PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR.... 

Siti Aisyah dan Yoan Happy Gusmara 

101 
 

 

 

 

PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR INTERNAL 

DI UNIVERSITAS BENGKULU 
 

Siti Aisyah1), Yoan Happy Gusmara2) 

ratu_samban@yahoo.com
1, yoanhappy.yh@gmail.com2. 

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bengkulu 

 

ABSTRACT 
 

Ideally, there is no difference perception between members of an organization toward internal auditor 

roles. This study identified the perception between employees and lecturers of University of Bengkulu; whether 

the internal auditor as audit snoop, consultant, or Management representative. Data is analyzed using 

independent sample t test. The research results show that there are  difference perceptions between employee 

and lecturers toward the role of internal auditor as audit snoop and as a consultant. However, this study found 

no difference perceptions among them on the role of internal auditor as management’s representative. Major 

role of internal auditor according to employee and lecturers at the University of Bengkulu is the role of as a 

consultant. 

 

Key words : Internal Auditor, Role, Audit Snoop, Consultant, Management’s Representative. 
 

PENDAHULUAN 

Latar Belakang  

Auditor internal dibentuk dalam rangka menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan 

bagi organisasi untuk membantu pecapaian efektifitas organisasi serta menyediakan sarana 

analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat, dan informasi sehubungan dengan aktifitas yang 

diaudit dalam organisasi. Tanpa adanya fungsi auditor internal, pimpina kesulitan untuk 

memperoleh informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi. 

Di dalam menjalankan fungsinya, auditor yang melaksanakan proses audit di organisasi 

tidak hanya berasal dari pihak eksternal organisasi saja, namun juga dapat dilakukan oleh 

pihak internal organisasi. Menurut Mulyadi (2013:28) orang atau kelompok orang yang 

melaksanakan audit dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan: auditor independen, auditor 

pemerintah, dan auditor intern. Perusahaan mempekerjakan auditor internal mereka sendiri, 

baik untuk melakukan audit keuangan maupun operasional. Oleh karena auditor internal 

menghabiskan waktu mereka dalam suatu organisasi, maka mereka tahu lebih banyak 

mengenai operasional organisasi dibandingkan auditor eksternal (Arens dkk, 2011:450). 

Audit internal merupakan suatu aktivitas konsultasi yang dikelola secara independen 

dan objektif, yang dirancang sebagai penambah nilai untuk meningkatkan kegiatan 

operasional organisasi. Secara efektif, audit internal menyediakan informasi yang dibutuhkan 

pimpinan dalam menjalankan tanggung jawab. Penilaian secara independen dilakukan audit 

internal pada suatu organisasi untuk menilai kegiatan operasional dengan mengukur dan 

mengevaluasi kecukupan kontrol serta efektivitas dan efisiensi dari kinerja organisasi 

(Sawyer, 2005:7). 

Pada kenyataannya, keberadaan auditor internal dipandang dari banyak sisi oleh pihak 

dalam organisasi. Awalny, auditor internal lebih berperan sebagai pengawas atau mata dan 

telinga manajemen karena manajemen membutuhkan kepastian terkait dengan pelaksanaan 

kebijakan yang telah ditetapkan untuk menghindari tindakan yang menyimpang. Audit 

internal lebih berorientasi pada pelaksanaan tindakan pemeriksaan terhadap tingkat kepatuhan 

para pelaksana dengan ketentuan-ketentuan yang ada dan ini sering dianggap sebagai tindakan 

yang konfrontatif (Tampubolon, 2005:1). 

mailto:Yoanhappy.yh@gmail.com


Jurnal Akuntansi              ISSN 2303-0356 
Vol. 6, No.2. Juni 2016              Hal. 101 - 112 

102 

 

Dewasa ini, fokus utama audit internal mengalami pergeseran menjadi konsultan untuk 

organisasi atau kliennya, yaitu membantu satuan kerja operasional mengelola risiko dengan 

mengidentifikasi masalah-masalah dan memberikan saran untuk tindakan perbaikan yang 

dapat memberikan tambahan nilai sebagai amunisi memperkuat organisasi. Bahkan untuk 

masa yang akan datang diprediksikan peran auditor internal akan menjadi katalisator yang 

akan ikut serta dalam penentuan tujuan dari suatu organisasi (Tampubolon, 2005:2). 

Universitas Bengkulu adalah salah satu Badan Layanan Umum (BLU) yang 

menjalankan usaha secara sehat. Konsekuensi dari status ini, mengharuskan Universitas 

Bengkulu memiliki unit pengawasan internal. Keberadaan unit ini seiring dengan umur status 

BLU yag disandang. Penelitian ini difokuskan untuk melihat persepsi seluruh pegawai yang 

terdiri dari tenaga pendidik dan tenaga pendidikan di Universitas Bengkulu atas peran auditor 

internal. Adapun variabel yang menjadi ukuran peran auditor internal dalam penilitian ini 

adalah Audit Snoop, Consultant, dan Management’s Representative. Dengan menggunakan 

ukuran tersebut, diharapkan persepsi kedua tipe karyawan atas peran auditor internal adalah 

sama. 

