Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 53 PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK TERHADAP SENSITIVITAS ETIS MAHASISWA AKUNTANSI Yeyen Gustriana1), Darman Usman2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu Yeyen12@gmail.com 1) , darman_usman@yahoo.com 2) ABSTRACT The aim of this research is to know implementation of etchic learning and academic environmnet at universty of Bengkulu. This study predicted the implementation of business etchic learning which based on integrated business ethic subject, lecturer’s knowledge, and learning method which would improve the sensitivity of university student. In addition, this study also predicted other factors which influenced the ethic sensitivity of university student, there are academic environment which described from lecturer and student’s interaction and student interaction with the other student. This research is empirical research with quantitatif approach that involves the use of statistical analysis, this research uses primary data. Tool used in this research is multiple linear regresion with SPSS version 16. The results showed that the variables of lecturer’s knowledge and learning method has an positive influence on the ethical sensitivity of accounting students. Variables ethic subject, lecturer interaction and student interaction is not proved effect on the ethical sensitivity of accounting students. Keywords : ethic learning, ethic sensitivity, academic environment. PENDAHULUAN Banyak sekali kasus pelanggaran etika yang terjadi, seperti peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut pada tahun 2001, etika bisnis menjadi pokok bahasan dibalik peristiwa tersebut. Beberapa peristiwa skandal korporasi yang lainnya juga tidak lepas dari tindakan para pemimpin perusahaan yang menyalahi hukum dan etika. Beberapa perusahaan yang terlibat dalam skandal-skandal tersebut antara lain: Enron, WorldCom, Tyco, Rite Aid, Sunbeam, Waste Management, Health South, Global Crossing, Arthur Andersen, Ernest & Young, KPMG, dan lain lain (Desjardins, 2011:3). Penyebab runtuhnya perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat mayoritas diakibatkan oleh adanya manipulasi pembukuan yang dilakukan oleh akuntan (Sunarsip 2002). Di Indonesia telah banyak bermunculan perilaku tidak etis profesi akuntan yang merugikan banyak pihak, baik yang dilakukan oleh auditor, manajer perusahaan, bahkan akuntan pemerintahan. Sebagai contoh, keterlibatan 10 KAP yang terbukti telah melakukan praktik kecurangan akuntansi dengan mengeluarkan laporan audit palsu yang mengungkapkan bahwa laporan keuangan 37 bank dalam keadaan sehat. Selain itu, skandal etis juga melibatkan beberapa perusahaan di Indonesia, seperti PT Kimia Farma dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa (HT&M), PT TELKOM dengan KAP Eddy Pianto, PT KAI, KAP Johan Malonda & Rekan dengan PT Great River International Tbk tahun 2003, KAP Biasa Sitepu dengan perusahaan Raden Motor tahun 2009, serta kasus mafia pajak yang dilakukan oleh Gayus Tambunan sebagai akuntan internal pemerintahan tahun 2010. mailto:Yeyen12@gmail.com mailto:darman_usman@yahoo.com PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 54 Dunia pendidikan sangat berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Ali, 1991). Begitu juga dengan pendidikan akuntansi yang sangat berperan dalam menyediakan sumber daya manusia dalam profesi akuntan. Sapariyah dkk. (2015) mengungkapkan bahwa proses pendidikan yang terjadi dalam lembaga pendidikan akuntansi menyediakan mahasiswa akuntansi sebagai input yang memiliki keterkaitan dengan akuntan yang dihasilkan sebagai output. Program pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan rerangka nilai, etika dan sikap etis untuk melatih calon-calon akuntan professional, sehingga bisa bertindak secara etis di tengah kepentingan profesi dan masyarakat. Pemerintah menerbitkan Perpres No. 08 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Bidang Pendidikan Tinggi. Kerangka ini menjadi acuan dalam penyusunan capaian pembelajaran lulusan dari setiap jenjang pendidikan secara nasional (Tim Dikti, 2013). Dampaknya adalah penyusunan kurikulum baru di setiap program studi, dengan segala konsekuensinya, bahwa kurikulum harus mengacu pada capaian pembelajaran (learning outcome), yang merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kompetensi (akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara terukur, mencakup aspek kemandirian dan tanggung jawab) yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup satu bidang ilmu/keahlian tertentu (Fitri, 2013). Oleh sebab itu setiap program studi dituntut untuk mengembangkan sistem penjaminan mutu internal untuk memastikan terpenuhinya capaian pembelajaran program studi. KKNI disusun oleh empat parameter utama yaitu keterampilan kerja, cakupan keilmuan /pengetahuan, tingkat kemampuan manajerial seseorang, serta sikap dan tanggung jawab. Sikap dalam KKNI didefinisikan dengan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spritual dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaan (Tim Dikti, 2013), artinya mahasiswa akuntansi diharuskan untuk memiliki sikap dan etika atau sensitivitas etis dalam perkuliahan yang nantinya akan berpengaruh ketika memasuki dunia kerja. Pembahasan mengenai etika yang tercakup dalam kurikulum pengajaran pendidikan akuntansi, diharapkan dapat meningkatkan sensitivitas etis mahasiswa, serta mendorong mahasiswa menjadi seseorang yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa atas berbagai teori dan isu etika dalam bisnis dan profesi akuntansi. Di Universitas Bengkulu khususnya jurusan akuntansi tidak terdapat satu mata kuliah khusus mengenai etika, muatan etika diberikan pada beberapa mata kuliah yang ditawarkan, namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa tidak mempunyai satu mata kuliah khusus mengenai etika akan mempengaruhi sensitivitas etis mahasiswa yang ada di Universitas Bengkulu. Berbeda dengan universitas lain seperti Universitas Lampung dan Universitas Brawijaya yang mempunyai satu mata kuliah khusus terkait dengan etika yaitu mata kuliah etika bisnis dan profesi. Sari (2013) yang melakukan penelitian di Universitas Brawijaya, membuktikan bahwa muatan dengan satu mata kuliah khusus etika bisnis dan profesi memiliki pengaruh terhadap persepsi etis mahasiswa. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 55 Wahyuni (2016), membuktikan bahwa pembelajaran etika bisnis dan profesi di Universitas Lampung dan beberapa universitas yang ada di Bandar Lampung terbukti tidak berpengaruh terhadap pemahaman dan kepekaan etika mahasiswa dalam perkuliahan dan bisnis. Wahyuni (2016) mengungkapkan bahwa kurangnya sensitivitas etis mahasiswa dimulai dari dunia perkuliahan dikarenakan cara penyampaian materi etika yang monoton, kurangnya pengetahuan dosen mengenai etika, tingkat kehadiran dosen yang tidak optimal dan kurang seriusnya mahasiswa dalam melaksanakan perkuliahan. Pengetahuan dosen mengenai etika akan mempengaruhi bagaimana cara dosen tersebut menyampaikan muatan etika dalam pembelajaran. Dosen yang memberikan pembelajaran etika disertai contoh kasus akan lebih mudah dipahami mahasiswa, dibandingkan hanya membahas sepintas saja. Jika mahasiswa sudah memahami dan bisa menerima stimulus yang disampaikan dosen, maka stimulus tersebut akan menjadi perubahan sikap yang berbentuk meningkatnya sensitivitas etis mahasiswa. Faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan sensitivitas etis mahasiswa yaitu faktor lingkungan akademik, yang dilihat dari interaksi dosen dengan mahasiswa dan interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa. Dosen yang terbuka dan dekat dengan mahasiswa bisa mempengaruhi sensitivitas etis mahasiswa menjadi lebih tinggi, dosen menasehati mahasiswa dan mengajak