JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           183 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

 PENGARUH THINK-PAIR-SHARE-WRITE BERBASIS HYBRID LEARNING 

TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNITIF, BERPIKIR KREATIF DAN 

HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SMA NEGERI 3 MALANG 

The Effect of Think-Pair-Share-Write Based on Hybrid Learning on Metakognitive Skills, Creative 

Thinking and Cognitive Learning at SMA Negeri 3 Malang 

 

Ika Yulianti Siregar 1, Herawati Susilo2, Hadi Suwono2 
1Ganesha Operation, Jl. Pangeran Antasari Samarinda 

2Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No.5 Kota Malang 

e-mail korespondensi: alamatemail@fghi.com 

 

ABSTRAK 
Hasil observasi pembelajaran biologi menunjukkan banyak kendala keterbatasan waktu tatap muka dan 

konsultasi antara guru dan siswa. Pembelajaran think-pair-share-write berbasis hybrid learning 

dilakukan untuk menganalisis pengaruh terhadap keterampilan metakognitif, berpikir kreatif dan hasil 

belajar. Rancangan penelitian berupa quasi eksperimen dengan pretest-postest non-equivalent control 

group design. Variabel bebas adalah model pembelajaran think-pair-share-write berbasis Hybrid 

Learning. Variabel terikat adalah keterampilan metakognitif, berpikir kreatif, dan hasil belajar kognitif. 

Keterampilan metakognitif diukur menggunakan rubrik metakognitif. Keterampilan berpikir kreatif dan 

hasil belajar kognitif diukur dengan menggunakan tes uraian. Data diambil pada saat pretest dan 

postest. Uji hipotesis menggunakan anakova dengan taraf signifikansi 0,05 (P<0,05), jika hasil uji 

signifikan maka dilakukan uji lanjut LSD. Sebelum uji anakova, dilakukan uji normalitas dan uji 

homogenitas data. Hasil penelitian menunjukkan jika pembelajaran think-pair-share-write berbasis 

Hybrid Learning berpengaruh terhadap: 1) keterampilan metakognitif dengan F hitung sebesar 183,472 

dan Sig. 0,000; 2) terhadap keterampilan berpikir kreatif dengan F hitung sebesar 325,111 dan Sig. 

0,000; 3) terhadap hasil belajar kognitif dengan  F hitung sebesar 175,068 dan  Sig. 0,000. Hasil tersebut 

menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. 

 

Kata kunci: berpikir kreatif, hasil belajar kognitif, hybrid learning, metakognitif, think-pair-share-write  

 

ABSTRACT 
The results of biology learning observation show that there are many constraints during the learning 

proces in the class and consultation meeting between teacher and students. The think-pair-share-write 

based on hybrid learning was conducted to analyze the effect on metacognitive skills, creative thinking 

and learning outcomes. The research design was quasi experiment with pretest-postest non-equivalent 

control group design. The independent variable is think-pair-share-write based on Hybrid learning 

model, while the dependent variables are metacognitive skills, creative thinking, and cognitive learning 

outcomes. Metacognitive skills are measured by using metacognitive rubrics. Creative thinking skills and 

cognitive learning outcomes are measured by using a description test. The data were taken by conducting 

pretest and postest. The hypothesis test used was anakova with level of significance 0,05 (P <0,05), as the 

test result was significant then the test was continued to LSD. Before the anakova test, normality and 

homogeneity test were performed. The results showed that think-pair-share-write dased on Hybrid 

Learning significantly affecting: 1) the metacognitive skills with F arithmetic of 183,472 and Sig. 0,000; 

2) the creative thinking skill with F value of 325,111 and Sig. 0,000; 3) the cognitive learning outcomes 

with F arithmetic of 175.068 and Sig. 0,000.  

 

Keywords: creative thinking, cognitive learning outcomes, hybrid learning, metacognitive, think-pair-

share-write 

 

Kualitas pendidikan di Indonesia tergolong 

rendah laju perkembangannya 

dibandingkan dengan negara-negara lain. 

Hasil survei yang telah dilakukan oleh 

Programme of International Student 

Assessment (PISA) tahun 2012 terhadap 

kemampuan sains, menempatkan Indonesia 

pada peringkat 64 dari 65 negara di dunia, 

atau hanya satu tingkat di atas Peru. 

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam  (IPA) 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           184 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

memegang peranan penting dalam 

mengembangkan pengetahuan siswa, 

melalui pendidikan IPA siswa dapat 

mengenal, menyikapi dan mengapresiasi 

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta 

menanamkan kebiasaan berpikir dan 

berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan 

mandiri (Badan Standarisasi Nasional 

Pendidikan, 2006). 

Keterampilan berpikir tingkat tinggi 

termasuk di dalamnya adalah keterampilan 

metakognitif dan keterampilan berpikir 

kreatif. Menurut Siswati (2012) 

keterampilan metakognitif sangat 

diperlukan untuk kesuksesan belajar. 

