KATA PENGANTAR Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology e-ISSN 2088-6985 Vol. 02, No 2, pp 73-78, 2011 p-ISSN 2087-3379 © 2011 RCEPM - LIPI All rights reserved doi: 10.14203/j.mev.2011.v2.73-78 KAJIAN BIOGAS SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI PESANTREN SAUNG BALONG AL-BAROKAH, MAJALENGKA, JAWA BARAT STUDY OF BIOGAS FOR POWER GENERATION AT PESANTREN SAUNG BALONG AL-BAROKAH, MAJALENGKA, WEST JAVA Maulana Arifin, Aep Saepudin, Arifin Santosa Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik - LIPI Komp. LIPI Bandung, Jl Sangkuriang, Gd 20, Lt 2, Bandung, Jawa Barat 40135, Indonesia maul004@lipi.go.id; hilal_zalfa@yahoo.com Diterima: 18 Oktober 2011; Direvisi: 2 November 2011; Disetujui: 25 November 2011; Terbit online: 22 Desember 2011. Abstrak Pemanfaatan biogas dari kotoran sapi sebagai alternatif bahan bakar pembangkit listrik dilakukan melalui proses anaerobik. Pilot Plant dengan produksi biogas sebesar 7 m3/hari telah terpasang di Pesantren Saung Balong. Biogas ini dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan penerangan, dan digunakan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 2.500 Watt. Produksi biogas rata-rata sebesar 0,040 m3 per 30 menit atau 0,080 m3/jam. Biogas yang dihasilkan selama pengukuran (450 menit) adalah 0,604 m3. Dengan data tersebut maka diperkirakan dalam sehari (24 jam) biogas yang dapat dihasilkan adalah sebesar 1,92 m3. Sementara, konsumsi biogas untuk genset pada beban 1.047 W adalah 0,019 m3/menit, genset akan beroperasi selama 101,05 menit atau sekitar 1,68 jam. Dengan demikian listrik yang dapat dihemat adalah 1,759 kWh per-hari atau 52,77 kWh per-bulan dan biaya listrik yang dapat dihemat yaitu sebesar Rp. 40.896/bulan. Kata kunci: biogas, pure biogas, pilot plant, anaerobik. Abstract Utilization of biogas from cow manure as a fuel alternative for power plants is done through an anaerobic process. A pilot plant with biogas production of 7 m3/day has been installed at Pesantren Saung Balong. Biogas is used for everyday purposes such as cooking and lighting, and used as pure biogas with 2.500 Watt scale generator. Biogas produced with the rate of 0.080 m3/hr. Biogas produced during the measurement (450 minutes) is 0.604 m3. With these data it is predicted that within a day (24 hours) biogas which can be generated is equal to 1.92 m3. Meanwhile, consumption of biogas to the generator with 1.047 W load is 0.019 m3/minutes, the generator will operate for approximately 101.05 minutes or 1.68 hours. Thus electricity that can be saved is 1.759 kWh per day or 52.77 kWh per month and electricity cost that can be saved that is equal to Rp.40.896/month. Keywords: biogas, pure biogas, pilot plant, anaerobic. I. PENDAHULUAN Pemanfaatan sumber energi terbarukan yang berasal dari sumber non-fosil seperti sampah perkotaan, kotoran ternak, limbah pertanian dan sumber biomasa lainnya saat ini menjadi semakin penting. Biogas merupakan sumber energi terbarukan yang dihasilkan oleh fermentasi anaerobik dari bahan organik. Biogas dapat diproduksi dari limbah kotoran hewan, air limbah, dan limbah padat. Komposisinya bervariasi, tergantung sumber bahan biogasnya. Akan tetapi, biasanya memiliki kandungan 50–70 % CH4, 25– 50 % CO2, 1–5 % H2, 0,3–3 % N2 dan H2S [1][2]. Biogas merupakan sumber energi yang menarik untuk daerah pedesaan khususnya di negara- negara berkembang [3]. Salah satu karakteristik yang menarik adalah biogas dapat diproduksi mendekati titik konsumsinya sehingga sangat ideal untuk pembangkit listrik yang terdesentralisasi di daerah pedesaan terpencil. Di sisi lain, biogas juga dapat diproduksi pada skala yang lebih besar dari bahan limbah perkotaan dan digunakan untuk menghasilkan listrik bagi masyarakat setempat [4]. Teknologi biogas telah berkembang sejak lama namun aplikasi penggunaannya sebagai sumber energi alternatif belum berkembang secara luas. Beberapa kendala antara lain yaitu kekurangan kemampuan teknis, reaktor biogas tidak berfungsi akibat bocor/kesalahan konstruksi, desain reaktor tidak http://dx.doi.org/10.14203/j.mev.2011.v2.73-78 Kajian Biogas Sebagai Sumber Pembangkit Tenaga Listrik di Pesantren Saung Balong Al-Barokah, Majalengka, Jawa Barat (Maulana Arifin, A. Saepudin, A. Santosa) JMEV 02 (2011) 73-78 74 user friendly, penanganan masih secara manual dan biaya konstruksi yang mahal [5]. Di Pesantren Saung Balong telah dibuat pilot plant biogas dengan produksi biogas sekitar 7 m3/hari. Biogas ini dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan penerangan, dan digunakan sebagai bahan bakar pure biogas dengan genset skala 1.000-10.000 watt dan skala 10 kW dengan system dual fuels dan telah dibuat teknologi pengayaan biogas melalui proses absorpsi dan teknologi pengisian biogas kedalam tabung. Listrik yang dihasilkan dari instalasi biogas di pesantren Saung Balong Al Barokah digunakan untuk mengurangi ketergantungan terhadap listrik yang di peroleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana potensi penggunaan biogas pada pilot plant yang sudah terinstalasi, sehingga diharapkan hasil pengujian ini dapat digunakan sebagai tahap awal untuk mengetahui bagaimana potensi biogas sebagai sumber pembangkit listrik yang siap untuk dikomersialisasikan II. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan mennggunakan metode observasi dan studi literatur. A. Observasi Metoda ini dilakukan penulis dengan cara mengukur langsung parameter-parameter yang berkaitan dengan Pilot Plant Biogas yang terinstalasi. Pengujian produksi biogas bertujuan untuk mengetahui produksi biogas yang dihasilkan digester perhari yang ada di Pilot Plant Biogas di Pesantren Saung Balong Al Barokah. Data produksi biogas digunakan sebagai indikator keberhasilan penerapan instalasi biogas dan digunakan pula untuk analisis kebutuhan biogas untuk bioelektrik Pengukuran produksi biogas dilakukan dengan cara mengukur debit biogas yang keluar dari digester. Pengukuran produksi biogas dilakukan selama 450 menit (7,5 jam) dari pukul 08:00 hingga 15:30 dengan pencatatan setiap 30 Gambar 1. Alat untuk pengukuran produksi biogas (Biogas flow-meter, thermo-hygrometer digital). menit. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat biogas flow-meter, selain itu dilakukan pula pengukuran suhu ruangan dan kelembaban (RH) dengan alat thermo- hygrometer digital. Pengujian biogas diawali dengan persiapan bahan baku yaitu kotoran sapi yang dihasilkan dari peternakan. Kotoran sapi dicampur dengan air dalam bak pencampur dengan perbandingan 1:1 sampai campuran homogen dengan menghasilkan slurry. Slurry tersebut didiamkan selama 30 menit dan kemudian dimasukan kedalam digester pada pukul 07:00 dengan volume slurry sebesar 0,105 m3. Setelah satu jam, baru dilakukan pengukuran produksi biogas. B. Studi Literatur Dalam hal ini penulis melakukan pencarian data literatur baik melalui internet, textbook, dokumentasi, jurnal ilmiah, dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah biogas sebagai alternatif pembangkit listrik. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Produksi Biogas Bioelektrik atau biotrik adalah istilah yang dipakai Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik – LIPI untuk sebutan perangkat yang mengkonversi bioenergi (biogas) menjadi listrik. Konversi biogas dilakukan dengan memodifikasi sistem bahan bakar pada genset konvensional sehingga menjadi genset biogas. Biogas juga dapat digunakan dan dikombinasikan dengan bahan bakar solar (system dual fuels) untuk mendapatkan energi listrik yang lebih besar. Sampai saat ini, bioelektrik masih dalam tahap pengembangan untuk menghasilkan energi listrik yang lebih besar. Adapun spesifikasi untuk Bioelektrik dapat di lihat Tabel 1. Gambar 2. Digester dan genset biogas yang terinstalasi di Pesantren Saung Balong, Majalengka. Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology e-ISSN 2088-6985 Vol. 02, No 2, pp 73-78, 2011 p-ISSN 2087-3379 75 Tabel 1. Spesifikasi Perangkat Bioelektrik. Spesifikasi Keterangan Digester - Tipe Kubah Tetap - Sistem pengumpanan Batch (curah) - Kapasitas 7 m3 - Diameter 200 cm - Tinggi 390 cm - Bahan Fiber Glass, - Jenis resin Eternal 2504 - Ketebalan bahan 3-5 mm - Jumlah ternak 6-20 ekor sapi - Dimensi bak slurry 350 x 100 x 30 cm Penampung biogas Bahan plastik polietilen dengan tebal 1 mm, kapasitas tampung 2m3 biogas Kompor Kompor biogas kualitas pabrik dengan satu perapian Genset Genset Biogas 2.500 W Dari literatur grafik hubungan waktu dengan produksi biogas (Gambar 3), diperlihatkan kurva yang cenderung linier. Pertambahan akumulasi produksi biogas bertambah seiring dengan waktu. Akan tetapi setelah melewati 20 hari proses produksi biogas cenderung sedikit. Sehingga dibutuhkan pemasukan slurry baru pada digester [6]. Pada Tabel 2, diperlihatkan data produksi biogas. Dari Tabel tersebut diketahui laju produksi biogas rata-rata sebesar 0,040 m3/30 menit atau 0,080 m3/jam. Biogas yang dihasilkan Gambar 3. Grafik literatur rasio produksi biogas vs waktu – batch test (Lfu 2007) [6]. Tabel 2. Produksi Biogas untuk satu digester. Waktu (menit) Pembacaan Alat (m3) Pertambahan Biogas (m3) Akumulasi Gas (m3) Suhu Ruangan (0C) RH (%) 0 1.638 0 0 27,4 85,0 30 1.677 0,039 0,039 27,8 80,0 60 1.716 0,039 0,078 28,9 76,0 90 1.768 0,052 0,130 28,9 73,0 120 1.807 0,039 0,169 29,4 73,0 150 1.875 0,068 0,237 29,4 68,0 180 1.906 0,031 0,268 30,3 64,0 210 1.972 0,066 0,334 32,1 59,0 240 2.005 0,033 0,367 31,4 56,0 270 2.060 0,055 0,422 32,0 55,0 300 2.088 0,028 0,450 31,7 54,0 330 2.144 0,056 0,506 31,9 55,0 360 2.180 0,036 0,542 33,3 51,0 390 2.198 0,018 0,560 33,4 51,0 420 2.238 0,040 0,600 32,5 52,0 450 2.242 0,004 0,604 32,0 55,0 480 0,600 0,6 0,6795 32,0 55,0 510 0,590 0,59 0,7223 32,5 52,0 540 0,560 0,56 0,7651 32,5 52,0 Rata-rata 0,040 30,8 62,9 Total 0,604 Kajian Biogas Sebagai Sumber Pembangkit Tenaga Listrik di Pesantren Saung Balong Al-Barokah, Majalengka, Jawa Barat (Maulana Arifin, A. Saepudin, A. Santosa) JMEV 02 (2011) 73-78 76 selama pengukuran (450 menit) adalah 0,604 m3. Dengan data tersebut maka diperkirakan dalam sehari (24 jam) biogas yang dapat dihasilkan adalah sebesar 24 x 0,080 m3/jam = 1,92 m3. Dari grafik hubungan waktu dengan