Menurut Ikhsan (2005:93) persepsi adalah bagaimana orang-orang melihat atau 

menginterpretasikan peristiwa, objek, serta manusia. Orang-orang bertindak atas dasar 

persepsi mereka dengan mengabaikan apakah persepsi itu mencerminkan kenyataan yang 

sebenarnya. Pada kenyataannya, setiap orang memiliki persepsinya sendiri atas suatu 

kejadian. Uraian kenyataan seseorang mungkin jauh berbeda dengan uraian orang lain. 

Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya 

dalam memperoleh dan menginterpretasikan stimulus yang ditunjukkan oleh pancaindra. 

Dengan kata lain, persepsi merupakan kombinasi antara faktor utama dunia luar (stimulus 

visual) dan diri manusia itu sendiri (pengetahuan-pengetahuan sebelumnya). 

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Listiatik (2007) menyebutkan bahwa peran 

auditor internal menimbulkan perbedaan persepsi karyawan Rumah Sakit Panti Rini. Ada 

beberapa karyawan memiliki persepsi bahwa auditor internal sebagai kawan karena 

menganggap dengan keberadaan auditor internal sebagai konsultan dan katalisator yang dapat 

memberikan kontribusi berupa saran atau masukan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Di 

sisi lain, ada sebagian karyawan yang memiliki persepsi bahwa auditor internal adalah lawan 

karena melihat peran sebagai pengawas yang dijalankan auditor internal seperti layaknya 

polisi yang melakukan pemeriksaan. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh 

Tjahyono (2010) mengenai analisis peran auditor internal di Perguruan Tinggi Swasta 

Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa peran auditor internal yang paling berperan 

adalah sebagai Consultant. Akan tetapi, berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh 

Priantinah dkk (2012) di Hotel Inna Garuda Yogyakarta yang menunjukkan bahwa peran 

auditor yang paling berperan adalah sebagai pengawas. 

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan Tjahyono (2010). Perbedaan 

dengan penelitian sebelumnya adalah responden yang digunakan dalam penelitian dan 

variabel yang menjadi ukuran peran auditor internal. Adapun dalam penelitian Tjahyono 

(2010), responden yang digunakan dalam penelitian adalah pihak Yayasan, Rektorat, Kepala 

Biro atau Unit, dan struktural Fakultas dan variabel untuk peran auditor internalnya adalah 

sebagai Watchdog, Consultant, dan Catalyst. Sedangkan responden yang digunakan dalam 

penelitian ini adalah Pegawai Tenaga Pendidik dan Pegawai Kependidikan dan variabel untuk 

peran auditor internalnya adalah sebagai Audit Snoop, consultan, Management’s 

Representative. 

 

 

 

 



PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR.... 

Siti Aisyah dan Yoan Happy Gusmara 

103 
 

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS 

 

Teori Persepsi 

Menurut Kreitner (2003:208) “Persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan kita dapat 

menafsirkan dan memahami lingkungan di sekitar kita”. Penafsiran tersebut merupakan 

pandangan kita tentang lingkungan atau tempat di mana kita berada. Menurut Suharnan (2005: 

23) persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki (yang disimpan 

di dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan menginterpretasi stimulus 

(rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti mata, telinga dan hidung. 

Menurut Sunaryo (2004), persepsi merupakan proses diterimanya rangsangan melalui 

panca indera yang didahului oleh perhatian (attention), sehingga individu sadar tentang 

sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Melalui Persepsi, dapat diketahui 

perubahan perilaku seseorang. Setiap individu kadang-kadang memiliki persepsi yang berbeda 

walaupun mengamati objek yang sama. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi 

Persepsi dikatakan rumit dan aktif karena walaupun persepsi merupakan pertemuan antara 

proses kognitif ddan kenyataan, persepsi lebih banyak melibatkan kegiatan kognitif. Persepsi 

lebih banyak dipengaruhi oleh kesadaran, ingatan, pikiran, dan bahasa. Dengan demikian, 

persepsi bukanlah cerminan yang tepat dari realitas (Ikhsan, 2010: 94). 

Dari beberapa definisi persepsi, dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap individu 

mengenai suatu objek atau peristiwa tergantung pada dua faktor, yaitu faktor dalam diri 

seseorang (aspek kogniti) dan faktor dunia luar (aspek stimulus visual). Robbins (2008: 175), 

mengemukakan bahwa sejumlah faktor beroperasi untuk membentuk dan terkadang 

mengubah persepsi, dalam diri objek atau target yang diartikan, atau dalam konteks situasi di 

mana persepsi tersebut dibuat. 

