Microsoft Word - 05_Suryanto_Manajemen Lintas Budaya.doc


Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 137

MANAJEMEN LINTAS BUDAYA 
 
 

Suryanto1 
 
 
 

ABSTRACT 
 
 

This article explains about globalization versus national resposiveness matrix, meeting 
the challenge, cross cultural differences and similiarities, parochialism and simplification, also 
cultural differences in selected countries and regions. The purpose of the research is to find factor, 
method, strategy in order to bridging management across cultural, so that a manager can have a 
better view in making a decision based on cultural differences and need of the company. From this 
article can be concluded that there are four factor that must be consider in Multi National 
Company (MNC). Those factors are (1) It’s important to be divided in worldwide standard; (2) It’s 
important to differennate product at the local market; (3) It’s important to have insider; (4) there 
is one more contribution to local condition. In order to succeed in MNC, a company must survive 
from across cultural threat, there are parodialism and simplification.  

 
Keywords: management, cultural 
 
 

 ABSTRAK 
 
 

Artikel memaparkan globalization versus national resposiveness matrix, meeting the 
challenge, cross cultural differences and similiarities, parochialism and simplification, also 
cultural differences in selected countries and regions. Tujuan penelitian untuk menemukan faktor, 
metode, strategi untuk menjembatani manajemen lintas budaya sehingga manajer memperoleh 
pandangan dalam membuat keputusan berdasarkan lintas budaya dan kebutuhan perusahaan. 
Dari artikel ini dapat disimpulkan bahwa terdapat empat faktor yang harus dipertimbangkan 
dalam Multi National Company (MNC). Keempat faktor tersebut adalah (1) perlu dibagi dalam 
standar worldwide; (2) pentingnya diferensiasikan produk untuk pasar lokal; (3) perlunya 
menjadi orang dalam daripada tergantung kebijakan ekspor; dan (4) perlunya memberikan 
sumbangan yang lebih berarti untuk merespons kondisi lokal. 

 
Kata kunci: manajemen, budaya 
 
 
 
 
 
 
 
                                                 
1 Staf Pengajar, Fakultas Ekonomi, UBiNus, Jakarta 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 138 

PENDAHULUAN 
 
 

Pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan kebudayaan semakin penting bagi 
keberhasilan strategi suatu perusahaan multinasional Multi National Company (MNC), jika 
perusahaan menjadi transnational. Sebagai contoh, Asea Brown Boveri (ABB), suatu perusahaan 
raksasa internasional yang terbentuk dari hasil merger perusahaan Swedia, Jerman, dan Swiss. 
Meskipun kantor pusatnya terletak di kota Zurich, Swiss, MNC itu mempunyai kegiatan di seluruh 
dunia. Selama dua dekade ini, perusahaan itu telah mengambil alih lebih dari 60 perusahaan, 
termasuk perusahaan di Amerika seperti Combution Engineering yang terkenal dalam pembuatan 
power generation dan proses automation equipment. Selain memproduksi kereta api di Swedia, 
ABB juga mempunyai product line yang luas termasuk robot, peralatan listrik, peralatan reaksi 
termonuklir, dan peralatan rumah sakit. Karena bisnis global, MNC harus menyeimbangkan antara 
kepentingan globalisasi dengan kepentingan lokal atau kawasan (regional). 

 
Baru-baru ini, ABB memenangkan kontrak pembuatan kereta api untuk India. Dua negara 

yang bersedia memberikan kredit untuk pembuatan kereta api ini adalah Jerman dan Italia karena 
ABB mempunyai perusahaan komponen kereta api di kedua negara tersebut. Contoh itu 
mengilustrasikan salah satu masalah besar yang dihadapi MNC dalam managing across border, 
yaitu kecenderungan alamiah untuk mengerjakan sesuatu di negara lain dengan cara yang sama di 
negeri asalnya. Biasanya pada strategi manajemen internasional dikenal sebagai globalization 
versus national responsiveness conflict. 
 
 

PEMBAHASAN 
 
 
Globalization Versus National Responsiveness Matrix 
 

Isu ini dapat dianalisis secara konseptual dengan matrix dua dimensi sebagai berikut. 
 
Sumbu vertikal dalam gambar tersebut mengukur kebutuhan integrasi ekonomi, biasa 

disebut globalisasi. Pergerakan ke atas sumbu vertikal menunjukkan makin besarnya derajat 
integrasi ekonomi. Globalisasi menghasilkan skala ekonomi yang besar dan membutuhkan modal 
yang akan menurunkan biaya per unit jika perusahaan telah berhasil menjual produk atau jasanya 
pada pasar dunia. Globalisasi dicapai dengan mensentralisasi aktivitas tertentu dalam 
meningkatkan nilai tambahnya. Selain itu, dengan meningkatkan koordinasi dan kontrol atas 
aktivitas menyebar sesuai dengan geografik.  

 
Sumbu horisontal mengukur kebutuhan MNC untuk merespon pada national 

responsiveness atau diferensiasi. Sumbu ini menunjukkan seberapa besar MNC harus mengarah 
pada selera lokal dan peraturan pemerintah. Hasilnya, mungkin menyebabkan penyebaran aktivitas 
secara geografik atau desentralisasi koordinasi dan kontrol untuk setiap MNC. Gambar di bawah 
ini menggambarkan empat situasi dasar yang berhubungan tingkat globalization versus national 
responsiveness. 
 
