Microsoft Word - 02_Januar.doc


 

Kepemimpinan: Suatu Tinjauan … (Januar Heryanto) 105

KEPEMIMPINAN: SUATU TINJAUAN MANAJEMEN 
SUMBER DAYA MANUSIA  

 
 

Januar Heryanto1 
 

 
ABSTRACT 

 
 

Leadership qualities might naturally “inborn” to some people, but for some 
others have to make efforts to grow the leadership qualities in themselves. It’s well-
known as a “formed-leaders”, leadership that grows through examples and experiences. 
Leaders should have a vision to see the future from the distance. They dream is not only 
about what can be happened to day, but also about what will happen in next year, in next 
decade, even in next generation. 
 
Keywords: leadership, vision, influence 

 
 

ABSTRAK 
 
 

Walaupun kualitas kepemimpinan mungkin secara alamiah melekat pada 
sebagian orang, yang biasanya disebut pemimpin yang dilahirkan, namun sebenarnya 
bagi sebagian orang lain kepemimpinan mereka bertumbuh dalam hidup mereka. Inilah 
yang disebut pemimpin yang dibentuk, yang bertumbuh melalui pengalaman mereka. 
Para pemimpin harus memiliki visi untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan. 
Mereka memimpikan bukan saja apa yang dapat terjadi sekarang, tetapi juga apa yang 
dapat terjadi tahun depan, sepuluh tahun mendatang bahkan yang akan terjadi pada 
generasi berikutnya.   
 
Kata kunci: kepemimpinan, visi, pengaruh   
 
 
 
 

 

 

                                                 
1 Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, UBiNus, Jakarta 



 

Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 2, September 2005: 105-113 106 

PENDAHULUAN 
 
 

Dewasa ini, persoalan yang dihadapi sejumlah institusi baik di dunia pendidikan, 
bisnis, industri, politik maupun pemerintahan adalah krisis kepemimpinan, yang sudah 
mulai terasa sejak abad ke duapuluh. Kita memang memiliki pemimpin formal, yaitu 
mereka yang memiliki posisi pemimpin di bidang pendidikan, bisnis, industri, 
pemerintahan, sosial, religius dan sebagainya, tetapi tidak jarang terjadi banyak institusi 
yang mengecewakan kita, karena ulah pemimpinnya. Kadang-kadang, istilah 
kepemimpinan bagi sebagian orang dapat rancu, karena seseorang yang menduduki posisi 
formal dalam sebuah institusi tidak selalu menjadi pemimpin. Kepemimpinan tidak 
identik dengan posisi formal atau jabatan. Bila pejabat yang mengepalai sebuah institusi 
tidak melaksanakan fungsi kepemimpinan, maka dia tidak layak disebut pemimpin. Di 
setiap jaman, selalu lahir seorang pemimpin yang akan memenuhi kebutuhan pada jaman 
itu. Tidak ada seorang pemimpin yang potensial yang tidak mempunyai kesempatan 
untuk berkarya di tengah masyarakat. Jadi selain kemampuan untuk memimpin, 
dibutuhkan momentum yang tepat untuk melahirkan seorang pemimpin. Martin Luther 
King Jr, Mahatma Gandhi, Soekarno adalah contoh-contoh pemimpin yang lahir pada 
saat yang tepat.  

 
Beberapa orang lahir ke dunia ini dikaruniai rasa percaya diri dan otak yang 

cemerlang. Jelas hal ini merupakan suatu keuntungan. Tetapi sebagian besar orang 
menjadi pemimpin yang lebih baik melalui serangkaian kegiatan yang spesifik. Lebih 
banyak jumlah pemimpin yang “dibentuk” dari pada jumlah pemimpin yang “dilahirkan”. 
Salah satu bukti bahwa pemimpin dapat dibentuk dari orang-orang “biasa” adalah catatan 
riwayat personel Korps Marinir AS. Calon marinir yang direkrut sebagian berasal dari 
rumah tangga yang bermasalah dan berantakan. Tidak jarang mereka pengguna obat-
obatan terlarang dan pecandu alkohol atau memiliki pAndangan sempit. Semua ciri yang 
dapat digunakan untuk meramalkan kesuksesan pada umumnya jarang didapatkan pada 
kelompok individu ini. Namun banyak dari antara calon marinir yang direkrut ini menjadi 
pemimpin yang efektif setelah mereka menyelesaikan pendidikannya dan selanjutnya 
terus menunjukkan keterampilan kepemimpinan yang luar biasa ketika karier mereka 
berlanjut (Zenger, 2004).  