Sedangkan menurut Robbins (2008: 46), faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi 

individu, meliputi: Pertama; Faktor pelaku persepsi. Apabila seorang individu memandang 

suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi oleh 

karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual itu. Kebutuhan atau motif 

yang tidak dipuaskan dapat merangsang individu dan dapat merupakan suatu pengaruh yang 

kuat pada persepsi mereka. Oleh karena kepentingan individu berbeda-beda, maka apa yang 

dipersepsikan oleh satu orang dalam situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan 

orang lain. Faktor ini berkaitan dengan sikap, motif, kepentingan, pengalaman, dan 

pengharapan.  

Kedua; Faktor objek. Karakteristik-karakteristik dalam target yang diamati, dapat 

mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Objek atau peristiwa yang belum pernah dialami 

sebelumnya akan lebih mencolok dari pada yang pernah dialami masa lalu. Di samping itu, 

objek-objek yang berdekatan satu dengan yang lain cenderung dipersepsikan bersama-sama. 

Sebagai akibat dari kedekatan fisik atau waktu, sering individu menggabungkan objek-objek 

yang sebenarnya tidak berkaitan. Faktor objek meliputi: ukuran, intensitas dan kontras atau 

pertentangan. Ketiga; Faktor situasi. Tekanan waktu, sikap orang lain, lingkungan kerja, 

lingkungan social, dan faktor-faktor situasi lain mempengaruhi persepsi. 

 

Auditor internal 

Pemeriksa intern (Internal Auditing) adalah aktivitas penilaian yang independen untuk 

setiap kegiatan operasional, lini dan staf organisasi dalam perusahaan (Halim, 1992). Dalam 

penelitian ini penulis menggunakan istilah Pemeriksaan Intern, Pengawasan Internal, Internal 

Auditing dan Audit Internal. Istilah-istilah tersebut mempunyai arti dan maksud yang sama 

yaitu pemeriksaan yang dilakukan dari dalam organisasi yaitu pegawai organisasi yang 

bersangkutan. 



Jurnal Akuntansi              ISSN 2303-0356 
Vol. 6, No.2. Juni 2016              Hal. 101 - 112 

104 

 

Dalam melaksanakan tugasnya, audit internal tidak hanya melaksanakan pemeriksaan 

untuk menemukan kelemahan yang terdapat pada unit-unit yang ada apakah sudah sesuai 

dengan apa yang telah digariskan atau belum melainkan juga memberikan rekomendasi 

perbaikan-perbaikan pada setiap penyimpangan yang terjadi sehingga dapat berjalan sesuai 

apa yang telah ditetapkan. Tugas dari audit internal adalah membantu organisasi untuk 

mencapai tujuan perusahaan melalui sistem yang ditetapkan dan memastikan rencana dari 

perusahaan tersebut telah dijalankan serta informasi yang digunakan relevan. Demikian pula 

sistem pengendaliannya apakah sudah cocok dengan program organisasi serta penerapannya 

pada organisasi tersebut. Sedangkan fungsi audit internal adalah sebuah fungsi penilaian 

independen dalam suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-

kegiatan organisasi untuk memberikan saran-saran kepada manajemen dengan tujuan untuk 

membantu semua tingkatan manajemen agar tanggung jawabnya dapat dilaksanakan secara 

efisien dan efektif (Tugiman, 1995:11). 

Kegiatan audit internal menguji dan menilai efektivitas dan kecukupan sistem 

pengendalian internal yang ada dalam organisasi. Tanpa fungsi audit internal, pimpinan 

organisasi tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi, 

mengingat pengertian audit internal adalah: “Internal Auditing is an independent appraisal 

function esthablished within an organization to examine and evaluate its activities as a 

service to the organization (Sawyer 2003:8).” 

Redefinisi audit internal yang telah ditetapkan oleh IIA Board of Directors pada bulan 

juni 1999 adalah :“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting 

activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an 

organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to 

evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance 

process”. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan 

pendekatan secara sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan 

efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan kontrol dan pengelolaan organisasi (Sawyer 

2003:9). 

Peran auditor internal dalam organisasi 

Dalam sebuah organisasi fungsi manajemen berawal dari perencanaan, 

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Untuk menjalankan sistem pengendalian, 

manajer puncak dalam sebuah organisasi dibantu oleh auditor internal dalam menjalankan 

tugasnya dalam mengendalikan sebuah organisasi. Auditor internal adalah orang-orang yang 

bekerja pada organisasi untuk mengevaluasi, menilai dan memberikan saran-saran kepada 

manajemen organisasi tersebut. Peran auditor internal antara lain menaksir dan menghitung 

risiko yang akan terjadi dalam berbagai aktivitas yang terjadi dalam organisasi, melakukan 

tugas lain yang diminta secara khusus oleh manajemen, juga mempunyai waktu untuk 

konsultasi dan memecahkan masalah bila diminta oleh bagian lain dari organisasi tersebut. 

