JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 88-93) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin       88 

 

ANALISIS KANDUNGAN KLORIN PADA BERAS YANG BEREDAR DI PASAR 

BESAR KOTA MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI  
 

THE ANALYSIS ON THE CHLORINE CONTENTS IN RICE CIRCULATION  

IN PASAR BESAR OF MALANG AS THE BIOLOGICAL LEARNING  

RESOURCE 

 

Dewi Rosita1, Siti Zaenab1, Moch. Agus Krisno Budiyanto1 
1Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Muhammadiyah Malang  

e-mail: dewirosita94.dr@gmail.com 
 

 

ABSTRAK 
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan klorin pada beras yang beredar di pasar besar 

Kota Malang dan menerapkan hasil penelitian tersebut sebagai sumber belajar biologi. Penelitian ini 

dilaksanakan pada tanggal 29 maret – 6 April  2016 di Laboratorium Putra Indonesia Malang. Jenis 

Penelitian ini deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kandungan klorin pada beras. 

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Purposive sampling dengan pengulangan 

sebanyak 2 kali pengulangan. Sampel beras yang akan diteliti berasal dari Pasar Besar Kota Malang 

yang berjumlah 19 jenis (Merk) yaitu Piala, Mentari, Padi Wangi, Bintang Biru, Rosita super, Kancil, 

Bintang Mas, Bulan Mas, Puteri,  Lombok, Maknyus, Apel, Manggis, Mangga, Cucak Rowo, Beras Padi, 

Raja Boga dan Monas. Metode yang digunakan yaitu metode uji reaksi warna, uji titrasi iodometri dan 

perhitungan rata-rata presentase kandungan klorin pada sampel secara keseluruhan. Hasil penelitian 

menunjukkan bahwa kandungan klorin dari 19 sampel beras yang diambil dari pasar besar kota Malang 

adalah 0% atau negative yang artinya tidak mengandung klorin sehingga aman untuk dikonsumsi.  

 

Kata Kunci: Beras, Klorin, Malang, Pasar Besar, Sumber Belajar 

 

ABSTRACT 
This research aimed to investigate the chlorine contents in rice circulation in Pasar Besar of which 

findings were supposed to be applicable as Biological learning resource. This research was officially 

conducted at March 29 – April 6 2016 in Putra Indonesia Malang Laboratory. This research was of 

descriptively quantitative design since the main aim of this research was to describe the chlorine contents 

in rice. The sampling technique engaging regarding this research was purposive sampling with two 

repetitions in total. The sample of rice that was going to be analyzed was originally from Pasar Besar 

comprised 19 types (considering the brands), they were: Piala, Mentari, Padi Wangi, Bintang Biru, 

Rosita Super, Kancil, Bintang Mas, Bulan Mas, Puteri,  Lombok, Maknyus, Apel, Manggis, Mangga, 

Cucak Rowo, Beras Padi, Raja Boga dan Monas. In addition, the methods accommodated in terms of 

testing the reaction included testing the color reaction test, testing the iodometric titration, and 

measuring the average percentage of chlorine contents in the whole sample.  Moreover, this research 

revealed that the 19 types sample of rice taken from Pasar Besar is 0 % or negative of chlorine contents. 

Consequently, they were safe to consume.  

 

Keywords: Chlorine, Learning Resource, Malang, Pasar Besar,  Rice  

 



JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 88-93) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin       89 

Pangan adalah segala sesuatu yang 

berasal dari sumber hayati dan air, baik 

yang diolah maupun yang tidak diolah, 

yang diperuntukkan sebagai makanan atau 

minuman bagi konsumsi manusia, 

termasuk bahan tambahan pangan, bahan 

baku pangan, dan bahan lain yang 

digunakan dalam proses penyiapan, 

pengolahan, dan atau pembuatan makanan 

atau minuman(Effendi, 2012). Makanan 

merupakan kebutuhan dasar utama bagi 

setiap manusia, karena di dalamnya 

terkandung senyawa-senyawa yang sangat 

diperlukan untuk memulihkan dan 

memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, 

mengatur proses dalam tubuh, perkem-

bangbiakan dan menghasilkan energi untuk 

kepentingan berbagai kegiatan dalam 

kehidupannya. Kebutuhan manusia akan 

makanan diperoleh dari berbagai sumber 

nabati maupun hewan. Pada dasarnya 

makanan merupakan campuran senyawa 

kimia, yang dapat dikelompokkan ke 

dalam karbohidrat, lemak, protein, vitamin, 

mineral dan air (Effendi, 2012). 

