Microsoft Word - 03-Jennifer_rev1


Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 
Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm.26-41 

 

 

PREFERENSI INDIVIDU TERHADAP PENGOBATAN 
TRADISIONAL DI INDONESIA 

Herika Jennifer1, Endah Saptutyningsih2 
1,2 Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 

Jalan Lingkar Selatan, Bantul, Yogyakarta 55183 Indonesia, Phone: +62-274-387656 
E-mail korespondensi: herikajennifer.hj@gmail.com 

 
Naskah diterima: Agustus 2014; disetujui: Februari 2015 

Abstract: This study aims to determine the preferences of individuals to choose traditional 
medicine in Indonesia. The data used in this study obtained from the Indonesian Family Live 
Survey (IFLS) and it’s a longitudinal survey with a panel data study. The use of IFLS data is 
to obtain recent information on variables to be tested. The subject in this study is the individ-
ual in the household aged 15 years old or more in 13 provinces survey members. Research 
variables used in this research are the owner of health insurance, age, region of residence 
(urban), income, distance to health facilities, the number of medicine post and education of 
household members IFLS. Data processing was performed using probit regression method The 
results showed that age, region of residence and the existence of postal medicine influence to 
the individual probability to choose traditional medicine. The probability value for each varia-
ble showed that individuals in household that over age, living in the village and living in the 
region of postal medicine have a higher educated have a higher probability high to choose tradi-
tional medicine. 

Keywords: traditional medicine; Indonesia Family Live Survey; preferences; probit 
JEL Classification: D12, M20 

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi individu untuk memilih 
pengobatan tradisional di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber 
dari data Indonesia Family Live Survey (IFLS) dan merupakan survei longitudinal dengan 
studi data panel. Penggunaan data IFLS diharapkan dapat memberikan informasi terikini dan 
lebih luas mengenai variabel-variabel yang akan diuji di dalam model. Subjek penelitian ini 
adalah individu dalam rumah tangga berumur 15 tahun atau lebih pada 13 provinsi anggota 
survei. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepemilikan asuransi 
kesehatan, usia, pendapatan, wilayah tempat tinggal, jarak menuju fasilitas kesehatan, jumlah 
pos obat dan pendidikan individu dalam rumah tangga IFLS. Pengolahan data dilakukan 
dengan menggunakan metode regresi probit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa usia, 
wilayah tempat tinggal dan keberadaan pos obat masing-masing berpengaruh terhadap proba-
bilitas individu untuk memilih pengobatan tradisional. Sedangkan nilai probabilitas pada 
setiap variabel menunjukkan bahwa individu dalam rumah tangga yang berusia lanjut, ting-
gal di desa dan tinggal di wilayah yang terdapat pos obat, memiliki probabilitas yang lebih 
tinggi untuk memilih pengobatan tradisional. 

Kata kunci: pengobatan tradisional; Indonesia Family Live Survey; prefrerensi; probit 
Klasifikasi JEL: D12, M20 

 

PENDAHULUAN 

Kesehatan merupakan aspek yang penting 
dalam kehidupan yang dapat merefleksikan 
tinggi rendahnya standar hidup yang dimiliki 

seorang individu. Kesehatan dianggap penting 
karena dengan sehat maka memudahkan indi-
vidu untuk melakukan aktivitas kesehariannya. 
Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh 
status sehat individu dapat dilakukan dengan 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 27

mengkonsumsi barang dan jasa kesehatan atau-
pun dengan melakukan kegiatan yang diang-
gap dapat menyehatkan. Jika status kesehatan 
tidak terpenuhi maka dapat menyebabkan indi-
vidu mengalami keluhan kesehatan yang dapat 
menimbulkan sakit sehingga akan berdampak 
pada terganggunya aktifitas. Sakit berhubungan 
dengan perilaku pencarian obat untuk memper-
oleh kembali status sehat yang dapat dilakukan 
dengan berbagai cara misalnya dengan mencari 
pengobatan medis ke dokter, bidan, dan tenaga 
medis lainnya. Selain dengan pengobatan medis 
perilaku pencarian pengobatan terhadap keja-
dian penyakit dapat juga dilakukan dengan 
cara pengobatan sendiri yaitu dengan membeli 
obat di warung dengan tetap memperhatikan 
petunjuk pemakaian atau dengan cara peng-
obatan tradisional yang masih eksis pada 
individu dalam rumah tangga. Perilaku penca-
rian pengobatan melalui pengobatan tradisional 
yang masih banyak dilakukan oleh individu 
dalam rumah tangga dapat dilihat dalam tabel 
1. 