 
Bakat alamiah dan ambisi semata tidak selalu membawa keberhasilan jangka 

panjang. Sebuah perusahaan yang diberitakan berada pada urutan teratas dalam “Daftar 
perusahaan per-bank-an paling dikagumi” di majalah Fortune, yakni J.P. Morgan, banyak 
karyawan muda yang memulai tugas baru meluncur cepat lewat jalan meteor di langit-
langit Morgan. Pada mulanya mereka bersinar cemerlang dalam tugas-tugas pengolahan 
data numerik, namun kemudian secara spektakuler kehadapatn nyala ketika menghadapi 
tantangan tugas-tugas yang menuntut kematangan (mature) yang integral dengan 
kepemimpinan perusahaan. Sejumlah orang terlalu takut membuat keputusan besar, yang 
lain menakut-nakuti siapa saja yang berani mengambil keputusan tanpa mereka. Beberapa 
karyawan muda yang lain merupakan manajer hebat sejauh mereka melakukan 



 

Kepemimpinan: Suatu Tinjauan … (Januar Heryanto) 107

menajemen angka. Perbendaharaan manajemen mereka tidak merentang sampai ke 
urusan memikirkan dan merasakan manusia, yang tidak mudah dimanipulasi seperti 
program komputer untuk accounting. (Lowney, 2005) Biasanya pemimpin yang baik, 
didorong oleh suatu visi. Tetapi apakah visi itu? Dr. David George, dalam kuliah 
umumnya di depan para sivitas akademika U.K Petra pada akhir tahun 2004 mengatakan 
bahwa visi adalah melihat masa depan, saat ini, didasari oleh masa lalu atau tepatnya 
melihat yang tidak kelihatan dan menjadikannya dapat dilihat. Visi adalah gambaran yang 
ada dalam mata pikiran tentang hal yang dapat atau seharusnya terjadi di masa depan. 
 

 
PEMBAHASAN 

 
 
Definisi Kepemimpinan dan Pengaruh 
 

Pengertian kepemimpinan berdasarkan pencarian di situs search engine Google 
(dengan kata kunci “kepemimpinan”) diperoleh hasil lebih dari sepuluh juta jawaban. 
Sebuah toko buku “online” menawarkan lebih dari sepuluh ribu judul tentang tema 
“kepemimpinan”, namun tak satupun di antara buku itu menggambarkan bahwa di tengah 
masyarakat berlimpah kepemimpinan. Sebaliknya, banyak di antara karya itu 
memperkuat apa yang secara intuitif sudah kita ketahui bahwa kita memerlukan 
kepemimpinan yang lebih berprinsip dan lebih efektif. (Lowney, 2005). Maxwell dalam 
bukunya “Developing The Leader Within You” mengatakan bahwa setelah mengamati 
kepemimpinan di dalam keluarganya dan bertahun-tahun mengembangkan potensi 
kepemimpinannya sendiri, sampai pada suatu kesimpulan bahwa “kepemimpinan adalah 
pengaruh”. Kebanyakan orang mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk 
meraih suatu kedudukan, bukan untuk mendapatkan pengikut. Karena itu, mereka 
mengejar kedudukan, pangkat, atau jabatan dan setelah berhasil mereka berfikir bahwa 
mereka sudah menjadi pemimpin. Tipe pemikiran ini menciptakan dua masalah berikut. 
1. Mereka yang memiliki status pemimpin sering mengalami frustasi karena kurangnya 

pengikut. 
2. Mereka yang tidak punya jabatan resmi mungkin tidak dapat melihat dirinya sebagai 

pemimpin dan dengan demikian tidak mengembangkan keahlian kepemimpinannya. 
 

