Microsoft Word - 03 _Bagus S._ Input-Output-ok.doc


 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 33

MENGARTIKULASIKAN TABEL INPUT-OUTPUT 
DAN KERANGKA ANALISISNYA 

 
 

Budi Cahyono1; Bagus Sumargo2 
 
 
 

ABSTRACT 
 
 Input -Output (I-O) table can be used to analyse economic projection and present 
some service and good transactions in production activities, final demand, and bruto added 
value (BAV). I-O table can help to analyse  government policy, such as impact analysis to 
output, bruto added value, and worker needed. 
 
Keywords: Input -Output table, economic projection, government policy 
 
 

ABSTRAK 
 

 Tabel Input -Output merupakan alat yang efektif untuk analisis dan proyeksi 
perekonomian dalam suatu perencanaan pembangunan. Tabel tersebut menyajikan 
informasi transaksi barang dan jasa yang digunakan dalam kegiatan produksi, permintaan 
akhir dari komponen penyediaan (supply) , dan Nilai Tambah Bruto (NTB). Analisis lanjutan 
berdasarkan tabel ini adalah analisis dampak dari suatu kebijakan pemerintah terhadap 
output, NTB, dan kebutuhan jumlah tenaga kerja. 
   
Kata kunci: Tabel Input -Output, proyeksi perekonomian, kebijakan pemerintah 

 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
PENDAHULUAN 

                         
1 Peneliti BPS 
2  Staf pengajar FMIPA, UBiNus, Jakarta dan Peneliti BPS 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 34

 
 
 Tabel Input -Output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem pencatatan 
ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi antarprodusen dalam suatu 
perekonomian. Tabel Input -Output sebagai sistem penyajian data, sebenarnya telah mulai 
dikembangkan pada dekade 1930-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Tabel Input -Output (I-
O) Indonesia disusun dengan maksud untuk menyajikan gambaran tentang hubungan timbal 
balik dan saling keterkaitan antarsatuan kegiatan (sektor)  dalam  perekonomian di Indonesia 
secara menyeluruh. Bentuk penyajian Tabel I-O adalah matriks dan masing-masing barisnya 
menunjukkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan untuk memenuhi permintaan 
antara dan permintaan akhir sedangkan masing-masing kolomnya menunjukkan pemakaian 
input  antara dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya. 
 
 Penyusunan Tabel I-O selain mampu menghasilkan alat yang efektif untuk analisis 
dan proyeksi perekonomian dalam suatu perencanaan pembangunan, dapat juga dijadikan 
landasan untuk menilai dan mengetahui berbagai kelemahan data statistik lainnya. Dengan 
demikian, hasil dari penyusunan suatu Tabel I-O selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam 
usaha penyempurnaan sistim perstatistikan nasional. 
 
Pengertian Dasar Tabel Input -Output 
 
 Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang 
menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antara sektor 
yang satu dengan sektor lainnya, dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu. 
Dengan Tabel I-O dapat dilihat bagaimana output dari suatu sektor ekonomi didistribusikan 
ke sektor lainnya dan bagaimana pula suatu sektor memperoleh input  yang diperlukan dari 
sektor lainnya. Dalam suatu model Input -Output yang bersifat terbuka dan statis, transaksi 
yang digunakan dalam penyusunan Tabel Input -Output harus memenuhi tiga asumsi atau 
prinsip dasar berikut. 
1.  Keseragaman (homogeneity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor hanya memproduksi satu 

jenis output (barang dan jasa) dengan struktur input  tunggal (seragam) dan tidak ada 
substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. 

2.  Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa kenaikan penggunaan input oleh 
suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan output yang dihasilkan. 

3.  Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh kegiatan produksi di 
berbagai sektor merupakan penjumlahan dari pengaruh pada masing-masing sektor 
tersebut. 

 
 Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana suatu Tabel I-O disusun, pada 
Tabel 1 disajikan contoh Tabel I-O untuk sistem perekonomian yang terdiri dari tiga sektor 
produksi, yaitu sektor 1, 2, dan 3. 
 