Selain itu peran auditor internal menurut Tampubolon (2005:1-2) adalah sebagai 

berikut: Pertama, peran konvensional auditor sebagai pengawas. Pada awalnya audit internal 

dikenal sebagai pendekatan berbasis pada sistem yang dalam perkembangan selanjutnya 

beralih keaudit internal berbasiskan proses. Pada saat itu audit internal masih banyak berperan 

sebagai mata dan telinga menajemen dikarenakan pihak manajemen memerlukan kepastian 

bahwa semua kebijakan yang telah ditetapkan dapat berjalan sesuai apa yang telah digariskan 

atau dengan kata lain tidak akan dilaksanakan secara menyimpang juga oleh para pegawai. 

Orientasi audit internal banyak dilakukan pemeriksaan terhadap tingkat ketentuan-ketentuan 

yang ada atau audit kepatuhan. Peran dari fungsi pengawasini secara berangsur ditinggalkan. 

Kedua, peran auditor sebagai konsultan. Dalam perkembangan audit, muncul audit 

berbasiskan resiko yang disebabkan karena banyak usaha yang memiliki resiko yang tinggi. 

Maka selain sebagai pemeriksa, audit internal berfungsi juga sebagai mitra manajemen yang 



PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR.... 

Siti Aisyah dan Yoan Happy Gusmara 

105 
 

berperan sebagai konsultan yang mempunyai tugas untuk memberikan masukan berbagai 

masalah yang berhubungan dengan sumber daya yang dimiliki dalam organisasi tersebut. 

Selain itu dikarenakan keterbatasan sumber daya yang tersedia maka operasional auditnya 

bersifat jangka menengah. Audit ini memfokuskan pada pengelolaan resiko dengan 

mengidentifikasi masalah serta memberikan saran-saran sebagai nilai tambah sehingga dapat 

memperkuat organisasi tersebut. 

Ketiga, peran auditor internal sebagai katalisator. Seiring berkembangnya semua aspek 

dalam kehidupan, berkembang pula bermacam resiko yang berasal dari dalam maupun dari 

luar organisasi (perusahaan) yaitu banyaknya pesaing, maka audit internal dimungkinkan 

berperan serta menentukan tujuan dari perusahaan tersebut. Proses auditnya disebut quality 

assurance dan bersifat jangka panjang karena ikut menanamkan nilai-nilai yang sangat 

mendasar sesuai konsep quality management yang menjadi pegangan karyawan. 

Peran auditor internal sebagai audit snoop 

Penelitian yang dilakukan oleh Listiatik (2007) menyebutkan bahwa peran auditor 

internal menimbulkan perbedaan persepsi karyawan Rumah Sakit Panti Rini. Ada beberapa 

karyawan memiliki persepsi bahwa auditor internal sebagai kawan karena menganggap 

dengan keberadaan auditor internal sebagai konsultan dan katalisator yang dapat memberikan 

kontribusi berupa saran atau masukan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Di sisi lain, ada 

sebagian karyawan yang memiliki persepsi bahwa auditor internal adalah lawan karena 

melihat peran sebagai pengawas yang dijalankan auditor internal seperti layaknya polisi yang 

melakukan pemeriksaan.  

Begitupun penelitian yang dilakukan oleh Priantinah dkk (2012) persepsi karyawan 

tentang peran auditor internal sebagai pengawas, konsultan dan katalisator Dalam pencapaian 

tujuan perusahaan studi kasus di hotel inna garuda Yogyakarta di Hotel Inna Garuda 

Yogyakarta yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi atas peran auditor internal, 

yang paling berperan adalah sebagai Pengawas. Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai 

berikut: 

Ho1 : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara pegawai tenaga pendidik dan pegawai 

kependidikan atas peran auditor internal sebagai audit snoop di BLU Universitas 

Bengkulu 

Peran audit internal sebagai consultant 
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tjahyono (2010) mengenai analisis peran 

auditor internal di Perguruan Tinggi Swasta Universitas Sanata Dharma menunjukkan bahwa 

terdapat perbedaan persepsi atas peran auditor internal, yang paling berperan adalah sebagai 

Consultant. Penelitian yang dilakukan oleh Krisna (2016) mengenai persepsi karyawan pada 

unit auditor internal di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten menyimpulakan bahwa terdapat 

perbedaan persepsi antara karyawan dimana peran sebagai Consultant yang mendapat 

peringkat pertama. 

Penelitian Sugiarti (2015) mengenai persepsi peran auditor internal di PT.XYZ 

menyimpulkan bahwa tidak ditemukan perbedaan persepsi yang signifikan antara auditor 

internal dan auditee terhadap aktivitas audit internal. Kesamaan persepsi antara auditor 

internal dan auditee tersebut merupakan salah satu faktor yang menyebabkan aktivitas audit 

internal berjalan dengan efektif. Oleh karena itu dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 

Ho2 : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara pegawai tenaga pendidik dan pegawai 

kependidikan atas peran auditor internal sebagai consultant di BLU Universitas 

Bengkulu. 