Keterampilan metakognitif memungkinkan 

siswa berkembang menjadi pebelajar 

mandiri karena mendorong mereka untuk 

menjadi manajer atas dirinya sendiri serta 

menjadi penilai atas pemikiran dan 

pembelajarannya sendiri (Peters dalam 

Corebima, 2006). Lebih lanjut dinyatakan 

bahwa siswa yang menggunakan 

metakognitif memiliki prestasi yang lebih 

baik jika dibanding dengan yang tidak 

menggunakannya, karena keterampilan 

metakognitif memungkinkan siswa untuk 

melakukan perencanaan, mengikuti 

perkembangan, dan memantau proses 

belajarnya. Keterampilan metakognitif juga 

berkorelasi dengan keterampilan berpikir 

kreatif dan hasil belajar siswa.  

Keterampilan berpikir kreatif adalah 

proses (bukan hasil) untuk menghasilkan 

ide baru dan ide itu merupakan gabungan 

dari ide-ide yang sebelumnya belum 

disatukan. Menurut William (1977) dalam 

Munandar (1999) indikator dalam 

mengukur keterampilan berpikir kreatif 

yaitu; berpikir lancar (fluency), berpikir 

luwes (flexibility), berpikir orisinil 

(originality), memerinci (elaboration) dan 

menilai (evaluation). Siswa bukan hanya 

harus melibatkan keterampilan metakognitif 

saja tetapi siswa juga sangat diharapkan 

mampu melatih keterampilan berpikir 

kreatifnya, karena pembelajaran yang 

menitikberatkan pada melatih keterampilan 

berpikir metakognitif dan berpikir kreatif 

yang baik akan berdampak pada hasil 

belajar yang seperti diharapkan terutama 

hasil belajar kognitifnya. 

Model pembelajaran Think Pair 

Share Write merupakan penggabungan 

Think Pair Share dengan Think Talk Write. 

TPSW yang telah dimodifikasi sesuai 

Kurikulum 2013 memiliki sintaks yaitu: 

Tahap think (mengamati, menanya dan 

mengumpulkan data), siswa dimotivasi 

untuk bertanya dan memikirkan sendiri 

jawaban dari pertanyaan. Tahap pair 

(mengasosiasikan), siswa mendiskusikan 

jawaban yang diperolehnya pada tahap 

think dengan pasangannya sehingga 

diperoleh jawaban yang terbaik. Tahap 

share (mengkomunikasikan), masing-

masing kelompok mempresentasikan hasil 

terbaik dari tahap pair di depan kelas. 

Tahap write siswa menuliskan hasil 

pembelajaran hari itu kedalam jurnal belajar 

yang dibuat oleh setiap siswa, dengan 

menggunakan bahasannya sendiri sebagai 

bentuk pemahaman terhadap konsep yang 

dipelajari hari itu.  Pembelajaran ini dapat 

meningkatkan keterlibatan semua siswa 

dalam kegiatan belajar dan juga aktivitas 

berpikir siswa. 

Hasil observasi pembelajaran 

biologi pada Bulan November 2013 

terhadap siswa kelas X Jurusan Matematika 

dan Ilmu Alam (MIA) di SMA Negeri 3 

Malang, kendala di sekolah antara lain 

adanya alokasi waktu yang singkat, 

sedangkan siswa dituntut harus memiliki 

kriteria ketuntasan minimal (KKM) 80 

untuk pelajaran biologi. Alokasi waktu 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           185 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

yang singkat ini menimbulkan kendala yang 

dihadapi siswa, di antaranya adalah: (1) 

sedikitnya kesempatan siswa untuk tatap 

muka dengan guru, (2) terbatasnya 

kesempatan untuk berkonsultasi dengan 

guru mengenai permasalahan-permasalahan 

yang muncul pada pembelajaran Biologi, 

(3) terbatasnya kesempatan untuk 

mengkonsultasikan tugas-tugas yang 

diberikan oleh guru. Hal tersebut 

mengakibatkan siswa tidak dapat 

mengembangkan kemampuan belajar 

kognitif, keterampilan berpikir kreatif serta 

lemah dalam metakognisi.  

Salah satu upaya untuk 

memperbaiki keadaan tersebut, apabila 

menginginkan keberhasilan dalam proses 

pembelajaran adalah dengan penerapan 

pembelajaran Think-Pair-Share-Write 

(TPSW) berbasis Hybrid Learning untuk 

menanggulangi keterbatasan waktu tatap 

muka. Strategi pembelajaran kooperatif 

merupakan bertujuan menumbuhkan 

kesadaran berpikir siswa, menyelesaikan 

masalah secara bersama dengan 

mengintegrasikan serta mengaplikasikan 

kemampuan dan pengetahuan mereka 

(Slavin, 2008). Pembelajaran kooperatif 

juga mampu membuat siswa belajar satu 

sama lainnya untuk memastikan bahwa tiap 

orang dalam kelompok telah menguasai 

konsep-konsep yang telah dipikirkan.  

 

METODE 

 

Desain penelitian yang digunakan 

adalah pretestt-postestt non-equivalent 

control group design (Beaumount, 2009). 

Rancangan penelitian dapat dilihat pada 

Tabel 1. 

Populasi dalam penelitian ini adalah 

seluruh siswa kelas X MIA SMA Negeri 3 

Malang tahun pembelajaran 2013/2014 

yang berjumlah 351 siswa. Penentuan 

sampel dalam penelitian dilakukan dengan 

teknik random sampling yaitu pengambilan 

sampel dengan cara tidak memilih-milih 

individu yang akan dijadikan sampel.  