Tabel 1 Tabel Input -Output untuk Sistem Perekonomian  
dengan Tiga Sektor Produksi 



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 35

 
                            

 Alokasi Output 
Struktur Input  

Permintaan Antara 
Permintaan 

Akhir 
Jumlah 
Output 

Sektor Produksi 
1 2 3 

Input  Antara Sektor Produksi 

1 
2 
3 

x11 
x21 
x31 

x12 
x22 
x32 

x13 
x23 
x33 

F1 
F2 
F3 

X1 
X2 
X3 

Input  Primer V1 V2 V3   

Jumlah Input  X1 X2 X3   

 
Isian sepanjang baris pada Tabel 1 memperlihatkan bagaimana output dari suatu  sektor 
dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi permintaan antara dan sebagian lainnya untuk 
memenuhi permintaan akhir. Isian sepanjang kolomnya menunjukkan pemakaian input antara 
dan input  primer oleh suatu sektor. Berdasarkan cara pengisian angka ke dalam sistem 
matriks, dapat dilihat bahwa angka setiap sel pada tabel tersebut memiliki makna ganda. 
Angka dari suatu sel pada traksasi antara, misalnya x12, jika dilihat menurut baris maka 
angka tersebut menunjukkan besarnya output sektor 1 yang dialokasikan untuk memenuhi 
permintaan antara di sektor 2. Jika dilihat menurut kolom maka x12 menunjukkan besarnya 
input yang digunakan oleh sektor 2 yang berasal dari sektor 1. 
 
Dari gambaran tersebut tampak bahwa penyusunan angka dalam bentuk matriks 
memperlihatkan suatu jalinan yang saling mengait dari berbagai kegiatan antarsektor. 
Sebagai ilustrasi, dapat diamati proses pengalokasian output pada Tabel 1. Output sektor 1 
pada tabel tersebut adalah sebesar X1 dan didistribusikan sepanjang baris sebesar x11, x12, dan 
x13 masing-masing untuk memenuhi permintaan antara sektor 1, 2 dan 3, sedangkan sisanya 
sebesar F1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Begitu juga dengan output sektor 2 
dan 3 masing-masing sebesar X2 dan X3, dapat dilihat dengan cara yang sama dalam proses 
pengalokasian output sektor 1. Alokasi output pada masing-masing sektor tersebut dalam 
bentuk persamaan aljabar dapat dituliskan sebagai berikut. 

 
 
 
 

 
Atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai berikut. 

 
Keterangan: 
 xij = output sektor i yang digunakan sebagai input  sektor j 

         x11 + x12 + x13 + F1 =  X1 
         x21 + x22 + x23 + F2  =  X2   ............(1.1) 
         x31 + x32 + x33 + F3  =  X3 

  
;ii

3

1j
ij XFx =+∑

=
untuk semua i = 1, 2, 3…… (1.2) 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 36

 Fi = permintaan akhir terhadap sektor  
 Xi = jumlah output sektor i 
 
 Apabila angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi antara, maka angka 
pada kolom (sektor) tertentu menunjukkan berbagai input yang diperlukan dalam proses 
produksi pada sektor tersebut. Apabila Tabel 1 digunakan sebagai ilustrasi maka persamaan 
aljabar untuk input yang digunakan oleh masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai 
berikut. 

 
 
 
 
 

Atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai berikut. 
 

 
Keterangan: 
 
 Vj = nilai tambah atau input  primer sektor j. 
 
 Persamaan tersebut merupakan persamaan dasar yang sangat penting. khususnya 
untuk melakukan analisis perekonomian dengan model input–output. 
 
Klasifikasi Sektor 

 
 Tabel I-O adalah suatu sistem penyajian data perekonomian yang menyeluruh. Oleh 
karena itu, suatu Tabel I-O dituntut untuk mampu mencakup seluruh komoditi dan kegiatan 
perekonomian, baik komoditi yang dihasilkan oleh sektor produksi dalam negeri (domestik) 
maupun komoditi yang berasal dari produksi luar negeri (impor). Pada kenyataannya, barang 
dan jasa atau komoditi yang dihasilkan oleh sektor produksi dapat terdiri dari berbagai jenis 
dan bentuk fisik yang sangat beragam. Akibatnya, jika setiap barang dan jasa yang berbeda 
tersebut dimunculkan sebagai satu sektor tersendiri maka proses penyusunan Tabel I-O akan 
menjadi sangat rumit. Oleh karena itu, dalam proses penyusunan Tabel I-O, diperlukan suatu 
tahapan untuk mengelompokkan barang dan jasa ke dalam kelompok tertentu. Proses 
pengelompokan barang dan jasa inilah yang dikenal sebagai proses klasifikasi sektor. Dalam 
praktik  penyusunan Tabel I-O, klasifikasi sektor harus dilakukan pada tahap awal. 