Kita masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain. Berarti kita 
semua sedang memimpin dalam beberapa bidang dan dipimpin dalam bidang lainnya. 
Pemimpin terkemuka dari suatu kelompok akan mudah ditemukan. Perhatikan saja orang-
orang ketika mereka berkumpul. Bila suatu persoalan harus diputuskan, siapa orang yang 
pendapatnya tampak paling berharga? Siapa orang yang paling diperhatikan orang-orang 
lain ketika persoalannya sedang dibicarakan? Siapa orang yang cepat disetujui oleh 
orang-orang lain? Jawaban terhadap pertanyaan itu akan membantu kita menemukan 
siapa pemimpin dalam kelompok tersebut. 
 
 



 

Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 2, September 2005: 105-113 108 

Kepemimpinan Berawal dari sebuah Sikap 
 

William James, pelopor psikologi modern menulis bahwa manusia dapat 
mengubah hidup mereka dengan cara mengubah sikap berpikirnya. Sikap kita akan 
menentukan tindakan kita. Tindakan kita akan menentukan pencapaian-pencapaian kita. 
Prinsip ini dapat dikembangkan bahwa kita harus menata hati kita lebih dahulu sebelum 
kita menata hidup kita. Dari kedalaman hati manusia yang penuh dengan kejahatan akan 
muncul hal yang jahat, sedangkan dari kedalaman hati manusia yang penuh dengan 
kebaikan akan muncul hal yang baik. Jadi penentunya adalah apa yang ada di dalam batin 
manusia. Perubahan sejati terjadi dari dalam ke luar. (Maxwell, J. C., Buku Catatan 3, 
Million Leaders MAndate).  

 
Dalam banyak situasi, peperangan sudah dimenangkan sebelum perang itu sendiri 

dimulai. Semuanya berkenaan dengan kerangka pikir kita ketika kita memasuki medan 
laga. Apakah kita penuh dengan pengharapan dan optimisme atau bersikap negatif dan 
meragukan keberhasilan kita? Sebuah tim bola basket yang akan bertanding hampir dapat 
dipastikan akan menang, bila semua anggota tim yakin mereka akan menang. Sikap kita 
menentukan apakah kita akan menang atau kalah. Seorang pemegang medali emas dalam 
sebuah Olimpiade pernah berkata, “Saya percaya bahwa satu-satunya perbedaan antara 
para peraih medali emas dan perak adalah sikap mereka, bukan kemampuan mereka”. 
Seorang salesman sepatu dikirim ke sebuah negara yang jauh dan setelah beberapa hari, 
ia mengirim pesan: “Saya mau pulang, tidak ada orang yang pakai sepatu di sini”. 
Seorang salesman yang lain dikirim oleh perusahaan ini untuk mengunjungi negara yang 
sama. Setelah beberapa hari, ia menulis pesan ke kantor di negaranya, “Kirim lebih  
banyak sepatu! Belum seorangpun pakai sepatu di sini!” Situasinya sama, namun 
perspektif (cara pAndang)-nya berbeda. Perbedaan utama antara seorang pengikut dan 
seorang pemimpin adalah perspektifnya. Perbedaan antara seorang pemimpin dan seorang 
pemimpin yang efektif adalah perspektif yang lebih baik. 

 
Para pemimpin tahu bahwa sikap akan menciptakan momentum, positif atau 

negatif. Para eksekutif dalam bisnis berkata bahwa unsur penting dalam diri karyawan 
yang berpotensi meliputi hal berikut. 
1. 5% kesediaannya (availability) 
2.  5% hal dapat menyesuaikan dirinya (adaptability) 
3.  10% kemampuannya (ability) 
4.  10% penampilannya (appearance) 
5. 70% sikapnya (attitude) 
 

Perhatikan betapa pentingnya sikap, baik di dalam diri para pemimpin maupun 
anggota-anggota timnya. Seorang psikolog praktis mendaftar lima aturan untuk 
mengevaluasi orang yang akan dipertimbangkan untuk dipromosikan dalam 
pekerjaannya, antara lain sebagai berikut. 
1. Ambisinya. 
2. Sikapnya terhadap kebijakan. 



 

Kepemimpinan: Suatu Tinjauan … (Januar Heryanto) 109

3. Sikapnya terhadap rekan kerja. 
4. Keterampilan kepemimpinannya. 
5. Sikapnya terhadap tekanan yang ada dalam pekerjaan. 
 

