JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 55 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi KAJIAN FOLK TAXONOMY TUMBUHAN BUMBU DAN REMPAH DI DAERAH GULUK-GULUK SUMENEP MADURA SEBAGAI BOOKLET BAGI MASYARAKAT Study of Folk Taxonomy Herb and Spice Plant in Guluk-Guluk Sumenep Madura As Booklet for Society Fadhlan Muchlas Abrori Jurusan Pendidikan Biologi FKIP Universitas Borneo Tarakan, Jl. Amal Lama No. 1, Tarakan, Kalimantan Utara, Telp. 0551-5508968 e-mail korespondensi: fadhlan1991@gmail.com ABSTRAK Folk taxonomy merupakan salah satu kajian dalam etnobiologi. Pengkajian dalam pengelompokkan mahluk hidup secara konvensional masih sangat jarang dilakukan, sehingga perlu dilakukannya pengkajian taksonomi rakyat (folk taxonomy). Pengelompokkan mahluk hidup oleh masyarakat memiliki kriteria unik sehingga lebih memperkaya lagi informasi dalam ranah etnobiologi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji folk taxonomy di Daerah Guluk-Guluk Sumenep Madura dan mengembangkan booklet bagi masyarakat. Hasil kajian folk taxonomy dikembangkan menjadi booklet sebagai salah satu media penyuluhan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 39 jenis tumbuhan bumbu dan rempah. Suku terbanyak yang dimanfaat sebagai bumbu dan rempah adalah Zingeberaceae dengan total 6 jenis tanaman dan Liliaceae dengan total 5 jenis. Hasil uji coba untuk booklet kepada ahli materi, media dan uji lapangan, didapatkan hasil 89.7%, 87.92%, dan 87.06% dengan kriteria valid. Kata kunci: booklet, etnobiologi, folk taxonomy ABSTRACT Folk taxonomy is one of ethnobiological study. A study of conventional grouping of living creatures is still rarely conducted, thus, studying folk taxonomy is worthed. Living creatures grouping that has been done by society has a unique criterion that contributes in enriching information in ethnobiology field. The objective of this study is reviewing folk taxonomy in the Guluk-Guluk Region of Sumenep Madura and developing a booklet for the local community. The product of folk taxonomy study then been developed as a booklet that becomes one of information media for the society. The results showed that there are 39 species of herbs and spices. Zingiberaceae is the group with the largest number of species (6 species), that have been used by the society as spices and herbs, whereas the second largest number is Liliaceae with 5 species. The results of book review from the material expert, media expert and field test, were: 89.7%, 87.92%, and 87.06% respectively. These scores showed that the booklet is valid. Keywords: booklet, etnobiology, folk taxonomy Klasifikasi adalah teknik pengelompokan dan penamaan mahluk hidup. Cabang ilmu Biologi yang mempelajari tentang pengklasifikasian mahluk hidup disebut taksonomi. Pengklasifikasian mahluk hidup selain dalam ilmu biologi, juga dikenal pengklasifikasian tradisional oleh masyarakat yang dikenal dengan istilah taksonomi rakyat (folk taxonomy). Iskandar (2012) menyatakan bahwa folk taxonomy terlebih dahulu digunakan sebelum munculnya ilmu taksonomi modern. Menurut Escalada & Heong (2011) folk taxonomy menggambarkan banyaknya cara di masyarakat tradisional dalam mengelompokkan berbagai jenis mahluk hidup. Pengelompokan mahluk hidup oleh masyarakat tradisional umumnya berpatokan kepada cara pemanfaatan, dan persamaan karakteristiknya yang didasarkan pada pengamatan langsung. Dasar dari folk taxonomy umumnya berpatokan kepada sistem budaya, JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 56 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi pengamatan masyarakat lokal dan fungsi sosial. Folk taxonomy merupakan salah satu kajian dalam etnobiologi. Etnobiologi pada masyarakat Indonesia cukup banyak diteliti untuk menambah keanekaragaman nama mahluk hidup. Salah satu suku yang memiliki penamaan mahluk hidup yang kompleks adalah suku Madura. Berdasarkan penelitian Arizta (2012) terkait tentang kajian etnobotani tumbuhan obat oleh Suku Madura di pesisir pantai Besuki, didapatkan hasil 10 jenis tanaman yang diidentifikasi nama lokal serta kegunaannya. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Habibah (2014) terkait kajian etnobotani tumbuhan obat di Kecamatan Sreseh Kabuten Sampang Madura didapatkan 104 jenis tumbuhan dari 35 suku yang digunakan masyarakat Kecamatan Sreseh sebagai obat. Penelitian etnobiologi yang cukup banyak diteliti hanya mengacu kepada inventarisasi dan identifikasi jenis mahluk hidup dan penamaannya dalam sebuah suku, daerah atau tempat. Pengkajian dalam pengelompokkan mahluk hidup masih sangat jarang dilakukan, sehingga perlu dilakukannya pengkajian taksonomi rakyat (folk taxonomy). Pengelompokkan mahluk hidup oleh masyrakat memiliki kriteria unik sehingga lebih memperkaya lagi informasi dalam ranah etnobiologi. Penelitian terkait folk taxonomy tumbuhan bumbu dan rempah masih sangat jarang diteliti, penelitian folk taxonomy masih banyak mengkaji tumbuhan obat- obatan. Minimnya penelitian terkait tumbuhan bumbu dan rempah perlu dikembangkan lebih jauh sehingga masyarakat lebih mengenal tumbuhan rempah dan obat di lingkungan sekitar. Penelitian folk taxonomy tumbuhan bumbu dan rempah dikembangkan menjadi booklet. Pengembangan booklet merupakan salah satu cara pengenalan tumbuhan obat dan bumbu kepada masyarakat. Booklet memiliki bentuk berukuran kecil sehingga lebih efektif dalam penggunaannya. Fitriastutik (2010), menyatakan bahwa informasi dalam booklet ditulis dalam bahasa yang ringkas dan mudah dipahami dalam waktu singkat. Booklet juga didesain untuk menarik perhatian dan dicetak di atas kertas yang bagus. Setyawan et al (2015) juga menyatakan booklet merupakan sarana atau alat penunjang yang tepat untuk pendidikan nonformal. Imamah et al (2016) menyatakan booklet merupakan suatu media komunikasi massa. Berdasarkan hal tersebut maka sangat perlu dilakukan “Kajian Folk Taxonomy Tumbuhan Bumbu dan Rempah di Daerah Guluk-Guluk Sumenep Madura sebagai Booklet bagi Masyarakat” METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development). Penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu: 1) tahap penelitian; dan 2) tahap pengembangan. Tahap penelitian terdiri dari inventarisasi, identifikasi dan reduksi data terkait pengelompokan tumbuhan berdasakan wawancara kepada masyarakat. Pengelompokan tumbuhan menggunakan format yang diadaptasi dari Berlin et al., (1973) dalam Iskandar (2012) terkait level klasifikasi folk taxonomy (sebagaimana disajikan pada Gambar 1). Folk taxonomy memiliki beberapa level tertentu seperti pada taksonomi dalam JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 57 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi ilmu biologi, yaitu: a) kategori unique beginner, setara dengan tingkatan kerajaaan (kingdom) pada taksonomi biologi pada folk taxonomy berada pada level (tingkat) nol; b) Kategori bentuk kehidupan (life-form) terdapat pada tingkat satu, merupakan yang membedakan makhluk hidup berdasarkan bentuk dan karakteristik morfologinya; c) Kategori istilah umum (generic) pada tingkat dua, merupakan tingkatan dasar dalam folk taxonomy yang umumnya tidak sesuai dengan klasifikasi biologi. Terkadang pada tingkatan ini