 
Tabel 1. Rancangan Eksperimen Pretest Postest 

Nonequivalent Control Group Design 

Kelompok Pretest Perlakuan Postest 

Think-Pair-Share-

Write berbasis 

Hybrid Learning 

O1 X1 O2 

Think-Pair-Share-

Write 
O3 X2 O4 

Kontrol O5  O6 

(Sumber: Beaumount, 2009) 

Keterangan: 

X1: perlakuan eksperimen I (pembelajaran Think Pair 

Share, Write berbasis Hybrid Learning) 

X2: perlakuan eksperimen II (pembelajaran Think Pair 

Share, Write) 

O1:pelaksanaan pretest pada kelas eksperimen (X1) 

O2: pelaksanaan postest pada kelas eksperimen (X1) 

O3: Pelaksanaan pretest pada kelas eksperimen (X2) 

O4: pelaksanaan postest pada kelas eksperimen (X2) 

O5: Pelaksanaan pretest pada kelas kontrol (X3) 

O6: pelaksanaan postest pada kelas kontrol (X3) 

 

Hubungan antara variabel bebas dan 

variabel terikat, secara skematis 

ditunjukkan dalam Gambar 1. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan 

variabel terikat  

 

Instrumen yang digunakan dalam 

penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu 

instrumen untuk variabel bebas (perangkat 

pembelajaran) dan instrumen untuk 

mengukur variabel terikat. Perangkat 

pembelajaran terdiri atas silabus, Rencana 

Pembelajaran Think 

Pair Share Write 

berbasis Hybrid 

learning 

Keterampilan 

Metakognitif 

 

Kontrol 
Hasil Belajar  

Kognitif 

Keterampilan 

Berpikir 

Kreatif 

Pembelajaran Think 

Pair Share Write 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           186 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang 

disusun berdasarkan Kurikulum 2013, dan 

Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam bentuk 

TPSW. Sedangkan instrumen yang 

digunakan mengukur variabel terikat, 

meliputi tes awal (pretest) dan tes akhir 

(postest) serta rubrik pengukuran 

keterampilan metakognitif dan berpikir 

kreatif siswa.  

Rubrik yang digunakan adalah 

rubrik keterampilan metakognitif yang 

terintegrasi dengan soal uraian yang 

diberikan kepada siswa sebelum dan 

sesudah perlakuan (Corebima, 2006). 

Rubrik ini terdiri atas 8 skala (0-7) yang 

terdiri dari komponen-komponen sebagai 

berikut. 1) jawaban dengan kalimat sendiri, 

2) urutan paparan jawaban runut, sistematis, 

dan logis dengan gramatika (bahasa) benar, 

3) dilengkapi dengan alasan 

(analisis/evaluasi/kreasi), dan 4) jawaban 

(benar/kurang benar/tidak benar). Nilai 

keterampilan metakognitif diperoleh 

dengan menghitung berdasarkan rumus. 

    - Y2                                (1) 

Keterangan: 

Y1: Penilaian non rubrik (kemampuan kognitif) 

X1: Keterampilan metakognitif 

Y2: Penilaian dengan rubrik 
(Sumber: Corebima dalam Siswati, 2012) 

 

Data hasil penelitian ini berupa data 

keterampilan metakognitif, berpikir kreatif 

dan hasil belajar kognitif siswa dianalisis 

secara statistik. Sebelum dilakukan analisis 

data kovarian (anacova) dilakukan uji 

normalitas dan uji homogenitas. Uji ini 

dilakukan untuk melihat distribusi dari data 

yakni terdistribusi secara normal dan 

homogen atau tidak. Uji normalitas 

digunakan untuk memenuhi persyaratan 

data yang dianalisis terdistribusi normal 

atau tidak. 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

Rekapitulasi hasil validasi ahli 

pembelajaran dan materi terdapat pada 

Tabel 2. 

 

Tabel 2. Hasil Validasi Ahli Pembelajaran dan 
Materi 

No Aspek Penilaian 
Rerata Skor 

A B C 

1 Pengorganisasian Isi 

Pelajaran 

3,75 3,78 3,92 

2 Penyajian Isi Materi 

Pembelajaran 

3,62 4 3,87 

3 Kelayakan Isi 3,62 3,88 3,87 

 Nilai Rerata Seluruh 

Aspek 

Kategori 

3,66 

Baik 

3,89 

Baik 

3,89 

Baik 

Keterangan: 

A : Nilai dari validator ahli pembelajaran dan perangkat 

pembelajaran Plantae 

B : Nilai dari validator ahli pembelajaran dan perangkat 

pembelajaran Animalia 

C : Nilai dari validator praktisi lapangan 

 

Penilaian pada tahap validasi 

diperoleh dari validator ahli pembelajaran 

dan materi Plantae menunjukkan Rerata 

skor 3,66 atau dikategorikan baik. Penilaian 

dari ahli pembelajaran dan materi Animalia 

menunjukkan Rerata 3,89 (baik). Hasil 

penilaian validasi praktisi lapangan 

menunjukkan Rerata skor 3,89 (baik). 

