JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 277 PERSEPSI DAN PREFERENSI GURU-GURU DI KABUPATEN TANA TIDUNG TERHADAP PENERAPAN LESSON STUDY BERDASARKAN MOTIVASI DAN SIKAP UNTUK PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU WILAYAH PERBATASAN Perception and Preferences Teachers in Tana Tidung District Based On Lesson Study Applications by The Motivation and Attitude for Professionalism Development of Boundary Region Teacher Vlorensius 1 , Endik Deni Nugroho 2 , Kadek Dewi Wahyuni Andari 3 1,2,3 Universitas Borneo Tarakan, Jl. Amal Lama No.1, Kel. Pantai Amal, Kec. Tarakan Timur, Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Telp.08115307023 e-mail korespondensi: endwi.2011@gmail.com ABSTRAK Salah satu kegiatan pengembangan profesi guru adalah membuat karya tulis di bidang pendidikan. Dinas Pendidikan Kabupaten Tana Tidung awal tahun 2015 telah memulai program profesionalisme guru-guru melalui kegiatanLesson study. Kegiatan ini merupakan salah satu cara pembinaan profesi pendidik dan memperbaiki mutu proses pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar di seluruh sekolah dan guru-guru Kabupaten Tana Tidung. Kegiatan ini sudah berjalan selama 1 tahun namun belum menunjukkan tolak ukur keberhasilan dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru di Kabupaten Tana Tidung. Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Waktu Penelitian maret- oktober 2016. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap analisis data. Hasil Penelitian menunjukan bahwa guru-guru Kabupaten Tana Tidung sangat menyukai dan minat pada kegiatan Lesson study, dan mayoritas bersedia menjadi guru model dan observer dalam kegiatan lesson study. Preferensi mayoritas guru terhadap kebermanfaatan lesson study adalah untuk meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran. Berdasarkan analisis Persepsi tentang daya Tarik terhadap kegiatan lesson study sebagian guru-guru mengikuti dan melaksanakan lesson study mempunyai kegiatan lesson study memberi manfaat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Berdasarkan Analisis faktor dengan tiga subskala yaitu minat, kompetensi dan upaya menunjukan guru berpendapat bahwa melaksanakan kegiatan lesson study yang efektif dapat memberikan respon positif dari siswa. Kata kunci: persepsi, preferensi, lesson study, motivasi, sikap, kompetensi guru, wilayah perbatasan ABSTRACT One of the teacher professional development activities is made papers in the field of education. Tana Tidung Department of Education early 2015 has initiated a program professionalism of teachers through Lesson study. This activity is one way of professional guidance for educators and improve the quality of the learning process through collaborative learning assessment and sustainable based on the principles of collegiality and mutual learning to build a learning community around the school and teachers in Tana Tidung. This activity has been running for one year but has yet to show a measure of success in improving of professionalism teachers. This type of research is descriptive research with a qualitative approach. This research has been conducted on March-October 2016. The research was conducted in three stages, there were preparatory stage, the stage of data collection and data analysis stage. This research showed that the teachers were very fond of and interest in the activities Lesson study, and the majority are willing to be a model teacher and observer. Preferences majority of teachers to the usefulness of lesson study is to improve the quality of teachers and the quality of learning. Based on the analysis of the perception of lesson study activities most of the teachers to follow and implement lesson study has activities provide benefits to improve the quality of learning. Based on the factor analysis with the three subscales namely interest, competence and efforts showed that teachers found conducting an effective lesson study can give a positive response from students. Keywords: perception, lesson study, motivation, competency and boundary regence javascript:void(0) JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 278 Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan professional. Di pertegas lagi dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 menegaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Hal ini berarti, guru adalah jabatan profesi yang dituntut harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Kegiatan pengembangan profesi yang dimaksud adalah 1). membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan, 2) menemukan teknologi di bidang pendidikan. 