merupakan jenis (spesies), marga (genus), bahkan suku (famili); d) Istilah khusus (specific) terdapat pada tingkat 3, biasanya dibedakan dengan jenis lainnya oleh beberapa karakteristik yang dapat teramati; e) Lebih khusus lagi tingkat atau level klasifikasi dapat mencapai tingkat varietas (varietal) hingga sub-varetas. Gambar 1. Diagram skematik penyusunan hirarki dari kategori folk taxonomy, UB=Unique Beginner, LF=Life Form, G=Generic, S=Specific, V=Varietal (adaptasi dari Iskandar, 2012) Tahap pengembangan, model pengembangan yang digunakan adalah modifikasi four-D model diadaptasi dari Thiagarajan et al., (1974). Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran (disseminate). Modifikasi model hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan (develop). Uji coba produk hasil pengembangan meliputi uji ahli (ahli materi dan ahli media), dan uji lapangan (20 orang masyarakat daerah sekitar). Pengembangan booklet dalam penelitian ini mengacu pada Sitepu (2012) dalam Gustaning (2014). Format booklet meliputi: 1) kulit (cover); 2) bagian depan (premlimunaries) memuat halaman judul, halaman judul utama, halaman daftar isi dan kata pengantar; 3) bagian teks memuat bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa, terdiri atas judul bab, dan sub judul; 4) bagian belakang buku terdiri atas daftar pustaka, glosarium dan indeks. Pengembangan booklet juga harus mengacu kepada beberapa elemen. Gustaning (2014), menyatakan elemen dalam booklet harus memuat beberapa aspek, yaitu: 1) konsistensi format dan jarak spasi pada booklet harus konsisten, konsistensi format dan jarak spasi akan membuat booklet terlihat lebih rapi; 2) format tampilan dalam booklet menggunakan tampilan satu kolom karena ukuran kecil dan paragraf yang digunakan umumnya panjang, setiap isi materi yang berbeda dipisahkan dan diberi label agar mudah dibaca; 3) organisasi booklet disusun secara sistematis dan dipisahkan dengan antara satu halaman dengan halaman lain sehingga lebih mudah dipahami; 4) aspek daya tarik dalam booklet dengan menyisipkan gambar atau desain layout tertentu yang tidak monoton dalam setiap bagian halamannya; 5) huruf yang digunakan dalam booklet yaitu arial dengan ukuran 11. Penggunaan huruf dengan font yang berbeda bisa digunakan pada judul atau sub judul. JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 58 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi Uji coba booklet meliputi uji coba ahli, dan uji lapangan. Uji coba ahli meliputi ahli materi untuk mengetahui kesesuaian materi dalam booklet terutama pada kajian folk taxonomy, dan juga ahli media untuk meentukan kelayakan booklet berdasarkan formatnya. Uji lapangan dilakukan setelah uji ahli dan produk direvisi berdasarkan masukan dari ahli materi dan media. Uji lapangan menggunakan subjek 20 orang masyarakat sekitar untuk memberikan penilaian kepada booklet. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada tahapan penelitian didapatkan data beberapa tumbuhan bumbu dan rempah yang digunakan oleh masyarakat di daerah Guluk-Guluk Sumenep Madura dengan data seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Nama Formal dan Nama Daerah Tumbuhan Bumbu dan Obat No. Nama Formal Nama Daerah (Folk Name) Suku (Family) Keterangan 1 Adas (Foeniculum vulgare Miller.) Addás Apiaceae Rempah 2 Asam Jawa (Tamarindus indica L.) Accem Jábáh Fabaceae Rempah 3 Asam Kandis (Garcinia xanthochymus Hook. f. ex T. Anderson) Accem Kandhis Clusiaceae Rempah 4 Bangle (Zingiber montanum Roxb.) Pandhiyang Zingeberaceae Rempah 5 Bawang Bombai (Allium cepa L.) Bábang Bombai/ India Liliaceae