Rekapitulasi hasil penilaian 

validator terhadap perangkat pembelajaran 

terdapat pada Tabel 3. 

 

Tabel 3. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran 

No Aspek 
Rerata Skor 

A B C 

1 Silabus 3,67 3,71 3,82 

2 RPP 3,57 3,63 3,93 

3 LKS 3,58 3,44 3,72 

4 Soal tes kognitif 

Biologi 

3,75 3,50 3,75 

5 Soal tes keterampilan 

berpikir kreatif 

3,75 3,75 3,75 

Rerata Seluruh Aspek 3,66 3,61 3,79 

Kategori Baik Baik Baik 

Keterangan: 

A : Nilai dari validator ahli pembelajaran dan perangkat 

pembelajaran Plantae 

B : Nilai dari validator ahli pembelajaran dan perangkat 

pembelajaran Animalia 

C : Nilai dari validator praktisi lapangan 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           187 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

Aspek penilaian validator meliputi 

perangkat pembelajaran berupa silabus, 

RPP, LKS, soal tes kognitif dan soal tes 

keterampilan berpikir kreatif. Data hasil 

penilaian dari validator dianalisis dengan 

teknik Rerata pada setiap kriteria. Penilaian 

perangkat pembelajaran Plantae 

menunjukkan rerata perolehan skor sebesar 

3,66 dengan kriteria baik, perangkat 

pembelajaran Animalia menunjukkan 

perolehan rerata skor sebesar 3,61 dengan 

kriteria baik, sedangkan penilaian perangkat 

pembelajaran oleh validator praktisi 

lapangan menunjukkan rerata skor 3,79 

dengan kategori baik. 

 

Keterampilan Metakognitif 

Rerata nilai pretest keterampilan 

metakognitif pada pembelajaran TPSW 

berbasis Hybrid Learning sebesar 34,79 

sedangkan nilai postest 75,68. Rerata nilai 

pretest keterampilan metakognitif pada 

pembelajaran TPSW sebesar 36,59 

sedangkan nilai postest 65,22. Rerata nilai 

pretest keterampilan metakognitif pada 

kelompok kontrol sebesar 32,61 sedangkan 

nilai postest sebesar 51,21. Rerata pretest 

dan postest keterampilan metakognitif 

siswa Gambar 2. 

 
Gambar 2. Rerata Pretest dan Postest Keterampilan 

Metakognitif Siswa 

 

Rerata nilai pretest dan postest 

keterampilan metakognitif pada kelas 

eksperimen pembelajaran TPSW berbasis 

Hybrid Learning mengalami peningkatan 

sebesar 40,89, untuk kelas eksperimen 

pembelajaran TPSW mengalami 

peningkatan sebesar 28,63, sedangkan 

untuk kelas kontrol dengan pembelajaran 

multistrategi juga mengalami peningkatan 

18,60. 

Hasil ini menunjukkan bahwa 

pembelajaran TPSW berbasis Hybrid 

Learning lebih dapat memberdayakan 

keterampilan metakognitif siswa jika 

dibandingkan dengan kelas yang 

menggunakan pembelajaran multistrategi. 

Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil 

penelitian Haerullah (2012) bahwa 

penerapan strategi pembelajaran Think-

Pair-Share (TPS) dipadu Pemberdayaan 

Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) lebih 

berpotensi mengembangkan keterampilan 

metakognitif siswa, hal yang sama 

diutarakan oleh Jamaluddin (2009) yang 

mengungkapkan bahwa siswa yang belajar 

dengan strategi TPS dipadu PBMP Rerata 

skor keterampilan metakognitifnya lebih 

tinggi dibandingkan dengan siswa yang 

belajar dengan strategi lainnya. Penelitian 

pengaruh TPSW berbasis Hybrid Learning 

terhadap keterampilan metakognitif belum 

pernah dilakukan sebelumnya. 

Pembelajaran TPSW berbasis 

Hybrid Learning merupakan suatu model 

pembelajaran kooperatif yang mampu 

melibatkan siswa secara aktif dalam 

mencari informasi serta membangun 

pengetahuannya sendiri. Proses 

pembelajaran yang melibatkan pebelajar 

aktif mencari informasi dan membangun 

pengetahuan mereka dapat menumbuhkan 

dan mengembangkan proses mengetahui 

dan proses berpikir mereka atau yang lebih 

dikenal dengan istilah metakognisi (Arends, 

2012). Metode pembelajaran yang berbeda 

dapat memberikan pengaruh yang berbeda 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           188 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

terhadap pengetahuan metakognitif siswa. 

tingginya keterampilan metakognitif siswa 

yang menggunakan TPSW berbasis Hybrid 

Learning, disebabkan oleh karakter dari 

sintaks TPSW berbasis Hybrid Learning itu 

sendiri.  

Lee & Baylor (2006) mengatakan 

bahwa metakognisi harus dilatih untuk 

menjadi keterampilan yang akan menuntun 

siswa untuk belajar dan menemukan 

pengetahuan sendiri. Siswa yang memiliki 

tingkatan metakognisi tinggi akan 

menunjukkan aspek keterampilan yang baik 

seperti merencanakan (planning) proses 

belajar, memonitor (monitoring) proses 

belajar, dan mengevaluasi (evaluation) 

kognisi yang dimilikinya. Keterampilan 

metakognitif tersebut tercermin dalam 

tahapan sintaks dari pembelajaran TPSW 

berbasis Hybrid Learning. 