 



Jurnal Akuntansi              ISSN 2303-0356 
Vol. 6, No.2. Juni 2016              Hal. 101 - 112 

106 

 

Peran audit internal sebagai management’s representative 
Berdasarkan hasil penelitian menurut Citriadi (2015) terdapat perbedaan persepsi antara 

karyawan. Peran auditor sebagai pengawas mendapatkan frekuensi sebesar 67,1%, sedangkan 

untuk peran auditor internal sebagai konsultan mendapat frekuensi sebesar 79,3%, dan untuk 

peran auditor sebagai katalisator mendapat frekuensi sebasar 82,9%. Jadi, dapat disimpulkan 

bahwa persepsi auditee mengindikasikan bahwa peran auditor internal dalam bidang 

perbankan sudah cukup efektif dalam pelaksanaannya. Begitupun penelitian yang dilakukan 

oleh Budiman (2015) mengenai persepsi manajer perusahaan terhadap fungsi audit internal 

yang bernilai tambah menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi, sebagian besar 

responden setuju bahwa auditor internal yang ada diperusahaannya mampu memberikan 

aktivitas bernilai tambah untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak hanya 

berperan sebagai pengawas yang hanya mencari-mencari masalah dari perusahaan. 

Ho3 : Tidak terdapat perbedaan persepsi antara pegawai tenaga pendidik dan pegawai 

kependidikan atas peran auditor internal sebagai management’s representative di BLU 

Universitas Bengkulu 

 

METODE PENELITIAN 

 

Populasi Dan Sampel Penelitian 

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Aparatur Sipil Negara dan pegawai 

honorer yang ada di Universitas Bengkulu.  Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 

pegawai tenaga pendidik dan kependidikan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini 

adalah menggunakan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, 

yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut. 

Kelompok 1 adalah Pegawai Tenaga Pendidik yang merupakan pegawai Aparatur Sipil 

Negara dengan tugas tambahan seperti Dekan, wakil Dekan, dan Ketua Jurusan atau prodi S1 

di Universitas Bengkulu. Kelompok 2adalah Pegawai Kependidikan yang merupakan pegawai 

Aparatur Sipil Negara dan pegawai non pns yang ada di bagian keuangan Universitas 

Bengkulu. 

 

 

Variabel Penelitian, Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel 
Dari variabel yang telah digambarkan pada kerangka pemikiran dalam penelitian ini, 

definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut. 

1. Peran auditor sebagai audit snoop; Peran audit snoop bertujuan untuk memastikan ketaatan 
atau kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Audit 

yang dilakukan adalah compliance audit dan apabila terdapat penyimpangan dapat 

dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian manajemen. Peran audit snoop biasanya 

menghasilkan saran atau rekomendasi yang mempunyai impact jangka pendek, misalnya 

perbaikan sistem dan prosedur atau internal control. 

2. Peran auditor sebagai consultant; Peran  sebagai consultant diharapkan dapat memberikan 
manfaat berupa nasehat dalam pengelolaan sumber daya organisasi sehingga dapat 

membantu tugas para manajer operasional. audit yang dilakukan adalah operational audit 

atau performa audit, yaitu meyakinkan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya 

organisasi secara ekonomis, efisien dan efektif sehingga dapat dinilai apakah manajemen 

telah menjalankan aktivitas organisasi yang mengarah pada tujuannya. 

3. Peran auditor sebagai management’s representative; Peran auditor internal sebagai 
management’s representative berkaitan dengan quality assurance, sehingga auditor 

internal diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko yang 

mengancam pencapaian tujuan organisasi. Quality assurance bertujuan untuk meyakinkan 



PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR.... 

Siti Aisyah dan Yoan Happy Gusmara 

107 
 

bahwa proses bisnis yang dijalankan telah menghasilkan produk atau jasa yang dapat 

memenuhi kebutuhan customer. Dalam peran management’s representative, auditor 

internal bertindak sebagai fasilitator dan agent of change.  Impact dari peran management’s 

representative bersifat jangka panjang, karena fokus katalis adalah nilai jangka panjang 

dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat memenuhi 

kepuasan stakeholder. Penerapan risk management dan risk based audit adalah salah satu 

contoh peran auditor internal sebagai management’s representative. 

Metode Analisis Data 

Uji Kualitas Data 

Menurut Ghozali (2006), kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian 

dapat dievaluasi melalui uji reliabilitas dan uji validitas. Pengujian tersebut masing-masing 

untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. 

 

Uji Validitas  

Uji validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu 

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan 

sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas yang digunakan dalam 

menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan tata skor setiap 

konstruknya (Ghozali, 2006). Pengujian ini menggunakan metode pearson correlation. Untuk 

melihat tingkat validitas digunakan taraf signifikan 5%. Kriteria yang diterapkan dalam 

menentukan validitas data adalah dengan melihat signifikansi r hitung (koefisien dan korelasi) 

pada taraf signifkansi 5%. Dikatakan valid apabila korelasi antar skor masing-masing butir 

pertanyaan dengan total skor setiap konstruknya berbeda pada level di bawah 5%, sehingga 

alat ukur dinyatakan valid jika nilai signifikansinya < 0,05 (Ghozali, 2006).  