 
 



Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 139

 
                          Low          High 

1 

 

     Globalization Strategy 

3 

 

Mixed Strategy 
 (Transnational Strategy) 

2 

Mixed Strategy 
(International Strategy) 

4 

National Responsiveness 
(Multi-domestic Strategy) 

 
 
 

Gambar 1 National Responsiveness (Diferensiasi) 
 
 
Kuadran 1 
 

Kebutuhan integrasi tinggi dan kebutuhan akan diferensiasi rendah, dalam skala ekonomi, 
maka menggunakan globalization strategy dengan kompetisi harga. Pada kuadran ini merger dan 
akuisisi sering kali terjadi untuk menghasilkan  produk dengan biaya yang  relatif lebih murah dan 
kualitas yang sama. 
 
Kuadran 2 
 

Kebutuhan integrasi dan diferensiasi rendah. Keduanya berpotensi memperoleh skala 
ekonomi dan mendapatkan sedikit manfaat diferensiasi. Strategi tipikal ditunjukkan dengan 
meningkatkan standarisasi internasional atas produk dan jasa. Pendekatan ini biasanya dikenal 
dengan internasional strategy yang membutuhkan sedikit kontrol kualitas yang terpusat, serta 
pengambilan keputusan terpusat, dan secara simultan menyesuaikan dengan aktivitas negara 
masing-masing. 
 
Kuadran 3 
 

Kebutuhan integrasi dan diferensiasi tinggi. Kebutuhan integrasi yang kuat dalam 
produksi, seiring dengan persyaratan yang lebih tinggi pada diferensiasi regional dalam bidang 
pemasaran. MNC harus secara simultan menggapai tujuan ini yang dikenal dengan transnational 
strategy. 
 

High 

Low 

G
lo

ba
liz

at
io

n 
(i

nt
eg

ra
tio

n)
 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 140 

Kuadran 4 
 

Kebutuhan integrasi tinggi tetapi kebutuhan integrasi rendah. Selain istilah ‘national 
responsiveness’, kuadran ini juga dikenal dengan multi domestic strategy. Dalam kasus ini, Niche 
Company menyesuaikan produknya untuk memuaskan permintaan diferensiasi yang tinggi dan 
menyampingkan skala ekonomi karena integrasi tidak terlalu penting. 
 
Menjawab Tantangan 
 

Banyak MNC menjalankan globalization imperative, yaitu satu pendekatan umum 
(worldwide approach) dalam menjalankan bisnis adalah kunci efisiensi dan efektivitas. Dalam 
suatu penelitian yang melibatkan penilaian yang ekstensif atas 115 MNC yang besar, menengah, 
dan 103 perusahaan afiliasi di Amerika, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, dan Inggris, 
menemukan bahwa mereka menggunakan strategi yang sama di luar negeri seperti yang digunakan 
di negara asalnya.  

 
Meskipun kecenderungan menggunakan strategi dari negara asal, MNC yang efektif 

harus secara terus-menerus berusaha memenuhi kebutuhan lokal. Sejumlah faktor yang membantu 
dalam memfasilitasi kebutuhan ini adalah mengembangkan strategi yang unik untuk setiap 
kebudayaan yang berbeda termasuk hal berikut. 

 

1. Berbagai macam standar industri dunia seperti dalam penyiaran, pesawat TV harus diproduksi 
pada country by country basis. 

2. Permintaan akan produk yang berbeda (differenciated) secara terus menerus oleh konsumen 
setempat, seperti kasus barang-barang konsumsi yang harus memenuhi selera setempat. 

3. Kebutuhan untuk menjadi “orang dalam”, seperti dalam kasus konsumen yang lebih suka 
membeli “barang setempat”. 

4. Kesulitan untuk mengatur organisasi global, seperti dalam kasus beberapa cabang setempat 
yang menginginkan lebih banyak desentralisasi namun yang lainnya menginginkan lebih 
banyak desentralisasi. 

5. Kebutuhan mengijinkan cabang untuk menggunakan kemampuan mereka dan tidak dibatasi 
oleh kantor pusat, seperti dalam kasus cabang setempat yang mengetahui produk yang unggul 
untuk pasar mereka dan menghasilkan Return On Investment (ROI) yang tinggi dengan output 
produksi yang terbatas. 

 
I. Cross Cultural  Differences and Similarities 
 

Tantangan untuk MNC adalah mengenali dan secara efektif mengatur persamaan dan 
perbedaan ini. Sebagai contoh, cara MNC mengatur bisnis dalam negara asal mereka seringkali 
harus berbeda dengan cara mereka mengatur bisnis mereka di luar negeri. Setelah mengenali 
bahaya yang dihadapi oleh MNC jika menjalankan parochialism dan simplification karena 
perbedaan budaya, diberikan beberapa contoh cultural similarities dan differences dan bagaimana 
me-manage across culture yang efektif dengan pendekatan kontijensi. Hal itu dapat menyatukan 
berbagai latar belakang perbedaan kebudayaan agar memaksimalkan hasil kerja perusahaan.                                        
 

 

 



Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 141

II. Parochialism  and  Simplification 
 

Parochialism adalah kecenderungan untuk melihat dunia dengan pandangan dan 
perspektif. Hal itu akan menjadi masalah yang sulit bagi banyak manajer internasional yang sering 
berasal dari negara maju dan mempunyai keyakinan bahwa pengetahuan mereka lebih dari cukup 
untuk mengatasi masalah yang timbul dari negara yang lebih terbelakang ekonominya. Banyak 
manajer mempunyai pandangan itu karena didukung dengan latar belakang pengetahuan  dalam  
mempelajari ilmu management di negara maju.  
 