Rempah 6 Bawang Daun (Allium fistulosum L.) Bábang Dháun Liliaceae Rempah / Bumbu 7 Bawang Merah (Allium cepa var. Aggregatum) Bábang Bungkol/ Mera Liliaceae Rempah 8 Bawang Putih (Allium sativum L.) Bábang Potè Liliaceae Rempah 9 Cabe rawit (Capsicum frutescens “Bird eye”) Cabbi lètè’ Solanaceae Rempah 10 Cabe merah besar (Capsicum annuum L.) Cabbi raja Solanaceae Rempah 11 Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merrill & Perry) Cengkè Myrtaceae Rempah 12 Jahe (Zingiber officinale Roscoe.) Jái Zingeberaceae Rempah 13 Jeruk Purut (Citrus hystrix DC.) Jerruk Porot Rutaceae Rempah / Bumbu 14 Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle.) Jerruk Peccel Rutaceae Rempah / Bumbu 15 Jintan (Carum carvi L.) Jhinten Apiaceae Rempah 16 Jintan Hitam (Nigella sativa L.) Jhinten Celleng Ranunculaceae Rempah 17 Kapulaga (Elettaria cardamomum (L.) Maton.) Kapolaghá/Palaghá Zingeberaceae Rempah 18 Kayu Manis (Cinnamomum verum J. Presl.) Kajuh Manis Jangan Lauraceae Rempah 19 Kayu Manis Cassia (Cinnamomum aromaticum Ness.) Kajuh Manis Kandhel Lauraceae Rempah 20 Kayu Manis Salakat (Cinnamomum cullilawan Blume.) Kajuh Manis Kolelabán Lauraceae Rempah 21 Keluak (Pangium edule Reinw.) Tok-kelottok Flacourtiaceae Rempah 22 Kemiri (Aleurites moluccanus (L.) Wild.) Komereh Euphorbiaceae Rempah 23 Kencur (Kaempferia galangal ) Kencor Zingeberaceae Rempah 24 Ketumbar (Coriandrum sativum L.) Katombher Apiaceae Rempah 25 Kunyit (Curcuma longa L.) Konyè’ Zingeberaceae Rempah 26 Lada (Piper nigrum L.) Sa’ang Piperaceae Rempah 27 Lawang (Illicium verum Hook. f.) Pekak Illiciaceae Rempah 28 Lengkuas (Alpinia galangal (L.) Sw.) Laos Zingeberaceae Rempah 29 Mangga (Mangifera indica L.) Pao Anacardiaceae Rempah 30 Pala (Myristica fragrans Houtt.) Pa’ala Myristicaceae Rempah 31 Pandan Suji (Dracaena angustifolia (Medix.) Roxb.) Pandhen Sojih Liliaceae Bumbu 32 Pandan Wangi (Pandanus ammaryllifolius Roxb.) Pandhen Ro’om Pandanaceae Bumbu 33 Pandan Laut (Pandanus odorifer (Forssk.) Kuntze.) Pandhen Tase’ Pandanaceae Bumbu 34 Petai (Parkia speciosa Hassk.) Petteh Fabaceae Rempah 35 Salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walpers.) Sallam Myrtaceae Bumbu 36 Serai (Cymbopogon citrates (DC.) Stapf) Serrèh Poaceae Bumbu 37 Siwalan (Borassus flabellifer L.) Tarèbung Arecaceae Rempah 38 Temukunci (Boesenbergia rotunda (L.) Mansf.) Koncèh Zingeberaceae Rempah 39 Vanili (Vanilla planifolia Jacks. ex Andrews) Panili Orchidaceae Rempah JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 59 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi tumbuhan bumbu dan rempah yang digunakan masyarakat di Daerah Guluk-Guluk Sumenep Madura, didapatkan hasil 39 jenis tumbuhan. Suku terbanyak yang dimanfaat sebagai rempah dan bumbu adalah Zingeberaceae dengan total 6 jenis tanaman dan Liliaceae dengan total 5 jenis tanaman. Berdasarkan data hasil inventarisasi dan identifikasi, jenis tanaman kemudian dikelompokkan berdasarkan hasil reduksi wawancara kepada masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar untuk jenis tumbuhan bumbu dan rempah umumnya mengelompokkan berdasarkan karakteristik fisik dan fungsi tanaman bumbu dan rempah. Pengelompokan masyarakat tergambar pada Gambar 2 dan Gambar 3. Metode pengelompokan pertama (Gambar 2) oleh masyarakat hampir menyerupai pengelompokan pada taksonomi modern. Pengelompokan menggunakan karakteristik fisik dari setiap tumbuhan. Karakter yang dijadikan acuan adalah bunga dan karakter tumbuhan lain, misalnya pada life form ada kelompok kembáng pajung (bunga payung) yang berarti bunga tanaman itu menyerupai payung. Pengelompokan lain di life form juga menggunakan kemiripan misalkan Or- nyioran (kelapa-kelapaan) atau be’- rebbe’en (rumput-rumputan) artinya tumbuhan yang menyerupai kelapa atau rumput-rumputan. Secara keseluruhan life form yang digunakan berdasarkan karakteristik fisik hampir sama dengan pengelompokan famili, seperti: 1. Kembáng pajung (Bunga Payung), umumnya tumbuhan terdiri suku Apiaceae. Karakteristik Apiaceae merupakan bunga majemuk yang membentuk payung. 