahan indeks ini (fac_sum) kemudian diperingkat. Setengah peringkat pertama diidentifikasikan sebagai perusahaan defender dan setengah akhir diidentifikasikan sebagai perusahaan prospector. Sehingga diidentifikasi masing- masing 30 perusahaan bertipologi defender dan 30 perusahaan bertipologi prospector. Statistik Deskriptif Dari hasil statistik deskriptif dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan laba perusahaan bertipologi prospector (0,6239) lebih besar dibandingkan perusahaan defender (0,0783). Rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan bertipologi prospector (0,2284) juga lebih besar dibandingkan perusahaan defender (0,0562). Tabel 4 Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi Prospector DIBED 30 0.0149 12.1235 0.6239 2.1896 DSG 30 0.1088 0.4821 0.2284 0.1102 DP 30 -1.2160 10.3260 3.6203 3.0805 ROI 30 -4.6420 9.2340 3.8833 2.9552 CAR 30 -0.0412 0.2981 0.0522 0.0726 Defender DIBED 30 -0.9516 0.5678 -0.0783 0.3094 DSG 30 0.0015 0.1713 0.0562 0.0355 DP 30 0.0780 60.3300 22.3655 17.5821 ROI 30 3.6480 23.3780 11.8257 5.7454 CAR 30 -0.0776 0.3051 0.0054 0.0714 Total DIBED 60 -0.9516 12.1235 0.2728 1.5903 DSG 60 0.0015 0.4821 0.1423 0.1188 DP 60 -1.2160 60.3300 12.9929 15.6826 ROI 60 -4.6420 23.3780 7.8545 6.0461 CAR 60 -0.0776 0.3051 0.0288 0.0752 Indikator Strategi Prospector 1. PBV 30 0,3900 15,0100 2,3133 3,0740 2. CEMVE 30 -2,3672 2,7877 -0,0275 0,7229 3. CETA 30 -0,0829 0,1062 -0,0062 0,0348 4. KARPEN 30 0,0003 0,0021 0,0009 0,0005 5. FAC_1 30 -0,1911 0,1549 0,0055 0,0878 6. FAC_2 30 -1,2692 -0,1906 -0,4923 0,2016 7. FAC_ SUM 30 -1,1760 0,4510 -0,4564 0,2312 Indikator Strategi Defender 1. PBV 30 0,3200 8,6500 1,6383 1,4991 2. CEMVE 30 -0,4662 972,7450 35,6295 177,7242 3. CETA 30 -0,0641 5,1607 0,2270 0,9445 4. KARPEN 30 0,0006 0,0164 0,0039 0,0036 5. FAC_1 30 -1,4738 5,6391 -0,0055 1,4236 6. FAC_2 30 -0,8641 4,4180 0,4923 1,2215 7. FAC_ SUM 30 -0,3680 8,7770 0,4869 1,8851 Tri Jatmiko Wahyu P. & Aprilia Diastini 99 dari 104 Tabel 5 Hasil Pengujian Asumsi Klasik Variabel Normalitas K-S Multikolinearitas Heteroskedastisitas Stat (Z) Sig VIF Uji Glejser Prospector DIBED 2,145 1,107 1,161 0,595 DSG 1,019 0,251 1,222 0,903 DP 0,796 0,551 1,084 0,240 ROI 0,78 0,557 1,131 0,318 CAR 1,293 0,071 , Defender DIBED 1,425 0,134 1,009 0,267 DSG 0,578 0,892 1,048 0,595 DP 0,605 0,857 1,021 0,161 ROI 0,729 0,662 1,037 0,116 CAR 1,76 0,204 Total DIBED 1,885 0,09 1,197 0,695 DSG 1,282 0,075 1,654 0,629 DP 1,589 0,113 1,275 0,192 ROI 1,1 0,178 1,313 0,149 CAR 1,925 0,081 Pada tabel 4 juga terlihat rata-rata dividen payout (DP) perusahaan bertipologi prospector (3,6203) lebih kecil daripada perusahaan defender (22,3655), dan rata-rata ROI perusahaan prospector (3,8833) lebih kecil daripada perusahaan defender (11,8257). Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa pengujian normalitas terhadap seluruh variabel yang digunakan, baik untuk perusahaan prospector, defender, maupun total tidak ada yang signifikan pada level 0,05. Ini menandakan menandakan bahwa variabel yang digunakan telah memenuhi asumsi normalitas. Pada tabel 5 kolom keempat memperlihatkan bahwa antara variabel independen (DIBED, DSG, DP, dan ROI) tidak terdapat hubungan linier atau multikolonearitas. Hampir semua nilai variance inflation factor (VIF) melebihi satu tetapi di bawah angka 10, pada variabel DSG bahkan nilai VIF tertinggi 1,654. Batasan terjadinya multikolinearitas jika VIF melebihi 10 (Hair, dkk, 1995). Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dari Absolut (AbsUt). Nilai keseluruhan variable independen tidak ada yang signifikan mempengaruhi variable dependen nilai Absolut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi semua variabel di atas tingkat 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengan- dung heteroskedastisitas. Pengujian Hipotesis Tabel 8 dan 9 menunjukkan hasil overall model fit. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa angka -2 LogLikelihood pada block number = 0 dan angka -2 LogLikelihood pada block number =1. Terjadi penurunan dari nilai 83,178 menjadi 39,096. Ini mengindikasikan bahwa model regresi tersebut baik. Untuk menilai model fit juga digunakan nilai Cox & Snell R Square serta Nagelkerke R Square. Ghozali (2005) menyatakan bahwa Nagelkerke R Square sama dengan 2 R pada multiple regression. Hasil perhitungan statistik untuk nilai Cox & Snell R Square serta Nagelkerke R Square dapat dilihat pada tabel 10. Dari tabel 10 tersebut dapat dilihat bahwa nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,622 dan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,829. Ini berarti varibilitas variabel Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan… 100 dari 104 Iteration Historya,b ,c 83.178 .000 Iteration 1Step 0 -2 Log likelihood Constant Coefficients Constant is included in the model.a. Initial -2 Log Likelihood: 83.178b. Estimation terminated at iteration number 1 because parameter estimates changed by less than .001. c. Iteration History a,b ,c,d 39.096 1.468 .029 2.977 -.049 -.154 29.866 2.468 .069 3.822 -.088 -.264 26.214 3.451 .089 4.087 -.129 -.384 25.016 4.324 .081 4.209 -.164 -.501 24.818 4.841 .078 4.320 -.185 -.572 24.811 4.960 .077 4.353 -.190 -.588 24.811 4.965 .077 4.354 -.190 -.589 24.811 4.965 .077 4.354 -.190 -.589 Iteration 1 2 3 4 5 6 7 8 Step 1 -2 Log likelihood Constant DIBED DSG DP ROI Coefficients Method: Entera. Constant is included in the model.b. Initial -2 Log Likelihood: 83.178c. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001. d. dependen yang dapat dijelaskan oleh varibilitas independen sebesar 83 persen. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dipakai sudah baik. Karena model regresi ini memiliki nilai 2 R yang mendekati 1. Nilai 2 R semakin mendekati 1, berarti model regresi yang dipakai semakin baik. Dengan demikian model regresi ini dapat dikatakan fit. Sedangkan untuk uji koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 6 Hasil Perbandingan Mean Pengukuran Kinerja Akuntansi Strategi Prospector dan Defender Variabel Strategi N Mean t-value Sig DIBED Prospector 30 0,6239 -1,740 0,007 Defender 30 -0,0783 DSG Prospector 30 0,2284 -8,142 0,000 Defender 30 0,0562 DP Prospector 30 3,6203 5,752 0,000 Defender 30 22,3655 ROI Prospector 30 3,8833 6,733 0,000 Defender 30 11,8257 Tabel 7 Hasil Perbandingan antara CAR Prospector dan Defender N Prospector Defender t-value Sig. CAR 30 0,05222 0,00546 -2,513 0,005 Tabel 8 Iteration History Block Number = 0 Tabel 9 Iteration History Block Number =1 Tri Jatmiko Wahyu P. & Aprilia Diastini 101 dari 104 Variables in the Equation .077 .543 .020 1 .037 1.080 .372 3.133 4.354 3.167 1.890 1 .017 77.827 .157 38653.632 -.190 .083 5.280 1 .022 .827 .703 .972 -.589 .247 5.659 1 .017 .555 .342 .902 4.965 1.836 7.314 1 .007 143.297 DIBED DSG DP ROI Constant Step 1 a B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper 95.0% C.I.for EXP(B) Variable(s) entered on step 1: DIBED, DSG, DP, ROI.a. Model Summary 24.811 .622 .829 Step 1 -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square Tabel 10 Tabel 11 Hasil Uji Regresi Logistik Berdasarkan tabel 11 dari hasil pengolahan data, dapat diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut: CAR = 4,965 + 0,077DIBED + 4,354DSG - 0,190DP - 0,589ROI + ε Hipotesis H1 Hipotesis pertama menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan laba perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis pertama diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian beda rata- rata (t-test) yang menunjukkan bahwa rata- rata pertumbuhan laba perusahaan prospec- tor (0,6239) lebih besar dibandingkan dengan perusahaan defender (-0,0783) dengan nilai signifikansi 0,002 (two-tailed). Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,01 sehingga hipotesis pertama diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa perusa- haan bertipologi prospector yang berinten- sitas tinggi pada fase pertumbuhan dalam product life cycle mempunyai pertumbuhan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan bertipologi defender yang intensitasnya lebih tinggi pada fase kemata- ngan dan penurunan. Hasil ini mendukung penegasan Porter (1980) bahwa perusahaan yang berada pada fase pertumbuhan lebih berkemampuan menciptakan margin dan profit dibandingkan perusahaan yang berada pada fase kematangan dan penurunan. Hipotesis H2 Hipotesis kedua menyatakan bahwa rata-rata pertumbuhan penjualan (DSG) perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis kedua diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian beda rata-rata (t-test) yang menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan bertipologi prospector (0,2284) lebih besar dibandingkan dengan perusahaan bertipologi defender (0,0562). Perbedaan ini signifikan pada level 0,01. Hasil ini searah dengan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Anthony dan Ramesh (1992) yang menemukan pertumbuhan penjualan yang tinggi pada fase pertumbuhan dibandingkan pada fase kematangan. Hasil ini juga mendukung pernyataan Miles dan Snow (1978) menyatakan bahwa perusahaan prospector mempunyai karakter pengejaran pertumbuhan penjualan dan peningkatan pangsa pasar melalui inovasi produk baru. Karakter penciptaan produk baru ini menjadikan perusahaan prospector intensi- tasnya lebih besar pada fase pertumbuhan dalam product life’ cycle.. Sementara pada perusahaan defender yang lebih menekankan efisiensi cenderung berada pada fase kematangan, sehingga pengontrolan biaya lebih ketat. Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan… 102 dari 104 Hipotesis H3 Hipotesis ketiga menyatakan bahwa rata-rata dividen payout ratio (DP) perusahaan prospector lebih kecil daripada perusahaan defender. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis ketiga diterima. Hal mi didasarkan pada hasil pengujian beda rata-rata (t-test) yang menunjukkan bahwa rata- dividen payout ratio (DP) perusahaan prospector (3,6203) lebih kecil daripada perusahaan bertipologi defender (22,3655). Perbedaan ini signifikan pada level 0,01. Hasil ini searah dengan hipotesis yang diajukan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang bertipologi prospec- tor dan defender dalam hal tumbuh dan reinvestasi berbeda secara signifikan dalam membayarkan dividen kepada para investor. Perusahaan yang masih berada pada fase pertumbuhan akan membagikan dividen yang relatif kecil, kemudian membesar pada fase kematangan. Hasil empiris ini mendukung temuan Anthony dan Ramesh dalam penggunaan kriteria dividen payout sebagai prediktor dalam pengklasifikasian life cycle perusahaan. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka H3 berhasil diterima. Hipotesis H4 Hipotesis keempat menyatakan bahwa rata-rata return on investment (ROl) perusa- haan prospector lebih kecil daripada perusa- haan defender. Hasil pengujian membuk- tikan bahwa hipotesis keempat diterima. Hal ini didasarkan pada hasil pengujian beda rata-rata (t-test) yang menunjukkan bahwa rata-rata ROl penisahaan prospector (3,8833) lebih kecil daripada perusahaan bertipologi defender (11,8257), dan perbedaan ini signifikan pada level 0,01. Hasil ini juga mendukung temuan Anderson dan Zeithaml (1984) bahwa pada fase perkenalan dan pertumbuhan perusa- haan berada dalam taraf membangun yang masih terus melakukan investasi. Sedangkan pada fase kematangan dan penurunan, perusahaan sudah berada pada fase memanen. Oleh karena itu, perusahaan prospector mempunyai ROI yang lebih kecil dibandingkan perusahaan defender. Berda- sarkan basil temuan tersebut maka H4 berhasil diterima. Hipotesis H5 Hipotesis H5 merupakan hipotesis yang diajukan untuk menguji perbedaan tingkat reaksi pasar terhadap perusahaan bertipologi prospector dan defender. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa reaksi pasar terhadap perusahaan bertipologi prospector lebih besar daripada perusahaan bertipologi defender. Pada tabel 7 terlihat bahwa rata-rata CAR perusahaan bertipologi prospector (0,05222) lebih besar diban- dingkan rata-rata CAR perusahaan bertipo- logi defender (0,00546). Perbedaan tersebut signifikan pada level 0,01 sehingga H5 diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan reaksi pasar antara perusahaan bertipologi prospector dan defender, hasil tersebut signifikan. Dapat disimpulkan bahwa strategi organisasional berhubungan dengan harga saham. Hipotesis H6 Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa koefisien DIBED (1) untuk perusahaan prospector (0,047) adalah lebih besar dibanding dengan koefisien DIBED untuk perusahaan bertipologi defender (0,027). Hasil ini dapat diartikan bahwa besarnya pertumbuhan laba pada perusahaan prospector mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap abnormal return dibanding besarnya pertumbuhan laba pada perusahaan defender, dan perbedaan ini signifikan pada level 0,05. Pada tabel 4,8 juga dapat dilihat bahwa koefisien DSG (2) untuk perusahaan prospector (0,084) adalah lebih besar dibanding dengan koefisien DSG untuk perusahaan bertipologi defender (-0,046). Hasil ini dapat diartikan bahwa besarnya pertumbuhan penjualan pada perusahaan prospector mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap abnormal return dibanding besarnya pertumbuhan laba pada perusahaan defender. Perbedaan ini signifikan pada level 0,05. Tri Jatmiko Wahyu P. & Aprilia Diastini 103 dari 104 Begitu juga untuk koefisien DP (3) dan ROI (4), untuk perusahaan prospector lebih besar dibandingkan perusahaan defender. Koefisien DP masing-masing 3 prospector (0,008) dan 3 defender (0,005). Sedangkan untuk koefisien ROI masing- masing 4 prospector (0,005) dan 4 defender (0,002). Hasil ini dapat diartikan bahwa besarnya dividen payout dan return on investment pada perusahaan prospector mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap abnormal return dibanding besarnya dividen payout dan return on investment pada perusahaan defender, dan perbedaan ini signifikan pada level 0,05. Hasil pengujian regresi atas seluruh variabel terlihat semua variabel mempunyai nilai signifikansi kurang dan 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh positif terhadap harga saham. PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap enam hipotesis yang diajukan. Hipotesis H1 dan H2 dilakukan untuk menguji apakah rata-rata pertumbuhan laba dan pertumbuhan penjualan perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan laba dan pertumbuhan penjualan perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender (keduanya signifikan pada level 0,01). Hipotesis H4 dan H5 dilakukan untuk menguji apakah rata-rata dividen payout dan ROI perusahaan prospector lebih kecil daripada perusahaan defender. Hasil penelitian berhasil mendukung hipotesis yang diajukan (keduanya signifikan pada level 0,01). Temuan ini sejalan dengan temuan Anthony dan Ramesh (1992) yang menggunakan dividen payout ratio sebagai prediktor dalam membagi siklus kehidupan perusahaan. Mereka menemukan rasio dividen yang lebih tinggi pada fase kematangan dan penurunan dibanding pada fase pertumbuhan. Hasil pengujian perbedaan reaksi pasar (H5) terhadap perusahaan prospector dan