Simplification adalah proses yang menunjukkan orientasi yang sama terhadap kelompok 
budaya yang berbeda. Sebagai contoh cara manajer Amerika berinteraksi dengan manajer Inggris 
sama caranya dia berinteraksi dengan eksekutif Asia. Di sini, lebih  diarahkan pada penyesuaian  
terhadap keadaan  lingkungan  guna menghindari pertentangan atau  konflik  dalam  organisasi . 
Para  manajer  dituntut  untuk mengerti   berbagai  kebudayaan  setempat. Berikut ini  disajikan 
enam kebudayaan dasar. 
 

Tabel 1 Lima Kebudayaan Dasar 

Six Basic Cultural Variations  
Orientations Range of Variations 
What is the nature of people? Good (changeable/ unchangeable) 

A mixture of good and evil* 
Evil (changeable/ unchangeable) 

What is the person’s relationship to nature? Dominant* 
In harmoni with nature 
Subjugation 

What is the person’s relationship to other people? Lineal (hierarchic)  
Collateral (collectivist) 
Individualist* 

What is the modality of human activity? Doing* 
Being and becoming 
Being 

What is the conception of space? Private* 
Mixed 
Public 

Note: * indicates the dominant U.S. orientation 
 

Mengerti budaya suatu negara dalam hal melakukan transaksi bisnis membuat manajer 
internasional lebih efektif. Sayangnya ketika mereka ditempatkan pada budaya yang asing, mereka 
tidak mengerti kebudayaan setempat. Akibatnya, mereka salah menginterpretasi apa yang terjadi, 
khususnya jika ditempatkan di lingkungan yang asing bagi mereka. Sebagai contoh, perbedaan 
yang terjadi antara kebudayaan di Jepang dengan yang terjadi di Amerika. Orang Jepang 
mempunyai karakteristik budaya sebagai berikut. 
 
1. Hubungan antarpribadi relatif berlangsung lama dan mempunyai perasaan keterlibatan yang 

mendalam dengan sesama. 
2. Komunikasi biasanya implisit dan setiap pribadi diajarkan untuk menerjemahkan pesan secara 

tepat sejak kecil. 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 142 

3. Orang yang mempunyai otoritas bertanggung jawab secara pribadi atas tindakan anak 
buahnya sehingga menyebabkan kesetiaan pada atasan dan bawahan. 

4. Persetujuan lebih banyak dibuat secara lisan daripada tulisan. 
5. Orang dalam dan orang luar (perusahaan) mudah sekali dibedakan dan biasanya orang luar 

tidak dapat mengakses pada grup inti. 
 

Orang Amerika mempunyai  karakteristik budaya sebagai berikut. 
 
1. Hubungan antarpribadi relatif dalam waktu yang singkat mendasar dan tidak menghargai 

keterlibatan mendalam. 
2. Pesan disampaikan secara eksplisit dan setiap pribadi diajarkan untuk menyatakan apa yang 

diinginkan sejak kecil. 
3. Otoritas dibagi ke seluruh sistem birokrasi dan tanggung jawab pribadi sulit ditentukan. 
4. Persetujuan lebih banyak dilakukan secara tertulis daripada lisan. 
5. Orang dalam dan orang luar tidak dapat dibedakan dengan jelas, lambat laun orang luar 

didorong untuk masuk dalam grup inti. 
 

Sepuluh faktor kunci kesuksesan MNC sebagai berikut. 
 
1. Melihat faktor perubahan mereka sebagai perusahaan multinasional dan dipimpin oleh tim 

manajemen yang berpengalaman dunia. 
2. Mengembangkan strategi yang terintegrasi dan inovatif yang membuat perusahaan sulit dan 

mahal buat perusahaan lain untuk bersaing. 
3. Secara agresif dan efektif menerapkan strategi dunia mereka dan didukung dengan investasi 

yang besar. 
4. Mengerti bahwa inovasi teknologi tidak hanya di Amerika dan mengembangkan sistem yang 

menekankan inovasi teknologi luar negeri. 
5. Beroperasi seolah-olah dunia adalah suatu pasar yang besar, bukan pasar yang tersendiri. 
6. Mempunyai strutur organisasi yang didesain untuk mengatasi masalah yang unik dan 

menantang sehingga diperoleh efisiensi. 
7. Mengembangkan suatu sistem yang membuat mereka tetap mengetahui perubahan politik di 

seluruh dunia dan implikasi perubahan ini pada perusahaan mereka. 
8. Mempunyai tim manajemen dengan komposisi internasional sehingga dapat merespon 

perubahan permintaan pasar mereka dengan baik. 
9. Mengijinkan direktur luar memainkan peran aktif mereka dalam operasi perusahaan. 
10. Diatur dengan baik dan cenderung mengikuti panduan yang penting dalam mempertahankan 

hubungan yang dekat dengan konsumen, mempunyai struktur organisasi yang ramping, dan 
mendorong otonomi dan enterpreunarial bagi karyawannya. 