mahasiswa mengamati permasalahan etika yang ada di masyarakat sehingga mahasiswa lebih mudah paham mengenai permasalahan etika dan sensitivitas etis akan tinggi. Pada umumnya interaksi antar mahasiswa juga akan mempengaruhi sensitivitas etis mahasiswa, misalnya mahasiswa saling menasehati untuk menjauhi perbuatan yang tidak etis serta saling membantu dalam hal belajar aktivitas tersebut termasuk interaksi antar mahasiswa yang berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa. Penelitian mengenai muatan etika dalam kurikulum dan pembelajaran dan juga sensitivitas etis telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu. Salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) yang berjudul Pengaruh Muatan Etika dalam Pendidikan Akuntansi terhadap Persepsi Etika Mahasiswa, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh efek muatan etika dalam pendidikan akuntansi sebagai tugas refleksi spiritual batin, masalah etika, diskusi, dan penyelesaian kasus etika terhadap persepsi etis mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa muatan etika dalam pendidikan akuntansi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap etika persepsi mahasiswa. Penelitian selanjutnya yang telah dilakukan oleh Bachtiar dkk. (2014) yang bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kurikulum etika bisnis terintegrasi di Indonesia. Penelitian ini memprediksi penerapan muatan etika bisnis terintegrasi dalam sebuah kurikulum akan meningkatkan kepekaan etika mahasiswa. Selain itu, penelitian ini juga menduga terdapatnya faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepekaan etika atau sensitivitas etis mahasiswa, yaitu pelaksanaan kurikulum, yang terdiri dari pengetahuan dosen dan metode penyampaian. Lingkungan akademik, yang dilihat dari sikap dosen dan interaksi dengan mahasiswa serta interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa. Penelitian ini menemukan bahwa kepekaan etika atau sensitivitas etis mahasiswa akuntansi relatif rendah. Minat dan pengetahuan dosen serta sikap dosen (interaksi dengan dosen) berpengaruh positif terhadap kepekaan etika mahasiswa terkait perkuliahan, namun penerapan kurikulum etika tidak terbukti berpengaruh signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan pelaksanaan kurikulum etika bisnis terintegrasi belum konsisten, karena ketidaksamaan minat dan kemampuan dosen serta tidak tersedianya infrastruktur yang mendukung pelaksanaan kurikulum ini. Pemahaman dan kepekaan etika bisnis terbukti berpengaruh positif terhadap kepekaan di Indonesia. PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 56 Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013) Bachtiar dkk. (2014) dan Wahyuni (2016), Penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran etika yang ada di Universitas Bengkulu yang terdiri dari muatan etika, pengetahuan dosen, dan metode penyampaian mengenai etika, serta faktor lingkungan akademik seperti interaksi antara mahasiswa dengan mahsiswa, dan interaksi antara dosen dengan mahasiswa yang akan berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Variabel dependen dalam penelitian yaitu sensitivitas etis mahasiswa dan sampel penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel mahasiswa S1 akuntansi Universitas Bengkulu, dengan membedakan sampel dan variabel dari penelitian sebelumnya tidak menutup kemungkinan hasil penelitian ini pun juga akan berbeda. Selain itu penelitian mengenai pembelajaran etika dan lingkungan akademik terhadap sensitivitas etis mahasiswa masih sedikit dilakukan KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Teori Perkembangan Moral Kognitif Awalnya konsep perkembangan moral (moral development) dikemukakan oleh piaget dalam monografnya, The Moral Judgment of a Child, dalam perkembangannya teori perkembangan moral berkembang menjadi teori perkembangan moral kognitif (cognitive moral development–CMD) modern yang dilahirkan oleh seorang peneliti yang bernama Lawrence Kohlberg, pada tahun 1950-an. Penemuan tersebut merupakan hasil dari perluasan gagasan Piaget sehingga mencakup penalaran remaja dan orang dewasa. Kohlberg (1969) menyatakan bahwa tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral merupakan dasar dari perilaku etis, yang mempunyai enam perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti pekembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget (1958), yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg (1969) memperluas pandangan dasar ini dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan. Kohlberg (1969) menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg (1969) kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan post- konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan, setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, serta lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg, ialah internalisasi (internalization), yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal. Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 57 Model Studi Yale Hovland et al. dalam Azwar (2013) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi persuasif. Dalam penelitiannya di Universitas Yale hovland et al. mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan stimuli guna merubah perilaku orang lain. Asumsi dasar yang melandasi studi Hovland dan kawan-kawannya adalah anggapan bahwa efek suatu komunikasi tertentu yang berupa perubahan sikap akan tergantung pada sejauh mana komunikasi itu diperhatikan, dipahami, dan diterima. Langkah perubahan sikap Menurut model Hovland yakni informasi dalam jangka pendek dapat ditransformasikan dalam bentuk kode dalam memori jangka panjang. Informasi yang baru diterima oleh memori jangka panjang akan ikut terintegrasi dengan informasi lama. Dalam memori jangka panjang bertahan lama dan dipersiapkan untuk digunakan di kemudian hari. Pengeluaran informasi dengan keadaan pikiran dalam sadar yang kemudian informasi mengalir dari memori jangka panjang ke generator respon selama pemanggilan. Setiap orang berbeda dalam pengambilan informasi melalui gaya kognitif. Perbedaan ini bukanlah cerminan dari kecerdasaan seseorang atau pola-pola kemampuan khusus, tetapi ada kaitannya dengan cara memproses dan menyusun informasi dan cara orang menstimulus lingkungan. Langkah-langkah perubahan sikap ini, secara lebih terurai menjelaskan bahwa stimulus ini merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam perubahan sikap yang berupa pesan yang diberikan oleh komunikator yang kemudian akan dipengaruhi oleh perhatian, pemahaman, dan penerimaan komunikan. Ketiga faktor inilah yang nantinya akan menghasilkan respon berupa perubahan sikap (Wahyuni, 2016). Sensitivitas Etis Mahasiswa Sensitivitas etis merupakan kemampuan mahasiswa akuntansi untuk menyadari nilai-nilai etika atau moral dalam suatu keputusan etis (Rustiana, 2003). Ratdke (2000) seperti dikutip Rustiana (2003) mengemukakan bahwa sensitivitas etis merupakan gambaran atau proksi dari tindakan etis mahasiswa setelah lulus. Sensitivitas merupakan ciri-ciri tindakan yang mendeteksi kemungkinan lulusan berperilaku etis. Apabila sebagai calon sarjana ekonomi, mahasiswa berperilaku tidak etis maka kemungkinan setelah lulus akan berperilaku tidak etis. Hal ini perlu dideteksi sejak awal sebagai langkah awal untuk mencegah perilaku tidak etis melalui cakupan atau muatan kurikulum etika dalam perkuliahan, sehingga sebagai akuntan nanti akan mampu bersaing dan bertindak secara profesional. Sensitivitas dapat diartikan dengan suatu kondisi dimana seseorang atau mahasiswa menjadi sadar akan adanya masalah etika. Setelah menjadi tepat dan peka, subjek dikatakan memiliki kemampuan untuk membedakan benar dan salah. Kemampuan ini mungkin juga dipengaruhi oleh nilai-nilai pribadi, pengalaman masa lalu, pengamatan, dan pendidikan formal, budaya, pendidikan dan tingkat sosialisasi. Proses Komunikasi Persuasif Komunikasi persuasif merupakan upaya memengaruhi opini atau pendapat, sikap atau perilaku seseorang, dan membutuhkan suatu proses. 