Makanan pokok merupakan salah 

satu kebutuhan primer manusia. Banyak 

varian makanan pokok yang dapat 

dikonsumsi manusia. Tiap daerah memiliki 

makanan pokok sendiri-sendiri. Penentuan 

jenis pangan yang dikonsumsi sangat 

tergantung pada beberapa faktor, diantara 

jenis tanaman penghasil bahan makanan  

yang biasa ditanam didaerah tersebut serta 

tradisi yang diwariskan oleh budaya 

setempat. Perilaku konsumsi pangan 

masyarakat dilandasi oleh kebiasaan 

makan (food habit) yang tumbuh dan 

berkembang dalam lingkungan keluarga 

melalui proses sosialisasi (Hidayah, 2011). 

Indonesia menjadikan beras sebagai 

salah satu makanan pokok, karena beras 

salah satu bahan makanan yang mudah 

diolah, mudah disajikan, enak, dan 

mengandung protein sebagai sumber 

energi sehingga berpengaruh besar 

terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan 

(Wongkar, 2014).Sebagai makanan pokok, 

beras memberikan beberapa keuntungan. 

Selain rasanya netral, beras setelah 

dimasak memberikan volume yang cukup 

besar dengan kandungan kalori yang cukup 

tinggi,serta dapat memberikan berbagai zat 

gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti 

protein dan mineral (Asnawati, 2008). 

Namun di  zaman sekarang ini 

beras di Indonesia itu tidak murni lagi dan 

banyak mengandung zat kimia tambahan 

yang berbahaya. Masalah manipulasi mutu 

beras sebenarnya sudah sering dilakukan 

pedagang atau penggilingan seperti 

penyemprotan zat aromatik dan pemakaian 

bahan pemutih pada beras yang tidak jelas 

dan tidak sesuai spesifikasi bahan 

tambahan yang diperbolehkan untuk 

pangan, dan konsentrasi pemakaian di atas 

ambang batas berbahaya bagi kesehatan 

manusia (Wongkar, 2014). 

Klorin adalah bahan kimia yang 

biasanya digunakan sebagai pembunuh 

kuman. Zat klorin akan bereaksi dengan air 

membentuk asam hipoklorus yang 

diketahui dapat merusak sel-sel dalam 

tubuh. Klorin berwujud gas berwarna 

kuning kehijauan dengan bau cukup 

menyengat. Penggunaan klorin dalam 

pangan bukan hal yang asing. Klorin 

sekarang bukan hanya digunakan untuk 

bahan pakaian dan kertas saja, tetapi telah 

digunakan sebagai bahan pemutih atau 

pengkilat beras, agar beras yang berstandar 

medium menjadi beras berkualitas super 

(Darniadi dalam Wongkar, 2014). 

Klor (berasal dari bahasa Yunani 

Chloros, yang berarti “hijau pucat”), 

adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 

dan simbol Cl termasuk dalam golongan 

halogen. Klorin merupakan unsur kedua 

dari keluarga halogen, terletak pada 

halogen VII A periode III. Sifat kimia 

klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi 

elektron pada kulit terluarnya. Keadaan ini 

membuatnya tidak stabil dan sangat 

reaktif. Hal ini disebabkan karena struktuk 

electron gas mulia. Disamping itu, klorin 

juga bersifat sebagai oksidator. Seperti 

halnya oksigen, klorin juga membantu 

reaksi pembakaran dengan mengahasilkan 

panas cahaya. Dalam air laut maupaun 

sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk 



JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 79-57) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin   90 

asam hipoklorit (HClO) yang merupakan 

suatu oksidator (Edward dalam Sinuhaji, 

2009). Klorin tidak terbakar di udara, 

melainkan bereaksi secara kimia. Klorin 

ialah unsur yang sangat aktif hampir 

dengan setiap unsur dapat langsung 

bersenyawa dan reaksinya besar sekali 

(Adiwasastra, 1987). 