2. Kembáng alembáng/long-polongan (Bunga bersayap/polong-polongan), umumnya terdiri dari suku Fabaceae. Karakteristiknya Fabaceae mahkota bunga berbentuk kupu-kupu dan buah berbentuk polong. 3. Kembang buwá (bunga buah), tidak ada patokan khusus dari pengelompokan ini dikarenakan kelompok ini dikelompokkan masyarakat untuk tumbuhan yang menghasilkan buah. Pada tumbuhan bumbu dan rempah, asam kandis merupakan kelompok kembáng buwá yang merupakan suku Clusiaceae (manggis-manggisan) 4. Kembáng akompol/Mu-temmuwan (Bunga berkumpul/Temu-temuan), umumnya terdiri dari suku Zingeberaceae. Karakteristiknya biasanya bunga majemuk membentuk bunga bulir. Penampakan bunga majemuk dalam bentuk bulir, masyarakat memberi nama bunga yang berkumpul (kembáng akompol). 5. Kembáng becca (bunga basah), umumnya terdiri dari suku Liliaceae. Penamaan kembáng becca oleh masyarakat mengacu kepada tumbuhan semak basah. Umumnya suku Liliaceae memiliki karakteristik tersebut. 6. Kembáng lema’ (bunga lima), merupakan pengelompokan oleh masyarakat kepada bunga dengan mahkota berjumlah lima. Banyak sekali suku yang dimasukkan, misalkan: Solanaceae, beberapa suku Tiliaceae, beberapa suku Malvaceae, beberapa suku Ranunculaceae, dll. 7. Ruk-jerrukan (Jeruk-jerukan), merupakan pengelompokan yang mengacu kepada kelompok jeruk- jerukan dengan karakteristik tumbuhan JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 60 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi yang memiliki aroma khas jeruk. Umumnya terdiri dari suku Rutaceae 8. Kembáng obu’/Kembáng jembu-ir (Bunga Rambut/Kembang Jambu Air), merupakan pengelompokan pada tumbuhan yang memiliki ciri benang sari yang sangat banyak dan menyerupai rambut. Umumnya kelompok dalam tumbuhan ini merupakan suku Myrtaceae. 9. Kembáng kajuh manis/ Kajuh Ro’om (Bunga Kayu Manis/ Kembang Harum), mengacu kepada suku Lauraceae. Karakteristik khas dari kelompok ini adalah adanya aroma yang khas dari tumbuhannya. 10. Kembáng Kastobá (Bunga Kastuba), mengacu kepada suku Euphorbiaceae. Karakteristik yang biasanya bisa dilihat adalah adanya tenda bunga tunggal atau rangkap. 11. Tok-Kelottokan (Keluwek-keluwekan), merujuk kepada suku Flacourtiaceae. Karakteristiknya umumnya buah berupa buah buni bentuk telur. Nama tok-kelottok umumnya merujuk kepada suara buah ketika kering ketika digoncang akan berbunyi “kelotok- kelotok”. 12. Rè-sèrèan/ Kembáng Sèrè (Sirih- Sirihan/ Kembang Sirih), mengacu kepada suku Piperaceae dengan karakteristik berbau aromatis, bunga kecil dalam bulir, buah buni berbiji 1. 13. Kembang tello’ (Kembang Tiga), mengacu kepada tumbuhan yang memiliki tiga mahkota/kelopak/tenda bunga, misalkan suku Myristicaceae 14. O-paoan (Mangga-manggaan), umumnya mengacu kepada suku Anacardiaceae, terutama pada genus Mangifera. Memiliki daging buah kuning sampai jingga, berserabut atau tidak. 15. Or-nyioran (Kelapa-kelapaan), mengacu kepada suku Arecaceae. Karakteristik batang tidak bercabang dan mempunyai berkas daun berbentuk cincin. Buah merupakan buah buni dan buah batu. 16. Dhen-Pandhenan (Pandan-Pandanan), mengacu kepada suku Pandanaceae. Karakteristiknya daun terkumpul rapat dalam 3 baris berbentuk spiral. Bunga tersusun menjadi tongkol. 