 

Uji Reliabilitas  

Pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur bahwa instrumen yang digunakan 

benar-benar menghasilkan data yang bebas dari kesalahan. Suatu instrumen dikatakan reliabel 

jika jawaban terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Teknik yang 

digunakan untuk mengukur reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Variabel 

tersebut akan dikatakan reliabel bila cronbach alpha-nya memiliki nilai lebih besar dari 0,60 

(Ghozali, 2006). 

Uji Normalitas 

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu 

atau  residual  memiliki distribusi normal. Uji normalitas ini digunakan untuk semua 

hipotesis. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak 

yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pengujian  normalitas  data dengan analisis 

statistik salah satunya dilakukan  dengan  menggunakan  uji statistik non-parametric 

kolmogorov-smirnov (K-S). 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

Deskriptif  Data Penelitian 

Sampel dalam penelitian ini adalah pegawai tenaga pendidik yang mempunyai tugas 

tambahan, dan pegawai tenaga kependidikan yang bekerja di bagian keuangan. Pegawai 

tenaga pendidik yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari Dekan, wakil Dekan, 

Ketua Jurusan atau Ketua Prodi yang berjumlah keseluruhan 74 responden. Sedangkan tenaga 

kependidikan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap dan 



Jurnal Akuntansi              ISSN 2303-0356 
Vol. 6, No.2. Juni 2016              Hal. 101 - 112 

108 

 

pegawai tidak tetap yang bekerja di bagian keuangan rektorat dan fakultas-fakultas yang 

berjumlah keseluruhan 60 responden. Sampel penelitian ini terdiri dari 74 responden tenaga 

pendidik dan 60 responden tenaga kependidikan disajikan dalam tabel berikut  

Tabel 1.  

Sampel Penelitian 

 

Unit/Fakultas/Subbag 

Pegawai Tenaga 

Pendidik 

Pegawai Tenaga 

Kependidikan 

Bagian Rektorat - 20 

Fakultas Keguruan dan Ilmu 

Pendidikan 

16 8 

Fakultas Hukum 7 4 

Fakultas Ekonomi dan Bisnis 7 9 

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 11 5 

Fakultas Pertanian 12 5 

Fakultas Matematika dan Ilmu 

Pengetahuan Alam 

8 2 

Fakultas Teknik 8 3 

Fakultas Kedokteran 5 4 

Total  74 60 

 

Statistik Deskriptif 

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan pada Tabel  berikut : 

Tabel 2.  

Statistik Deskriptif Pegawai Tenaga Pendidik 

Variabel 

Kisaran 

Teoritis 
Mean 

Teoritis 

Kisaran 

Aktual 
Mean 

Aktual 

Standar 

Deviasi 
Min Max Min Max 

AS 8 40 24 20 35 27,45 3,605 

CS 8 40 
24 19 39 31,32 3,929 

MR 8 40 24 21 39 31,15 4,282 

 

Tabel 3.  

Statistik Deskriptif Pegawai Tenaga Kependidikan 

Variabel 

Kisaran 

Teoritis 
Mean 

Teoritis 

Kisaran 

Aktual 
Mean 

Aktual 

Standar 

Deviasi 
Min Max Min Max 

AS 8 40 24 18 35 27,64 3,874 

CS 8 40 24 19 40 31,58 4,293 

MR 8 40 24 19 39 31,18 5,078 

 

Hasil Pengujian Hipotesis 

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga peneliti menggunakan independent 

sample t test. Hasil pengujian hipotesis tersebut disajikan dalam Tabel berikut ini : 



PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR.... 

Siti Aisyah dan Yoan Happy Gusmara 

109 
 

 

 

Tabel 4.  

Hasil Pengujian Hipotesis 1, 2, dan 3 

Keterangan 
Sig Levene’s 

Test 
t tabel Signifikan 

AS1-AS2 0,000 -0,7927 0,000 

CS1-CS2 0,401 10,375 0,000 

MR1-MR2 0,920 -0,474 0,637 

 

Hasil uji beda pada tabel 3 diatas menunjukkan nilai signifikan dengan masing - 

masing variabel pegawai tenaga pendidik dan pegawai tenaga kependidikan. Untuk variabel 

audit snoop, dapat dilihat nilai signifikannya sebesar 0,000. Nilai ini sesuai dengan kriteria p-

value < 0,05. Artinya hipotesis H01 ditolak, yang berarti terdapat perbedaan persepsi atas 

peran auditor internal yang diproksikan dengan audit snoop antara pegawai tenaga pendidik 

dan pegawai tenaga kependidikan. 

Untuk variabel consultant nilai signifikan sebesar 0,000. Sama halnya dengan variabel 

audit snoop, nilai signifikan variabel consultant juga sesuai dengan kriteria p-value < 0,05. 