 
III. Similarities Across Cultures 
 

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Luthan dan temannya, manajer di Rusia juga 
menjalankan manajemen tradisional, komunikasi, sumber daya manusia, dan hubungan manusia 
seperti yang terjadi di Amerika. Penelitian itu mirip dengan karakteristik manajer Amerika, yaitu 
perhatian yang relatif besar diberikan pada usaha mencari hubungan dan komunikasi untuk 
meningkatkan efisiensi kinerja. 

 



Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 143

Di samping persamaan aktivitas manajerial, studi lain di pabrik Rusia yang sama menguki 
apakah campur tangan modifikasi perilaku organisasi (O.B. Mod) membawa pengembangan 
performance dalam organisasi USA dan Rusia. Para peneliti menemukan bahwa pendekatan O.B 
Mod bekerja baik di USA dan memberikan hasil positif di pabrik Rusia. Pada studi lintas budaya 
lain seperti Korea, Luthans dan temannya menggunakan faktor di USA dan terdapat persamaan 
dari kedua kebudayaan yang berbeda sebagai berikut. 
1. Ukuran organisasi meningkat, komitmen menurun; 
2. struktur menjadi lebih berfokus pada karyawan, komitmen meningkat; dan 
3. persepsi iklim organisasi lebih positif, komitmen karyawan paling besar. 
 
IV. Many Differences Across Culture 
 

Contoh yang diberikan oleh Trompenaars adalah bidang sumber daya manusia, dalam 
studi kasus yang dilakukan perusahaan Shell dengan menggunakan HAIRL system of appraisal. 
Kelima kriteria dalam singkatan HAIRL sebagai berikut. 
 
1. Helikopter  kemampuan untuk mendapatkan pandangan yang luas dari atas. 
2. Analisis  kemampuan untuk mengevaluasi situasi secara logis dan menyeluruh. 
3. Imajinasi  kemampuan kreatif dan berpikir “di luar kotak”. 
4. Realistis  kemampuan untuk menggunakan informasi secara realistis. 
5. Kepemimpinan  kemampuan untuk membangkitkan dan memberikan inspirasi kepada 

bawahan. 
 

Ketika cabang operasional Shell diminta untuk memberikan prioritas atas kelima kriteria 
tersebut, hasilnya sebagai berikut. 
 
 

Tabel 2 Prioritas Lima Kriteria Sistem Operasional Shell 
 

Belanda Perancis Jerman Inggris 

Realitas  Imajinasi Kepemimpinan Helikopter 

Analisis Analisis Analisis Imajinasi 

Helikopter Kepemimpinan Realitas Realitas 
Kepemimpinan 
Imajinasi Helikopter Realitas Imajinasi Helikopter 

Analisis 
Kepemimpinan 

  

Dari studi tersebut, cukup jelas bahwa karyawan di masing-masing negara sangat 
berbeda prioritasnya dalam menerapkan  kegiatan operasional management. Perbedaan lain 
sumber daya manusia adalah masalah gaji, kompensasi, kesamaan pembayaran, dan cuti 
melahirkan. Berikut ini contohnya. 
 

1. Konsep pembayaran gaji per jam tidak berperan besar di Meksiko. Hukum tenaga kerja 
mengharuskan perusahaan untuk membayar gaji karyawan 365 hari per tahun. 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 144 

2. Di Austria dan Brasil, karyawan yang bekerja lebih dari setahun secara otomatis diberikan cuti 
30 hari. 

3. Di Kanada mempunyai aturan kesamaan menerima pembayaran gaji antara pria dan wanita. 
4. Di Jepang, tingkat kompensasi ditentukan oleh faktor objektif, antara lain umur, lama 

pengabdian, latar belakang pendidikan, kemampuan pribadi, dan kinerja. Kinerja tidak 
dihitung sampai karyawan mencapai usia 45 tahun. 

5. Di Inggris, karyawan mengijinkan cuti melahirkan sampai 40 minggu, dan perusahaan harus 
membayar gaji 18 minggu dari jumlah tersebut. 

6. Dalam 87 % perusahaan Swedia, Kepala SDM adalah salah satu direktur perusahaan.  
 

Hal tersebut sangatlah berbeda dengan kondisi di USA. Perusahaan USA perlu 
menyesuaikan gaya bila ingin masuk ke negara tersebut dengan sukses. Perencanaan kompensasi 
merupakan hal yang sangat penting dalam masing-masing budaya yang berbeda. Berikut ini 
disajikan  gaya  kebudayaan  yang  digunakan pada  negara kawasan Asia dan Eropa. 
 