Pada pembelajaran TPSW berbasis 

Hybrid Learning, kegiatan pembelajaran 

berlangsung secara terstruktur dan 

terencana, siswa akan belajar secara offline 

dengan mengunduh materi yang telah 

diunggah oleh guru, diharapkan siswa 

membekali pengetahuan awalnya sebagai 

persiapan untuk pembelajaran tatap muka di 

kelas, hal ini mencerminkan aspek 

keterampilan metakognitif perencanaan 

(planning) yang dapat mempermudah 

pengorganisasian dan pemahaman materi 

yang akan dikaji.  Tahap selanjutnya siswa 

secara individu diberi LKS dan melakukan 

kegiatan Think yang terdiri dari siswa 

mengamati, menanya, mengumpulkan data, 

tahapan ini merupakan perwujudan dari 

aspek metakognitif berupa pemantauan 

(monitoring), yaitu siswa mampu 

menyadari kewajibannya untuk 

mengerjakan soal dengan penuh tanggung 

jawab dan mandiri sehingga siswa menjadi 

sadar terhadap kemampuan kognitifnya 

sendiri. Menurut Eggen & Kauchak (1996) 

metakognitif berarti kesadaran dan kontrol 

terhadap proses kognitif. 

 Pada tahap selanjutnya Pair siswa 

secara berpasangan mengerjakan soal 

mendiskusikan jawaban yang tepat dalam 

LKS, dan dipresentasikan di depan kelas 

(share). Tahapan ini mencerminkan aspek 

ketiga dari keterampilan metakognitif yaitu 

mengevaluasi (evaluating), siswa mampu 

mengoreksi seberapa mampu mereka 

menjelaskan hasil jawaban yang mereka 

kerjakan kepada teman sekelasnya melalui 

prsentasi. Tahap write atau menulis jurnal 

belajar termasuk dalam kegiatan 

mengevaluasi. Selama proses menulis, 

siswa akan berupaya untuk membuat suatu 

ringkasan dengan cara mengumpulkan 

berbagai informasi penting berkaitan 

dengan konsep yang telah dipelajarinya 

untuk dijadikan bahan menulis jurnal 

belajar. pada tahap meringkas siswa akan 

mampu memantau dan mengevaluasi sejauh 

mana kemampuannya dalam memahami 

konsep melalui ringkasan dalam jurnal 

belajar yang telah dibuatnya. Hal ini sejalan 

dengan pendapat Pierce (2004) yang 

menyebutkan bahwa menulis ringkasan 

bukan hanya meningkatkan pemahaman 

siswa, tetapi juga membantu siswa untuk 

memonitor pemahamannya. Pembelajaran 

online turut melengkapi proses evaluasi 

siswa, siswa dapat bertanya kepada guru 

maupun sesama teman sehingga ilmu 

pengetahuan diperoleh melalui diskusi 

online. 

Menurut Isna (2010), keterampilan 

metakognitif melalui pembelajaran 

merupakan hal yang penting karena siswa 

memiliki keterampilan metakognitif yang 

baik akan mampu mengelola 

pembelajarannya dengan baik serta 

berimplikasi pada kehidupannya. 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           189 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

Pemberdayaan keterampilan metakognitif 

siswa secara sengaja dalam pembelajaran 

juga akan berimplikasi terhadap perolehan 

hasil belajar (Livingstone, 1997). Dapat 

disimpulkan bahwa siswa yang memiliki 

keterampilan metakognitif yang baik maka 

akan berpengaruh terhadap hasil belajar 

yang akan diperoleh. Pembelajaran yang 

baik tidak semata-mata menekankan pada 

perkembangan kognitif siswa tetapi aspek 

lainnya yaitu mengembangkan aspek 

metakognitif yang seharusnya dapat 

diberdayakan selama proses pembelajaran. 

 

Keterampilan Berpikir Kreatif 

Rerata nilai pretest keterampilan 

berpikir kreatif pada pembelajaran TPSW 

berbasis Hybrid Learning sebesar 27,80 

sedangkan nilai postest sebesar 76,32. 

Rerata nilai pretest keterampilan berpikir 

kreatif pada pembelajaran TPSW sebesar 

29,32 sedangkan nilai postest sebesar 

66,56. Rerata nilai pretest keterampilan 

berpikir kreatif pada pembelajaran kontrol 

sebesar 28,44 dengan rerata nilai postest 

44,61. Rerata nilai keterampilan berpikir 

kreatif dijelaskan pada Gambar 3. 
 

 
Gambar 3. Diagram Rerata Pretest dan Postest 

Keterampilan Berpikir Kreatif  

 

Pada kelas kontrol pembelajaran 

multistrategi Rerata nilai keterampilan 

berpikir kreatif awal siswa adalah sebesar 

28,44, sedangkan nilai keterampilan 

berpikir kreatif akhir adalah 44,61. Dengan 

demikian dapat dilihat bahwa kenaikan 

rerata nilai keterampilan berpikir kreatif 

siswa pada kelas kontrol yaitu sebesar 

16,17. 