17. Kembang Panili (Bunga Vanili), mengacu kepada sebagian suku Orchidaceae terutama Genus Vanilla. Karakteristik utama bunga berbentuk tandan berjumlah 15-20 tiap tandan. 18. Be’-rebbe’en (Rumput-rumputan), mengacu kepada suku Poaceae. Ciri utama batang silindris berlubang, bunga tersusun dalam bulir. Pengelompokan dalam lingkup lingkup life form umumnya hampir serupa dengan taksonomi modern, walaupun lingkup life form tidak sedetail pengelompokan dalam suku di taksonomi modern. Beberapa tumbuhan juga ada yang tidak sesuai dengan taksonomi modern, misalkan tumbuhan Pandan Suji (D. angustifolia) berdasarkan folk taxonomy merupakan kelompok Pandan-pandanan, akan tetapi dalam taksonomi modern merupakan suku Liliaceae. Pengelompokan pada folk taxonomy kebanyakan hanya pada lingkup generic, beberapa tumbuhan dikelompokkan ke dalam lingkup spesific, seperti pada: Bábáng (Bawang) dikelompokkan menjadi Bábáng Bombai, Bábang Bungkol, Bábang Dháun dan Bábáng Pote. JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 61 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi Tombuwen Kembáng Pajung Kembáng Alembáng/ long-polongan Kembáng buwá Kembáng akompol/ Mu-temmuwan/ i-jáian Kembáng becca Kembáng lema’ Ruk-jerrughán Kembáng obu’/ Kembang Jembu-ir Kembáng kajuh manis/ kajuh ro’om Kembáng kastobá Tok-kelottokan Rè-Sèrèan/ Kembang Sere/ Apah Kembáng tello’ O-paoan Or-nyioran Dhen-pandhenan Kembáng Panili Addás, Jhinten, Katombher Accem Jábáh, Petteh Accem Kandhis Pandhiyang, Jái, Kapolaghá, Kencor, Konyè’, Laos, Koncèh Bábang Bombai, Dháun, Bungkol, Pote Bábang Cabbi Cabbi lètè’, cabbi raja Jerruk Jerruk Porot, Jerruk Peccel Cengkè, Sallam Jhinten Celleng Kajuh Manis Jangan, Kandhel, Kolelabán Kajuh Manis Komereh Tok-kelottok Sa’ang Pa’ala Pao Tarebung Pandhen Sojih, Ro’om, Tase’ Panili Pandhen Be’-rebbe’en Serreh unique beginner life-form Generic Specific Gambar 2. Folk taxonomy Tumbuhan Bumbu dan Rempah Daerah Guluk-Guluk Sumenep berdasarkan Karakteristik Fisik JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 62 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi Metode pengelompokan kedua (Gambar 3) oleh masyarakat tidak sedetail dibandingkan pengelompokan pertama. Pengelompokan lingkup life form dipilah menjadi tombuwen palappa (tumbuhan bumbu atau rempah). Pengelompokan lingkup generic diklasifikasikan berdasar bagian tumbuhan yang digunakan untuk bumbu atau rempah, misalkan: rempang (rimpang), sombih atau ombi (umbi), bigi (biji), buwa (buah), kembáng (bunga), dháun (daun), dan kajuh (kayu). Penggunaan metode pengelompokan kedua kurang bisa menggambarkan pengelompokan yang konkrit, karena beberapa tanaman yang penggunaan bagian tumbuhannya ada lebih dari satu. Terdapat tanaman yang masuk dalam 2 kelompok seperti jerruk porot dan jerruk peccel. Hasil penelitian berupa data folk taxonomy, dikembangkan menjadi booklet untuk masyarakat. Penilaian kualitas isi booklet menggunakan 2 tahapan, yaitu uji ahli (materi dan media) dan uji lapangan (20 orang masyarakat). Kualitas booklet tergambar pada Tabel 2. Tabel 2. Kualitas booklet Berdasarkan Uji Ahli dan Uji Lapangan No Aspek Rata-Rata 1 Ahli Materi Kelayakan isi 4,50 Kelayakan penyajian 4,47 Rata-Rata 4.485 (89.7%) 2 Ahli Media Ukuran 4,33 Desain Kulit 4,50 Desain Isi 4,36 Rata-Rata 4.396 (87.92%) 3 Uji Lapangan (Masyarakat) Kemudahan 4,40 Kemenarikan 4,33 Keterpahaman 4,33 Rata-Rata 4,353 (87.06%) Tombuwen Rempang Tombuwen palappa Sombih/Ombi Bigi Buwá Kembáng Dháun Kajuh Jái, Kencor