3 faktor yang mempengaruhi proses komunikasi persuasif yaitu faktor sumber, faktor pesan, dan faktor subjek penerima. Ketiga faktor itu akan melalui proses perantara internal, di dalam proses ini terdapat tiga tahap yaitu perhatian, pemahaman, dan penerimaan. PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 58 Pada tahap pertama yaitu perhatian, perhatian ini menunjukkan seberapa jauh orang yang dituju dalam komuikasi persuasif memperhatikan pesan yang diberikan. Tahap kedua adalah pemahaman, persuasif memahami pesan yang didapat dan tahap yang ketiga yaitu penerimaan, dalam penerimaan ini menunjukkan seberapa jauh orang tersebut dapat menerima apa yang telah dipahami dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Efek dari proses komunikasi persuasif ini adalah perubahan sikap. Perubahan sikap ini terbagi menjadi empat komponen yaitu, perubahan pendapat, perubahan persepsi, perubahan afeksi, dan perubahan sikap. Pemahaman ini menunjukkan seberapa jauh orang yang dituju dalam komunikasi (Wahyuni, 2016). Dari model ini akan diambil dua variabel yaitu pengetahuan dosen dan metode penyampaian yang diambil dari faktor sumber dan faktor pesan. Pengetahuan dosen mengenai etika akan disampaikan dengan metode-metode penyampaian muatan etika oleh dosen tersebut, tujuan akhirnya yaitu untuk melihat pengaruh faktor sumber dan faktor pesan tersebut terhadap sensitivitas etis mahasiswa yang merupakan perwujudan perubahan sikap dari model studi Yale ini. Interaksi Kelompok Menurut Gerungan (2004:169) Seiring perkembangannya, orang mungkin mempunyai kelompok yang sekaligus menjadi reference-group dan membershipgroup-nya. Reference-group adalah kelompok keluarga dan tempat yang merasakan adanya hubungan batin karena norma- norma dan nilai-nilai kehidupan terhadap bermacam-macam hal sesuai diri pribadinya. Akan tetapi, lambat laun mungkin ia harus meninggalkan kelompok keluarganya untuk belajar atau bekerja yang kemudian membuatnya berjauhan dengan keluarga, contohnya kelompok mahasiswa. Pada kelompok baru ini biasanya sudah memiliki norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda dari kelompok keluarganya. Ada dua kemungkinan yang akan dilakukan, kemungkinan yang pertama ia akan bertahan dengan norma-norma kelompok keluarga (reference-group) atau kedua ia akan melepaskan itu dan menyesuaikan dirinya dengan norma- norma kelompok mahasiswa (membership-group). Dari pengertian interaksi kelompok tersebut dapat menjelaskan variabel dalam penelitian tentang interaksi dosen dan interaksi mahasiswa yang diduga berpengaruh sensitivitas etis mahasiswa Kurikulum Etika Bisnis Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Tim Dikti, 2013). Pemerintah menerbitkan Perpres No. 08 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 73 Tahun 2013 tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Bidang Pendidikan Tinggi (Tim Dikti, 2013). KKNI menjadi acuan dalam penyusunan capaian pembelajaran lulusan dari setiap jenjang pendidikan secara nasional. Dampaknya adalah penyusunan kurikulum baru di setiap program studi, dengan segala konsekuensinya, bahwa kurikulum harus mengacu pada capaian pembelajaran (learning outcome), yang merupakan internalisasi dan akumulasi ilmu pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kompetensi (akumulasi kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu deskripsi kerja secara terukur, mencakup aspek kemandirian dan tanggung Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 59 jawab) yang dicapai melalui proses pendidikan yang terstruktur dan mencakup satu bidang ilmu/keahlian tertentu (Fitri, 2013). Oleh sebab itu setiap program studi dituntut untuk mengembangkan sistem penjaminan mutu internal untuk memastikan terpenuhinya capaian pembelajaran program studi. Muatan etika dalam kurikulum akuntansi pendidikan tinggi dianggap belum cukup mampu memberikan bekal etika kepada mahasiswa untuk terjun ke dunia kerja, walaupun beberapa mata kuliah yang diajarkan telah mencakup muatan etika (Ludigdo dan Mahfudz, 1999). Seluruh jajaran Perguruan Tinggi di Indonesia terinspirasikan untuk bangkit kembali menata kurikulum (silabus, komposisi dan muatan) yang dianggap lebih mampu mencetak insan akademis yang kecerdasan intelektualnya setara dengan kepekaan nuraninya. Begitu pula halnya sebagai anggota dosen yang mengajar di Jurusan Akuntansi, akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat, dan diri mereka sendiri. (Febriyanti, 2010) Pembelajaran Etika dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Pengembangan moral membutuhkan system pedagogi yang terintegrasi (Warnell 2010). Lebih lanjut Warnell menemukan pentingnya suatu pendekatan yang komprehensif. Dengan pendekatan ini diperkenalkan konsep orientasi yang memberikan dasar-dasar teoritis pada satu mata kuliah khusus yang kemudian dilanjutkan dengan pengembangan ketrampilan dalam menerapkan nilai-nilai etika melalui mata kuliah lain dan program ekstra kurikulum (seperti magang). Warnell (2010) berpendapat tidak cukup bagi seorang mahasiswa sekedar memiliki nilai etika tanpa bisa mengimplementasikannya di dunia luar. Keterampilan mengimplementasikan ini melalui mata kuliah lain. Semakin terintegrasi materi etika ke berbagai mata kuliah maka mahasiswa akan semakin meningkatkan kepekaan etika mahasiswa. Penelitian Sari (2013) menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian muatan etika dalam pendidikan akuntansi dengan persepsi etika mahasiswa yang diproksikan dengan pemahaman akuntansi keuangan dan etika dalam sebuah profesi. Pemberian muatan etika dalam bentuk olah akal, olah rasa, olah batin, dan olah raga untuk pengembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual dengan cara yang diintegerasikan dalam kurikulum dapat meningkatkan sensitivitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Muatan etika di jurusan Akuntansi Universitas Bengkulu dibahas pada beberapa mata kuliah yang ditawarkan, dengan menyisipkan muatan etika dalam setiap pembelajaran, mahasiswa akan lebih memahami mengenai masalah etika, sehingga sensitivitas etis mahasiswa akan semakin tinggi. Oleh karena itu penulis mengambil variabel muatan etika dalam pembelajaran untuk membuktikan perbedaan hasil di penelitian terdahulu, maka diajukan hipotesis sebagai berikut: H1a: Muatan etika dalam pembelajaran berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Banyak ahli etika bisnis menekankan bahwa cara paling efektif dalam mengajarkan etika bisnis adalah dengan menggunakan pendekatan terintegrasi yang dimasukan kedalamnya kasus- kasus etika secara ekstensif, dan mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan dilema- dilema etika, selain itu Isu-isu etika seringkali kompleks sehingga menyebabkan kesulitan bagi pengajar untuk memasukan materi kasus-kasus etika ke mata kuliah yang diampunya (Flyod et al. 2013 dalam Bachtiar dkk, 2014) PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 60 Brinkmann et al. (2011) menyadari bahwa tidak seluruh pengajar mahir untuk membahas materi etika pada mata kuliah yang mereka ampu. Lebih lanjut menurut Brinkman et al. (2011) untuk penerapan pengajaran materi etika diperlukan diskusi materi, penyebaran hasil penelitian mengenai etika dan pengajaran etika, pengembangan studi kasus, dan pengembangan berbagai alat bantu pengajaran, misalnya video. Menurut Winston (2000) studi kasus adalah metode yang tepat untuk mengajarkan etika karena dengan menggunakan studi kasus maka mahasiswa akan terdorong untuk melatih imajinasi moral dalam pencarian solusi yang inovatif. Karena isu-isu etika seringkali kompleks maka metode pengajaran harusnya