Keterampilan berpikir kreatif pada 

pembelajaran kelas perlakuan menunjukkan 

nilai lebih tinggi dari pada kelas kontrol. 

Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran 

TPSW berbasis Hybrid Learning lebih 

dapat memberdayakan keterampilan 

berpikir kreatif siswa jika dibandingkan 

dengan kelas yang menggunakan 

pembelajaran multistrategi. 

Temuan penelitian ini sejalan 

dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu 

melalui pendidikan IPA siswa dapat 

mengenal, menyikapi dan mengapresiasi 

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta 

menanamkan kebiasaan berpikir dan 

berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan 

mandiri (BSNP, 2006). Penelitian lebih 

lanjut Sarwinda (2011) dalam penelitiannya 

mengungkapkan bahwa strategi 

pembelajaran TPS yang dipadu dengan 

Reciprocal Teaching (RT) berpengaruh 

terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa.  

Keterampilan berpikir kreatif 

mempunyai peranan yang sangat penting 

bagi siswa dalam proses pembelajaran. 

Keterampilan berpikir kreatif perlu 

dikembangkan melalui pembelajaran 

supaya siswa memiliki kemampuan dalam 

mengakses data atau informasi yang 

tersedia, serta mampu menemukan banyak 

kemungkinan jawaban terhadap suatu 

permasalahan. Mengembangkan 

keterampilan berpikir kreatif siswa, guru 

harus mampu menciptakan suasana kelas 

yang menantang, menyenangkan, dan 

kebebasan siswa dalam beraktivitas dan 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           190 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

berinteraksi dengan guru maupun dengan 

temannya (Hernowo, 2006).  

 

Hasil Belajar Kognitif 

Rerata nilai pretest hasil belajar 

kognitif pada kelas TPSW berbasis Hybrid 

Learning sebesar 44,51 dengan rerata 

postest 75,77. Rerata nilai pretest hasil 

belajar kognitif pada kelas TPSW sebesar 

46,77 dengan postest sebesar 65,36. Rerata 

nilai hasil belajar kognitif mengalami 

peningkatan dari sedang menjadi baik. Pada 

kelas kontrol, rerata nilai pretest hasil 

belajar kognitif sebesar 45,36 sedangkan 

rerata nilai postest sebesar 57,14. Rerata 

nilai hasil belajar kognitif dijelaskan pada 

Gambar 4. 
 

 
Gambar 4. Rerata Pretest dan Postest Hasil Belajar 

Kognitif 

 

Hasil penelitian ini menunjukkan 

bahwa TPSW berbasis Hybrid Learning 

mampu meningkatkan hasil belajar kognitif 

lebih baik daripada kontrol. Temuan ini 

juga didukung oleh penelitian sebelumnya 

yang telah dilakukan oleh Wahyu (2010) 

bahwa pembelajaran Biologi dengan 

menerapkan strategi pembelajaran TPS 

dipadu pola PBMP lebih mampu 

meningkatkan keterampilan metakognitif, 

dan hasil belajar kognitif, sedangkan 

pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) 

mampu meningkatkan hasil belajar siswa 

(Susmono, 2013). 

Pembelajaran yang memberdayakan 

keterampilan metakognitif dapat memicu 

siswa untuk memonitor dan mengevaluasi 

perkembangan belajarnya, sehingga siswa 

mampu menilai kelemahan dan 

kekurangannya dalam belajar. kondisi ini 

sangat penting bagi siswa dalam 

menciptakan kondisi belajar yang dapat 

meningkatkan pemahaman dan kemampuan 

kognitifnya. Siswa yang memiliki 

keterampiilan metakognitif tinggi akan 

mampu mengatur proses kognisinya dengan 

baik, sehingga memudahkannya untuk 

mempelajari sesuatu dan mengembangkan 

kemampuan kognitifnya. 

Howard (2004) menyatakan bahwa 

keterampilan metakognitif diyakini 

memegang peranan penting dalam berbagai 

tipe aktivitas kognitif meliputi pemahaman, 

komunikasi, perhatian, ingatan, dan 

pemecahan masalah. Ditambahkan pula 

oleh (Livingston, 1997), bahwa 

metakognisi memegang peranan yang 

penting dalam keberhasilan belajar. hasil 

belajar kognitif siswa juga disebabkan oleh 

karakteristik dari sintaks TPSW berbasis 

Hybrid Learning itu sendiri. 

Pada pembelajaran TPSW berbasis 

Hybrid Learning, tahap pembelajaran 

offline siswa mengunduh materi yang 

diunggah oleh guru melalui moodle  

sebagai bekal pengetahuan awal siswa. 