Kita tidak dapat merancang dan mengendalikan sepenuhnya situasi-situasi hidup 
dan kepemimpinan kita, namun kita dapat merencanakan dan mengendalikan sikap kita 
agar siap dibentuk saat diperlukan. Di bawah ini adalah pedoman untuk merencanakan 
dan mengendalikan sikap Anda.  

 
1. Percayalah, yang terpenting bukannya apa yang terjadi terhadap diri Anda, melainkan 

apa yang terjadi di dalam diri Anda (it is not what happens to you, but what happens 
in you). 

2. Berhentilah menyalahkan sesuatu atau seseorang karena sikap Anda. 
3. Evaluasilah sikap Anda saat ini. 
4. Ingatlah bahwa iman lebih besar dari pada ketakutan. 
5. Singkapkan dan tulislah sebuah pernyataan tujuan 
6. Daftarkan pertolongan dari mitra Anda yang dapat dipercaya 
7. Luangkan waktu bersama-sama dengan orang yang tepat 
8. Pilihlah seorang model untuk diteladani 
9. Isi diri Anda penuh dengan kebenaran. 
 
Memimpin di Saat Sulit 
 

Besar kemungkinan seorang pemimpin akan mengalami saat sulit dan melelahkan 
ketika dia mencoba untuk memimpin orang lain. Kepemimpinan dapat saja menjadi tugas 
yang tidak menghasilkan rasa terima kasih, bahkan akan mengalami kesepian dan 
melemahkan semangat, hanya karena pemimpin menjadi sasaran kritik bahkan dapat juga 
ia akan merasa diserang ketika sedang memimpin. Patut diingat bahwa pemimpin 
maupun orang yang dipimpin tetaplah manusia biasa. Ini berarti bahwa pemimpin akan 
menghadapi konflik sebelum perjalanan kepemimpinannya usai. Semua orang memiliki 
cara pAndang (perspektif), kepribadian dan pergumulan yang berbeda-beda, sehingga 
mengakibatkan mereka bereaksi dengan cara mereka sendiri.  

 
Umumnya sumber konflik dan kesulitan yang terjadi dalam hubungan antar 

manusia, antara lain sebagai berikut. 

1. Benturan kepribadian. 
2. Harapan yang tidak terungkap dan belum terpenuhi. 
3. Perasaan tidak aman dan persoalan jati diri. 
4. Konflik yang belum terselesaikan dari luka masa lalu. 
5. Sikap independen dan cara pAndang yang kaku. 

 
 
 
 



 

Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 2, September 2005: 105-113 110 

Prinsip dasar yang harus dipahami oleh para pemimpin sebagai berikut. 
 

1. Dalam hubungan antar manusia, para pemimpin sering kali harus mempraktikkan 
prinsip 101%; Temukan 1% orang yang setuju dengan Anda dan berikan 100% 
perhatian Anda kepadanya. 

2. Dalam hubungan antar pribadi, lebih baik membangun pagar di puncak karang dari  
pada membangun sebuah rumah sakit di bagian dasar. Ambil langkah untuk 
mencegah munculnya potensi kesulitan. 

3. Ketika emosi yang diekspresikan dipandang jauh lebih penting dari pada masalah 
yang ada di depan mata, sudah pasti ada masalah tersembunyi yang harus dihadapi. 

4. Ketika kebutuhan emosi seseorang dipandang perlu mengatasi akal sehat, itu tidak 
akan pernah masuk akal. 

5. Orang yang terluka secara alamiah akan melukai orang lain. 
6. Sebagai pemimpin, jangan sekali-kali kita menggantungkan kesehatan emosi kita di 

tangan orang lain. 
7. Adalah mungkin bagi seorang pemimpin untuk mensabotase dirinya sendiri. Dia 

mungkin saja dapat memenangkan sebuah perdebatan, namun pada akhirnya dia akan 
mengalami kerugian yang lebih besar dari pada yang dapat diperolehnya. 

8. Kita harus mempraktekkan hukum koneksi: para pemimpin akan menyentuh hati 
terlebih dahulu sebelum meminta uluran tangan. 
 