Artinya hipotesis H02 ditolak, yang berarti terdapat perbedaan persepsi atas peran auditor 

internal yang diproksikan dengan consultant  antara pegawai tenaga pendidik dan pegawai 

tenaga kependidikan. 

Untuk variabel management representative’s nilai signifikan sebesar 0,637. Berbeda 

dengan variabel-variabel sebelumnya, variabel management representative’s memiliki nilai 

signifikan yang lebih besar dari 0,05. Nilai ini sesuai dengan kriteria p-value > 0,05. Artinya 

hipotesis H03 diterima, yang berarti tidak terdapat perbedaan persepsi atas peran auditor 

internal yang diproksikan dengan management representative’s antara pegawai tenaga 

pendidik dan pegawai tenaga kependidikan. 

Pembahasan 

Pengujian pertama pada hipotesis Ho1 bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat 

perbedaan persepsi pegawai tenaga pendidik dan pegawai tenaga kependidikan atas peran 

auditor internal di Universitas Bengkulu. Peran auditor internal ini diproksikan dengan audit 

snoop. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan terdapat perbedaan persepsi mengenai 

peran audit internal sebagai audit snoop pegawai tenaga pendidik dan pegawai tenaga 

kependidikan di Universitas Bengkulu. Perbedaan persepsi ini menunjukkan bahwa pegawai 

tenaga pendidik dan pegawai tenaga kependidikan dibekali pengetahuan dan pengalaman 

yang berbeda sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda pula terhadap peran audit 

internal sebagai audit snoop.  

Peran auditor internal sebagai audit snoop menurut persepsi pegawai tenaga pendidik 

maupun pegawai tenaga kependidikan menempati peringkat ketiga sebagai peran audit 

internal yang sangat berperan di Universitas Bengkulu dengan nilai rata-rata 27,45 dan 27,64. 

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tjahyono (2010) yang 

menyatakan bahwa peran audit sebagai audit snoop menempati peringkat ketiga di perguruan 

tinggi swasta Universitas Sanata Dharma. Pengujian kedua pada hipotesis Ho2 bertujuan untuk 

membuktikan apakah terdapat perbedaan persepsi pegawai tenaga pendidik dan pegawai 

tenaga kependidikan atas peran auditor internal di Universitas Bengkulu. Peran audit internal 

ini diproksikan dengan consultant. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan terdapat 

perbedaan persepsi mengenai peran audit sebagai consultant menurut pegawai tenaga 

pendidik dan pegawai tenaga kependidikan di Universitas Bengkulu. Perbedaan persepsi ini 



Jurnal Akuntansi              ISSN 2303-0356 
Vol. 6, No.2. Juni 2016              Hal. 101 - 112 

110 

 

menunjukkan bahwa pegawai tenaga pendidik dan pegawai tenaga kependidikan dibekali 

pengetahuan dan pengalaman yang berbeda sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda 

pula terhadap peran audit internal sebagai consultant. 

Peran auditor internal sebagai consultant  menurut persepsi pegawai tenaga pendidik 

maupun pegawai tenaga kependidikan menempati peringkat pertama sebagai peran audit 

internal yang sangat berperan di Universitas Bengkulu dengan nilai rata-rata 31,32 dan 31,58. 

  Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tjahyono, (2010) yang 

menyatakan bahwa peran audit sebagai consultant menempati peringkat pertama di perguruan 

tinggi swasta Universitas Sanata Dharma. 

  Pengujian kedua pada hipotesis Ho3 bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat 

perbedaan persepsi pegawai tenaga pendidik dan pegawai tenaga kependidikan atas peran 

auditor internal di Universitas Bengkulu. Peran audit internal ini diproksikan dengan 

management’s representative. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan tidak terdapat 

perbedaan persepsi mengenai peran audit sebagai management’s representative menurut 

pegawai tenaga pendidik dan pegawai tenaga kependidikan di Universitas Bengkulu. 

  Peran auditor internal sebagai management’s representative menurut persepsi pegawai 

tenaga pendidik maupun pegawai tenaga kependidikan menempati peringkat kedua sebagai 

peran audit internal yang sangat berperan di Universitas Bengkulu dengan nilai rata-rata 31,15 

dan 31,18. 

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Priantinah dkk 

(2012) yang menyatakan bahwa peran audit sebagai management’s representative menempati 

peringkat ketiga dalam pencapaian tujuan perusahaan. 

 

PENUTUP 

 

Simpulan 

Peran auditor internal dalam sebuah organisasi, seharusnya dan idealnya dipersepsikan sama 

oleh seluruh anggota organisasi. Jika terdapat perbedaan, maka peran auditor internal belum 

sepenuhnya dipahami oleh seluruh anggota organisasi.  