Pada pembelajaran tatap muka di kelas 

tahap awal adalah think yang telah 

dimodifikasi sesuai Kurikulum 2013 terdiri 

dari; siswa akan melakukan pengamatan 

baik langsung maupun melalui media 

gambar (mengamati), siswa diarahkan 

untuk membuat pertanyaan (menanya), 

kegiatan membuat pertanyaan 

memungkinkan siswa untuk menganalisis 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           191 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

lebih lanjut informasi yang telah 

diperolehnya. Melalui pertanyaan, siswa 

menunjukkan usaha untuk mengatasi 

ketidakpahaman atas konsep dan 

menggambarkan keinginan untuk menggali 

informasi lebih dalam dan mencapai 

pemahaman yang sepenuhnya. Informasi-

informasi penting dan berbagai ide 

digunakan untuk membentuk suatu 

pertanyaan utuh, mengolah pemahaman 

lama dan memicu munculnya pemahaman 

baru yang semakin kompleks dan 

berkembang. Keterampilan dalam 

menyusun pertanyaan, merefleksikan 

kemampuan kognitif siswa. pertanyaan 

yang disusun oleh siswa, memiliki 

rentangan yang dapat mengukur sejauh 

mana pemahaman dan tingkat kognitifnya. 

Tahap think selanjutnya adalah kegiatan 

mengumpulkan data, saat membaca 

diharapkan siswa akan memasukkan dan 

mengakumulasi seluruh konsep yang 

terdapat dalam bacaan. Tahap ini memicu 

siswa untuk menghubungkan berbagai 

konsep yang telah diketahui dengan tujuan 

untuk menyusun suatu jawaban sementara 

dari pertanyaan yang ada.  

Pada pembelajaran TPSW berbasis 

Hybrid Learning, tahap pair 

(mengasosiasikan) yaitu siswa dibagi 

berpasangan dan menyelesaikan pertanyaan 

dan mendiskusikan jawaban yang tepat 

seputar materi. Temuan lain dalam 

penelitian ini seputar kegiatan pair, siswa 

lebih individualisme dalam menjawab 

pertanyaan yang seharusnya dilakukan 

secara berpasangan, siswa lebih senang 

berkompetisi mendahului teman yang 

lainnya dalam menyelesaikan pertanyaan. 

Di awal penelitian ketika guru membagi 

siswa dalam kelompok kecil (berpasangan 

secara acak), siswa cenderung tidak nyaman 

dengan teman pasangannya sehingga lebih 

banyak mengerjakan tugas pair secara 

mandiri. Hal ini dapat terjadi karena 

interaksi siswa hanya terjadi di dalam kelas, 

pembelajaran TPSW berbasis Hybrid 

Learning dapat menjadi solusi minimnya 

interaksi sosial antara siswa dengan siswa, 

maupun antara siswa dengan guru. 

Tahap share yang termasuk dalam 

sintaks pembelajaran TPSW berbasis 

Hybrid Learning ialah mengkomunikasikan 

hasil diskusi berpasangan. Siswa dapat 

mengklarifikasi, menunjukkan adanya 

pembenaran terhadap hasil pair maupun 

yang kurang atau tidak sesuai. Tahap ini 

menambah pemahaman dan informasi baru 

bagi siswa. Keragaman jawaban, perbedaan 

informasi yang diajukan oleh masing-

masing siswa akan terakumulasi dan 

tergeneralisasi membentuk suatu konsep 

yang utuh, sehingga pemahaman dan 

perolehan belajar siswa akan meningkat. 

Tahap write, siswa menulis jurnal 

belajar yang salah satu pokoknya 

menuliskan konsep penting yang telah 

dipahami. Kegiatan meringkas merupakan 

proses identifikasi informasi dan konsep 

penting dari suatu bacaan. Pada saat 

membaca, siswa akan memasukkan dan 

mengakumulasi seluruh konsep yang 

terdapat yang terdapat dalam bacaan. 

Ketika siswa membuat suatu ringkasan 

berdasarkan konsep dari bacaan, ringkasan 

yang tertulis tentunya hanya berisi konsep-

konsep yang dipahami oleh siswa tersebut. 

Tahap ini dapat melatih siswa untuk 

membangun pemahamannya sendiri. 

Implikasinya ialah siswa akan semakin 

memahami konsep dan pengetahuan yang 

ada sesuai dengan tingkat kognitifnya. 

Membuat ringkasan secara simultan 

dan berkelanjutan, akan membimbing siswa 

untuk lebih baik dalam mengkonstruk 

pemahamannya terhadap suatu informasi 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           192 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

dan pengetahuan baru, sehingga hasil 

belajar yang dicapai oleh siswa akan 

semakin maksimal. Pendapat ini diperkuat 

oleh Degeng (1989) yang menyebutkan 

bahwa berbagai penelitian yang telah ada 

menunjukkan, membuat ringkasan dari 

bahan yang telah dibaca memperlihatkan 

perolehan hasil belajar. Hasil ringkasan 

yang ditulis siswa akan membantu 

memudahkan proses berpikirnya dan dapat 

mengelola informasi yang diterimanya 

dengan baik sehingga mereka akan lebih 

dapat memahami konsep yang ada dalam 

bacaannya (Gardner, 2006). Lebih lanjut, 

(Livingstone, 1997) menjelaskan bahwa 

membuat ringkasan akan meningkatkan 

pemahaman siswa dan peningkatan 

perolehan hasil belajar. 

 

PENUTUP 

 

Kesimpulan 

Kesimpulan yang didapatkan adalah 

ada pengaruh pembelajaran Think-Pair-

Share-Write (TPSW) berbasis Hybrid 

Learning terhadap keterampilan 

metakognitif, keterampilan berpikir kreatif, 

dan hasil belajar kognitif siswa.  