 
Untuk menyusun klasifikasi sektor, sifat dan jenis setiap komoditi yang ada harus 

dipelajari dengan seksama. Perlu diperhatikan dalam hal ini antara lain adalah teknologi 
pembuatan dan prospek masa depan dari peranan dan kegunaan setiap komoditi dalam 

      x11 + x21 + x31 + V1  =  X1 
      x12 + x22 + x32 + V2  =  X2  ..............(1.3) 
      x13 + x23 + x33 + V3  =  X3 

 

;jj
3

1i
ij XVx =+∑

=
untuk semua j = 1, 2, 3  …(1.4) 



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 37

kegiatan prekonomian secara menyeluruh. Jika penyusunan klasifikasi sektor dibuat semakin 
rinci maka akan lebih mendalam pula pengenalan terhadap anatomi fisik berbagai barang dan 
jasa yang dicakup oleh masing-masing sektor. Oleh karena itu, proses peyusunan  klasifikasi 
 sektor  selain  dapat mempermudah pekerjaan penyusunan Tabel I-O, dapat pula 
dimanfaatkan dalam melakukan analisis. Di samping itu, klasifikasi sektor juga sangat 
diperlukan sebagai dasar dalam penyusunan konversi dari suatu sistem ke sistem lainnya. 
 
 Selain untuk keperluan Tabel I-O, sebenarnya telah banyak pula klasifikasi yang 
disusun untuk keperluan lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional. Klasifikasi 
tersebut jenisnya tergantung dari bidang yang menggunakannya, seperti klasifikasi jabatan, 
klasifikasi lapangan usaha, klasifikasi komoditi, klasifikasi tarif ekspor-impor, dan 
sebagainya. Prinsip utama dalam penyusunan klasifikasi sektor adalah keseragaman 
(homogenitas) dari setiap kelompok/sektor. Maksudnya, barang dan jasa atau kegiatan 
perekonomian yang dicakup oleh suatu sektor harus memiliki sifat yang relatif 
homogen/seragam. Klasifikasi sektor yang diperlukan untuk Tabel I-O adalah suatu 
klasifikasi yang mampu merekam semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan produksi dan 
distribusi barang dan jasa. Oleh karena itu, penyusunan klasifikasi sektor untuk Tabel I-O 
harus memenuhi dua kriteria, yaitu (a) asas kesatuan komoditi dan (b) asas kesatuan 
kegiatan. 
 
Manfaat dan Kegunaan Tabel Input-Output 
 

Model I-O merupakan alat analisis yang lengkap dan komprehensif. Beberapa 
kegunaan tabel I-O, antara lain adalah memberikan analisis tentang hal berikut. 
1. Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output dan nilai tambah 

(PDB) masing-masing sektor. 
2. Komponen nilai tambah menurut jasa faktor produksi pada setiap sektor ekonomi. 
3. Struktur input  antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa oleh sektor  produksi. 
4. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri maupun barang 

yang berasal dari impor. 
5. Pola permintaan barang dan jasa baik permintaan antara oleh sektor produksi maupun 

permintaan akhir untuk konsumsi, investasi, dan ekspor. 
6. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah, impor, 

penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai sektor produksi. 
7. Untuk menyusun proyeksi variabel ekonomi makro. 
8. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara langsung dan tidak 

langsung dari perubahan harga input  terhadap harga output. 
9. Untuk mengetahui sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap pertumbuhan 

ekonomi dan sektor yang peka terhadap pertumbuhan perekonomian nasional/regional. 
10. Untuk melihat konsistensi dan kelemahan berbagai data statistik yang pada gilirannya 

dapat dijadikan sebagai landasan perbaikan, dan penyempurnaan. 
PEMBAHASAN 

 
 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 38

Analisis Deskriptif Tabel Input-Output 
 
Analisis Struktur Input 
  

Analisis ini berguna untuk menjelaskan, misalnya besarnya (dalam persentase) nilai 
tambah yang dihasilkan oleh suatu sektor dibandingkan dengan total output sektor 
bersangkutan; Penggunaan input (antara) untuk menghasilkan output suatu sektor. Analisis 
ini diperoleh dengan cara menganalisis koefisien input suatu tabel I-O. 

 
Analisis Alokasi Output 
 

  Analisis ini digunakan untuk menjelaskan penggunaan output suatu sektor oleh yang 
lain atau penggunaan output suatu sektor oleh permintaan antara dan permintaan akhir. 
Analisis ini diperoleh dengan cara menganalisis koefisien output suatu tabel I-O. 
 
Analisis PDB Menurut Penggunaan 
 

Analisis ini berguna untuk menjelaskan persentase pembentukan PDB suatu negara 
ditinjau dari sisi penggunaan, seperti konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, 
pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok, dan ekspor (neto). Dengan analisis ini dapat 
diperoleh informasi mengenai kontribusi masing-masing komponen PDB tersebut terhadap 
total PDB. 
 