3) membuat alat pelajaran/alat peraga atau alat bimbingan, 4) menciptakan karya tulis ilmiah, 5) dan mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum (Depdiknas, 2001: 1-2). Maka menulis karya ilmiah merupakan syarat mutlak bagi guru yang akan naik pangkat dan golongan tertentu. Para guru, tidak terkecuali guru- guru di SMP-SMA Negeri Sesayap diharapkan mampu untuk menyusun karya tulis ilmiah sebagai salah satu kegiatan pengembangan profesinya. Tetapi pada kenyataannya, para guru SMP-SMA Negeri Sesayap masih mengalami kesulitan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dinas Pendidikan Kabupaten Tana Tidung awal tahun 2015 telah memulai program peningkatan profesionalisme guru- guru seluruh Kabupaten Tana Tidung. Dimana diharapkan guru yang profesional yaitu guru yang mampu membelajarkan siswanya melalui proses pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis siswa. Lesson study diharapkan salah satu cara pembinaan profesi pendidik dan memperbaiki mutu proses pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan berlandaskan prinsip- prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar di seluruh sekolah dan guru-guru Kabupaten Tana Tidung. Lesson Study ini sendiri muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif, terutama di kalangan guru yang bisa dikategorikan sebagai kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Menurut Styler Hiebert dalam Susilo (2010), dalam kegiatan Lesson Study sekelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran; merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan); membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran); mengevaluasi dan merevisi sekenario pembelajaran; membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi; dan mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya kepada guru lain. Upaya yang dilakukan lakukan Dinas Pendidikan KTT untuk memperbaiki proses pembelajaran dapat dilakukan dengan pendekatan Lesson Study sebagai alternatif untuk meningkatkan keprofesionalan guru di sekolah Kabupaten Tana Tidung. Dimana sudah 1 tahun berjalan dilaksanakan pembelajaran Lesson study, belum menjadi tolak ukur keberhasilan dalam meningkatkan JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 279 profesionalisme guru-guru di Kabupaten Tana Tidung, maka diperkukan kajian persepsi kebermanfaat bagi guru-guru yang terlibat dan kecenderungan guru tersebut dalam pengembangan profesionalan setelah terlibat dalam penerapan lessosn study. Menurut Effendy (1984) persepsi adalah penginderaan terhadap kesanyang timbul dari lingkungannya. Dalam penerapan dan pelaksanaan Lesson study, dimana kondisi tercipta menimbulkan persepsi bagi guru- guru yang melaksanakannya dalam menilai aspek-aspek tertentu sehingga memberikan suatu pendapat mengenai kegiatan Lesson study yang dianggap disukai dan tidak disukai. Menurut Walker (2005) dalam Ibrohim dan Syamsuri (2008) menyatakan dengan singkat bahwa lesson study merupakan suatu metode pengembangan professional guru. Jadi lesson study adalah suatu kegiatan pengkajian terhadap proses pembelajran di kelas nyata yang dilakukan oleh sekelompok guru secara berkolaborasi dalam jangka waktu lama dan terus- menerus untuk meningkatkan keprofesionalannya. Dengan adanya kajian persepsi dan preferensi guru-guru terhadap pelaksanaan penerapan lesson study merupakan hal penting dapat mengetahui seberapa besar apresiasi guru-guru terhadap manfaat utama lesson study. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengidentifikasi obyek/sasaran, situasi dan individu yang mempengaruhi persepsi dan Preferensi guru-guru tentang pelaksanaan/ penyelenggaraan Lesson study, mengidentifikasi persepsi guru tentang kegiatan Lesson study berdasarkan motivasi dan sikapnya, dan mengidentifikasi persepsi guru berdasarkan manfaat dan pengetahuannya. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada sekolah- sekolah yang telah melaksanakan Lesson study, baik SD, SMP, dan SMA di Kabupaten Tana Tidung. Waktu Penelitian maret- oktober 2016. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner dan panduan wawancara, sedangkan alat yang digunakan adalah alat bantu berupa alat perekam suara, kamera dan komputer. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh berupa gambaran umum foto pelaksanaan lesson study di sekolah- sekolah dan data yang diperoleh melalui wawancara kepada guru-guru yang terlibat penerapan lesson study, baik menjadi guru model, observer, peserta workshop, dan penanggung jawab (kepala sekolah). Data sekunder diperoleh meliputi sejarah sekolah, data fisik lokasi sekolah, data guru-guru disekolah yang melaksanakan lesson study. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap pengolahan/analisis data. Tiga tahapan tersebut yaitu: Tahapan pertama adalah tahapan persiapan. Tahap ini meliputi: penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, permohonan izin kepada pihak sekolah, serta persiapan survei yang meliputipembuatan kuesioner, petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal pengambilan data. Tahap kedua adalah pengumpulan data. Tahap ini meliputi: survei lapang, pengambilan sampel melalui wawancara dengan responden untuk mengisi kuesioner. JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 280 Tahap terakhir merupakan tahap analisis data. Metode yang digunakan untuk menganalis hasil kuesioner agar dapat memperoleh hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dilakukan pada keseluruhan data temuan yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara satu informasi dengan informasi lain. Teknik analisis yang dipergunakan adalah dengan analisis deskriptif terhadap semua data hasil temuan. Melalui cara tersebut, peneliti dapat mengembangkan penelusuran pada data yang diperlukan, sehingga diperoleh data yang lebih rinci dan sesuai dengan fokus yang diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Guru-guru Kabupaten Tana Tidung memberikan persepsi dan preferensi mereka terhadap kegiatan Lesson study yang di laksanakan serentak pada bulan April-Mei 2016. Kegiatan Tersebut di Selenggarakan tiap Tahunnya oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tana Tidung, dengan rangkaian acara, workshop & sosialisasi lesson study (LS), workshop Pengembangan Teaching Plan &Teaching Material, Open Lesson (Plan, Do, See), Monitoring Pendampingan, dan Seminar Pendidikan Tingkat Kabupaten. Berdasarkan hasil analisis, ternyata setiap guru memiliki pengetahuan dan persepsi yang berbeda tentang kegiatan Lesson study. Tidak semua guru-guru dalam Kegiatan lesson study bersedia mengikuti kegiatan secara penuh, dalam hal berkontribusi dalam kegiatan tersebut seperti, menjadi guru model, observer, pemakalah dan lain-lain. Terlihat dari Gambar 1 terlihat bahwa mayoritas guru- guru memiliki pesepsi bahwa kegiatan lesson study di senangi dan ingin diikuti oleh guru-guru tersebut. Dan terlihat juga pada gambar tersebut menunjukan bahwa guru-guru mayoritas menjadi guru model dan observer dalam kegiatan lesson study. Persepsi mayoritas guru-guru Kabupaten Tana Tidung terhadap kegiatan lesson study adalah sebagai guru model dan observer. Hal ini menunjukan bahwa lesson study berpotensi memberi manfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan menjadi pilihan model alternatif bagi guru yang berasaskan kegiatan kolaboratif. Susilo (2013), Lesson Study (LS) didefinisikan sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip- prinsip kesejawatan untuk membangun masyarakat belajar. Persepsi manfaat kegiatan lesson study dapat dilihat pada Gambar 2. Preferensi mayoritas guru terhadap manfaat lesson study adalah untuk meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa lesson study salah satu model alternatif untuk meningkatkan mutu guru dan pembelajaran di kelas. Menurut Lewis (2002) Lesson Study merupakan model peningkatan mutu pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip- prinsip kolegalitas dan mutual learning, untuk membangun learning community. Persepsi guru terhadap manfaat kegiatan lesson study untuk meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran, hal ini di sebabkan preferensi (kecenderungan) guru-guru ingin meningkatkan potensi diri dengan memperbaiki kualitas mengajarnya. Dengan adanya kegiatan lesson study merupakan proses usaha guru untuk meningkatkan kualitas mengajar, hal ini guru di tuntut untuk selalu belajar baik JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 281 secara mandiri maupun secara kolaboratif bersama teman-teman sejawat. Sejalan dengan Slameto (2003), belajar didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Preferensi manfaat kegiatanlesson study dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 1. Tanggapan Guru terhadap Kegiatan lesson study Keterangan: A: Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya B: Meningkatkan kolaborasi antar sesame guru dalam pembelajaran C: Menignkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran D: Meningkatkan keterampilan dan praktik menulis karya ilmiah E: Lain-lain F: Tidak menjawab Gambar 2. Persepsi Manfaat Kegiatan lesson study Keterangan: A: Memperbaiki kualitas mengajar B: Memperbaiki kualitas aktivitas dan hasil belajar peserta didik C: Meningkatkan pembelajaran kolaboratif D: Meningkatkan keterampilan menulis karya ilmiah E: Penunjang nilai karir guru F: Lain-lain (sebutkan: Kedisiplinan, menjalin tali silaturrahmi antar guru) G: Tidak menjawab Gambar 3. Preferensi Manfaat Kegiatan lesson study Keterangan: A: Hanya sosialisasi workshop LS B: Hanya pendampingan LS C: Sosialisasi, workshop, dan pendampingan LS D: Tidak semua E: Peserta sosialisasi dan workshop F: Guru model dalam kegiatan LS G: Observer dalam kegiatan LS H: Pengamat dan pendengar I: Tidak menjawab Pada persepsi guru-guru terhadap manfaat kegiatan lesson study mayoritas memiliki preferensi memperbaiki kualitas mengajar. Berdasarkan analisis Persepsi tentang daya Tarik terhadap kegiatan lesson study sebagian guru-guru mengikuti dan melaksanakan lesson study mempunyai kegiatan lesson study memberi manfaat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran (35%). Sebagian besar yang lain memilih alasan mengikuti dan melaksanakan lesson study yaitu Kesadaran Diri (26,3%), Tuntutan Profesionalitas guru (24,5%), Anjuran Kepala Dinas dan Kepala Sekolah (12,2), Untuk bahan Karya Tulis ilmiah (8,7%), dan alasan lain-lainnya serta tidak menjawab masing-masing (5,3%). Hal ini sesuai dengan hakekat Lesson study, yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran secara kolaboratof yang 11 14 17 7 2 2 0 5 10 15 20 A B C D E F 20 15 13 9 9 2 2 0 5 10 15 20 25 A B C D E F G 1 0 23 2 3 11 11 3 2 0 5 10 15 20 25 A B C D E F G H I JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 282 dilakukan kelompok guru. Sumani (2009), Lesson Study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan,berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Persepsi guru tentang daya Tarik terhadap kegiatan lesson study dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Persepsi tentang daya Tarik terhadap kegiatan lesson Study Keterangan: A: Kesadaran Diri B: Anjuran kepala dinas dan kepala sekolah C: Tuntutan Profesional Guru D: Bisa untuk bahan membuat karya tulis E: Manfaat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran F: Tidak mendapatkan Manfaat apa-apa G: Lain-lain (sebutkan: Memperingati hari DIKNAS, bisa lebih terbuka) H: Tidak menjawab Persepsi Guru Berdasarkan Motivasi Kegiatan Lesson Study Motivasi diukur pada enam subskala/peubah, yaitu interest/enjoyment, perceived competence, effort/importance, pressure/tension, perceived