 

Saran 

Perlu adanya perencanaan yang baik 

oleh guru agar proses belajar mengajar 

dengan model pembelajaran TPSW 

berbasis Hybrid Learning dapat terlaksana 

dengan baik, sesuai sintaks. 

 

DAFTAR RUJUKAN 

 

Arends, R. I. (2008). Learning to teach. 

Terjemahan: Helly Prajitno Soetjipto. 

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 

Arends, R. I. (2012). Learning to teach, 

Ninth Edition. New York: MacGraw-

Hill Companies, Inc. 

Badan Standar Nasional. (2006). Peraturan 

Menteri Pendidikan Nasional 

Republik Indonesia Jakarta: 

Departemen Pendidikan Nasional. 

Beaumont, R. (2009). Research method and 

experimental design. Retrieved from 

http://www.robinbeaumont.co.uk/virt

ualclassroom/contents.htm 

Corebima, A. D. (2006). Pengertian 

metakognisi. Makalah disampaikan 

pada Pelatihan Strategi Metakognitif 

pada Pembelajaran Biologi untuk 

Guru-guru Biologi SMA di Kota 

Palangkaraya. 

Degeng, N. S. (1989). Ilmu pengajaran: 

Taksonomi variable. Jakarta: Dirjen 

Pendidikan Tinggi, PPLPTK. 

Eggen, P. D. & Kauhack, D. P. (1996). 

Strategies for teachers: Teaching 

content and thingking skills. Boston: 

Allyn and Bacon. 

Gardner, A. (2006). Beyond the lab report: 

why we must encourage more 

writing in biology. Biology Teacher, 

68(6), 325-329.  

Haerullah, A. H. (2012). Pengembangan 

perangkat pembelajaran 

pemberdayaan berpikir melalui 

pertanyaan (PBMP) dan think pair 

share (TPS) serta pengaruh 

penerapannya terhadap metakognisi, 

berpikir kritis, dan sikap sosial siswa 

SD multietnis di Kota Ternate. 

Disertasi tidak diterbitkan. Malang: 

Universitas Negeri Malang. 

Howard, J. B. (2004). Metacognitif inquiry. 

School of Education Elon University. 

Retrieved from http://www.ncsall.net/ 

fileadmin/resources/ann_rev/rall_v5_c

h7_supp.pdf. 

Isna, F. (2010). Penerapan model 

pembelajaran cooperative script 

untuk meningkatkan keterampilan 

metakognitif dan berpikir siswa kelas 

XI IPA 4 SMA Negeri 1 Malang. 

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: 

Universitas Negeri Malang 

Jamaluddin. (2009). Pengaruh 

pembelajaran berpikir melalui 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217
http://www.robinbeaumont.co.uk/virtualclassroom/contents.htm
http://www.robinbeaumont.co.uk/virtualclassroom/contents.htm


JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA                            VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 
(p-ISSN: 2442-3750; e-ISSN: 2527-6204)                                     (Halaman 183-193) 
 
Disubmit: 23 Maret 2017 
Direvisi: 28 Juni 2017 
Disetujui: 15 Juli 2017 

 

Siregar et al., Pengaruh pembelajaran think                           193 
 

Available at http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi 

DOI: 10.22219/jpbi.v3i2.4217 

pertanyaan dipadukan strategi 

kooperatif dan kemampuan akademik 

terhadap keterampilan metakognitif, 

berpikir kreatif, pemahaman konsep 

IPA Biologi, dan retensi siswa SD di 

Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. 

Malang: Universitas Negeri Malang. 

Lee, M. & Baylor, A. L. (2006). Designing 

metacognitive maps for web-based 

learning. Educational Technology & 

Society. 9(1), 344 – 348. 

Livingston, J. A. (1997). Metacognition: An 

overview. Retrieved from http://www. 

gse.bufallo.edu/fas/shuell/cep564 

/metacog.htm. 

Munandar, S. C. U. (1999). Pengembangan 

kreativitas anak berbakat. Jakarta: 

Rineka Cipta. 

Pierce, W. (2004). Metacognition: Study 

strategies, monitoring, and 

motivation. Makalah disampaikan 

pada workshop “A greatly expanded 

text version” di Prince George’s 

Community College. Retrieved from 

http://nsdl.org/resource/2200/2011031

2195943843T. 

Siswati, B. H. (2012). Pengaruh model 

pembelajaran kooperatif numbered 

heads together terhadap keterampilan 

metakognitif dan hasil belajar kognitif 

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Ngoro 

Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. 

Malang: Universitas Negeri Malang 

Slavin, R. E. (2008). Cooperative learning: 

Teori, riset dan praktik. Terjemahan: 

Nurulita. Bandung: Nusa Media. 

Susmono. (2013). Eksperimentasi model 

pembelajaran think-talk-write (TTW) 

dan think-pair-share (TPS) pada 

pokok bahasan dimensi tiga ditinjau 

dari kesulitan belajar siswa kelas X 

SMA Negeri Di Kabupaten Magetan 

Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis 

tidak diterbitkan. Solo: Universitas 

Sebelas Maret. 

 

https://doi.org/10.22219/jpbi.v3i2.4217