Analisis Kontribusi Sektor 

 
Analisis ini berguna untuk menjelaskan kontribusi sektor, misalnya terhadap total 

output, nilai tambah, pendapatan tenaga kerja, ekspor, dan impor. Dari hasil analisis ini dapat 
diperoleh informasi mengenai kontribusi masing-masing sektor terhadap masing-masing 
permasalahan yang ditelaah (misalnya sektor mana yang menghasilkan nilai tambah 
terbesar). 
 
Analisis Permintaan dan Penawaran 
 
 Tabel I-O menyajikan komposisi keseimbangan antara permintaan (demand) dan 
penyediaan (supply) antarunit usaha di berbagai lapangan usaha. Penawaran produk barang 
dan jasa didapatkan dari output domestik dan barang impor dari luar wilayah. Sisi 
permintaan mencakup permintaan antara (intermediate demand) dan permintaan akhir (final 
demand) terhadap komoditi atau sektor usaha. 

 
 
 
 

 
 



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 39

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 40

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Analisis Dampak Output 
 



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 41

Dalam model I-O, output memiliki hubungan timbal balik dengan permintaan akhir 
dan output tersebut. Artinya, jumlah output yang dapat diproduksi tergantung dari jumlah 
permintaan akhirnya. Namun demikian dalam keadaan tertentu, output justru yang 
menentukan besarnya permintaan akhir. Output dalam model I-O dapat dihitung dengan 
rumus berikut. 

 
Atau rumusan itu sekaligus mencerminkan bahwa pembentukan output (X) dipengaruhi oleh 
permintaan akhir (F-M) atau Fd. 

 
Output yang terbentuk sebagai akibat dari dampak seluruh permintaan akhir (XFT) 

akan sama dengan output yang terbentuk sebagai akibat permintaan akhir domestik (XFD). 
Dalam banyak analisis yang lebih sering digunakan adalah XFD.. Penggunaan persamaan (1) 
dan (2) tersebut, antara lain untuk untuk menghitung porsi output yang terbentuk sebagai 
dampak dari masing-masing komponen permintaan akhir dan memperkirakan output yang 
terbentuk akibat dampak permintaan akhir yang diproyeksikan. 
        

Persamaan (1) dan (2) yang masih bersifat umum tersebut dapat dirinci lagi menjadi 
beberapa formula sesuai dengan banyaknya komponen permintaan akhir, yaitu pengeluaran 
konsumsi rumah tangga (301), pengeluaran konsumsi pemerintah (302), pembentukan modal 
tetap (303), perubahan stok (304), dan ekspor barang dan jasa (305+306). Andaikan 
persamaan (2) digunakan dalam analisis maka pengembangannya akan menjadi lima buah 
formula sebagai berikut. 
 
 

 
 
 
 
 
 
Keterangan: 
 
 XFD  = X301 + X302 + X303 

   
  XFT = (I - A)-1 (F - M)           ...      (1) 

   
  XFD = (I - Ad)-1 Fd                ...    (2) 

     X301   = (I - Ad)-1 Fd301 
     X302   = (I - Ad)-1 Fd302 
     X303   = (I - Ad)-1 Fd303 
     X304   = (I - Ad)-1 Fd304 
     X305+306 = (I - Ad)-1d305+306 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 42

+ X304 + X(305+306) 
X301  = Output yang terbentuk akibat dampak pengeluaran konsumsi rumah 

tangga (Fd301) 
X302  = Output yang terbentuk akibat dampak pengeluaran konsumsi 

pemerintah (Fd302) 
X303  = Output yang terbentuk akibat dampak pembentukan modal tetap 

(Fd303) 
X304  = Output yang terbentuk akibat dampak perubahan stok (Fd304) 
X305+306 = Output yang terbentuk akibat ekspor (Fd305+306) 

 
 Untuk lebih memperjelas penggunaan persamaan (1) dan (2), berikut ini diuraikan 
contoh. Rincian nilai masing-masing komponen permintaan akhir dari tabel tersebut seperti 
pada Tabel 5. 
  