Tabel 3 Gaya Kebudayaan di Negara Asia dan Eropa 

CULTURAL CLUSTERS IN THE PACIFIC RIM, EU, AND UNITED STATES 

 Power Distance Individualism Masculinity 
Uncertainity 
Avoidance 

 
Pacific Rim 
 
Hongkong, Malaysia, Philipine, 
Singapore 

  Japan 
  South Korea, Taiwan 
 
EU & United States 
 
France, Spain 
Italy, Belgium 
Portugal 
Greece 
Denmark, Netherlands 
Germany 
Great Britain, Ireland, United 
States 

 
 

+ 
+ 
+ 
 
 

+ 
+ 
+ 
+ 
- 
- 
 
- 

 
 
- 
- 
- 
 
 

+ 
+ 
- 
- 
+ 
+ 
 

+ 

 
 

+ 
+ 
- 
 
 
- 
+ 
- 
+ 
+ 
+ 
 

+ 

 
 
- 
+ 
+ 
 
 

+ 
+ 
+ 
+ 
- 
+ 
 
- 

  

Tabel tersebut memperlihatkan kelompok host yang berbeda budayanya, termasuk negara 
Asia, EU dan Anglo. Setiap kelompok memerlukan pendekatan yang berbeda untuk memformula 
strategi kompensasi yang efektif dan setelah menganalisa setiap kelompok, disarankan sebagai 
berikut. 

 

1. Di negara Pasifik Rim, strategi insentifnya adalah memberi gaji tertinggi pada manajer tingkat 
senior. 



Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 145

2. Di Eropa, strategi kompensasi harus sama. Bagaimanapun juga, di Italia dan Belgia, gaji yang 
lebih tinggi harus dibayarkan pada manajer lokal tingkat senior. Portugal dan Yunani, profit 
sharing lebih efektif dibandingkan salary tinggi. Denmark, Belanda, dan Jerman, rencana 
insentif perorangan akan lebih tinggi kegunaannya karena budaya individualisme yang tinggi. 

3. Inggris, Irlandia, dan USA penilaian terhadap prestasi individu, penghargaan dan tantangan 
lebih meningkatkan motivasi. Kompensasi harus sesuai dengan kebutuhan. 

 

Sebagai tambahan, beberapa MNC’s menemukan rencana kompensasi yang sangat 
menarik bagi tenaga kerja lokal tidak ada nilainya bagi anggota tenaga kerja internasional mereka. 
Contohnya ketika Gillete Company memutuskan untuk menawarkan saham pada 33.000 
karyawannya di seluruh dunia, perusahaan menemukan bahwa rencananya tidak global dipandang 
dari ketertarikan karyawan. Beberapa alasan termasuk pendapatan karyawan rendah dan merasa 
saham adalah investasi beresiko. Sederhananya tenaga kerja dengan budaya lain sering tidak 
mempunyai pandangan yang sama mengenai rencana kompensasi seperti tenaga kerja Amerika. 
Hal tersebut menyebabkan banyak MNC’s mengembangkan strategi kompensasi berdasarkan 
kebetulan yang dicocokkan pada rapat kebutuhan pekerja lokal. 
 
 

Tabel 4 A Partially Completed Contigency Matrix For International Human Resources Management 
 

Recruit
ment and 
selection 

• Prepare for long 
process 

• Ensure that your 
firm is “here tto 
stay” 

• Develop trusting 
relationship with 
reruit 

• Obtain skilled labor 
from government 
subsidized 
apprenticeship 
program 

• Use expatriates 
sparingly 

• Recuit Mexican 
nationals at U.S. 
colleges 

• Recent public 
policy shifts 
encourage use of 
sophisticated 
selection 
procedures 

Training 

• Make substantial 
investment in 
training 

• Use general 
training and cross-
training 

• Training as every 
one’s responsibility 

• Reorganize and 
utilize 
apprenticeship 
programs 

• Be aware of 
government 
regulations on 
training 

• Use bilingual 
trainers 

• Careful 
observations of 
existing training 
programs 

• Utilize team 
training 

Compens
ation 

• Use recognition 
and praise as 
motivator 

• Avoid pay for 
performance 

• Note high labor 
costs manufacturing 

• Consider all 
aspects of labor 
cost 

• Use technical 
training as reward 

• Recognize 
egalitarian values 

• Use “more work 
mor pay” with 
caution 

Labor 
relations 

• Treat unions as 
partners 

• Alloe time for 
negotiation 

• Be prepared for 
high wages and 
short work week 

• Expect high 
productivity from 
unionized workers 

• Understand 
changing Mexican 
labor law 

• Prepare for 
increasing 
unionized of labor 

• Tap large pool of 
labor cites 

• Lax labor laws 
may become more 
straight 

 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 146 

Tabel 4 A Partially Completed Contigency Matrix For International  
Human Resources Management (lanjutan) 

 

Job 
design 

• Incluce 
participation 

• Incorporate group 
goal setting 

• Use autonomous 
awork teams 

• Use uniform, 
formal approach 

• Encourage co-
worker input 

• Empower teams to 
make decision 

 