choice, dan value/16. Persepsi guru berdasarkan keenam peubah diuraikan sebagai berikut. a. Minat/Kesenangan Guru terhadap Kegiatan Lesson Study Subskala interest/enjoyment (minat) digunakan untuk mengukur minat dan kesenangan guru terhadap Kegiatan Lesson Study yang dapat menumbuhkan motivasi intrinsik pada guru dalam Melaksanakan Lesson Study. Subskala minat diwakili oleh pernyataan nomor 1,36, dan 46 pada kuesioner bagian motivasi. Sebagian besar guru mendapatkan skor 5 dan 4 pada nomor 1 pernyataan subskala interest/enjoyment (Tabel 1), dengan 86,67% dan 13,3%. Sedangkan sebagian besar guru menjaab skor 2 dan 1 pada nomor pernyataan 36 dan 46 dengan subskala interest/enjoyment dengan 46,67% dan 40%. Kondisi tersbeut menunjukan sebagian besar guru tertarik, menikmati dan bahwa kegiatan lesson study tidak membosankan. Hampir semua guru dari sekolah yang menjalankan lesson study memiliki minat/kesenangan untuk menjalankan kegiatan lesson study yang dapat menumbuhkan motivasi intrinsic guru untuk menjalankan lesson study. Hal tersebut berarti menunjukan bahwa guru memiliki persepsi positif tentang kegiatan lesson study dalam hal minat/kesenengan guru menjalankan kegiatan lesson study. Tabel 1. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala interest/enjoyment No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 1 Saya sangat menikmati kegiatan Workshop Lesson Study yang diselenggarakan 13.3 86.67 0 0 0 2 Menjalankan kegiatan LS sama sekali tidak menarik bagi saya 0 6.67 6.67 46.67 40 3 Saya rasa kegiatan LS adalah kegiatan yang membosankan 0 0 20 20 60 Rata-Rata 4.4 31.1 8.9 22.2 33.3 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 A B C D E F G H 15 7 14 5 20 3 3 JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 283 b. Kompetensi yang Dirasakan Guru dalam Kegiatan Lesson Study Subskala perceived competence (kompetensi) mengukur persepsi guru tentang kompetensi/kemampuan guru untuk menjalankan lesson study kepada siswanya. Subskala kompetensi diwakili oleh pernyataan nomor 2, 25, 35, 49, 52 dalam kuesioner bagian kompetensi. Skor 5, 4, 3, 2, dan 1 pada masing-masing pernyataan tersebut berturut-turut berarti bahwa guru selalu, seringkali, kadang, seringkali tidak, dan selalu tidak merasa sangat mampu menjalankan lesson study, merasa kemampuannya menjalankan lesson studycukup baik jika dibandingkan guru lain, merasa sangat puas dengan menjalankan lesson study yang dilakukannya, merasa terampil menjalankan lesson study, dan merasa dapat menjalankan lesson study sebaik materi lainnya. Guru yang merasa sangat mampu menjalankan Lesson study (skor 5) lebih sedikit persentasenya sebesar 13,3%, dibandingkan guru yang meeasa mampu dan kadang mampu pada skor (4 dan 3) yaitu masing-masing sebesar 60% dan 26,67% (Tabel 2). Jika diminta untuk membandingkan kemampuan menjalankan Lesson study dengan guru lainnya (pernyataan no 35), lebih dari 50% merasa kemampuan guru menjalankan baik dalam melaksanakan Lesson study. Hal ini berarti baha guru percaya diri akan kemampuannya menjalankan Lesson study dibandingkan guru lainnya. Tabel 2. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala perceived competence No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 1 Saya merasa sangat mampu menjalankan Lesson Study di sekolah 13.3 60 26.67 0 0 2 Saya merasa terampil dan mampu untuk menjadi guru model dalam kegiatan Lesson Study. 20.0 40.0 13.3 13.3 6.7 3 Saya rasa kemampuan saya menjalankan Lesson Study cukup baik sebagai guru model, dan mampu bekerjasama dengan guru lain. 26.7 26.7 26.7 20.0 0.0 4 Saya sangat puas apabila yang saya lakukan Lesson Study 6.7 46.7 40.0 6.7 0.0 5 Saya kurang mampu menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah 6.7 6.7 20.0 46.7 20.0 Rata-Rata 14.7 36.0 25.3 17.3 5.3 Persentase guru yang mendapatkan skor 3 (40 %) pada pernyataan nomor 49 lebih besar daripada guru yang mendapatkan skor 5 dan 2 yaitu sama (6,7%), sedangkan persentase guru terbesar (46,7%) mendapatkan skor 4. Hal tersebut menunjukan baha persentase guru yang seringkali merasa sangat puas dengan melaksanakan Lesson study lebih besar dibandingkan guru yang merasa tidak puas dengan melaksanakan Lesson study. Hampir setengah jumlah guru terkadang merasa sangat puas dengan menjalankan Lesson study. Dan tidak ada dari guru yang merasa selalu tidak puas dalam menjalankan Lesson study. Pada nomor pernyataan 25 dan 52 (46,7%) di ketahui banyak guru yang seringkali merasa JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 284 terampil dan mampu menjadi guru model, serta seringkali tidak kurang mampu dalam menjalankan Lesson study. Hal diatas menunjukan bahwa guru-guru yang melaksanakan Lesson studyseringkali memiliki kompetensi untuk meemperbaiki kualitas pembelajaran. c. Upaya/Arti Penting Lesson Study bagi Guru Effort/importance (upaya/arti penting) merupakan subskala yang mengukur upaya yang dilakukan guru dalam melaksanakan Lesson study dan pandangan guru terhadap arti Lesson study bagi dirinya. Subskala ini diwakili oleh pernyataan nomor 3, 26, 34, 37 dan 51 (Tabel 3). Pernyataan nomor 3, 26, dan 37 merujuk pada upaya keras yang dilakukan guru untuk melaksanakan Lesson study saat pembelajaran di kelas, pernyataan nomor 51 merujuk pada energi yang harus dikeluarkan oleh guru untuk melaksanakan Lesson study, dan pernyataan nomor 34 mengacu pada arti penting melaksanakan Lesson study bagi guru. Tabel 3. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala effort/importance No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 3 Saya harus berupaya keras untuk apabila menjalankan Lesson Study di sekolah. 33.3 33.33 26.67 6.67 0 26 Saya mencoba sangat keras untuk dapat menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah dengan baik 46.7 46.67 6.67 0 0 34 Bagi saya, menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah dengan baik adalah hal yang penting 53.33 20.00 26.67 0 0 37 Saya tidak perlu berusaha sangat keras untuk dapat menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah, karena saya bisa menjalankan sendiri. 0 6.67 20.00 40 33.33 51 Saya tidak mengeluarkan banyak energi untuk kegiatan Lesson Study di sekolah 6.67 13.33 20 53.33 6.67 Rata-Rata 28.0 24.0 20.0 20.0 8.0 Sebagian besar guru merasa selalu atau seringkali harus berupaya keras untuk melaksanakan Lesson study di kelas (ditunjukan pada no 3, 26 dan 37), berusaha sangat keras untuk dapat menjalankan Lesson study Di kelas dan mencoba berusaha keras untuk dapat mengajarkan materi dengan kegiatan Lesson study dengan baik. Hal tesebut terjadi dikarenakan, Lesson study merupakan hal yang baru dan bukan kegiatan yang satu atau dua kali bisa dilakukan secara baik, tetapi pentingnya kegiatan Lesson study membutuhkan kerja keras untuk membiasakan kegiatan tesebut agar mendapat manfaat yang lebih optimal. Sebanyak 53,33% guru merasa harus mengelurkan banyak energy untuk menjalankan lesson study. Guru juga merasakan pentingnya menjalankan lesson study di Sekolah. Hasil dari subskala upaya/arti penting ini menunjukan baha pandangan guru mengenai pentingnya menjalankan lesson study dengan baik di JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 285 sekolah nampaknya diujudkan dengan mencurahkan upaya keras dan energy yang besar dalam menjalankan lesson study tersebut. d. Beban/Tekanan yang dirasakan Guru dalam Melaksanakan Lesson Study Secara keseluruhan lebih banyak guru yang merasakan bahwa melaksanakan lesson study menjadi beban/tekanan bagi dirinya, karena guru merasa gugup, tegang, tidak tenang, gelisah dan tertekan saat melaksanakan lesson study (ditunjukan oleh presentase guru yang mendapat skor 2 dan 1 pada Tabel 4). Sebagian guru sudah terbiasa karena sebagian guru sudah pernah melaksanakan lesson study sebagai sekolah percontohan yaitu SMP 1 dan SMA1 Sesayap, hal ini terlihat pada persentase guru yang mendapatkan skor 4 pada Tabel 4. Pada sekolah yang menjadi sekolah percontohan melaksanakan lesson study masih diadakan melalui Dinas Pendidikan,belum menjadi program tersendiri dari sekolah-sekolah secara rutin. Kondisi tersebut menyebabkan sebagian besar guru merasa beban melaksanakan lesson study, hal tersebut berkaitan dengan kompetansi guru dalam melaksanakan lesson study. Tabel 4. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala pressure/tension (beban/tekanan) No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 4 Saya sama sekali tidak merasa gugup apabila menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah. 26.7 46.67 13.33 6.67 6.667 14 Saya merasa sangat tegang apabila menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah. 6.7 13.33 13.33 53.33 13.33 24 Saya merasa tertekan jika menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah 0 20 13.33 40 26.67 33 Saya merasa tenang saat menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah 20 53.33 20 0 6.67 38 Saya merasa gelisah jika menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah 0 6.67 6.67 66.67 20 Rata-Rata 10.7 28.0 13.3 33.3 14.7 e. Pilihan yang dirasakan Guru dalam Melaksanakan Lesson Study Pernyataan nomor 5, 32 dan 39 mengukur pilihan yang dirasakan oleh guru dalam melaksanakan lesson study. Pernyataan 5 dan 39 berimplikasi pada pilihan guru melaksanakan lesson study, sedangkan pernyataan 32 berimplikasi pada pilihanmelaksanakan lesson study sebagai sebuah tugas. Tabel 5 menunjukkan bahwa pada ketigapernyataan yang berkaitan dengan pilihan tersebut persentase guru yang merasa punya pilihan (skor 5 dan 4) terkait melaksanakan lesson study lebih kecil daripada guruyang merasa tidak punya pilihan (skor 2 dan 1). Lebih banyak guru yang merasa tidak punya pilihan dalam melaksanakan lesson study, baik dalam kaitannya dengan melaksanakan lesson study sebagai sebuah tugas. JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 286 Tabel 5. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala perceived choice (pilihan) No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 5 Saya percaya bahwa saya punya pilihan dalam menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah. 26.7 26.7 26.67 0 13.33 15 Saya merasakan adanya keharusan untuk menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah. 20.0 40 20 13.33 0 27 Saya menjalankan kegiatan Lesson Study karena saya harus melakukannya. 