Konyè’, Laos, Koncèh Bábang Bombai, Dháun, Bungkol, Potè Addás, Jhinten, Jhinten Celleng, Kapolaghá, Tok-kelottok, Komereh, Katombher, Sa’ang, Petteh, Panili Accem Jábáh, Kandhis, Cabbi lètè’, Raja, Jerrok Porot, Peccel, Pekak, Pao, Pa’ala, Tarebung Cengkè Jerruk Porot, Jerruk Peccel, Pandhen Sojih, Ro’om, Tase’, Sallam, Serreh Kaju Manis Jangan, Kandhel, Kolelabán Unique beginner Life form Generic Specific Gambar 3. Folk taxonomy Tumbuhan Bumbu dan Rempah Daerah Guluk-Guluk Sumenep berdasarkan fungsi tanaman JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2017 (p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204) (Halaman 55-63) Disubmit: Februari 2017 Direvisi: Februari 2017 Disetujui: Maret 2017 Abrori, Kajian Folk Taxonomy 63 Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi Berdasarkan hasil uji ahli dan ahli lapangan didapatkan nilai berturut-turut, yaitu: 89.7%, 87.92%, dan 87.06%. Penilaian berdasarkan validasi skala Likert menurut Ismail (2007) nilai yang didapatkan valid (tidak perlu revisi), karena nilai memiliki rentang 85,94-100%. PENUTUP Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi tumbuhan bumbu dan rempah yang digunakan masyarakat di Daerah Guluk-Guluk Sumenep Madura, didapatkan hasil 39 jenis tumbuhan, dengan 18 klasifikasi pengelompokan masyarakat pada tingkat life form; 2) Berdasarkan hasil uji ahli materi, ahli media dan ahli lapangan didapatkan nilai berturut-turut, yaitu 89.7%, 87.92%, dan 87.06%. DAFTAR RUJUKAN Arizta, Y. (2012). Etnobotani tumbuhan obat oleh masyarakat suku Madura di sekitar pesisir pantai Besuki Situbondo (Skripsi tidak dipublikasikan). Jember: UNEJ. Escalada, M. & Heong, K. L. (2011). Ethnoscience techniques. Retrieved from http://ricehoppers.net/wp- content/uploads/2011/07/Tools- Ethnoscience-techniques.pdf. Fitriastutik, D. R. (2010). Efektifitas booklet dan permainan tebak gambar dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa kelas IV terhadap karies gigi di SDN 01, 02 dan 03 Bandengan Kecamatan Jepara Kabupaten Jepara tahun ajaran 2009/2010 (Skripsi tidak dipblikasikan). Semarang: UNNES. Gustaning, G. (2014). Pengembangan media booklet menggambar macam- macam celana pada kompetensi dasar menggambar celana siswa SMKN 1 Jenar (Skripsi tidak dipublikasikan). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Habibah, S. (2014). Etnobotani tumbuhan obat oleh masyarakat Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang Madura (Skripsi tidak dipublikasikan). Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Imamah, E. Q., Lestari, U., & Gofur, A. (2016). Developing booklet based on the research result of the effect of formalin-added-tofu to hepar histopatology of male mice Balb/C Strain. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2 (2), 102-108. Iskandar, J. (2012). Etnobiologi dan pembangunan berkelanjutan. Bandung, Indonesia: AIPI LPPM KPK Universitas Padjadjaran Ismail, T. (2007) Pengembangan modul ekosistem untuk pembelajaran sains di SMP kelas VII dengan Model siklus belajar (learning cycle) yang berorientasikan konstruktivisme (Skripsi tidak dipublikasikan). Malang: Universitas Negeri Malang. Setyawan, D., Rohman, F., dan Sutomo, H. (2015). Kajian etnozoologi masyarakat Desa Hadiwaarno Kabupaten Pacitan dalam konservasi penyu sebagai bahan penyusunan booklet penyuluhan masyarakat. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 1 (3), 283-297. Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. (1974). Instructional development for training teachers of expectional children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.