• Utilize works 
councils to 
enchance worker 
participation 

• Approch 
participation 
coutiously 

• Determine 
employee’s 
motives before 
implementing 
participation 

 Japan Germany Mexico China 
 

 
Tabel 4 Memperlihatkan bagaimana spesifikasi area SDM dapat dianalisis secara 

kelompok pada basis negara per negara. Contoh, Jepang yang kontras dengan pendekatan USA 
ditemukan sejumlah perbedaan. Rekrutmen dan seleksi di perusahaan Jepang sering didesain untuk 
membantu identifikasi individu yang dapat melakukan pekerjaan terbaik dalam jangka waktu 
panjang. Di USA, orang sering dipekerjakan berdasarkan apa yang dapat mereka lakukan untuk 
perusahaan dalam jangka waktu pendek, karena kebanyakan mereka akan berhenti atau di - PHK. 
Jepang menggunakan banyak sekali lintas pelatihan, sementara di USA cenderung menyukai 
spesialisasi pelatihan. Jepang menggunakan penilaian performance kelompok dan imbalan sebagai 
kelompok tetapi USA menggunakan penilaian performance manager subordinat dan imbalannya 
perorangan. Jepang, serikat pekerja merupakan partner namun di USA manajemen dan serikat 
kerja saling memandang dengan cara permusuhan. Hanya dalam Job Design, Jepang dan USA 
sama banyaknya menggunakan partisipasi manajemen dan otonomi team work. 

 
Perbedaan tersebut jangan diartikan bahwa SDM suatu negara superior dari yang lain. 

Kenyataannya, penelitian dari Jepang dan Eropa memperlihatkan perusahan ini mengalami insiden 
yang tinggi dalam masalah hubungan perorangan daipada perusahaan Amerika, contohnya dalam 
hal berikut. 

 

1. Personal home-country cukup memiliki keahlian internasional; 
2. personal home-country mau bekerja diluar negeri; 
3. kesulitan dalam menarik warga negara lokal yang berkaliber tinggi; dan 
4. tingginya turn over tenaga kerja lokal. 
 

Sebagai tambahan, dibandingkan dengan MNC’s Jepang, MNC’s USA sedikit 
perselisihan dan komunikasi yang lebih baik antara expatriate home-country dengan pekerja lokal 
dan hanya sedikit komplain oleh pekerja lokal berhubungan dengan keahlian tambahan dalam 
perusahaan. 

 

Tabel 4 mengidentifikasi dengan jelas pentingnya MNC’s menggunakan pendekatan 
kontigensi untuk SDM lintas budaya. Tidak hanya terdapat praktek yang berbeda dalam budaya 



Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 147

yang sama. Disamping pendekatan berbeda yang digunakan dalam negara yang berbeda pula 
menjadi jelas bahwa asumsi umum dan kebijaksanaan yang lazim tentang praktek SDM di negara 
tertentu tidak berlaku sama. 

 
Dapat disimpulkan bahwa me-manage lintas budaya memerlukan pengertian pada 

lingkungan lokal karena asumsi umum yang stereotype tidak berlaku. Perbedaan budaya baru 
diutamakan dan inilah sebabnya mengapa penelitian lintas budaya dilanjutkan lebih kritis dalam 
membantu perusahaan mempelajari bagaimana me-manage lintas budaya. 
 

Perbedaan Budaya di beberapa Negara dan Kawasan 
 
I. Doing Business in China 
 

Budaya yang dapat mempengaruhi bisnis di China dapat disimpulkan sebagai berikut. 
 

1. Orang Cina menekankan kepercayaan dan koneksi bersama. 
2. Pertemuan bisnis biasanya dimulai dengan minum teh dan percakapan umum tentang 

perjalanan tamu, penginapan, dan keluarga. Biasanya tuan rumah telah diberikan informasi 
tentang latar belakang tamu. 

3. Jika pertemuan sudah ingin dimulai, tuan rumah akan memberikan tanda, demikian juga jika 
pertemuan sudah selesai. 

4. Jika orang Cina telah menentukan siapa dan terbaik, mereka cenderung berpegang pada 
keputusannya. Oleh karena itu, mereka lamban dalam merencanakan tindakan tetapi jika 
sudah dimulai mereka membuat suatu kemajuan yang cukup baik. 

5. Dalam negosiasi, asas timbal balik penting. Jika orang Cina memberikan kesepakatan, mereka 
juga mengharap balasannya. 

6. Karena negosiasi dapat membuat mereka kehilangan muka maka orang Cina biasanya 
menggunakan perantara untuk mengemukakan idenya tanpa merasa malu. 

  

II. Doing Business in Rusia 
 

Ada beberapa saran dalam berbisnis di Rusia. 
 
1. Berusaha membangun hubungan pribadi dengan partner bisnis. Kontrak bisnis dan hukum 

tidak seperti yang berlaku di negara barat, jika terjadi perselisihan tidak terdapat perlindungan 
yang cukup untuk pihak yang dirugikan karena memerlukan waktu dan usaha membawa ke 
pengadilan, sehingga yang dapat diandalkan adalah persahabatan. 

2. Gunakanlah konsultan lokal karena semua aturan bisnis telah berubah banyak dalam tahun 
belakang ini. Sebaliknya, gunakan konsultan yang selalu berada di Rusia sepanjang waktu dan 
mengerti iklim bisnis setempat. 