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih terdapat perbedaan persepsi antara tenaga 

pendidik dan tenaga pendidik  atas peran internal auditor di universitas Bengkulu. Untuk 

mencapai pemahaman yang sama, maka dibutuhkan upaya dari manajemen dan unit audit 

internal untuk memberikan informasi dan sosialisasi sehingga setiap anggota organisasi 

memahami peran auditor internal.    

 

Implikasi Penelitian 

Hasil penelitian tentang budaya organisasi, konflik peran serta ambiguitas terhadap 

akuntabilitas publik yang dimoderasi oleh komitmen organisasi di Universitas Bengkulu ini 

mempunyai implikasi sebagai berikut: 

1. Dapat menjadi pertimbangan Pimpinan Universitas Bengkulu untuk meningkatkan peran 
audit internal sebagai audit snoop sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimal 

dalam membantu pencapaian tujuan organisasi. 

2. Dapat menjadi pertimbangan bagi Universitas Bengkulu untuk lebih memperhatikan dan 
memaksimalkan kegiatan audit internal dengan peran sebagai consultant sehingga dapat 

memberikan masukan dan pemikiran dalam membantu pencapaian organisasi serta dapat 

menunjang efektivitas pengendalian atas kegiatan-kegiatan yang berjalan di Universitas 

Bengkulu. 

3. Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu dalam memberikan masukan bagi 
Universitas Bengkulu dalam menentukan tujuan organisasi dengan memaksimalkan kinerja 



PERSEPSI PEGAWAI ATAS PERAN AUDITOR.... 

Siti Aisyah dan Yoan Happy Gusmara 

111 
 

peran audit internal sebagai Management’s Representative walaupun dalam menerapkan 

peran ini secara penuh membutuhkan waktu yang cukup panjang.  

4. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti 
dan mengkaji permasalahan yang sama, sehingga dapat memperkaya ilmu pengetahuan. 

Keterbatasan Penelitian 

Penelitian selanjutnya dapat menambah data dari hasil wawancara mendalam (metode 

triangulation) dan memperluas sampel penelitian.  

 

DAFTAR PUSTAKA 

 

Arens, A. Alvin, Loebbecke, James. K, 2011. Auditing: Pendekatan Terpadu. (Alih Bahasa 

Yusuf, Amir Abadi) Edisi I. Jakarta: Salemba Empat. 

Budiman, S. T., 2015. Persepsi Manajer Perusahaan Terhadap Fungsi Audit Internal yang 

Bernilai Tambah. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Katolik Widya Mandala. 

Surabaya. 

Citriadi, Andi Sederajat (2015). Persepsi Auditee terhadap Peran Auditor Internal dalam 

Pencapaian Tujuan Organisasi (studi kasus pada pt bank sulselbar). Skripsi. Tidak 

dipublikasikan. Universitas Hasanuddin. Makassar. 

Ghozali, I., 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan Penerbit 

Universitas Diponegoro, Semarang. 

Halim, A., 1992. Hubungan Koordinasi Antara Auditing Eksternal dan Internal, Jurnal 

Akuntansi dan Manajemen , Edisi Oktober 1992. 

Ikhsan, A. dan Ishak, M.,  2005. Akuntansi Keprilakuan. Salemba Empat: Jakarta. 

Kreitner, R., dan  Kinicki., A., 2003. Perilaku organisasi (Organizational Behaviour). 

Jakarta: Salemba Empat. 

Krisna, L.W.,  2016. Persepsi Karyawan pada Unit Auditor Internal (Sstudi Kasus di RSUP 

Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten). Tidak dipublikasikan. Skripsi. Universitas Sanata 

Dharma. Yogyakarta 

Listiatik. 2007. Persepsi Keryawan Tentang Auditor Internal pada Rumah Sakit Panti Rapih. 

Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma.Yogyakarta. 

Mulyadi. 2013. Auditing, Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat. 

Priantinah, D dan  Adhisty, M.C.,  2012. Persepsi karyawan tentang peran auditor internal 

sebagai pengawas, konsultan dan katalisator dalam pencapaian tujuan perusahaan. 

Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta. 

Robbins, S.P.,  2008. Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh. Diterjemahkan oleh Diana 

Angelina. Jakarta: Salemba Empat. 

Ronald, D.R.,  2006. Peranan Audit Internal pada PT. General electric Indonesia. Skripsi. 

Tidak dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. 

Sawyer, L.B., 2005. Internal Auditing. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. 

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi. 

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 

(http://books.google.co.id). Diakses pada 20 November 2015. 

http://books.google.co.id/


Jurnal Akuntansi              ISSN 2303-0356 
Vol. 6, No.2. Juni 2016              Hal. 101 - 112 

112 

 

Tampubolon, R.,  2005. Risk and System-Based Internal Audit. Jakarta: Elex Media 

Komputindo. 

Tjahyono, B., 2010. Analisis Peran Auditor Internal di Perguruan Tinggi Swasta Universitas 

Sanata Dharma. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Universitas Sanata Dharma. 

Yogyakarta.  

Tugiman, H., 1995). Pengenalan Internal Audit. Yogyakarta: kanisius.