Tabel 5 Komponen Permintaan Akhir Transaksi Domestik 
 

  Sektor       301      302      303      304     305+306     309 
   (1)            (2)        (3)       (4)        (5)          (6)           (7) 
    1             19          0          0           3           15            37 
    2             44          1          5          -1           28            77 
    3             52        17         42          0           10           121 
  Jumlah    115        18         47         2            53           235 

 
 
 Berdasarkan matriks kebalikan yang telah dihitung dan dengan persamaan (2) maka 
dampak permintaan akhir terhadap output dapat dihitung sebagai berikut. 
 X = (I - Ad)-1 Fd 
 

 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 
Hasil penghitungan tersebut dapat disajikan dalam bentuk Tabel seperti pada Tabel  6 

⎟⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 10  0   42 17  52 

 28  1-  5   1   44 

 15  3   0   0   19 

 x 

 1,2224  0,1694  0,0719 

 0,2295  1,2391  0,0763 

 0,1097  0,3491  1,0498 

 = X

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 17,8  0,1   52,1  20,9  72,0 

 38,1  1,0-  15,8  5,1   67,9 

 26,6  2,8   6,4   2,2   41,0 

 = X



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 43

berikut. 
 

Tabel 6 Output Domestik yang Dipengaruhi oleh Masing-Masing 
 Komponen Permintaan Akhir 
 

   Sektor     301   302   303     304    305+306    Jumlah 
    (1)           (2)    (3)      (4)       (5)          (6)            (7) 
     1          41,0    2,2    6,4      2,8        26,6         79,0 
     2          67,9    5,1   15,8    -1,0        38,1       126,0 
     3          72,0   20,9   52,1    0,1        17,8       163,0 
   Jumlah  180,9  28,3  74,3    1,8        82,5       368,0 

 
 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa output sektor 1 yang terbentuk sebagai 
akibat dari konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 41,0; konsumsi pemerintah (302) 
sebesar 2,2; pembentukan modal tetap (303) sebesar 6,4; Perubahan stok (304) sebesar 2,8 
dan ekspor barang dan jasa (305+306) sebesar 26,6. Pengaruh masing-masing komponen 
permintaan akhir terhadap output sektor 2 dan 3 dapat dilihat dengan cara yang sama seperti 
sektor 1. Jumlah setiap baris dari hasil penghitungan tersebut menunjukkan besarnya output 
yang terbentuk sebagai akibat dari permintaan akhir terhadap sektor yang bersangkutan. 
 
 Jika pengamatan dilakukan menurut kolom maka angka pada masing-masing kolom 
menunjukkan pengaruh masing-masing komponen permintaan akhir terhadap pembentukan 
output di masing-masing sektor. Sebagai misal, konsumsi rumah tangga (301) 
mengakibatkan pembentukan output di sektor 1, 2, dan 3 masing-masing sebesar 41,0; 67,9; 
dan 72,0. Dengan demikian, jumlah kolom 1 sebesar 180,9 menunjukkan besarnya output 
seluruh sektor perekonomian yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga. 
Cara pengamatan yang sama dapat dilakukan untuk komponen permintaan akhir lainnya. 

 
Analisis Dampak Nilai Tambah Bruto 
 
 Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah input primer yang merupakan bagian dari input  
secara keseluruhan. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan tabel I-
O, hubungan antara NTB dengan output bersifat linear. Artinya, kenaikan atau penurunan 
output akan diikuti secara proporsional oleh kenaikan dan penurunan NTB. Hubungan 
tersebut dapat dijabarkan dalam persamaan berikut. 
 
Keterangan: 
 
     V  = matriks NTB 
     V̂  = matriks diagonal koefisien NTB 
     X  = (I - Ad)-1 Fd atau (I - A)-1 F 
 Isian sel diagonal V̂  adalah NTB sektor yang bersangkutan dibagi dengan outputnya 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 44

sedangkan sel di luar diagonal adalah 0. Jadi, bentuk matriks V̂  sebagai berikut. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
dengan 
 
          NTB sektor i 
v̂i  = ─────── 
         Output sektor i 
 
 Dari data pada Tabel 6 dapat disusun matriks NTB-nya sebagai berikut. 
 
 
 
 
 
 
 
 Oleh karena itu, berdasarkan X dari hasil penghitungan pada bagian 1 maka 
penciptaan NTB yang dipengaruhi oleh masing-masing komponen permintaan akhir sebagai 
berikut. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
       
 
 
 
 
Penyajian dalam bentuk tabel dari hasil penghitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel  7. 
  