defender searah dengan prediksi penelitian yaitu bahwa reaksi pasar terhadap perusahaan prospector lebih besar daripada perusahaan defender. Hasil ini tidak mendukung penemuan Erwin dan Sari (2007) yang menemukan bahwa perbedaan reaksi pasar antara perusahaan prospector dan perusahaan defender tidak signifikan. Hasil pengujian multivariate (H6) menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan laba, rata-rata pertumbuhan penjualan, dividen payout, dan return on investment berbeda secara signifikan antara perusahaan prospector dengan perusahaan defender. Hasil ini didukung secara kuat oleh perbedaan hubungan pertumbuhan laba, pertumbuhan penjualan, dividen payout, dan return on investment dengan abnormal return perusahaan prospector dengan perusahaan defender. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu strategi perusahaan berpengaruh terhadap harga saham. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemilihan strategi yang dilakukan oleh perusahaan berpengaruh terhadap harga saham. Perusahaan yang menggunakan strategi prospector akan mendapatkan respon pasar yang lebih besar daripada perusahaan yang menggunakan strategi defender. Investor melihat prospek suatu perusahaan dengan cara menganalisis laporan keuangan, apabila kinerja keuangan perusahaan baik maka investor berfikir bahwa prospek ke depan cerah, maka dari itu investor akan menanam saham ke perusahaan. Sedangkan manajemen harus pandai memilih strategi yang akan digunakan agar kinerja akuntansi perusahaan baik. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa reaksi pasar yang diproksikan oleh harga saham terpengaruh oleh strategi yang digunakan oleh perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Anderson, Carl R, dan Zeithaml, Carl P, 1984, “Stage of the Product Life Cycle, Business Strategy and Reaksi Pasar atas Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan… 104 dari 104 Business Performance”, Academy of Management Journal, Vol. 27, p. 5- 24. Anthony H, Josep dan Ramesh K. 1992. Association Between Accounting Performance Measures and Stock Prices. Journal of Accounting and Economics 15: 203-227. Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi 3, BP Undip, Semarang. Habbe, A.H, Jogiyanto, 2001, ”Studi terhadap pengukuran kinerja akuntansi perusahaan prospector dan defender dan hubungannya dengan harga saham: analisis dengan pendekatan life cycle theory”, Jurnal Riset dan Akuntansi Indonesia, Januari, Vol. 4 , No. 1, p. 111-132. Hair, Joseph F, Rolph E. Anderson, Ronald L. Tatham, dan William C. Black. 1995. Multivariate Data Analysis: With Reading. Edisi keempat. Mcmillan Publishing Company. Kallapur, Sanjay dan Trombley, Mark. 1999. The Association Between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of Business Finance and Accounting 26:505-519. Miles, Raymond dan Snow, Charles.C. 1978. Organizational Strategy, Structure, and Process. Newyork, NY: McGraw Hill Publishing Co. Olson, Eric M, Stanley F. Slater and G. Thomas M. Hult, 2005, ”The importance of structure and process to strategt implementation”, Kelley School of Business, Indiana University. Porter, Michael. E, 1980, Strategi Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing, Erlangga, Jakarta. Porter, Michael. E, 1985, Keunggulan Bersaing: Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing., Erlangga, Jakarta. Saraswati, Erwin dan Sari Atmini, 2007, ”Reaksi Pasar terhadap Pengukuran Kinerja Akuntansi Perusahaan Prospector dan Defender: Bukti Tambahan untuk Periode setelah Krisis”, Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makasar. Wibowo, Agus dan Agus Sukarno, 2004, ”Reaksi Pasar Berlebihan dan Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pembalikan Harga Saham di BEJ”, Wahana, Februari, Vol. 7, No. 1, Hal. 57-72.