Di dalam menghadapi orang yang sulit, apa yang dapat kita lihat di atas 
permukaan  mereka adalah kelakuan dan kebiasaan. Orang dapat menjadi sumber konflik 
atau luka hati karena ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup mereka. Kita tidak harus 
menggali terlalu jauh dalam suatu percakapan dengan mereka untuk menemukan sikap 
dan perasaan yang negatif, seperti kemarahan dan depresi. Jika kita menyelidiki mereka 
sedikit lebih jauh saja, maka kita akan mulai melihat ketidak mampuan orang-orang itu 
untuk mengampuni. Pada umumnya orang punya perasaan negatif karena mereka belum 
sanggup untuk mengampuni seseorang atau melepaskan kenangan buruk dari masa 
lalunya. Jika kita menggalinya lebih dalam lagi, maka kita akan menemukan kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Harapan (expectation) itu ada yang diucapkan, tapi ada 
pula yang tidak diucapkan. Jelas, mereka mengharap seseorang untuk memenuhi 
kebutuhan itu. Pengikut memerlukan “sesuatu” dari pemimpinnya (followers need 
something from their leaders). 

 
Namun, pada akhirnya akar dari masalah itu adalah rasa layak atas diri sendiri. 

Orang itu tidak percaya bahwa dirinya berharga dan ia berusaha mencari cara-cara tidak 
sehat untuk menutupinya. Mungkin mereka akan memicu konflik, mencari perhatian, 
mengalami depresi, tidak bersahabat, suka memaksa, terlalu sensitif, takut, tidak tahu 
berterima kasih, atau dingin, karena merasa tidak layak. 

 
Sementara para pemimpin bertambah matang, mereka akan memahami dengan 

lebih baik perbedaan manusia. Mereka menyadari bahwa orang yang mengikuti mereka 
dimotivasi oleh sebab yang berbeda-beda, menanggapi ide-ide yang beraneka ragam, dan 



 

Kepemimpinan: Suatu Tinjauan … (Januar Heryanto) 111

bersemangat karena alasan yang berbeda-beda. Setiap pemimpin harus mempelajari 
perbedaan-perbedaan kepribadian yang mendasar ini dalam organisasi mereka. Bila 
pemimpin tidak berhasil memahami dan tidak menjalin hubungan dengan kepribadian 
yang berbeda-beda di dalam organisasinya, akan muncul masalah. Ada empat macam 
kepribadian, antara lain sebagai berikut. 
 
1.  Sanguin 

Mereka ingin diperhatikan dan merindukan agar segalanya menyenangkan. Tempat 
kerjanya sedikit amburadul, suka menguasai orang, baik dalam pembicaraan maupun 
kegiatan.  

 
2.  Melankolis 

Bila melakukan sesuatu, mereka ingin hasilnya benar/tepat (perfect). Tempat 
kerjanya rapi. Mereka  bekerja dengan sangat rinci dan dipikirkan sebelumnya. 
Biasanya mereka agak sedikit murung. 

 
3.  Kolerik 

Biasanya mereka perkasa dan ingin memegang tanggung jawab. Mereka 
menginginkan hasil kerjanya dicapai dengan cara mereka. Mereka sangat menuntut 
dan kurang sabar. 

 
4.  Flegmatis 

Mereka suka damai, gampang menyesuaikan diri dan sikapnya santai. Tempat 
kerjanya tidak formal serta sederhana. Mereka cenderung tidak disiplin waktu dan 
lamban. 

 
Mendelegasikan Tugas 
 

Ketika seseorang menjadi pemimpin, dia harus membuat keputusan yang 
mungkin dapat dianggap revolusioner untuk mengembangkan institusinya. Ia tidak lagi 
mengevaluasi bagaimana menyelesaikan tugas seorang diri, tetapi bagaimana 
menyelesaikan tugas melalui orang lain. Bila pemimpin merasa harus menyelesaikan 
segala sesuatu sendirian, maka ia akan merasa letih. Itulah sebabnya dia harus membuat 
perubahan serta memperlengkapi orang lain, kemudian membagi tanggung-jawabnya.  