produksi biogas (Gambar 4), diperoleh kurva yang cenderung linier dengan nilai R2 = 0,9905. Dengan demikian produksi biogas per satuan waktu dapat dikatakan konstan. Adapun sedikit penyimpangan kemungkinan terjadi karena suhu lingkungan yang tinggi (27,4°C - 33,4°C). Idealnya suhu di dalam digester adalah 25°C dan diusahakan tidak terpapar langsung oleh sinar matahari. Dengan adanya penghalang di atas digester diharapkan suhu di dalam digester tetap stabil pada kisaran 25°C. Produksi biogas perhari hasil pengukuran masih belum optimal yaitu 1,92 m3. Sedangkan jika digester (kapasitas 7m3) berfungsi dengan baik , diperkirakan dapat menghasilkan biogas sekitar 4-6 m3 perhari dengan syarat jumlah minimal campuran kotoran sapi dan air yang dimasukkan setiap harinya sebanyak 0,5 m3 (setara dengan kotoran yang dihasilkan 4-6 ekor sapi dewasa) dan kondisi lingkungan yang mendukung [7]. Pada kenyataannya slurry yang dimasukkan kedalam digester hanya sebanyak 0,105 m3, sehingga biogas yang dihasilkan kurang dari 5 m3. Untuk itu sebaiknya pemasukan slurry dilakukan sesering mungkin agar jumlah kotoran minimal yang harus dimasukan kedalam digester dapat terpenuhi. Selain itu, diperlukan skala ukur pada bak slurry agar volume slurry yang dimasukan dapat diperkirakan supaya perbandingan antara grafik literatur dan grafik hasil pengujian cenderung sama, dimana pertambahan akumulasi produksi biogas bertambah seiring dengan waktu. Akan tetapi setelah melewati 450 menit, proses produksi biogas cenderung sedikit. Sehingga dibutuhkan pemasukan slurry baru pada digester. B. Pengujian Bioelektrik Pengujian konsumsi biogas dilakukan dengan mengukur debit biogas yang masuk kedalam ruang bakar genset. Biogas yang tertampung dalam penampungan disalurkan dengan pipa menuju genset. Sebelum masuk genset, biogas terlebih dahulu masuk kedalam biogas flow- meter yang berfungsi untuk mengetahui debit biogas yang masuk kedalam genset persatuan waktu. Pengukuran konsumsi biogas dilakukan pada beban listrik berbeda yaitu 0 W, 21 W, 221 W, 622 W, dan 1.047 W. Pengukuran dilakukan selama 10 menit untuk masing-masing beban. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan konsumsi biogas pada beban listrik berbeda. Beban Listrik (Watt) Laju Konsumsi Biogas Rata-rata (m3/menit) 0 0.018 21 0.019 221 0.021 622 0.020 1047 0.019 Pada Tabel 3 terlihat adanya perbedaan laju konsumsi biogas pada beban listrik berbeda. Pada saat beban 0 W, 21 W, 221 W, laju konsumsi biogas meningkat seiring dengan beban listrik yang meningkat, namun pada beban 622 W, dan 1.047 W, laju konsumsi biogas kembali menurun dan sama seperti pada beban yang rendah (lihat Gambar 5). Hal ini kemungkinan terjadi karena pada awal pengujian (0 W, 21 W, 221 W) suhu genset belum mencapai optimal untuk proses pembakaran di dalam ruang bakar genset, sehingga konsumsi bahan bakarnya tinggi, sedangkan di akhir pengujian kemungkinan suhu di ruang bakar genset telah optimal untuk pembakaran sehingga konsumsi bahan bakarnya kembali menurun dan sama seperti awal pengujian walaupun beban listrik yang diberikan lebih besar. Dengan demikian laju konsumsi biogas tidak dipengaruhi oleh beban listrik yang diberikan selama masih berada di bawah beban listrik maksimal yang mampu ditanggung genset (2,5 kW). Oleh karena itu, penggunaan genset biogas akan lebih ekonomis apabila digunakan pada beban listrik yang besar. Pada Gambar 