3. Perhatikan etika bisnis. Etika bisnis di Amerika tidak selalu sama dengan etika bisnis di Rusia. 
Sebagai contoh, di Rusia sudah merupakan tradisi untuk memberikan hadiah kepada rekan 
bisnisnya, sedangkan di Amerika hal ini merupakan penyogokan. 

4. Bersabarlah. Jika ingin mengerjakan sesuatu di Rusia, akan memakan waktu berbulan-bulan. 
Orang yang biasanya mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa biasanya mengalami 
kekecewaan.  

5. Tekankan pada eksklusivitas. Orang Rusia biasanya menyukai pertemuan eksklusif dan 
biasanya bernegosiasi dengan banyak perusahaan sebelum memutuskan salah satunya. 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 148 

6. Ingat bahwa hubungan pribadi penting. Orang Rusia senang melakukan bisnis dengan bertatap 
muka, jadi jika mereka menerima fax atau surat mereka biasanya meletakkan pada mejanya 
tetapi tidak merespon, mereka menunggu usahawan menghubungi dan membuat pertemuan 
pribadi. 

7. Simpan informasi keuangan. Jika orang barat melakukan bisnis dengan partnernya biasanya 
membagi informasi keuangan dengan mereka dan mengharapkan sebaliknya. Orang Rusia 
menunggu sampai merasa aman untuk membagi informasi keuangan mereka. 

8. Lakukan penelitian terhadap perusahaan. Dalam melakukan persetujuan dengan partner Rusia, 
akan sangat membantu jika kita mendapatkan informasi tentang perusahaannya, hirarki, dan 
bagaimana mereka menjalankan bisnisnya. Informasi ini akan sangat membantu mereka untuk 
membangun hubungan yang baik. 

9. Tekankan keuntungan bersama. Ide barat untuk menciptakan “win-win” dalam negosiasi juga 
berlaku di Rusia. Partner potensial ingin mengetahui keuntungan mereka jika mendirikan 
usaha bersama. 

10. Klarifikasi istilah-istilah. Persetujuan bisnis di Rusia merupakan sesuatu yang baru, sehingga 
perlu dicek ulang dan meyakinkan bahwa pihak lain benar-benar mengerti proposal, 
mengetahui  apa yang mereka harapkan dan menyetujuinya. 

 
III. Doing Business in India 
 

Jika melakukan bisnis di India, ada beberapa kebiasaan yang sangat berguna, antara lain 
sebagai berikut. 

 
1. Dalam pertemuan harus datang tepat waktu. 
2. Sebaiknya tidak menanyakan pertanyaan pribadi kecuali kalau rekan bisnis merupakan rekan 

dekat atau teman. 
3. Gelar merupakan hal yang penting sehingga orang yang mempunyai gelar doktor atau 

profesor harus dicantumkan. 
4. Penunjukkan kasih sayang terhadap sesama dipertimbangkan tidak sopan sehingga tidak 

disarankan untuk menepuk punggung atau menyentuh orang lain. 
5. Menunjuk seseorang biasanya menggunakan dagu. 
6. Ketika makan atau menerima barang biasanya menggunakan tangan kanan karena tangan kiri 

dipertimbangkan sebagai tangan yang kotor. 
7. Menawar barang dan jasa merupakan hal yang biasa, lain dengan tradisi barat yang 

menganggap penawaran sebagai tindakan yang kasar. 
 
IV. Doing Business in France 
 

Banyak perusahaan Prancis mempunyai sentralisasi yang tinggi dan mempunyai struktur 
yang kaku sehingga pengambilan keputusan memerlukan waktu yang lebih lama. Tambahan 
karakteristik kebudayaan akan membantu menjelaskan kesulitan-kesulitan yang akan ditemui 
orang luar Prancis seperti berikut. 

 
1. Jika berjabat tangan dengan orang Prancis, jabatlah tangan dengan cepat dan memegang 

dengan kuat. Menjabat tangan dengan diayunkan seperti yang berlaku di Amerika 
dipertimbangkan sebagai tidak berkebudayaan. 

2. Sangat penting untuk datang tepat waktu pada pertemuan sosial. 
3. Jika sedang makan, boleh membicarakan hal yang menyenangkan tetapi pertanyaan pribadi 

atau yang berhubungan dengan uang jarang dibicarakan. 



Manajemen Lintas Budaya (Suryanto) 149

4. Kerapian dan selera sangat penting sehingga jika ingin bertemu dengan usahawan harus 
berusaha keras untuk “berbudaya” dan rapi. 

 
V. Doing Business in Arab Countries 
 

Panduan untuk melakukan bisnis di negara Arab antara lain sebagai berikut. 
 

1. Jangan pernah menunjukkan superioritas karena membuat pihak lain merasa inferior. 
Bagaimanapun bagusnya hasil kerja seseorang, jangan pernah menyombongkan diri atau 
menunjukkan pentingnya diri sendiri. 

2. Orang tidak boleh menonjolkan diri sendiri atas usaha bersama. 
3. Banyak hal yang dilakukan dengan channel administrasi negara. Orang yang mengerjakan 

sesuatu di luar channel tersebut dapat dikelompokkan sebagai tidak menghargai hukum dan 
institusi negara. 