⎟
⎟
⎟
⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 v  0  0 

   

 0  v   0 

   

 0  0  v 

 = V

n

i

1

KK

MMM

KK

MMM

KK

ˆ

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 0,5951  0,0000  0,0000 

 0,0000  0,3413  0,0000 

 0,0000  0,0000  0,8608 

 = V̂

X V = V ˆ

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 10,6  0,0   31,0  12,5  42,9 

 13,0  0,3-  5,4   2,8   23,2 

 22,9  2,4   5,5   1,9   35,3 

 = V



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 45

Tabel 7 Nilai Tambah Bruto yang Dipengaruhi Masing-Masing 
 Komponen Permintaan Akhir 
 

  Sektor      301    302    303    304    305+306    Jumlah 
   (1)           (2)      (3)     (4)      (5)        (6)             (7) 
    1          35,3     1,9      5,5     2,4       22,9           68,0 
    2          23,2     2,8      5,4    -0,3      13,0            43,0 
    3          42,9   12,5     31,0    0,0      10,6            97,0 
Jumlah   101,3   16,2     41,9   2,1       46,5          208,0 

 
 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa penciptaan NTB di sektor 1 yang 
dipengaruhi oleh konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 35,3; konsumsi pemerintah 
(302) sebesar 1,9; pembentukan modal tetap (303) sebesar 5,5; perubahan stok (304) sebesar 
2,4 dan ekspor barang dan jasa (305+306) sebesar 22,9. Jumlah penciptaan NTB di sektor 1 
sebesar 68,0 menunjukkan jumlah NTB yang diciptakan di sektor 1 yang dipengaruhi oleh 
seluruh komponen permintaan akhir. Untuk sektor 2 dan 3, pengamatannya dapat dilakukan 
dengan cara yang sama terhadap penciptaan NTB di sektor 1. 
 
 Setiap kolom pada Tabel 7 menunjukkan pengaruh dari masing-masing komponen 
permintaan akhir terhadap proses penciptaan NTB di masing-masing sektor perekonomian. 
Angka di kolom 301, misalnya, menunjukkan bahwa pengaruh konsumsi rumah tangga 
terhadap penciptaan NTB di sektor 1, 2, dan 3 masing-masing adalah sebesar 35,3; 12,3; dan 
42,9. Jumlah untuk kolom 301 sebesar 101,3 menunjukkan besarnya NTB dari seluruh sektor 
yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga. Dengan cara yang sama, 
selanjutnya dapat dilakukan pengamatan terhadap pengaruh masing-masing komponen 
permintaan akhir terhadap penciptaan NTB di masing-masing sektor. 
 
Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja 
 
Jumlah Tenaga Kerja Sektoral 
 
  Dalam suatu proses produksi, tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi 
yang memiliki peranan cukup penting. Pengeluaran untuk tenaga kerja oleh produsen 
merupakan salah satu komponen input  primer yang antara lain berupa upah dan gaji, 
tunjangan, dan bonus serta termasuk hasil usaha seperti sewa, bunga, keuntungan, baik 
berupa uang maupun barang. Definisi tenaga kerja dalam tabel I-O pada dasarnya sama 
dengan definisi yang digunakan dalam Sensus Penduduk, yaitu penduduk berumur 10 tahun 
ke atas yang bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan, 
sekurang-kurangnya satu jam secara tidak terputus dalam seminggu yang lalu. Dalam banyak 
analisis makro tenaga kerja, sering juga disebut dengan kesempatan kerja atau lapangan 
kerja. 
 
 Data tenaga kerja yang ideal untuk keperluan analisis produktivitas dan efisiensi 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 46

tenaga kerja adalah dengan satuan ekivalen tenaga kerja penuh. Namun demikian, data 
tenaga kerja yang tersedia sampai saat ini ternyata belum memungkinkan untuk menyusun 
tenaga kerja dalam satuan ekivalen tenaga kerja penuh. Oleh karena itu, data tenaga kerja 
pada tabel I-O hanya disajikan dalam bentuk jumlah tenaga kerja sektoral dengan satuan 
orang untuk klasifikasi 66 dan 19 sektor. 
 
 Penyusunan data tenaga kerja, antara lain dapat didasarkan dari hasil pengolahan 
khusus data Sensus Penduduk. Namun demikian, dari hasil pengolahan tersebut pada 
umumnya hanya diperoleh angka tenaga kerja yang dirinci menurut 2 digit Klasifikasi 
Lapangan Usaha Indonesia (KLUI). Oleh karena itu, untuk melengkapi struktur tenaga kerja 
pada sektor yang lebih luas harus digunakan pula data tenaga kerja yang diperoleh dari hasil 
berbagai Survei, seperti Sakernas, Survei Industri Besar/Sedang, Survei Industri Kecil dan 
Kerajinan Rumah Tangga, dan sebagainya. 
 
Koefisien Tenaga Kerja 
 
Koefisien tenaga kerja (labor coefficient) adalah suatu bilangan yang menunjukkan besarnya 
jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran (output). Sesuai 
dengan pengertian itu maka koefisien tenaga kerja dapat dihitung menggunakan persamaan 
berikut. 
 