5, terlihat bahwa konsumsi biogas tertinggi yaitu pada beban listrik 221 Watt dan terendah yaitu pada penggunaan tanpa beban 0 watt. Sementara beban tertinggi yang dilakukan saat pengujian yaitu 1.047 Watt dengan konsumsi biogas 0,019 m3/menit. Konsumsi biogas dengan beban 1.047 Watt ini menjadi dasar analisis penggunaan bioelektrik untuk penerangan, karena merupakan beban listrik minimal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan listrik peternakan. Dengan demikian, kebutuhan biogas untuk menyalakan genset selama 12 jam adalah : 12 x 60 menit x 0,019m3/menit = 13,68 m3 Pada kondisi sebenarnya jumlah biogas yang diproduksi perhari hanya sebanyak 1,92 m3, untuk itu analisis bioelektrik tidak dilakukan untuk penerangan selama 12 jam, akan tetapi dilakukan selama biogas mencukupi untuk menyalakan genset. Journal of Mechatronics, Electrical Power, and Vehicular Technology e-ISSN 2088-6985 Vol. 02, No 2, pp 73-78, 2011 p-ISSN 2087-3379 77 Gambar 4. Grafik hubungan produksi kumulatif biogas dengan waktu. Gambar 5. Diagram konsumsi biogas pada beban listrik berbeda. C. Analisis Penggunaan Bioelektrik untuk Substitusi Listrik PLN Analisis penggunaan bioelektrik bertujuan untuk mengetahui penghematan yang dapat diperoleh jika bioelektrik digunakan untuk substitusi listrik PLN. Penggunaan bioelektrik diharapkan dapat mengurangi pengeluaran dari penggunaan listrik, penggunaan bioelektrik diutamakan pada saat beban puncak yaitu pada pukul 18:00-20:00, karena pada waktu tersebut biaya listrik per kWh paling tinggi sehingga memungkinkan untuk lebih menghemat biaya pengeluaran. Dari pengujian produksi biogas diketahui bahwa jumlah rata-rata biogas yang dihasilkan digester adalah sebanyak 1,92 m3/hari. Sementara, konsumsi biogas untuk genset pada beban 1.047 kW adalah 0,019 m3/menit. Dari data tersebut maka lama genset beroperasi dapat ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut : Lama Genset Beroperasi = Produksi Biogas Biogas untuk Genset = 1,92 m3 0,019𝑚𝑚3 /𝑚𝑚𝑚𝑚𝑖𝑖𝑖𝑖𝑜𝑜 = 101,05 menit Dari hasil perhitungan, genset akan beroperasi selama 101,05 menit atau sekitar 1,68 jam. Dengan demikian listrik yang dapat dihemat adalah 1,047 kW x 1,68h = 1,759 kWh per hari atau 52,77 kWh per bulan. Jika biaya kWh listrik PLN adalah sebesar Rp. 755/kWh (PT. PLN 2011), maka biaya listrik yang dapat dihemat yaitu sebesar Rp. 40.896/bulan. 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 Pr od uk si B io ga s (m 3 ) Waktu (Menit) Produksi Biogas Linear (Produksi Biogas) y = 0,0014x + 0,0086 R2 = 0,9905 0.0165 0.017 0.0175 0.018 0.0185 0.019 0.0195 0.02 0.0205 0.021 0.0215 0 21 221 622 1047 Ko ns um si B io ga s (m 3/ m en it ) Beban Listrik (Watt) 0,018 0,019 0,021 0,020 0,019 Kajian Biogas Sebagai Sumber Pembangkit Tenaga Listrik di Pesantren Saung Balong Al-Barokah, Majalengka, Jawa Barat (Maulana Arifin, A. Saepudin, A. Santosa) JMEV 02 (2011) 73-78 78 IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan analisis dalam penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan instalasi bioelektrik sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Biogas di Pesantren Saung Balong belum menghasilkan prosuksi biogas yang optimal. Berdasarkan teori digester berkapasitas 7 m3 seharusnya dapat menghasilkan 4-6 m3 biogas perhari, sedangkan kenyataannya produksi biogas hanya 1,92 m3 perhari. 