 
Ada beberapa langkah perubahan untuk menjadi seorang pemimpin. Ia harus 

mampu meng-komunikasikan kepada orang lain apa yang harus mereka lakukan, 
membentangkan visinya serta membuat rencana. Memilih di antara orang-orangnya untuk 
dilatih menjadi pemimpin dan memberi mereka kebebasan sesuai dengan kemampuan 
serta karunia yang dimilikinya. Namun tidak semua pekerjaan dapat didelegasikan, ada 
sebagian yang harus dikerjakan pemimpin itu sendiri. Sasaran pemimpin bukan 
memenuhi kebutuhan banyak orang secara langsung, tetapi memberdayakan orang lain 
untuk memenuhi banyak orang. Ia tidak lagi berfokus pada kebutuhan sekarang, tapi 
berfokus pada visi jangka panjang. Mengapa kadang-kadang para pemimpin gagal dalam 



 

Journal The WINNERS, Vol. 6 No. 2, September 2005: 105-113 112 

mengembangkan orang lain? Sebagian karena mereka merasa hanya mereka sendiri yang 
memenuhi syarat untuk melakukannya. Mereka tidak mempercayai atau memAndang 
rendah orang lain. Penyebab utamanya, mereka tidak tahu bagaimana memilih dan 
melatih orang lain. Mengembangkan orang lain akan memakan energi dan waktu serta 
membutuhkan perencanaan yang matang. Ini merupakan suatu cara kepemimpinan yang 
proaktif dan bukan hanya menjalankan organisasinya seperti apa yang terjadi 
sebelumnya.    
 
 

PENUTUP 
 
 

Pemimpin membutuhkan visi, yang akan selalu memberi petunjuk saat 
melaksanakan pekerjaannya. Apabila banyak peristiwa yang menekan mulai muncul, jika 
tanpa visi maka ia tidak akan lama menjadi pemimpin. Semua pemimpin yang efektif 
punya suatu visi tentang apa yang akan mereka capai. Visi menjadi energi dibalik setiap 
usaha dan menjadi daya pendorong semangat yang menular yang dapat dirasakan 
ditengah orang banyak sampai orang-orang lain ikut bangkit dan mengikuti sang 
pemimpin.  

 
Kesatuan dan kesamaan visi sangat penting agar impian dapat menjadi kenyataan. 

Jam-jam kerja yang panjang dan melelahkan akan dilaksanakan dengan suka rela agar 
tujuan tercapai. Urusan pribadi dikesampingkan, demi mencapai tujuan. Waktu berlalu 
dengan cepat, semangat dan moral membubung tinggi, bila pemimpin mempunyai visi. 
Tanpa visi, semangat dan energi akan menyurut, agenda pribadi mulai muncul, produksi 
jatuh dan orang-orang akan tercerai-berai. Visi menjadi ciri khas organisasi, baik bisnis, 
industri, pendidikan, sosial dan sebagainya. Visi merupakan pernyataan yang jelas dalam 
dunia yang penuh persaingan, dimana pemimpin mempunyai sudut pAndang yang 
penting di tengah hingar-bingar dunia dan demi eksistensi organisasi yang dipimpinnya. 
Visi juga menjadi alat kontrol dan kunci yang sekaligus menjaga agar semua orang 
terfokus arahnya.     
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 



 

Kepemimpinan: Suatu Tinjauan … (Januar Heryanto) 113

 
DAFTAR PUSTAKA 

 
 
Baldoni, J. 2003. Great Communication Secrets of Great Leaders. Jakarta: PT Bhuana 

Ilmu Populer. 
 
Danzig, R. and H. Kaplan. 1998. The Leader Within You. Hollywood, Florida: Frederick 

Fell Publishers, Inc.  
 

Eims, L., 1981. 12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. 
  
Kotter, J. P.1996. Leading Change. USA: Harvard Business School Press. 
 
Lowney, C. 2005. Heroic Leadership. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. 
 
Maxwell, J. C. 1982. Mengembangkan Kepemimpinan di Dalam Diri Anda. Jakarta: 

Equipp. 
 
Zenger, J. H. dan J. Folkman, 2004, The Handbook for Leaders. Jakarta: PT Bhuana Ilmu  

Populer, Kelompok Gramedia.