                
X
L=l

i

i
i  

 
     li = Koefisien tenaga kerja sektor i 
     Li = Jumlah tenaga kerja sektor i 
     Xi = Output sektor i 
 
 Ilustrasi perhitungan dan cara membaca koefisien tenaga kerja diuraikan pada contoh 
berikut. 

 
Tabel 8 Koefisien Tenaga Kerja 

                Output    Tenaga Kerja     Koefisien 
 Sektor       (Rp)        (orang)              tenaga 
                                                           kerja 
   (1)             (2)           (3)                   (4) 
    1          79.000        39.703           0,5026 
    2        126.000          8.026           0,0637 
    3        163.000        26.549           0,1629 
Jumlah   368.000       74.278           0,2018 

   
 Sebagaimana tersirat dalam persamaan, arti dari koefisien tenaga kerja sangat 



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 47

tergantung pada satuan unit yang digunakan untuk tenaga kerja dan output-nya. Dari Tabel 8 
diperoleh koefisien tenaga kerja untuk sektor 1, 2, dan 3 masing-masing sebesar 0,5026, 
0,0637 dan 0,1629. Hal itu berarti bahwa untuk menghasilkan satu rupiah output di sektor 1, 
2, dan 3 masing-masing diperlukan 0,5026, 0,0637 dan 0,1629 tenaga kerja. 
         
 Koefisien tenaga kerja sektoral merupakan indikator untuk melihat daya serap tenaga 
kerja di masing-masing sektor. Semakin tinggi koefisien tenaga kerja di suatu sektor 
menunjukkan semakin tinggi pula daya serap tenaga kerja di sektor yang bersangkutan 
karena semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output. 
Sebaliknya, sektor yang semakin rendah koefisien tenaga kerjanya menunjukkan semakin 
rendah pula daya serap tenaga kerjanya. Koefisien tenaga kerja yang tinggi pada umumnya 
terjadi di sektor padat karya sedangkan koefisien tenaga kerja rendah umumnya terjadi di 
sektor padat modal yang proses produksinya dilakukan dengan teknologi tinggi. Informasi 
tentang koefisien tenaga kerja sektoral antara lain dapat dimanfaatkan sebagai masukan 
dalam menyusun berbagai kebijakan dan perencanaan di bidang ketenagakerjaan. 
 
Dampak Permintaan Akhir terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja 
 
 Telah dijelaskan bahwa tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang 
balas jasa terhadapnya merupakan salah satu dari komponen input  primer sehingga sesuai 
dengan asumsi dasar model I-O, tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan output. Hal 
itu berarti bahwa naik turunnya output di suatu sektor akan berpengaruh terhadap naik 
turunnya jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. Hubungan antara tenaga kerja dengan output 
sebenarnya telah digambarkan dalam rumus penghitungan koefisien tenaga kerja. Dalam 
persamaam tersebut, koefisien tenaga kerja dihitung dengan rumus li = Li/Xi sehingga dalam 
hal ini Li = li Xi. Jika persamaan terakhir ini diuraikan untuk masing-masing sektor maka 
diperoleh rumus berikut. 
 
     L1 = l1 X1 
       : 
     Li = li Xi                                                                                                  : 
     Ln = ln Xn 
 
Dalam bentuk matriks, persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut. 
 
 
 
dengan 
 
     L = Matriks jumlah tenaga kerja 
 
 
 
 

X L = L ˆ



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 48

                                                        
 
 
 
      , matriks diagonal koefisien tenaga kerja 
 
 
 
 
X = Output 
   
 Telah pula dikemukakan bahwa output yang  terbentuk  sebagai  akibat  permintaan  
akhir  dapat  dihitung  dengan X = (I-Ad)-1Fd sehingga jika persamaan itu disubstitusikan ke 
dalam persamaan (11) akan diperoleh rumus berikut. 
 
 
 
dengan 
     L=Kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh permintaan akhir 
          = Matriks diagonal koefisien tenaga kerja 

     (I-Ad)-1Fd= Output yang dipengaruhi permintaan akhir 
 
       Contoh penghitungan dampak permintaan akhir terhadap kebutuhan tenaga kerja 
adalah seperti uraian berikut. Dari hasil penghitungan koefisien tenaga kerja pada Tabel 8, 
dapat disusun matriks diagonal koefisien tenaga kerja sebagai berikut. 
 