tidak hanya dalam bentuk kuliah pasif tetapi juga dalam bentuk studi kasus sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan dalam menyelesaikan dilema-dilema etika. Pengetahuan dosen mengenai etika terutama terkait kasus-kasus etika dalam bidang mata kuliah yang diampunya akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyampaikan materi etika kepada mahasiswa. Bachtiar dkk. (2014) menyatakan bahwa pembahasan di dalam kelas sangat tergantung kemampuan dan minat dosen. Ada dosen, terutama yang memiliki pengalaman praktik, menjelaskan praktik-praktik bisnis yang tidak beretika secara rinci dan kaya dengan contoh dan kasus. Sementara ada pula dosen yang membahas sepintas lalu, atau bahkan tidak membahas sama sekali, dengan alasan mahasiswa telah memiliki etika atau merasa etika mahasiswa tidak dapat diajarkan dan tidak dapat diubah hanya dengan pembahasan dalam perkuliahan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar dkk. (2014) hanya menujukkan hasil yang signifikan terhadap pengetahuan dosen sedangkan metode penyampaian tidak signifikan terhadap pemahaman dan kepekaan etika mahasiswa. Pengetahuan dosen mengenai etika terutama terkait kasus-kasus etika dalam bidang mata kuliah yang diampunya akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyampaikan materi etika kepada mahasiswa. Seperti dalam konsep studi Yale langkah-langkah perubahan sikap dimulai dari stimulus yang berupa pengetahuan dosen dan dilanjutkan dengan penyampaian dosen dengan menjelaskan mengenai etika beserta contoh kasus-kasus etika, simulus tersebut akan lebih mudah dipahami dan diterima oleh mahasiswa, sehingga akan terjadi perubahan sikap, perubahan tersebut dalam bentuk meningkatnya sensitivitas etis mahasiswa. Maka dari itu, peneliti ingin membuktikan variabel pengetahuan dosen dan metode pengajaran berpengaruh terhadap pemahaman dan kepekaan etika mahasiswa dengan diajukan hipotesis sebagai berikut: H1b: Pengetahuan dosen mengenai etika berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. H1c: Metode penyampaian mengenai etika berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Lingkungan Akademik dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Ethical climate organisasi adalah persepsi yang dibagi mengenai apa-apa saja prilaku yang yang secara etik benar dan bagaimana harusnya permasalahan etika harus ditangani dalam suatu organisasi (Victor dan Cullen, 1987). Penelitian Wimbush et al. (1997) dalam Peterson (2002) menunjukan atasan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi organization climate, sehingga sangat mungkin atasan mempengaruhi prilaku beretika karyawan dengan merubah iklim beretika pada kelompok kerja dimana prilaku tidak pantas lazim dilakukan (Bachtiar dkk, 2014) Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 61 Penelitian Bachtiar dkk. (2014) menunjukkan hasil bahwa interaksi dosen memiliki pengaruh signifikan terhadap pemahaman dan kepekaan mahasiswa, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2016) yang menyatakan bahwa interaksi dosen berpengaruh terhadap pemahaman dan kepekaan mahasiswa, sikap dosen yang selalu memberikan nasihat yang baik kepada mahasiwa mengenai pemahaman etika serta cara untuk menghindari tindakan yang tidak beretika itu juga akan memberikan pengaruh baik kepada mahasiswa, karena nasihat-nasihat baik itu akan selalu diingat oleh mahasiswa yang nantinya akan menimbulkan pemahaman yang baik pula tentang etika tersebut. Nonis dan Swift (2001) dalam Wilson (2008) menemukan mahasiswa lebih mungkin melakukan tindakan yang tidak jujur bila mereka percaya bahwa perilaku tidak jujur dapat diterima oleh rekan yang lain. Hal ini menunjukan bahwa tingkat sensitivitas atas tindakan tidak beretika selain dipengaruhi oleh aspek personal juga dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu berinteraksi. Penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar (2014) membuktikan bahwa interaksi antara mahasiswa tidak terbukti berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2016) menyatakan bahwa interaksi antara mahasiswa tidak terbukti berpengaruh negatif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi karena mahasiswa tetap mempertahankan norma-norma dari keluarganya sesuai dengan teori interaksi kelompok menurut Gerungan. Interaksi dosen adalah seberapa dosen mengajarkan nilai-nilai etika dan memberikan contoh kebaikan dalam interaksi belajar mengajar dengan mahasiswa menurut persepsi mahasiswa, seperti yang dijelaskan dalam model studi Yale stimulus yang diberikan dosen akan berpengaruh terhadap perubahan sikap, semakin sering maka sensitivitas etis mahasiswa akan semakin meningkat. Begitu juga dengan interaksi mahasiswa dengan mahasiswa, Interaksi mahasiswa adalah persepsi mahasiswa mengenai tingkat etika mahasiswa disekitarnya, pada umumnya mahasiswa sering saling menasehati untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar etika, dan saling memabantu dalam proses belajar ketika mahasiswa lainnya mengalami kesulitan sehingga dengan saling menasehati maka mahasiswa akan terhindar dari perbuatan yang melanggar etika berarti sensitivitas etis mahasiswa meningkat. Dengan demikian peneliti ingin membuktikan lebih lanjut mengenai hubungan dari variabel interaksi dosen dan interaksi mahasiswa terhadap pemahaman dan kepekaan etika mahasiswa. Dengan hipotesis yang diajukan sebagai berikut: H2a: Interaksi dengan dosen berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. H2b : Interaksi antara mahasiswa berpengaruh positif terhada sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. METODE PENELITIAN Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa semester akhir S1 Akuntansi Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi 2013, karena sudah cukup banyak diberi bekal muatan etika dalam setiap mata kuliah yang telah diambil dibandingkan dengan angkatan dibawahnya. Dengan PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 62 menggunakan rumus slovin. Cara pembagian kuesioner akan dilakukan secara acak terhadap mahasiswa yang ditemui dengan memberikan waktu dalam pengisian angket agar dapat langsung dikumpulkan. Data dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden akan diolah dan diseleksi kembali sesuai kebutuhan peneliti. Variabel Dependen Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah sensitivitas etis mahasiswa. Sensitivitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan. Sensitivitas etis diukur dengan mengadaptasi penelitian Falah (2006) dengan menggunakan skala likert yang terdiri atas 4 kasus sebagai indikator yaitu: kegagalan akuntan dalam mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang diminta, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi, subordinasi judgement akuntan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi. Masing-masing skor dari jawaban responden diberi dengan menggunakan 5 skala likert Variabel Independen Muatan Etika Dalam Pembelajaran Muatan etika dalam pembelajaran yaitu bagaimana muatan etika dibahas dalam proses pembelajaran di perkuliahan. Variabel ini diukur dengan instrumen yang sudah digunakan oleh Sari (2013) yang diukur melalui persepsi mahasiswa mengenai penerapan muatan etika di perguruan tinggi tempat mereka kuliah dengan diwakili oleh 5 item pertanyaan dalam kuesioner. Jawaban dari responden diukur dengan menggunakan skala likert 1 sampai 5. Pengetahuan Dosen Mengenai Etika Pengetahuan dosen artinya seberapa pengetahuan dosen mengenai etika terutama terkait kasus-kasus etika dalam bidang mata kuliah yang diampunya akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyampaikan materi etika kepada mahasiswa. Variabel ini diukur dengan instrumen yang sudah digunakan oleh Bachtiar dkk. (2014), yang menjelaskan tentang persepsi mahasiswa mengenai kemampuan dan pengetahuan dosen mengenai