Fakta yang menarik adalah sekitar 80 per-
sen dari tanaman obat yang ada di dunia tum-
buh di Indonesia, sehingga bahan yang dibu-
tuhkan untuk pengobatan yang berasal dari 
alam ini dapat dengan mudah di temui di 
sekitar kita. Rustam, dkk (2007) menyatakan 
bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman 
hayati yang luar biasa dengan jumlah sekitar 
40.000 spesies, dari seluruh jumlah spesies ter-
sebut sekitar 1300 di antaranya digunakan seba-
gai obat tradisional. Berdasarkan data yang 
diperoleh dari BPOM (Badan Pengawasan Obat 
dan Makanan) hanya sebanyak 283 spesies 
tanaman obat yang baru diregistrasi untuk 
penggunaan obat tradisional/jamu dan hanya 
13 spesies yang baru dibudidayakan yang 
dapat dilihat pada tabel 2 (Lampiran). 

Jumlah spesies tanaman obat yang melim-
pah di Indonesia membuat penggunaan peng-
obatan tradisional oleh individu dalam rumah 
tangga telah dilakukan secara turun-temurun 
dari nenek moyang hingga sekarang, kebiasaan 
ini telah menjadi warisan budaya bangsa Indo-
nesia. Pengobatan tradisional masih digunakan 
oleh individu dalam rumah tangga dikarenakan 
beberapa faktor yang menunjang yaitu penga-
laman yang sebelumnya didapat oleh orang tua 
yang telah turun temurun digunakan, tidak 
merepotkan atau lebih praktis karena bahan 
yang digunakan dapat langsung diperoleh dari 
alam yang ada di sekitar rumah, pengobatan 
tradisional tidak mengeluarkan biaya, serta 
manfaat yang dirasakan yaitu ramuan tradi-
sional yang dikonsumsi beserta bantuan pengo-
batan dari dukun dapat mrngurangi rasa sakit 
(Gazali, dkk, 2011).  

Pengobatan tradisional diterapkan karena 
alasan mudah, murah dan manjur serta sesuai 
dengan kerangka berpikir individu dalam 
rumah tangga terkait dengan konsep keseim-
bangan dan pelestariannya perlu tetap diupaya-
kan karena telah berakar lama pada individu 
dalam rumah tangga. Penyakit yang paling 
sering dialami oleh individu dalam rumah 
tangga adalah masuk angin yang dapat diana-
logikan sebagai gangguan tubuh akibat unsur 
angin yang tidak lancar. Prinsip yang terdapat 
di dalam pengobatan kerokan seperti oposisi 
biner: panas x dingin; longgar x kencang; angin 
masuk x angin keluar; ringan x berat; serta 
tercapainya keseimbangan merupakan dasar 
pengobatan tradisional. Angin yang terdapat 
dalam tubuh dapat dikeluarkan lewat kentut 
atau sendawa (Triratnawati, 2010). 

Kristina, dkk (2007) menyatakan bahwa jenis 
kelamin, usia, pendidikan, status pekerjaan serta 
pendapatan individu berhubungan dengan 

Tabel 1. Persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan dan penggunaan obat tradisional 

No Tahun 
Pengguna Obat Menurut Jenis Kelamin Total 

Laki-Laki (Persen) Perempuan (Persen) Laki-Laki + Perempuan (Persen) 

1. 2009 24,05 24,55 24,24 
2. 2010 27,38 27,77 27,57 
3. 2011 23,52 23,74 23,63 
4. 2012 24,16 24,49 24,33 

Sumber: www.bps.ac.id  



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 28 

perilaku pengobatan sendiri sedangkan lokasi 
(desa atau kota) serta jarak tempat tinggal 
dengan fasilitas kesehatan tidak memiliki 
hubungan yang signifikan terhadap perilaku 
pengobatan sendiri. Metode yang dipakai dalam 
studi sebelumnya memiliki beberapa kelemahan 
di antaranya kurang dapat dihandalkan untuk 
mengidentifikasi dan mengukur efek yang 
ditimbulkan dalam model cross-section maupun 
time-series dan tidak memberikan hasil yang 
kompleks terutama dalam studi yang mempe-
lajari dan menguji model perilaku (behavior 
models). 

Studi mengenai status kesehatan dalam 
pengukurannya lebih sesuai diolah dengan 
menggunakan data Indonesia Family Life Survey 
(IFLS) karena data ini akan memberikan ukuran-
ukuran yang luas mengenai status kesehatan 
individu termasuk langkah-langkah yang dila-
porkan langsung mengenai status kesehatan 
secara umum, pengalaman morbiditas, dan 
penilaian secara fisik misalnya tinggi, berat 
badan, lingkar kepala, hemoglobin dan lainnya, 
selain itu data IFLS juga dapat memberikan 
gambaran yang jauh lebih banyak daripada sta-
tus kesehatan yang biasa tersedia dalam survei 
rumah tangga, misalnya IFLS dapat memberikan 
data yang dapat digunakan untuk mengeksplo-
rasi hubungan antara status sosial ekonomi 
dengan berbagai susunan kesehatan. 