Gas klor yang mudah dikenal 

karena baunya yang khas itu, bersifat 

merangsang (iritasi terhadap selaput lendir 

pada mata/conjunctiva). Selaput lender 

hidung, selaput lender tenggorok, tali suara 

dan paru-paru. Menurut  World  Health  

Organization  (WHO)  nilai  ambang  batas  

residu  klorin  dalam  air adalah  0,5  ppm 

(Suryaningrum,  dkk, 2007). 

Menghisap gas klor dalam 

konsentrasi mencapai 1000 ppm dapat 

mengakibatkan kematian mendadak di 

tempat. Orang yang menghirup gas klor 

akan merasakan sakit dan rasa panas/pedih 

pada tenggorokan, hal ini disebabkan 

pengaruh rangsangan/iritasi terhadap 

selaput lendir (mucus membrane) yang 

menimbulkan batuk-batuk kering (kosong) 

yang terasa pedih dan panas, waktu 

menarik napas terasa sakit dan sukar untuk 

bernapas, waktu bernapas terdengar suara 

desing seperti penderita asma/bronchitis 

(Adiwisastra, 1987). 

Adapun Menurut Norlatifah(2012)  

ciri-ciri beras yang mengandung klorin 

adalah warna putih sekali, beras lebih 

mengkilap, licin dan tercium bau kimia, 

jika di cuci, warna air hasil cucian beras 

kelihatan bening, jika beras direndam 

selama 3 hari tetap bening dan tidak 

berbau, dan ketika sudah di masak dan 

ditaruh di dalam penghangat nasi dalam 

semalam nasi sudah menimbulkan bau 

tidak sedap. 

 Dampak dari beras yang 

mengandung klorin itu tidak terjadi 

sekarang atau dalam waktu dekat. Namun, 

bahaya untuk kesehatan baru akan muncul 

setelah 15 hingga 20 tahun mendatang, 

khususnya apabila kita menkonsumsi beras 

tersebut terus menerus. Zat klorin yang ada 

di dalam beras akan menggerus usus pada 

lambung (korosit). Akibatnya, lambung 

rawan terhadap penyakit maag. Dalam 

jangka panjang, mengkonsumsi beras yang 

mengandung klorin akan mengakibatkan 

penyakit kanker hati dan ginjal (Sinuhaji, 

2009). Menurut Peraturan Menteri 

Kesehatan RI No. 772/Menkes/Per/XI/88, 

bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan 

Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok 

pemutih dan pematang tepung. 

Pengembangan kreatifitas dalam 

mengajar merupakan salah satu faktor 

penting dalam berlangsungnya kegiatan 

belajar mengajar. Sumber belajar adalah 

segala sesuatu yang dapat memberi 

kemudahan kepada peserta didik dalam 

memperoleh informasi, pengetahuan, 

pengalaman dan keterampilan dalam 

proses belajar mengajar (Haryono, 2014). 

Berdasarkan hasil penelitian yang 

telah dilakukan oleh Nurmawati pada 

tahun 2015 di Laboratorium Analisa 

Pangan Poloteknik Negeri Jember bahwa 

terdapat kadar klorin pada beras putih di 

Pasar Tanjung, Kabupaten Jember yang 

relatif tinggi  dan berada diatas ambang 

batas yang dapat ditolerir oleh tubuh 

manusia. Tidak menutup kemungkinan hal 

tersebut juga terjadi pada beras yang 

beredar di Pasar Kota Malang. 

 Oleh karena itu, perlu diadakan 

penelitian dengan tujuan untuk 

menganalisis kandungan Klorin pada Beras 

yang beredar di Pasar Besar Kota Malang 

yang hasilnya dapat digunakan sebagai 

sumber belajar siswa kelas VIII semester 

genap pada pokok bahasan Bahan 

Tambahan Pangan dengan Standart 

Kompetensi yaitu Memahami kegunaan 

bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari 

dan KD 4.1 yaitu Mencari informasi 

tentang kegunaan dan efek samping bahan 

kimia dalam kehidupan sehari-hari. 