 
 
 
 
 
 
 Dengan hasil penghitungan (I-Ad)-1Fd pada contoh terdahulu, dampak permintaan 
akhir terhadap kebutuhan tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus berikut. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 2,9 0,0 8,5 3,4 11,7 

 2,4 0,1-1,0 0,3 4,3  

 13,41,4 3,2 1,1 20,0 

 =   

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 17,80,1 52,120,972,0 

 38,11,0-15,85,1 67,9 

 26,62,8 6,4 2,2 41,0 

 x 

 0,1629  0,0000  0,0000 

 0,0000  0,0637  0,0000 

 0,0000  0,0000  0,5026 

 = L

F ) A - I ( L = L d
-1dˆ

⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 0,1629  0,0000  0,0000 

 0,0000  0,0637  0,0000 

 0,0000  0,0000  0,5026 

 = L̂

L̂

F ) A - I ( L = L d
-1dˆ

⎟
⎟
⎟
⎟
⎟
⎟
⎟

⎠

⎞

⎜
⎜
⎜
⎜
⎜
⎜
⎜

⎝

⎛

 l   0  0 

  

 0 l  0 

  

 0  0  l 

 = L

n

i

1

KK

MMM

KK

MMM

KK

ˆ



 
 

Mengartikulasikan Tabel Input-Output… (Budi Cahyono; Bagus Sumargo) 49

 
 
 
 
 
 
 Tabulasi dari hasil penghitungan tersebut dapat disajikan seperti pada Tabel 9 
berikut. 
 
 Tabel 9 Kebutuhan Tenaga Kerja yang Dipengaruhi 
 Masing-masing Komponen Permintaan Akhir 
 

 Sektor       301    302    303    304    305+306    Jumlah 
  (1)             (2)      (3)      (4)      (5)         (6)         (7) 
   1          20,0     1,1      3,2     1,4      13,4           39,1 
   2            4,3     0,3      1,0    -0,1       2,4             7,9 
   3          11,7     3,4      8,5     0,0       2,9            26,5 
 Jumlah   36,0    4,8     12,7    1,3      18,7           73,5 

   
 
 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penyerapan tenaga kerja yang dipengaruhi 
oleh konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 36,0 orang dan terdiri dari tenaga kerja di 
sektor 1, 2, dan 3 masing-masing sebesar 20,0; 4,3; dan 11,7 orang. Kebutuhan tenaga kerja 
yang diakibatkan oleh komponen permintaan akhir lainnya dapat dilihat dengan cara yang 
sama. Jika diamati menurut baris maka informasinya menunjukkan penyerapan tenaga kerja 
dari suatu sektor sebagai akibat masing-masing komponen permintaan akhir. Sebagai contoh, 
penyerapan tenaga kerja di sektor 1 yang merupakan akibat dari konsumsi rumah tangga 
(301) adalah sebesar 20,0 orang, konsumsi pemerintah (302) sebesar 1,1 orang, pembentukan 
modal tetap (303) sebesar 3,2 orang, perubahan stok (304) sebesar 1,4 orang dan ekspor 
barang dan jasa (305+306) sebesar 13,4 orang. Penyerapan kerja untuk sektor 2 dan 3 yang 
diakibatkan oleh masing-masing komponen permintaan akhir dapat diamati dengan cara yang 
sama. 
 

 
PENUTUP 

 
 

  Beberapa simpulan yang dapat dipaparkan sebagai berikut. 
1. Pencatatan kegiatan produksi berupa transaksi antar sektor atau sub sektor disajikan 

dalam tabel Input –Output. 
2. Tabel I-O dapat digunakan untuk struktur Input  dan Output suatu sektor. 
3. Tabel I-O dapat menyajikan informasi tentang Nilai Tambah Bruto (NTB). 
4. Tabel I-O dapat membantu dalam menganalisis dampak suatu kebijakan terhadap output, 

NTB, dan kebutuhan tenaga kerja. 



Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 1, Maret 2005: 33-50 50

DAFTAR PUSTAKA 
 
 
Badan Pusat Statistik. 2003. Pendapatan Nasional Indonesia 1999 – 2002. Jakarta: BPS. 
  
_______. 2003. Tabel Input -Output Indonesia 2000 Jilid I. Jakarta: BPS. 
 
_______. 2003. Tabel Input -Output Indonesia 2000 Jilid II. Jakarta: BPS. 
 
_______. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input -Output. Jakarta: BPS. 
 
_______. 2000. Kerangka Teori Penyusunan Tabel Input -Output. Jakarta: BPS. 
 
Connor, J. R. and E. W. Henry. 1975. Input  Output Analysis and its Applications. New 

York: Hafnek Press. 
 
Miller, Ronald E. and Peter D. B. 1985. Input-Output Analysis Foundations and Extentions. 

New Jersey: Prentice Hall, Inc.