Setyawati dan Meridian (2010) dalam studi 
yang menggunakan data Indonesia Family Life 
Survey (IFLS) yang menyimpulkan bahwa 
keberadaan modal sosial pada individu dalam 
rumah tangga IFLS mempunyai hubungan yang 
signifikan dengan pemanfaatan dukun beranak 
di mana pendidikan merupakan satu-satunya 
faktor yang signifikan terhadap pemilihan per-
salinan dengan menggunakan dukun. 

Hidayat (2008) dengan analisis data Indo-
nesia Family Life Survei (IFLS) menunjukkan 
bahwa peserta asuransi kesehatan terbukti 
memiliki probabilitas kunjungan yang lebih 
tinggi dalam menggunakan pelayanan rawat 
jalan daripada non-peserta. Selain itu, dalam 
studi Supadmi (2013) menyatakan bahwa peri-
laku pasien geriatric dalam melakukan swa-
medikasi (pengobatan sendiri) adalah kepe-
milikan asuransi kesehatan di mana studi ini 
menunjukkan bahwa jumlah pasien yang tidak 
memiliki asuransi kesehatan lebih banyak mela-

kukan swamedikasi dibandingkan dengan pasien 
yang memiliki asuransi kesehatan artinya hasil 
analisis menunjukkan kepemilikan asuransi 
kesehatan memiliki hubungan yang signifikan 
dengan perilaku pengobatan.  

Purnamaningrum (2010) telah melakukan 
studi tentang perilaku masyarakat untuk men-
dapatkan pelayanan kesehatan menyatakan 
bahwa sikap memiliki hubungan yang signifi-
kan antara sikap dengan perilaku mengobati. 
Pengetahuan tidak memiliki hubungan yang 
signifikan antara pengetahuan individu dengan 
perilaku mengobati. Pendidikan tidak mempu-
nyai hubungan yang signifikan dengan perilaku 
mengobati. Pendapatan tidak memiliki hubungan 
yang signifikan dengan perilaku mengobati. 
Terdapat hubungan antara asuransi kesehatan 
dengan perilaku mengobati. 

Rahayu (2012) dalam studinya dengan 
menggunakan cross section menyatakan bahwa 
hasil studinya menunjukkan bahwa persentase 
individu yang memilih pengobatan tradisional 
di wilayah kerja Puskesmas Muara Siberut seba-
nyak 63,54 persen dengan beberapa variabel 
yaitu pengetahuan, ada hubungan antara 
pengetahuan dengan pemilihan pengobatan. 
Sikap memiliki hubungan yang signifikan 
dengan pemilihan pengobatan. Pekerjaan tidak 
mempunyai hubungan dengan pemilihan peng-
obatan akan tetapi mereka tetap memilih 
pengobatan tradisional sesuai teori masyarakat 
yang memiliki pekerjaan dan penghasilan yang 
pas-pasan akan memilih pengobatan tradisional. 
Pendidikan memiliki hubungan yang signifikan 
dengan pemilihan pengobatan oleh individu. 
Jarak tempat tinggal tidak memiliki hubungan 
yang signifikan dengan pemilihan obat. 

Supardi, dkk. (2003) menyatakan bahwa 
penduduk yang berusia lanjut yaitu lebih dari 
56 tahun untuk menggunkan obat tradisional 
lebih banyak 1,56 kali daripada penduduk yang 
bukan lanjut usia. Supardi dan Susyanty (2010) 
menyatakan bahwa: kelompok usia lanjut usia 
memiliki hubungan yang signifikan dengan 
penggunaan obat tradisional. Terdapat hubungan 
yang signifikan antara jenis kelamin dan peng-
gunaan obat tradisional. Ada hubungan yang 
signifikan antara individu yang menikah dan 
penggunaan obat tradisional. Terdapat hubungan 
signifikan antara individu yang berpendidikan 
rendah dan penggunaan obat tradisional. Ada 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 29

hubungan yang signifikan antara jenis peker-
jaan individu dan penggunaan obat tradisional. 
Ada hubungan yang signifikan antara tempat 
tinggal dan penggunaan obat tradisional. Jenis 
Keluhan memiliki hubungan antara individu 
yang mengeluh demam, batuk, pilek, diare dan 
penggunaan obat tradisional, tetapi tidak ada 
hubungan yang signifikan antara individu yang 
mengeluh sakit kepala dan penggunaan obat 
tradisional. 