 

METODE PENELITIAN  

 

Lokasi dan Waktu Penelitian  

 Penelitian ini dilaksanakan pada 

tanggal 29 Maret-6 April 2016 di 

Laboratorium Putra Indonesia Malang. 



JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 79-57) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin   91 

Alat dan Bahan  

 Bahan-bahan yang digunakan dalam 

penelitian ini adalah Alumunium foil 

secukupnya, Erlenmeyer  (250 ml), 

Beaker glass (250 ml) 2 Buah , Kertas 

Saring secukupnya, Batang pengaduk2 

Buah, Labu ukur (100 ml), Buret dan statif 

1 Buah, Neraca analitik 1 Buah, Corong 1 

buah dan Pipet tetes 3 Buah. 

 Bahan-bahan yang digunakan dalam 

penelitian ini adalah Aquadest 50 ml, 

Natrium tiosulfat, 19 sampel  Beras dengan 

merk yang berbeda (masing-masing 10 

gram), Asam asetat 10 ml, Amilum 1% dan 

Kalium Iodida 10%. 

 

Prosedur Kerja 

 Uji kualitatif menggunakan metode 

reaksi warna dengan 1) menimbang sampel 

beras sebanyak 10 g, 2) menambahkan 

aquades sebanyak 50 ml kemudian 

dikocok, 3) menyaring dan mengambil 

filtratnya sebanyak 10 ml pada sampel,l 

dan 4) menambahkan Kalium iodida 10% 

dan amilum 1%. Apabila terjadi perubahan 

warna menjadi biru maka sampel positif 

mengandung Klorin. Jika hasil Uji kualtatif 

positif maka dilanjutkan dengan Uji 

kuantitatif dengan menggunakan metode 

Titrasi Iodometri, yaitu 1) menimbang 

sampel beras sebanyak 10 g, 2) 

memasukkan sampel ke dalam erlenmeyer 

lalu menambahkan 50 ml aquades, 3) 

menambahkan 2 g kalium iodida dan 10 ml 

asam asetat, 4) melakukan titrasi dengan 

larutan natrium tiosulfat 0.01 N sampai 

berwarna kuning muda, 5) titrasi terus 

dilakukan hingga warna biru hilang, dan 6) 

kemudian catat hasil volume titrasi dan 

lakukan titrasi blanko. 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN  

 

Hasil 

Pemeriksaan kandungan klorin 

dilakukan pada 19 sampel beras dengan 

merk yang berbeda dan diambil dari satu 

lokasi yaitu di Pasar Besar Kota Malang. 

Dari hasil pemeriksaan sampel terhadap 

penggunaan klorin yang dilakukan di 

Laboratorium Putra Indonesia Malang 

dengan metode reaksi warna dan metode 

titrasi iodometri hasilnya tidak terjadi 

perubahan warna pada 19 sampel tersebut. 

Seperti yang terlihat pada Tabel 1 dan 

Gambar 1 dan Gambar 2.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
Gambar 1. Sampel yang Tidak 

Mengandung Klorin (Tidak Terjadi 

Perubahan Warna) 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
Gambar 1. Sampel yang Positif 

Mengandung Klorin (Berubah Warna 

Menjadi Biru) 

Pembahasan  
 Berdasarkan hasil penelitian yang 

dilakukan di Laboratorium Putra Indonesia 

Malang secara kualitatif menunjukkan 

bahwa dari 19 sampel beras dengan merk 



JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 79-57) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin   92 

yang berbeda yang diduga secara fisik 

mengandung klorin ternyata tidak 

menunjukkan adanya klorin didalamnya. 

19 sampel tersebut yaitu Piala, Mentari, 

Padi Wangi, Bintang Biru, Rosita super, 

Kancil, Bintang Mas, Bulan Mas, Puteri,  

Lombok, Maknyus, Apel, Manggis, 

Mangga, Cucak Rowo, Beras Padi, Raja 

Boga dan Monas.  