etika. Diukur dengan 4 item pertanyaan dalam kuesioner, masing-masing pertanyaan kuesioner dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala Likert. Masing-masing skor dari jawaban responden diberi dengan menggunakan 5 skala Likert. Metode Penyampaian Mengenai Etika Metode penyampaian adalah persepsi mahasiswa mengenai metode pengajaran materi etika dalam kelas. Variabel ini diukur dengan instrumen yang sudah digunakan oleh Bachtiar dkk. (2014) diukur melalui persepsi mahasiswa mengenai metode pengajaran materi etika dalam kelas, dengan dilihat melalui 4 item pertanyaan dalam kuesioner yang ada dalam penelitian. Masing-masing pertanyaan kuesioner dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala likert. Masing masing skor dari jawaban responden diberi dengan menggunakan 5 skala likert. Interaksi Dosen Dengan Mahasiswa Interaksi dosen adalah seberapa dosen mengajarkan nilai-nilai etika dan memberikan contoh kebaikan dalam interaksi belajar mengajar dengan mahasiswa menurut persepsi mahasiswa. Variabel ini diukur dengan instrumen yang sudah digunakan oleh Bachtiar dkk. (2014), diukur dengan menggunakan 4 item pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 63 pertanyaan kuesioner dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala Likert. Masing masing skor dari jawaban responden diberi dengan menggunakan 5 skala Likert. Interaksi Mahasiswa Dengan Mahasiswa Interaksi mahasiswa dengan mahasiswa adalah persepsi mahasiswa mengenai tingkat etika mahasiswa disekitarnya. Variabel ini diukur dengan instrumen yang sudah digunakan oleh Bachtiar dkk. (2014) yang telah disesuaikan, Diukur dengan menggunakan 5 item pertanyaan kuisioner. Masing-masing pertanyaan kuesioner dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala Likert. Masing-masing skor dari jawaban responden diberi dengan menggunakan 5 skala Likert. Metode Analisis Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS versi 16. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan sebagian besar data. Statistik deskriptif menampilkan nilai rata-rata (mean), ukuran penyebaran (standar deviasi), dan bentuk distribusi (nilai minimum dan maksimum) data (Cooper dan Schindler, 2012). Uji Validitas Pengujian ini menggunakan metode Confirmatory factor analysis (CFA) untuk mengukur tingkat interkorelasi antar variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser- Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequecy (KMO MSA). Nilai KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki harus >0,50 untuk dapat dilakukan analisis faktor. (Ghozali, 2013). Uji Reliabilitas Menurut Ghozali (2013) Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner diakatan reliabel atau handal, jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas diukur dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,7. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi data normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal dan mendekati normal. Uji statistik yang bisa digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogrov Smirnov (K-S). Dengan pedoman pengambilan keputusan (Ghozali, 2013): • Jika nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0. 05, maka distribusi adalah tidak normal. • Jika nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0. 05, maka distribusi adalah normal. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksinya, maka penelitian ini PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 64 menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Mulitikolinearitas terjadi apabila nilai Tolerance nya< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2013). Uji Heteroskedastisitas Uji hetoroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varience dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Metode yang dipakai Untuk mendeteksi terjadinya heteroskedastisitas yaitu dilakukan analisis dengan dengan menggunakan Uji Glejser dengan ketentuan jika kefisien korelasi semua variabel tehaddap residual > 0,05 dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Uji Kelayakan Model Uji kelayakan model pada dasarnya menunjukkan apakah model persamaan regresi yang digunakan sudah menunjukkan model yang layak (fit) untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengambilan keputusan dalam uji ini, yaitu dengan melihat nilai signifikansi jika nilai α > 0,05, maka model regresi tidak layak untuk digunakan. Sedangkan jika α< 0,05, maka model regresi layak digunakan (Ghozali, 2013). Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentase. Nilai koefisien determinasi ini berkisar antara 0 0,05, maka hipotesis ditolak. Sebaliknya, jika ρ-value < 0,05, maka hipotesis diterima (Ghozali, 2013). HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Penelitian Penelitian dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 19,20, dan 23 januari 2017. Adapun rincian pendistribusian kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 65 Tabel 1 Rincian Tingkat Pengembalian Kuesioner Rincian Jumlah (Eks) Presentase (%) Kuisioner yang disebar 55 100% Kuisioner yang kembali 55 100% Kuisioner yang tidak dapat diolah 1 1,818% Kuisioner yang dapat digunakan (dianalisis) 54 98,182% Sumber :Data Diolah 2017 Dari data diatas bahwa 55 kuesioner yang disebarkan kepada responden semuanya kembali, namun ada 1 yang tidak diisi dengan lengkap, sehingga kuisioner yang bisa diolah sebanyak 54 kuisioner. Deskripsi Responden Karakteristik responden merupakan data-data responden yang meliputi jenis kelamin dan IPK. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir S1 Akuntansi Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu, demografi responden dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2 Karakteristik Responden Keterangan Jumlah Persentase (%) Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-laki 14 26 Perempuan 40 74 Total Responden 54 100 IPK 3,5 – 4,00 13 24 3,0 – 3,4 33 61 2,0 – 2,9 8 15 Sumber : Data Diolah, 2017 Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah mahasiswa berjenis kelamin perempuan Sebagian besar responden memiliki IPK 3,0 sampai 3,4 sebanyak 33 responden. Statistik Deskriptif Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini: PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 66 Tabel 3 Statistik Dekriptif Variabel N Kisaran Teoritis Kisaran Aktual Rata-rata Teoritis Rata-rata Aktual Standar Deviasi Muatan Etika 54 5-25 15-22 15 18,37 2,022 Pengetahuan Dosen 54 4-20 12-20 12 16,39 1,994 Metode Penyampaian Dosen 54 4-20 12-20 12 16,91 2,067 Interaksi Dosen 54 4-20 12-20 12 16,91 2,077 Interaksi Mahasiswa 54 5-25 15-23 15 18,39 2,114 Sensitivitas Etis 54 4-20 12-20 12 16,70 1,744 Sumber : Data Diolah, 2017 Berdasarkan statistik deskriptif di atas dapat dilihat, rata-rata jawaban responden untuk variabel muatan etika nilai rata-rata aktual 18,37 lebih besar dari nilai rata-rata teoritis yaitu 15. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa menilai muatan etika di jurusan akuntansi Universitas Bengkulu sudah lengkap diberikan,. Variabel pengetahuan dosen memiliki nilai nilai rata-rata aktual 16,39 lebih besar dari nilai rata-rata teoritisnya yaitu 12. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa menilai dosen sudah mempunyai pengetahuan yang baik mengenai etika. Variabel metode penyampaian dosen memiliki nilai rata-rata aktual 16,91 lebih besar dari rata-rata nilai teoritisnya yaitu 12. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa menilai metode penyampaian dosen mengenai materi etika sudah baik dan bisa dimengerti oleh mahasiswa. Variabel interaksi dosen memiliki nilai rata-rata aktual 16,91 lebih besar dari nilai rata- rata teoritisnya yaitu 12. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa menilai dosen sering berinteraksi dengan mahasiswa. Variabel interaksi mahasiswa memiliki nilai rata-rata aktual 18,39 lebih besar dari nilai rata-rata teoritisnya yaitu 15. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa menilai tingkat etika mahasiswa disekitarnya tinggi. Variabel sensitivitas etis memiliki nilai rata-rata aktual 16,70 lebih besar dari nilai rata-rata teoritisnya yaitu 12. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai kemampuan untuk menyadari adanya nilai-nilai etika dalam suatu keputusan atau dengan kata lain mahasiswa sudah memiliki sensitivitas etis yang tinggi. Hasil Uji Validitas Data Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas pilot test terlebih dahulu dan semua variabel yang diuji valid. Pengujian ini menggunakan metode (confirmatory factor analysis) CFA dimana nilai KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) dari analisis menunjukkan nilai > 0,05 dan nilai MSA (measure of sampling adequacy) > 0,50, maka indikator pertanyaan atau data dikatakan valid. Hasil pengujian validitas dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Validitas Data Variabel Penelitian Item Nilai KMO Nilai MSA Ket Muatan Etika ME1 0,710 0,661 Valid ME2 0,699 Valid ME3 0,721 Valid ME4 0,759 Valid Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 67 ME5 0,738 Valid Pengetahuan Dosen Mengenai Etika PD1 0,747 0,714 Valid PD2 0,790 Valid PD3 0,771 Valid PD4 0,728 Valid Metode penyampaian mengenai etika MP1 0,768 0,768 Valid MP2 0,703 Valid MP3 0,837 Valid MP4 0,806 Valid Interaksi Dosen ID1 0,789 0,742 Valid ID2 0,757 Valid ID3 0,848 Valid ID4 0,858 Valid Interaksi Mahasiswa IM1 0,713 0,806 Valid IM2 0,656 Valid IM3 0,645 Valid IM4 0,731 Valid iM5 0,827 Valid Sensitivitas Etis SE1 0,735 0,791 Valid SE2 0,690 Valid SE3 0,708 Valid SE4 0,789 Valid Sumber : Data Diolah, 2017 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dari variabel-variabel memiliki nilai KMO dan MSA > 0,5. Artinya semua pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel tersebut dapat dikatakan sudah valid. Hasil Uji Reliabilitas Data Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji reliabilitas pilot test terlebih dahulu dan semua variabel yang diuji reliabel. Uji Reliabilitas data diukur dengan uji statistik Cronbach Alpha dimana suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,7. Hasil pengujian Reliabilitas data dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas Data Variabel Cronbach’s Alpha Ket Muatan Etika 0,704 Reliabel Pengetahuan Dosen 0,824 Reliabel Metode Penyampaian Dosen 0,824 Reliabel Interaksi Dosen 0,834 Reliabel Interaksi Mahasiswa 0,716 Reliabel Sensitivitas Etis 0,774 Reliabel Sumber : Data Diolah, 2017 PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 68 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan-pertanyaan dari variabel-variabel nilai Cronbach’s Alpha > 0,7. Artinya semua pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel tersebut adalah reliabel. Hasil Uji Normalitas Persyaratan pertama untuk penelitian adalah normalitas data, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian memenuhi asumsi kenormalan data. Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan melakukan uji kolmogorof-smirnov. Data-data yang berdistribusi normal memiliki probabilitas > 0,05 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil kolmogorov-smirnov p-value Ket Muatan Etika 1,143 0,147 Normal Pengetahuan Dosen 1,137 0,056 Normal Metode Penyampaian Dosen 1,072 0,201 Normal Interaksi Dosen 0,930 0,353 Normal Interaksi Mahasiswa 1,341 0,055 Normal Sensitivitas Etis 1,298 0,069 Normal Sumber : Data Diolah, 2017 Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa nilai probabilitas (Asymp.Sig) masing-masing variabel Independen, muatan etika, pengetahuan dosen, metode pengampaian dosen, interaksi dosen, interaksi mahasiswa serta variabel dependen yaitu sensitivitas etis mempunyai nilai yang > 0,05 sehingga data yang didistribusikan normal. Hasil Uji Multikolinearitas Alat statistik yang sering digunakan untuk menguji gangguan multikolinearitas adalah dengan variance inflation factor (VIF) dan nilai tolerance, Nilai cut off yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya multikolenieritas adalah jika nilai VIF > 10 atau nilai tolerance < 0,1. Hasil pengujian multikoleniaritas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel VIF Tolerance Keterangan Muatan Etika 1,038 0,963 Bebas multikolinearitas Pengetahuan Dosen 1,044 0,958 Bebas multikolinearitas Metode Penyampaian Dosen 1,161 0,861 Bebas multikolinearitas Interaksi Dosen 1,104 0,906 Bebas multikolinearitas Interaksi Mahasiswa 1,064 0,940 Bebas multikolinearitas Sumber : Data Diolah, 2017 Pada tabel 7 terlihat bahwa nilai VIF variabel muatan etika 1.038 < 10 dan nilai Tolerance variabelnya sebesar 0,963 > 0,1. Nilai VIF variabel pengetahua dosen yaitu 1,044<10 dan nilai Tolerance variabelnya sebesar 0,958 >0,1. Nilai VIF variabel pemyampaian dosen Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 69 1,161<10 dan nilai Tolerance variabelnya sebesar 0,861 > 0,1. Nilai VIF variabel interaksi dosen 1,104<10 dan nilai Tolerance variabelnya sebesar 0,906 > 0,1. Nilai VIF variabel interaksi mahasiswa 1,064 <10 dan nilai Tolerance variabelnya sebesar 0,940 > 0,1. Dengan demikian disimpulkan bahwa kelima variabel tersebut bebas dari gejala multikolinearitas. Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah pengujian asumsi residual dengan varians tidak konstant. Model regresi yang baik apabila varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homokedastisitas. Metode yang digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengen uji glejser dengan probabilitas (p-value) > 0,05 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian hereroskedastisitas adalah sebagai berikut. Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel Sign. Keterangan Muatan Etika 0,602 Bebas heteroskedastisitas Pengetahuan Dosen 0,890 Bebas heteroskedastisitas Metode Penyampaian Dosen 0,106 Bebas heteroskedastisitas Interaksi Dosen 0,785 Bebas heteroskedastisitas Interaksi Mahasiswa 0,820 Bebas heteroskedastisitas Sumber : Data Diolah, 2017 Berdasarkan Tabel .8 diatas, diketahui bahwa nilai probabilitas (Asymp.sig.) semua variabel tabel diatas nilainya lebih besar dari 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel muatan etika, pengetahuan dosen, metode penyampaian dosen, interaksi dosen dan interaksi mahasiswa yang dgunakan dalam penelitian ini memiliki varian yang homogen (bebas heteroskedastisitas). Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel muatan etika, pengetahuan dosen, metode penyampaian dosen, interaksi dosen dan interaksi mahasiswa (variabel independen) berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa (variabel dependen), dan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan layak atau tidak untuk digunakan pada analisis selanjutnya, dimana kriteria pengambilan keputusan ditentukan dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05. Hasil output SPSS terhadap nilai F dan nilai R² dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Tabel 9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Variabel Koef Regresi T Hitung Sig Muatan Etika 0,124 1,139 0,260 Pengetahuan Dosen 0,230 2,083 0,043 Metode Penyampaian Dosen 0,404 3,598 0,001 Interaksi Dosen 0,185 1,695 0,097 Interaksi Mahasiswa 0,007 0,068 0.946 R Square 0,269 PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 70 Adjusted R Square 0,193 F 3,527 Sig 0,009 Sumber : Data Diolah, 2017 Berdasarkan hasil regresi pada tabel 9 di atas dapat dilihat bahwa nilai statistik F dalam model adalah sebesar 3,527 dengan nilai signifikansi 0,009. Nilai probabilitas 0,009 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian layak untuk digunakan. Berdasarkan Tabel 4.10 diatas juga dapat dilihat nilai Adjusted R square model pertama sebesar 0,193 yang menunjukkan bahwa 19,3% variabel sensitivitas etis dapat dijelaskan oleh variabel muatan etika, pengetahuan dosen, metode penyampaian dosen, interaksi dosen, dan interaksi mahasiswa sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam persamaan ini. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Pengujian ini untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, yang dilakukan dengan melihat nilai probabilitasnya (signifikansi) dimana apabila nilai signifikansi < 0,05 maka itu artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, sebaliknya apabila nilai signifikasnsi > 0,05 itu berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013).Hasil pengujian hipotesis masing- masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan demikian disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) ditolak. hipotesis kedua (H2) diterima, hipotesis ketiga (H3) diterima, hipotesis keempat (H4) ditolak, hipotesis kelima (H5) ditolak. HASIL DAN PEMBAHASAN Muatan Etika dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa muatan etika tidak berpengaruh, hal ini berarti sensitivitas etis mahasiswa akuntansi tidak dipengaruhi oleh muatan etika dalam pembelajaran. Meskipun dosen sudah lengkap memberikan muatan etika seperti memberikan soal studi kasus, berdiskusi, dan memancing daya kritis mahasiswa mengenai persoalan yang terkait dengan etika bisnis dan profesi akuntan, namun semuanya tergantung dari individu mahasiswa itu sendiri akan menerima muatan etika dari pembelajaran tersebut atau sebaliknya. Hasil ini menjelaskan bahwa muatan etika tidak memiliki pengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiwa. Penyebabnya adalah faktor-faktor subjek penerimaan berdasarkan model studi Yale yang terdiri dari kemudahan dibujuk, sikap semula, intelegensi, harga diri, dan kepribadian. Walaupun dosen sudah memberikan muatan etika secara lengkap, namun jika komunikan tidak mudah menerima muatan etika yang sudah diberikan maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada diri mereka. Pengetahuan Dosen dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dosen berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa, Hal ini berarti pengetahuan dosen yang tinggi mampu mempengaruhi sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Semakin luas pengetahuan etika yang dimiliki oleh dosen maka sensitivitas etis mahasiswa yang akan tinggi, karena dosen yang Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 71 memiliki pengetahuan yang luas akan mengajarkan materi terkait dengan etika bisnis dan profesi akuntan dengan lengkap, seperti menjelaskan dan memberikan contoh-contoh kasus, mengenai praktik bisnis yang beretika serta contoh-contoh kasus pelanggaran yang dilakukan oleh akuntan, sehingga mahasiswa akan lebih mudah memahami dan akan terjadi respon (perubahan sikap) yaitu sensitivitas etis mahasiswa akan semakin tinggi. Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar dkk. (2014) dan Wahyuni (2016) yang menyatakan bahwa dosen yang memiliki kompetensi yang tinggi tentang etika maka akan memberikan pengaruh yang baik terhadap sensitivitas etis yang mereka ajarkan kepada mahasiswa. Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ischayati (2011) yang menyatakan bahwa persepsi mahasiswa mengenai kompetensi dosen secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap motivasi belajar dan pemahaman siswa. Artinya kompetensi dosen yang tinggi tentang etika maka akan memiliki pengaruh yang positif sensitivitas etis mahasiswa. Metode Penyampaian Mengenai Etika dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyampaian mengenai etika terbukti berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa, Hal ini berarti metode penyampaian mampu mempengaruhi sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Metode penyampaian mengenai materi yang terkait dengan etika dengan baik oleh dosen akan membuat sensitivitas etis mahasiswa semakin tinggi. Hal ini berhubungan dengan model study Yale yang diungkapkan oleh Hovlan et al dalam Azwar (2013) yang berasumsi bahwa stimulus yang diberikan oleh komunikator akan memberikan perhatian, pemahaman, dan penerimaan dan akan menghasilkan respon (perubahan sikap), stimulus yang diberikan dengan baik akan mudah diterima, misalnya dosen menyampaikan materi mengenai etika dengan berdiskusi, memberikan contoh-contoh kasus, menjelaskan secara rinci, disertai presentasi oleh mahasiswa, akan lebih mudah dipahami dan diterima oleh mahasiswa, sehingga akan terjadi perubahan sikap atau respon mahasiswa yakni meningkatkan sensitivitas etis mahasiswa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Warnell (2010) yang menyatakan bahwa metode penyampaian yang baik akan mempegaruhi kepekaan etika mahasiswa, Warnell menyarankan fakultas bisnis menyelenggarakan lokakarya dengan seluruh pengajar untuk membahas aspek etika dari mata kuliah yang diampu dan pengembangan studi kasus yang relevan untuk setiap mata kuliah bersama dengan peralatan mengajar yang praktis dapat diterapkan. Penelitian ini juga mendukung penelitian Brinkman et al (2011) yang menyatakan bahwa untuk penerapan pengajaran materi etika diperlukan diskusi materi, penyebaran hasil penelitian mengenai etika dan pengajaran etika, pengembangan studi kasus, dan pengembangan berbagai alat bantu pengajaran, misalnya video sehingga lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar dkk. (2014) dan Wahyuni (2016) Interaksi Dosen dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi dosen tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa dengan dugaan bahwa sering atau tidaknya dosen berinteraksi dengan mahasiswa, tergantung dari individu mahasiswa itu sendiri akan menerima dan mengimplementasikan dari nasehat-nasehat yang sudah diberikan dosen atau sebaliknya. Hasil ini menjelaskan bahwa interaksi dosen tidak memiliki pengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiwa. Penyebabnya adalah faktor-faktor subjek penerimaan berdasarkan PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 72 model studi Yale yang terdiri dari kemudahan dibujuk, sikap semula, intelegensi, harga diri, dan kepribadian. di dalam model studi Yale dijelaskan bahwa terdapat stimulus yang diberikan lalu akan berubah menjadi perhatian, pemahaman, dan penerimaan, dan selanjutnya akan ada respons dari komunikan yaitu perubahan sikap, namun dalam penelitian ini mahasiswa susah untuk menerima pesan moral yang telah diberikan oleh dosen karena terdapat faktor-faktor subjek penerimaan berdasarkan model studi Yale sehingga tidak terjadi perubahan sikap pada komunikan. Jadi walaupun dosen sudah menasihati mahasiswa, namun jika komunikan tidak mudah menerima pesan moral baru maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada diri mereka. Interaksi Mahasiswa dan Sensitivitas Etis Mahasiswa Akuntansi Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan interaksi antar mahasiswa tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa, hal ini didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Gerungan (2004:169) yaitu dalam perkembangannya, orang akan mempunyai kelompok yang sekaligus menjadi reference-group dan membershipgroup-nya. Reference-group adalah kelompok keluarga dan tempat yang merasakan adanya hubungan batin karena norma-norma dan nilai-nilai kehidupan terhadap bermacam-macam hal sesuai diri pribadinya. Akan tetapi, lambat laun mungkin ia harus meninggalkan kelompok keluarganya untuk belajar atau bekerja yang membuatnya berjauhan dengan keluarga, contohnya kelompok mahasiswa. Pada kelompok baru ini biasanya sudah memiliki norma-norma dan nilai-nilai kehidupan yang berbeda dari kelompok keluarganya. Ada dua kemungkinan yang akan dilakukan, kemungkinan yang pertama ia akan bertahan dengan norma-norma kelompok keluarga (reference-group) atau kedua ia akan melepaskan itu dan menyesuaikan dirinya dengan norma-norma kelompok mahasiswa (membership-group), dalam penelitian ini mahasiwa masih bertahan oleh norma-norma keluarganya sehingga tidak ada pengaruh dari interaksi antar mahasiswa terhadap sensitivitas etisnya. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bachtiar dkk. (2014) dan Wahyuni (2016) yang menyatakan bahwa interaksi antar mahasiswa tidak berpengaruh terhadap sensitivitas etis mahasiswa. PENUTUP Simpulan Berdasarkan pada hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi sensitivitas etis mahasiswa akuntansi adalah pengetahuan dosen dan metode penyampaian dosen sehingga dapat dikatakan bahwa dosen mempunyai pengaruh besar dalam membentuk sensitivitas etis mahasiswa melalui pembelajaran di dalam kelas yang terkait dengan etika bisnis dan profesi akuntan, sedangkan muatan etika, interaksi antara dosen dengan mahasiswa, dan interaksi antar mahasiswa tidak berpengaruh karena mahasiswa sudah mempunyai karakter dan nilai-nilai sendiri yang sudah terbentuk sejak kecil dari lingkungan keluarga atau reference group sehingga susah untuk dipengaruhi oleh membership group-nya, adapun kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Muatan etika terbukti tidak berpengaruh positif terhadap sensitivitas mahasiswa akuntansi. Hal ini berarti sensitivitas etis mahasiswa tidak dipengaruhi oleh muatan etika. 2. Pengetahuan dosen mengenai etika terbukti berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Hal ini berarti Pengetahuan dosen mengenai etika terbukti dapat meningkatkan sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Jurnal Akuntansi ISSN 2303-0356 Vol. 7, No.3, Oktober 2017 Hal. 53-74 73 3. Metode penyampaian dosen mengenai etika terbukti berpengaruh positif terhadap sensitivitas mahasiswa akuntansi, Hal ini berarti metode penyampaian dosen mengenai etika terbukti dapat meningkatkan sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. 4. Interaksi dosen tidak terbukti berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Hal ini berarti sensitivitas etis mahasiswa tidak dipengaruhi oleh interaksi mahasiswa dengan dosen. 5. Interaksi mahasiswa tidak terbukti berpengaruh positif terhadap sensitivitas etis mahasiswa akuntansi. Hal ini berarti sensitivitas etis mahasiswa tidak dipengaruhi oleh interaksi mahasiswa dengan mahasiswa lain. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas serta pertimbangan masih adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan saran-saran berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang lebih banyak tidak hanya mahasiswa jurusan akuntansi di Universitas Bengkulu, namun juga universitas yang ada di kota Bengkulu, sehingga dapat membandingkan hasilnya agar lebih optimal dan hasilnya lebih bisa digeneralisasi. 2. Bagi penelitian mendatang diharapkan lebih baik dalam perumusan pernyataan atau pertanyaan yang akan digunakan sebagai indikator dalam penelitian, sehingga responden lebih dapat memahami maksud atau persepsi peneliti tentang indikator tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ali, L. (1991). kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. len, R. W., Bacdayan, P., Kowalski, K. B., & Roy, M. H. (2005). Examining the Impact of Ethics Training on Business Students Values. Education and Training , 170-182. Azwar, S. (2013). Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bachtiar, E., Fitriyani, Anggraita, V., & Rais, K. A. (2014). Analisis Peranan Kurikulum dan Lingkungan Akademik Terhadap Tingkat Pemahaman dan Kepekaan Mahasiswa Terhadap Korupsi dan Tindakan Tidak Beretika dalam Bisnis. Simposium Nasional Akuntansi XVII. Borkowski, S. C., & Ugras, Y. J. (1992). The ethical attitudes of students as a function of age, sex and experience. Journal of Business Ethics , 961 - 979. Brinkmann, Johannes, Ronald, R., Sims, & Lawrence, N. J. (2011). Business Ethics Across the Curriculum. Journal of Business Ethics Education vol 8 , 83-104. Chirsmastuti, A. Agnes dan Vena Purnamasari. 2004. Hubungan Sifat Machiavellian, Pembelajaran Etika dalam Mata Kuliah Etika, dan Sikap Etis Akuntan: Suatu Analisis Perilaku Etis Akuntan dan Mahasiswa Akuntansi di Semarang. Simposium Nasional Akuntansi VII. Cooper, D. R. (2012). Business Research Methods, 12th ed. New York: McGraw-Hill. Desjardins, J, Hartman, L. (2011). Etika Bisnis:Pengambilan Keputusan untuk Integritas Pribadi dan Tanggung jawab Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga. Febrianty. (2010). Pengaruh Gender, Locus Of Control, Intellectual Capital, Dan Ethical Sensitivity Terhadap Perilaku Etis Mahasiswa Akuntansi Pada Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis. PENGARUH PEMBELAJARAN ETIKA DAN LINGKUNGAN AKADEMIK ….. Yeyen Gustriana dan Darman Usman 74 Fitri. (2013). Kurikulum Nasional Berbasis Kompetensi Mengacu pada KKNI. http://www.kopertis12.or.id/2013/04/28/kurikulum-nasional-berbasis kompetensi-mengacu- pada-kkni.html. Diakses pada tanggal 28 April 2013. Gerungan, W. A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Ibm Spss 21 Update Pls Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hair, Joseph F., et.al. . (2010). Multivariate data analysis. (7th edition). New york: Prentice Hall International, Inc. Himmah, Faiqoh, E., & Kamayanti, A. (2013). Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Mengenai Skandal Etis Auditor dan Corporate Manager. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Unversitas Brawijaya , Vol. 1. No. 2. Ischayati, Isni. 2011. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Mengenai Kompetensi Dosen dan Fasilitas Belajar terhadap Motivasi Belajar Akuntansi Keuangan Menengah pada Mahasiswa FKIP- UMS PROGDI Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008/2009. Skripsi Thesis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ludigdo dan Machfoedz , Mas’ud. (1999). Persepsi Akuntan dan Mahasiswa tentang Etika Bisnis. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia vol 2 no 1 juni . Mulawarman, A.D. (2008). Pensucian Pendidikan Akuntansi Episode 2: Hyperview of Learning dan Implementasinya. Jurnal TEMA Vol. 8 No. 1 maret 2008 . Perloff, R. M. (2003). The Dynamic Of Persuasion; Communication and Attitudes in the 21st Century. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publisher Salam, B. (2000). Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. Sari, L. P. (2013). Pengaruh Muatan Pendidikan Etika dalam Pendidikan Akuntansi Terhadap Persepsi Etika Mahasiswa (Studi Pada Jurusan Akuntansi fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang Angkatan 2009). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya . Sarwono, Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sunarsip. (2002). Menarik Pelajaran dari Skandal Korporasi di AS. Kompas. Falah Syaikhul. (2006). Pengaruh Budaya Organisasi dan Orientasi Etika terhadap Sensitivitas Etis. Tesis, Semarang Program Pascasarjana Universitas Diponegoro . Tim Dikti. (2013). Alternatif Penyusunan Kurikulum Mengacu Pada KKNI. Tim Pengembangan MKPD Kurikulum dan Pembelajaran.(2012). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wahyuni, S. (2016). Pengaruh Pembelajaran Etika dan Lingkungan Akademik Terhadap Tingkat Pemahaman dan Kepekaan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Terkait Tindakan Tidak Beretika dalam bisnis. Warnell, & Jessica, M. (2010). An Undergraduate Business Ethics Curriculum: Learning and Moral Development Outcomes. Journal of Business Ethics Education , 63-84 Wilson, Barbara. (2008). Predicting Intended Unethical Behavioural of Business students. Juornal of Education and Business, 187-195. http://www.kopertis12.or.id/2013/04/28/kurikulum-nasional-berbasis%20kompetensi-mengacu-pada-kkni.html http://www.kopertis12.or.id/2013/04/28/kurikulum-nasional-berbasis%20kompetensi-mengacu-pada-kkni.html