4. Koneksi sangat penting dalam menjalankan bisnis. Usahawan yang mempunyai koneksi yang 
bagus dapat bekerja lebih cepat jika dibandingkan dengan orang yang tidak mengetahui sistem 
masuk dan keluar. 

5. Kesabaran sangat dibutuhkan dalam transaksi bisnis. Pertimbangan waktu sangat penting 
dibuat dalam semua negosiasi sehingga mencegah seseorang dalam berusaha untuk 
mendapatkan persetujuan yang cepat. 

6. Keputusan penting harus dihadiri oleh orangnya sendiri, tidak dengan surat-menyurat atau 
dengan telepon. Jika terdapat banyak orang memberikan masukan dalam rapat pengambilan 
keputusan final, biasanya keputusan akhir dibuat oleh atasan. 

 

Terdapat banyak perbedaan kebudayaan antarnegara  sehingga bagi para menajer yang 
berskala internasional,  perlu melengkapi  dengan pengetahuan  tentang berbagai kebudayaan di 
berbagai negara. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pengembangan industri    atau  usaha   
yang  akan memberi  hasil  yang optimal  dalam   hal return yang akan  diperoleh. Dengan 
banyaknya  pengetahuan mengenai berbagai  kebudayaan antara negara akan  memperkaya  
seorang manegement tarai internatinal  dalam   membuat  keputusan yang sesuai dengan kondisi  
lingkungan  dia  berada  untuk mempermudah  komunikasi dan  interaksi  antara personil ditempat  
manager tersebut berada . 

 
Kemampuan  memahami berbagai latar belakang  kebudayaan akan  menciptakan   satu  

situasi kerja yang  kondusif di tempat  kerja. Dengan  adanya  suasana kerja yang konduksif  akan  
memberikan  hasil yang optimal bagi perusahaan. Bagi  manajer yang  berhasil menerapkan 
kebijakan perusahaan di berbagai negara, akan  memperoleh image positif dari berbagai 
perusahaan  berskala  dunia  sehingga  sangat dapat dipastikan menghasilkan  pribadi eksekutif  
yang akan diburu oleh para  pemilik modal  untuk mengelola perusahaan mereka.  
 
 

PENUTUP 
 
 
Simpulan 
 
1. Salah satu hal utama dalam menghadapi MNC, mereka ingin melakukannya seperti di negara 

mereka sendiri. Globalisasi harus diberikan perhatian yang lebih dari national responsiveness 



Journal The WINNERS, Vol. 2 No. 2, September 2001:137-150 150 

atau sovereignty walau pada tahun belakangan ini, di bawah strategi manajemen internasional, 
globalisasi telah terbentuk, fokus pada lokal dapat membawa keuntungan. Beberapa faktor 
yang patut masuk hitungan untuk strategi baru (a) perlu dibagi dalam standar worldwide; (b) 
pentingnya diferensiasikan produk untuk pasar lokal; (c) perlunya menjadi orang dalam 
daripada tergantung kebijakan ekspor; dan (d) perlunya memberikan sumbangan yang lebih 
berarti untuk merespon kondisi lokal. 

2. Satu tantangan utama ketika berhadapan dengan masalah cross-cultural harus menyelesaikan 
parochialism dan simplification. Parochialism adalah kecenderungan untuk melihat dunia 
dengan pandangan dan perspektif. Simplification adalah proses yang menunjukkan orientasi 
sama terhadap kelompok budaya yang berbeda. Permasalahan lain ketika mereka 
melaksanakan dengan cara sama untuk pasar luar negeri dan pasar domestik. Penelitian 
menunjukkan pada beberapa kasus pendekatan ini efektif, walau efektifnya manajemen cross-
culture lebih banyak meminta pendekatan berbeda dengan di rumah. Ini merupakan salah satu 
bukti utama diperlukannya manajemen sumber daya manusia. Recruitment, selection, training 
dan kompensasi sering dibawakan dengan berbeda pada setiap negara dan yang berlangsung 
di United State mungkin memiliki nilai batasan berbeda dengan negara dan daerah geografis 
yang lain. 

3. Melakukan bisnis di bagian berbeda dari dunia memerlukan pengakuan dan pengertian 
perbedaan budaya. Beberapa perbedaan melibatkan tugas kemasyarakatan terhadap waktu, 
status, kontrol dari pengambilan keputusan, penyelesaian personal dan kerja itu sendiri. Tipe 
berbeda dari perbedaan budaya membantu menjelaskan kenapa efektifitas manajer di China 
dan Rusia sering berbeda dengan Prancis dan mengapa keberhasilan dengan gaya United State 
akan tidak ideal di negara Arab. 

 
 

DAFTAR PUSTAKA 
 
 
Cropo, Richley. 2001.  Cultural  Antropologi. 5 Th  Edition. Logan.2001. Utah State University. 
 
Johnson, Johny K. 2001.  Global  Marketing. 2nd  edition. Georgetown University: Irwin 

McGrow-Hill.  
 
Tozer, Steven. 2001.  School and Society.  4 th Edition. University of Illinois Chicago and Paul 

Violos, University of Champaign and Guy Senese. Nothern Arizona University.