Supadmi (2013) menyatakan bahwa proba-
bilitas pasien geriarti melakukan swamedikasi 
di Kabupaten Sleman memberikan hasil bahwa 
faktor yang berhubungan dengan perilaku 
pasien geriatric melakukan swamedikasi adalah 
kepemilikan asuransi kesehatan di mana studi 
ini menunjukkan bahwa jumlah pasien yang 
tidak memiliki asuransi kesehatan lebih banyak 
melakukan swamedikasi dibandingkan dengan 
pasien yang memiliki asuransi kesehatan arti-
nya hasil analisis menunjukkan kepemilikan 
asuransi kesehatan memiliki hubungan yang 
signifikan dengan perilaku pengobatan.  

Gaol (2013) menyatakan bahwa perilaku 
pencarian pengobatan oleh individu dalam 
rumah tangga dipengaruhi oleh jumlah dan 
jenis sarana pelayanan kesehatan yang tersedia 
di sekitarnya. Oleh karena itu pada wilayah 
yang banyak tersedia sarana pelayanan kese-
hatan seperti puskesmas, rumah sakit pemerin-
tah dan swasta, balai pengobatan serta praktek 
dokter, maka pilihan individu dalam rumah 
tangga semakin beragam untuk melakukan 
pencarian pengobatan. Menurut Andersen (1979) 
semakin banyak sarana dan jumlah tenaga 
kesehatan maka tingkat pemanfaatan pelayan-
an kesehatan suatu masyarakat akan semakin 
bertambah.  

Tujuan dari studi ini adalah faktor yang 
signifikan terhadap preferensi untuk memilih 
berobat secara tradisional terutama pijat kerokan, 
okup/koop/bekam dan sejenisnya dan juga minum 
jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan 
dibandingkan pengobatan medis. 

METODE PENELITIAN 

Data  

Jenis data yang digunakan dalam studi ini 
adalah data sekunder yang diperoleh dari lem-

baga survei yaitu Indonesia Family Life Survey 
(IFLS) berupa data longitudinal yang mencakup 
wilayah dari 13 provinsi di Indonesia yaitu 
seluruh provinsi di Jawa, Bali, NTB, Sulawesi 
Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, 
Lampung, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. 
Survei data IFLS pertama kali dilakukan pada 
tahun 1993 yang disebut dengan IFLS-1, survei 
pada tahun 1997 disebut dengan IFLS-2, dan 
survei tahun 2000 dan 2007 yang selanjutnya 
disebut sebagai IFLS-3 dan IFLS-4.  

Subjek dalam studi ini adalah individu 
dalam rumah tangga berusia 15 tahun atau 
lebih yang merupakan individu dari studi Indo-
nesia Family Live Survey (IFLS) pada 13 provinsi 
anggota survei. Data IFLS yang akan digunakan 
dalam studi ini adalah IFLS-4 tahun 2007 yang 
dikumpulkan pada akhir November 2007 dan 
berakhir pada bulan Mei tahun 2008 untuk 
mengikuti 7.500 rumah tangga dan sekitar 312 
komunitas dengan jumlah individu dalam 
rumah tangga sebanyak 39.000 individu yang 
merupakan kolaborasi dari RAND (Research 
ANd Development), pusat untuk Studi Kependu-
dukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gajah 
Mada dan Survey METER. IFLS-4 berisi data 
rumah tangga anggota IFLS dan data fasilitas 
masyarakat.  

Data Indonesia Family Live Survey (IFLS) 
merupakan data longitudinal, namun karena 
data IFLS yang digunakan dalam studi ini 
hanya IFLS pada gelombang ke 4 maka data 
dalam studi ini dapat disebut dengan cross sec-
tion data. Alasan penggunaan data pada survei 
IFLS-4 tahun 2007 karena: 1) Penggunaan titik 
waktu pada tahun 2007 mencukupi kebutuhan 
data untuk analisis pengujian perubahan pada 
variabel yang diteliti pada sebuah rentang antar 
waktu. 2) Kelompok data tersebut adalah 
gelombang survei (wave) yang terakhir dilaku-
kan, sehingga diharapkan didapatkan informasi 
terkini pada variabel-variabel yang akan diuji 
dalam studi tersebut.  

Adapun topik kuesioner yang digunakan 
dalam studi ini tampak dalam tabel 3. 