33.33 33.33 13.33 6.667 13.33 32 Saya menjalankan kegiatan Lesson Study karena saya tidak punya pilihan lain 0 13.33 26.67 46.67 13.33 39 Saya tidak punya pilihan dalam menjalankan kegiatan Lesson Study di sekolah 0 13.33 13.33 46.67 26.67 50 Saya menjalankan kegiatan Lesson Study karena saya ingin melakukannya 26.67 46.67 6.667 20 0 Rata-Rata 17.8 28.9 17.8 22.2 11.1 Pernyataan nomor 15 dan 27 berkaitan dengan keharusan yang dirasakan guru dalam melaksanakan lesson study. Pada kedua pernyataan tersebut guru yang merasakan keharusan dalam melaksanakan lesson study (skor 2 dan 1) lebih kecil persentasenya dibandingkan guru yang merasakan ketidak harusan melaksanakan lesson study. Ryan et al. (1991) menyatakan bahwa saat orientasi seseorang dalam melakukan sesuatu bergeser dari keinginannya untuk melakukan sesuatu dengan baik menjadi keharusan untuk melakukan sesuatu dengan baik untuk mempertahankan harga dirinya, maka motivasi intrinsiknya menurun. Namun guru nampaknya merasakan keharusan untuk melaksanakan lesson study karena memandang lesson study sebagai hal yang penting untuk dilakukan, bukan semata- mata untuk mempertahankan harga diri, mengingat lesson study belum dibakukan dalam program yang rutin di sekolah yang harus dikejar guru. Sebagian besar guru juga menyatakan melaksanakan lesson study karena ingin melakukannya (pernyataan nomor 50). f. Nilai/Kegunaan Lesson Study Menurut Guru Persentase guru yang berpendapat bahwa melaksanakan lesson study memiliki nilai kegunaan.manfaat baik bagi dirinya maupun bagi siswanya secara keseluruhan jauh lebih besar daripada guru yang merasa baha melaksanakan lesson study kurang atau tidak memiliki nilai kegunaan/manfaat dalam melaksanakan lesson study bagi dirinya maupun siswanya. Guru yang merasa kurangnya nilai/ manfaat dalam melaksanakan lesson study nagi dirinya maupun siswanya merupakan guru SMA Negeri 1 Sesayap. Guru merasa dalam melaksanakan lesson study tidak bermanfaat dan tidak penting bagi dirinya maupun siswanya disebabkan beberapa hal. Pertama kurang pedulinya sekolah dan guru terhadap manfaat lesson study hal ini di buktikan dengan belum diselenggarakan secara rutin di sekolah sebagai program wajib dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Kedua pengajaran guru dalam melaksanakan lesson study masih bersifat formalitas belum mendapatkan respon positif pada kesadaran guru terhadap kualitas pembelajaran. JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 287 Hal tersebut dapat teratas apabila peran sekolah lebih optimal dalam menyelenggarakan lesson study yang akan menimbulkan motivasi intriksi atau otonomi sebagai modal dasar guru melaksanakan lesson study yang efektif dan juga peningkatan kompetensi guru. Roth et al (2007), menyatakan bahwa kepala sekolah dapat membantu meningkatkan motivasi otonomi guru untuk mengajar dengan mendorong keterlibatan guru dalam pengambilan keputusan besar, mendelegasikan kewenangan, berupaya memahami kebutuhan guru, dan membantu berkembangnya struktur organisasi dan iklim yang mendukung rasa keterikatan dan kompetensi guru. Fasilitasi perlu pula dilakukan agar guru dapat mengeksplorasi identitas profesionalnya dan membentuk visi diantara guru, sehingga guru dapat mengeksplorasi nilai dan tipe pengetahuan yang ingin mereka sampaikan kepada siswa, dan materi yang mereka anggap penting dan dapat dinikmati/menyenangkan (Roth et al. 2007). Tabel 6. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala Value/usefulness (nilai/Kegunaan) No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 6 Saya percaya saat menjalankan kegiatan Lesson Study bermanfaat bagi saya 46.7 46.67 6.667 0 0 12 Menurut saya melaksanakan kegiatan Lesson Study adalah hal yang penting 46.7 46.67 0 0 0 16 Saya rasa dengan kegiatan Lesson Study penting untuk dilaksanakan karena dapat memberi pengaruh positif bagi kualitas pembelajaran siswa dan kompetensi guru 40 53.33 6.67 0 0 23 Saya rasa saat menjalankan kegiatan Lesson Study berguna untuk membentuk kepedulian siswa terhadap kerjasama tim dalam belajar 40 20.00 33.33 0 0 31 Menurut saya melaksanakan kegiatan Lesson Study adalah hal yang penting 53.33 13.33 20.00 13.33 0 40 Saya akan bersedia untuk menjalankan kegiatan Lesson Study karena melaksanakannya bermanfaat bagi saya 40 46.67 13.33 0 0 Rata-Rata 44.4 37.8 13.3 2.2 0.0 Persepsi Guru Berdasarkan Sikap Terhadap Kegiatan Lesson Study a. Efektifitas Guru dalam Melaksanakan Lesson Study Kecenderungan persepsi negative dinyatakan guru berkaitan dengan kemampuan guru untuk monitoring secara efektif, kemampuan untuk menjalaskan relevansi metode dan strategi pembelajaran, serta penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan lesson study. Sebagian besar guru menyatakan akan terus berusaha keras menemukan cara yang lebih baik dalam melaksanakan lesson study, guru percaya akan dapat melaksanakan lesson study sebaik daripada tidak melaksanakan lesson study jika berusaha keras, guru percaya dirinya mengetahui langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan lesson JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 288 study secara efektif dan secara umum dapat melaksanakan lesson study secara efektif, guru percaya bahwa dirinya memahami lesson study dengan cukup baik sehingga dapat melaksanakan lesson study secara efektif, dapat menjawab pertanyaan siswa tentang lesson study, dapat membantu siswa memahami suatu konsep dengan melaksanakan lesson study, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan tahu apa yang harus dilakukan untuk menarik minat siswa pada lesson study. Namun demikian guru mengakui bahwa dirinya kurang menguasai kemampuan untuk melakukan monitoring, kemampuan untuk menjelaskan relevansi metode dengan materi yang diajarkan dan kurang menguasai keterampilan yang diperlukan untuk mengajar dengan melaksanakan lesson study secara efektif. Tabel 7. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala personal EE teaching efficacy (PETE) No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 7 Saya akan terus berupaya menemukan cara yang lebih baik dalam melaksanakan Kegiatan Lesson Study di sekolah 40 26.67 33.33 0 0 11 Saya tidak bisa melakukan kegiatan monitoring secara efektif 13.33 20 40 13.33 13.33 17 Saya tahu langkah-langkah yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan Lesson Study secara efektif 20 60 6.667 6.667 6.667 18 Biasanya saya bisa menjawab pertanyaan siswa saat menjalankan kegiatan Lesson Study 20 60 13.33 6.667 0 19 Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan untuk menarik minat siswa pada kegiatan Lesson Study berlangsung 0 13.33 33.33 26.67 26.67 22 Saya memahami Kegiatan Lesson Study dengan cukup baik sehingga dapat melaksanakan Kegiatan Lesson Study secara efektif 20 40 26.67 6.667 0 28 Jika diberi pilihan, saya tidak akan meminta kepala sekolah untuk mengevaluasi kegiatan Lesson Study pada matapelajaran yang saya ampu 0.0 6.667 33.33 33.33 26.67 41 Meskipun saya berusaha keras, saya tidak akan dapat menjalankan kegiatan Lesson Study dengan baik 6.7 13.33 13.33 33.33 33.33 43 Jika siswa mengalami kesulitan untuk memahami suatu konsep saat kegiatan Lesson Study , biasanya saya tidak tahu bagaimana cara membantu siswa tersebut 0 6.67 20.00 40 33.33 45 Saat menjalankan kegiatan Lesson Study, biasanya saya memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya 60 26.67 13.33 0 0 47 Saya akan menemui kesulitan saat menjelaskan kepada siswa saat menjalankan kegiatan Lesson Study 0 13.33 6.67 60 20 48 Saya tidak yakin apakah saya memiliki ketrampilan yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan Lesson Study 0 26.67 20.00 33.33 20 53 Secara umum saya tidak dapat melaksanakan Kegiatan Lesson Study secara efektif 0 20.00 26.67 33.33 20 55 Saya tidak bisa melakukan kegiatan monitoring secara efektif 0 13.33 53.33 13.33 20 Rata-Rata 12.9 24.8 24.3 21.9 15.7 JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 289 b. Harapan Guru dalam Melaksanakan Lesson Study Persentase guru yang mendapatkan skor 5 dan 4 sebesar 63,3% pada sepuluh pernyataan (8, 10, 13, 20, 21, 29, 30, 44, dan 54) lebih besar daripada guru yang mendapatkan skor 3 serta skor 2 dan 1 (Tabel 8). Persentase guru yang mendapatkan skor 3 (ragu-ragu) pada salah satu dari kesepuluh pernyataan tersebut (pernyataan nomor 20) sebesar 40%. Persentase yang cukup besar, sehingga jika ditotalkan rata-rata persentase guru yang mendapatkan skor 3, 2 dan 1 menjadi sebesar 32%. Dengan demikian pada pernyataan ini guru dapat dikelompokkan memiliki persepsi negatif atau rendah. Pada pernyataan nomor 42 persentase guru yang mendapatkan skor 5 dan 4 hampir sama dengan persentase guru yang mendapatkan skor 3, 2 dan 1. Artinya pada pernyataan tersebut jumlah guru yang setuju dengan pernyataan tersebut sama dengan jumlah guru yang tidak setuju, dan dengan adanya guru yang ragu akan pernyataan tersebut, maka persepsi guru pada pernyataan tersebut digolongkan kedalam persepsi negatif. Jadi pada subskala ini, guru memiliki persepsi negatif pada dua pernyataan, yaitu pernyataan nomor 20 dan 42. Pernyataan nomor 20 terkait dengan pandangan guru bahwa dalam melaksanakan lesson studyyang tidak efektif sebagai penyebab siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebesar 40% guru menyatakan ragu-ragu, 20% guru menyatakan tidak setuju dan 6,6% guru menyatakan sangat tidak setuju.Pernyataan nomor 42 berkaitan dengan kesalahan guru atas rendahnya hasil belajar sebagian siswa. Persentase guru yang merasa bahwa rendahnya hasil belajar siswa merupakan kesalahan guru hampir seimbang dengan persentase guru yang merasa bahwa guru tidak dapat disalahkan atas rendahnya hasil belajar sebagian siswa, dan ada 13,3% guru yang menyatakan keraguannya akan pernyataan tersebut. Persentase guru yang menyatakan kesetujuan dengan derajat kesetujuan masing-masing pada 8 pernyataan lainnya lebih besar dari pada guru yang menyatakan ketidak setujuan. Persentase guru yang menyatakan kesetujuan berkisar antara 6,7% sampai 46,7% (skor 5) dan 13,3% sampai 60% (skor 4), sedangkan guru yang menyatakan ragu-ragu (skor 3) berkisar antara 6,67% sampai 33,3%, tidak setuju (skor 2) berkisar antara 0,00% - 40%, dan sangat tidak setuju berkisar antara 0,00% sampai 20%. Hasil tersebut menunjukkan guru percaya bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan melaksanakan lesson study yang efektif, namun merasa bahwa hasil belajar siswa yang rendah bukan sepenuhnya kesalahan guru maupun pengajaran lesson study yang tidak efektif. Persepsi guru tentang Sikap penyelenggaraan lesson study yang diukur menggunakan subskala PETE dan ETOE menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi rendah terhadap efektivitas dirinya (persepsi positif pada 5 dari 14 pernyataan), serta persepsi tinggi terhadap luaran yang diharapkannya (persepsi positif pada 8 dari 10 pernyataan). Guru menyadari bahwa kemampuannya terkait monitoring, keterampilan dalam mengajar menggunakan lesson study serta penguasaan metode dan materi dalam melaksanakan lesson study tinggi (persepsi negatif pada 9 pernyataan dalam subskala PETE), namun guru percaya bahwa JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 290 melaksanakan lesson study yang efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam lesson study (persepsi positif pada subskala ETOE). Tabel 8. Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala EE teaching outcome expectancy (ETOE) No Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 % % % % % 8 Saat siswa menunjukkan hasil yang lebih baik dalam mengajar menggunakan Lesson Study dibandingkan biasanya, seringkali karena gurunya telah melakukan upaya lebih dalam mengajar 40 46.67 13.33 0 0 9 Saat hasil belajar siswa meningkat dengan Lesson Study, seringkali karena gurunya telah menemukan cara mengajar yang lebih efektif 46.67 20 33.33 0 0 10 Kurangnya latarbelakang matapelajaran yang diajarkan ke siswa dapat diatasi dengan pengajaran yang baik melalui kegiatan Lesson Study 20 26.67 33.33 0 13.33 13 Jika orang tua berkomentar bahwa anaknya menunjukkan minat yang lebih terhadap matapelajaran di sekolah, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kinerja gurunya 33.33 53.33 13.33 0 0 20 Jika siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran saat menjalankan Lesson Study, kemungkinan karena pengajaran menggunakan Lesson Studynya tidak efektif 13.33 20 40 20 6.667 21 Jika seorang siswa yang hasil belajarnya rendah menunjukkan kemajuan belajar saat kegiatan Lesson Study, biasanya disebabkan perhatian ekstra yang diberikan oleh gurunya 40 46.67 6.667 6.667 0 29 Saat hasil belajar siswa meningkat dengan Lesson Study, seringkali karena gurunya telah menemukan cara mengajar yang lebih efektif 33.3 33.33 33.33 0 0 30 Peningkatan upaya pengajaran melalui kegiatan Lesson Study hanya menghasilkan sedikit perubahan pada hasil belajar sebagian siswa 6.7 13.33 26.67 33.33 20 42 Guru tidak dapat disalahkan atas rendahnya hasil belajar sebagian siswanya saat saat menjalankan Lesson Study. 0 46.67 13.33 40 0 44 Secara umum guru bertanggung jawab terhadap hasil belajar siswa dalam kegiatan Lesson Study. 33.33 60.00 6.67 0 0 54 Hasil belajar siswa berhubungan langsung dengan efektivitas gurunya dalam pengajaran mata pelajaran 33.33 53.33 13.33 0 0 Rata-Rata 27.3 38.2 21.2 9.1 3.6 Paduan persepsi tersebut semakin menegaskan adanya kebutuhan guru akan peningkatan kapasitas guru dalam melaksanakan lesson study. Hal tersebut juga berimplikasi pada kesediaan dan kesiapan guru untuk menerima berbagai program kegiatan untuk meningkatkan kapasitasnya dan kompetensi guru tersebut. PENUTUPAN Hasil Penelitian menunjukan bahwa guru-guru Kabupaten Tana Tidung sangat JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 2 NOMOR 3 TAHUN 2016 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 277-291) Disubmit: Oktober 2016 Direvisi: November 2016 Disetujui: November 2016 Vlorensius et al., Persepsi dan Preferensi 291 menyukai dan minat pada kegiatan LS, dan mayoritas bersedia menjadi guru model dan observer dalam kegiatan LS. Preferensi mayoritas guru terhadap manfaat LS adalah untuk meningkatkan mutu guru dan mutu pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa LS salah satu model alternatif untuk meningkatkan mutu guru dan pembelajaran di kelas. Hasil Analisis Faktor menunjukkan bahwa persepsi guru tentang penyelenggaraan LS dibangun dari dua faktor utama yaitu motivasi dan Sikap. a) persepsi guru berdasarkan Motivasi yeng terdiri dari minat, kompetensi, upaya, pilihan dan nilai menunjukan hasil yang persepsi yang tinggi terhadap pelaksanaan LS, sedangkan beban/tekanan menunjukan persepsi yang negatif. b) persepsi guru berdasarkan sikap menunjukan guru memiliki persepsi rendah terhadap efektivitas dirinya serta persepsi tinggi terhadap luaran yang terhadap LS. Persepsi guru-guru terhadap manfaat kegiatan LS mayoritas memiliki preferensi memperbaiki kualitas mengajar. Berdasarkan analisis Persepsi tentang daya Tarik terhadap kegiatan LS sebagian guru- guru mengikuti dan melaksanakan LS. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada Kemenristek Dikti melalui Hibah Dosen pemula, Rektor, LPPM, Sekretaris Dinas Kabupaten Tana Tidung, dan Seluruh Kepala Sekolah di Kabupaten Tana Tidung. DAFTAR RUJUKAN Ibrohim. (2009). Pengaruh model implementasi lesson study yang dipadu dengan PTK atau portofolio dalam kegiatan MGMP terhadap peningkatan kompetensi guru dan hasil belajar biologi siswa (Disertasi tidak dipublikasikan). Malang: Program Pascasarjana UM. Ibrohim & Syamsuri, I. (2010). Workshop lesson study untuk mahasiswa, guru, dan dosen FMIPA UM semester genap, 28 Desember. FMIPA: UM. Lewis & Catherine, C. (2002). Lesson study: A handbook of teacher-led instructional change. Philadelphia: Research for Better Schools, Inc. Sumani. (2009). Lesson study sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Jurnal Pendidikan, 15a. Susilo, H. (2010). Lesson study berbasis mgmp sebagai sarana pengembangan keprofesionalan guru. Malang: UM. Susilo, H. (2013). Lesson Study sebagai sarana meningkatkan kompetensi pendidik. Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya PLEASE 2013 di STTA Lawang, 9 Juli. Syamsuri, I. & Ibrohim. (2008). Lesson study (studi pembelajaran) model pembinaan pendidikan secara kolaboratif dan berkelanjutan; dipetik dari program SISTTEMS- JICA di Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur (2006-2008). Malang: FMIPA UM. Roth G, Assor A, Kanat-Maymon Y,& Kaplan H. (2007). Autonomous motivation for teching: how self- determined teaching may lead to self-determined learning. J. of Edu. Psychology, 99(4), 761-774. Ryan, R. M., & Deci, E., L. (2000). Intrinsic and extrinsic motivations: classic definitions and new directions. Contemporary Edu. Psychology, 25, 54-67.