Secara kualitatif jika positif 

mengandung klorin maka setelah 

ditambahkan dengan kalium iodida dan 

amilum akan bereaksi dan terjadi 

perubahan warna menjadi biru (Sinuhadji, 

2009). Menurut Svehla (1985) terjadinya 

perubahan warna menjadi biru dikarenakan  

asam  klorida  encer  yang  larut  berubah 

menjadi  kuning,  kemudian timbul 

pembuihan dan klor dilepaskan, seperti 

ditunjukkan persamaan reaksi berikut:  

 
OCl-  +  H+ →  HOCl …………………..(1) 

 

HOCl  +  H+ +  Cl- →  Cl2↑  +  H2O….. (2) 

 

 Klorin yang ditambahkan sebagai 

Bahan Tambahan Pangan bertujuan untuk 

memutihkan dan mempertahankan kualitas 

dari beras tersebut.Namun seringkali 

produsen kurang peduli mengenai dampak 

negatifnya apabila klorin tersebut masuk 

kedalam tubuh manusia secara terus 

menerus dengan kadar yang melebihi 

ambang batas, semua hanya demi 

keuntungan semata tanpa peduli akan 

kesehatan tubuh konsumen. 

Klorin sangat berbahaya bagi 

kesehatan manusia. Klorin, baik dalam 

bentuk gas maupun dalam bentuk cairan 

mampu mengakibatkan luka permanen, 

terutama kematian. Pada umumnya luka 

permanen disebabkan oleh asap gas klorin. 

Klorin sangat potensial untuk terjadinya 

penyakit kerongkongan, hidung dan tract 

respiratory (saluran kerongkongan di dekat 

paru-paru). Klorin juga membahayakan 

sistem pernafasan terutama bagi anak-anak 

dan orang dewasa (Hasan, 2006). 

Efek toksin klorin yang terutama 

adalah sifat korosifnya. Kemampuan 

oksidasi klorin sangat kuat, dimana di 

dalam air klorin akan melepaskan oksigen 

dan hydrogen klorida yang menyebabkan 

kerusakan jaringan (Adiwasastra, 1987). 

Berdasarkan efek yang ditimbulkan oleh 

klorin maka pemerintah tidak memasukkan 

klorin dalam Bahan Tambahan Pangan 

(BTP). Hal ini tertuang dalam Peraturan 

Menteri Kesehatan Republik Inndonesia 

No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang 

perubahan atas Peraturan Menteri 

Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 

tentang Bahan Tambahan Makanan. 

Bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan 

Tambah Pangan (BTP) dalam kelompok 

pemutih dan pematang tepung. Selain itu 

larangan penggunaan klorin juga 

disebutkan dalam Peraturan Menteri 

Pertanian Republik Indonesia Nomor: 

32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang 

pelarangan penggunaan bahan kimia 

berbahaya pada proses penggilingan padi, 

huller dan penyosohan beras. 

 Secara fisik semua sampel beras 

yang diuji menunjukkan ciri bahwa beras 

tersebut adalah beras berpemutih, karena 

berwarna putih bersih dan mengkilap. 

Warna beras yang terlihat putih bersih dan 

mengkilap memang mengundang banyak 

pertanyaan, warna tersebut alami atau 

akibat polesan atau hasil semprotan  

dengan menggunakan bahan kimia seperti 

klorin atau menggunakan bahan pemutih 

lain yang secara sah digunakan sebagai 

bahan tambahan pangan. 

 Hasil penelitian ini menunjukkan 

bahwa kandungan klorin dalam beras, 

yaitu 0% atau tidak ditemukan adanya 

klorin. Kemungkinan warna putih pada 

beras tersebut adalah hasil semprotan atau 

polesan dengan menggunakan bahan 

pemutih lain yang secara sah telah 

diperbolehkan untuk digunakan dalam 

pangan sehingga aman untuk dikonsumsi. 

Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai 

Sumber Belajar  

 AECT (1977) mengartikan sumber 

belajar meliputi semua sumber baik yang 

berupa data, orang atau benda yang dapat 

digunakan untuk memberi fasilitas 



JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 79-57) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin   93 

(kemudahan) belajar bagi peserta didik. 

Oleh karena itu sumber belajar adalah 

semua komponen sistem instruksional baik 

yang secara khusus dirancang maupun 

yang dapat dipakai atau dimanfaatkan 

dalam kegiatan pembelajaran. 

 Hasil penelitian ini dimanfaatkan 

sebagai sumber belajar yaitu sebagai jurnal 

penelitian. Jurnal penelitian adalah sebuah 

laporan peneliti tentang hasil penelitian 

yang telah dilakukannya secara ilmiah. 