2. Kurangnya produksi biogas dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya faktor suhu yang terlalu tinggi, kurangnya kotoran yang dimasukan kedalam digester, perbandingan campuran slurry yang tidak homogen. 3. Konsumsi biogas untuk genset pada beban yang berbeda relatif sama yaitu berkisar antara 0,018 - 0,021 m3/menit sehingga tidak ada terpengaruh beban listrik dengan konsumsi biogas. Konsumsi biogas pada beban listrik tertinggi (1.047 Watt) adalah 0,019 m3/menit. 4. Penghematan yang diperoleh dari penggunaan seperangkat instalasi bioelektrik yang terdiri dari satu genset (daya maksimal 2,5 kW) dan satu perangkat digester (kapasitas 7 m3) adalah sebesar Rp. 40.896/bulan. 5. Perbandingan antara grafik literatur dan grafik hasil pengujian cenderung sama, dimana pertambahan akumulasi produksi biogas bertambah seiring dengan waktu. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik - LIPI melalui program DIPA tahun 2010 atas sumber dana dan kesempatan yang diberikan untuk penelitian ini, teman-teman di Bidang Sarana Penelitian yang telah membantu dalam penelitian ini, Bapak Hoeruman sebagai Pimpinan Pesantren Saung Balong, Zana Fauzilah mahasiswa Praktek Kerja Lapangan dari Faperta Unpad yang telah mengambil data-data di lapangan, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. DAFTAR PUSTAKA [1] R. Sitthikhankaew, S. Predapitakkun, R. Kiattikomol, S. Pumhiran, S. Assabumrungrat, N. Laosiripojana, “Performance of commercial and modified activated carbons for hydrogen sulfide removal from simulated biogas,”in Proceeding of Conference on IEEE First Conference on Clean Energy and Technology (CET), 2011, 27-29 June 2011, pp 135-139. [2] Tran Minh Tien, Pham Xuan Mai, Nguyen Dinh Hung, Huynh Thanh Cong, “A Study on Power Generation System Using Biogas Generated from the Waste of Pig Farm”. In Proceeding of International Forum on Strategic Technology (IFOST) 2010, 13-15 Oct. 2010, pp 203 - 207. [3] Jawurek, H.H., Lane, N.W. and Rallis, C.J., “Biogas/petrol dual fuelling of SI engine for rural third use,” Biomass, Volume 12, 1987, pp. 87-103. [4] Jiasheng Guo, Chaokui Qin, Schmitz, G., “Numerical Investigation on the Performance of Spark Ignition Engine Used for Electricity Production Fuelled by Natural Gas/Liquefied Petroleum Gas-Biogas Blends with Modelica,“ in Proceeding of 2nd International Conference on Computer Engineering and Technology (ICCET) 2010, Vol 6, 16-18 April 2010, pp 682-687. [5] Teguh Wikan Widodo, Ahmad Asari, Ana N., dan Elita R., “Rekayasa dan Pengujian Reaktor Biogas Skala Kelompok Tani Ternak,” Jurnal Enjiniring Pertanian, Volume 4, Nomor 1, pp. 41-52, April 2006. [6] L. Sasse, Biogas Plants. A Publication of the Deutsches Zentrum für Entwicklungstechnologien - GATE in: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 1988. [7] Deublein and A. Steinhauser, Biogas from waste and renewable resources. Germany: Wiley-VCH Verlag Gmbh & Co. KGaA, Germany, 2008. [8] K. Von Mitzlatf, Engine for Biogas. Germany: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ) GmbH, 1988. [9] Robert. D Zucker and Oscar B., Fundamental of Gas Dynamics. Department of Aeronautics and Astronautics Naval Postgraduate School Monterey, California: John Wiley & Sons, Inc., 2002. [10] T. Al Seadi, D. Rutz, H. Prassl, M. Köttner, T. Finsterwalder, S. Volk, R. Janssen, Biogas Handbook. Esbjerg, Denmark: University of Southern Denmark Esbjerg, Niels Bohrs Vej 9-10, DK-6700, October 2008.