Pada dasarnya, sebagian besar jurnal 

penelitian dapat dipertanggungjawabkan 

keilmiahannya tergantung dari metode 

yang dipakai dalam pembuatan dan 

penyusunan laporan jurnal penelitian. 

Jurnal penelitian ini juga dapat 

digunakan sebagai sumber belajar siswa 

kelas VIII pada mata pelajaran IPA 

Terpadu pada pokok bahasan Bahan 

Tambahan Pangan. Sesuai dengan Standart 

Kompetensi yaitu Memahami kegunaan 

bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari 

dengan KD 4.1 yaitu mencari informasi 

tentang kegunaan dan efek samping bahan 

kimia dalam kehidupan sehari-hari. 

 

KESIMPULAN DAN SARAN 

 

Kesimpulan  

 Berdasarkan hasil penelitian dapat 

disimpulkan bahwa 1) Kandungan klorin 

pada beras yang beredar di Pasar Besar 

kota Malang adalah 0% atau negative yang 

artinya tidak terdapat kandungan klorin 

pada beras yang beredar di pasar besar kota 

Malang sehingga aman untuk dikonsumsi. 

2) Penerapan hasil penelitian mengenai 

Analisis Kandungan Klorin pada Beras 

yang Beredar di Pasar Besar Kota Malang 

sebagai sumber belajar biologi yang 

termasuk dalam sumber belajar yang di 

rancang yaitu berupa Jurnal penelitian 

dengan Standart Kompetensi yaitu 

Memahami kegunaan bahan kimia dalam 

kehidupan sehari-hari dengan KD 4.1 yaitu 

mencari informasi tentang kegunaan dan 

efek samping bahan kimia dalam 

kehidupan sehari-hari. 

 

Saran  

Konsumen harus lebih berhati-hati 

dalam memilih beras. Bagi peneliti 

diharapkan dapat melanjutkan penelitian 

ini dengan mengidentifikasi bahan 

tambahan pangan yang diijinkan yang 

ditambahkan dalam beras. 

 

DAFTAR RUJUKAN 

Adiwisastra,  A.  1989. Sumber,  Bahaya  

serta  Penanggulangan  Keracunan.  

Penerbit Angkasa. Bandung 

Darniadi,  S.  2010.  Identifikasi  Bahan 

Tambahan  Pangan  (BTP)  Pemutih  

Klorin  Pada  Beras.  Bogor: Balai 

Besar Pascapanen Pertanian.  

Effendi, S. 2012. Teknologi dan 

Pengawetan Pangan. Bandung: CV 

Alfabeta.  

Haryono. 2014. Metode Praktis 

Pengembangan Sumber dan  Media 

Pembelajaran. Malang: Genius 

Media. 

Hasan, A. 2006. Dampak Penggunaan 

Klorin. Jurnal Teknologi 

Lingkungan, 7(1): 90-96. 

Kurniawan. 2014. Identifikasi Zat Klorin 

Pada Beras Putih di Pasar 

Kahayan Kota Palangka Raya. 

Palangkaraya: FIKES Universitas 

Muhammadiyah Palangkaraya.  

Sudjana, N. 1980. Teknologi Pengajaran, 

Bandung: Sinar Baru. 

Sinuhaji,  D. N.  2009.  Perbedaan 

Kandungan Klorin (Cl2) Pada Beras 

Sebelum  dan  Sesudah  di  Masak. 

Skripsi tidak diterbitkan.  Medan: 

Fakultas  Kesehatan Masyarakat 

Universitas  Sumatera Utara. 

Wongkar, I. Y., Abidjulu, J., & 

Wehantouw, F.  2014. Analisis 

Klorin pada Beras yang Beredar di 

Pasar  Kota Manado. Jurnal Ilmiah 

Farmasi, 3(3): 2302-2493. 

Winarno, F. G. 2004. Pengantar  

Teknologi Pangan. Jakarta: 

Gramedia.



JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                   VOLUME 2 NOMOR 1 TAHUN 2016 
 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                           (Halaman 88-93) 
 

Dewi Rosita dkk, Analisis Kandungan Klorin       94