Berdasarkan tabel 3 mengenai topik kue-
sioner dalam IFLS, variabel independen yang 
digunakan dalam studi yaitu kepemilikan asu-
ransi kesehatan yang merupakan kuesioner 
yang bersumber dari topik asuransi kesehatan 
yang bersumber dari buku 3B final. Usia dan 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 30 

wilayah tempat tinggal masing-masing meru-
pakan kuesioner dengan topik rumah tangga 
dan asset individu yang terletak dalam buku K 
final. Jarak menuju failitas kesehatan merupa-
kan kuesioner dengan topik rumah tangga dan 
asset individu yang terletak dalam gabungan 
buku 3B dan buku K final. Variabel keberadaan 
pos obat merupakan satu-satunya variabel yang 
bersumber dari data cf dengan topik kuesioner 
pengetahuan tentang penyediaan layanan kese-
hatan yang terletak dalam buku 1 final. Sedang-
kan pendidikan serta pendapatan terdapat dalam 
buku 3A final yang bersumber dari kuesioner 
dengan topik penghasilan tenaga kerja dan 
sejarah kerja.  
 

Pembentukan dan Seleksi Variabel 

Pembentukan dan seleksi variabel dilakukan 
setelah pengumpulan variabel yang dibutuh-
kan di dalam buku IFLS. Setelah buku IFLS 
ditentukan maka seleksi variabel dilakukan 
dengan memilih seksi-seksi yang didalamnya 
terdapat pertanyaan yang dapat mewakili 
variabel dependen maupun independen. Ada-
pun seksi kuesioner yang digunakan dalam 
studi ini disajikan dalam tabel 4. 

Tabel 4 setelah seksi kuesioner dipilih 
selanjutnya pertanyaan yang dapat mewakili 
variabel yang diteliti juga dipilih untuk kemu-
dian digunakan untuk pembentukan data set 
atau “do” untuk selanjutnya dilakukan peng-
olahan data. Variabel kepemilikan terdapat dalam 
seksi AK (Asuransi Kesehatan); usia terdapat 
dalam seksi AR (daftar anggota rumah tangga); 
pendapatan terdapat dalam seksi TK (ketenaga-
kerjaan); usia dan wilayah tempat tinggal sama-
sama terletak dalam seksi AR; jarak menuju 
fasilitas kesehatan terletak dalam seksi SC 
(Keterangan sampling dan wilayah pencacahan) 
dan seksi RJ (rawat jalan). Variabel keberadaan 
pos obat terdapat dalam seksi J (Sejarah keber-
adaan fasilitas kesehatan); sedangkan pendidikan 
terdapat dalam kuesioner seksi DL (pendidikan).  

Dependen variabel yang digunakan dalam 
studi ini adalah pengobatan tradisional yang 
bersumber dari topik kuesioner yaitu self treat-
ment yang masuk dalam seksi PS (pengobatan 
sendiri) yang di dalam buku IFLS dibagi lagi 
menjadi beberapa jenis pengobatan, dapat 
dilihat pada tabel 5. 

Berdasarkan tabel 5 mengenai seksi peng-
obatan sendiri terdapat beberapa dummy variabel 
yang menerangkan topik jenis pengobatan 

Tabel 4. Seksi kuesioner 

Variabel Seksi Kuesioner 

Pengobatan Tradisional (TRADITIONAL TREATMENT) Seksi PS 
Kepemilikan Asuransi Kesehatan (HEALTH_INSURANCE) Seksi AK 
Usia (AGE) Seksi AR 
Pendapatan (INCOME) Seksi TK 
Wilayah tempat tinggal(URBAN) Seksi AR 
Jarak menuju Fasilitas Kesehatan (DISFACILITY) Seksi SC & RJ 
Keberadaan pos obat (POSOBAT) Seksi J 
Pendidikan (YEARS_EDUC) Seksi DL  

Sumber: www.surveymeter.org  

Tabel 3. Topik Kuesioner IFLS  

Topik Kuesioner Buku IFLS 

Self Treatment Buku 3B Final 
Asuransi Kesehatan (Kepemilikan Asuransi Kesehatan) Buku 3B Final 
Rumah tangga dan asset individu (usia, wilayah tempat tinggal, dan jarak menuju 
fasilitas kesehatan).  

Buku K Final 

Rumah tangga dan asset individu (jarak menuju fasilitas kesehatan).  Buku 3B dan  
Buku K Final 

Pengetahuan tentang penyediaan layanan kesehatan (keberadaan pos obat ) Buku 1 Final 
Penghasilan tenaga kerja dan sejarah kerja (pendapatan, pendidikan) Buku 3A Final 

Sumber: www.surveymeter.org  
 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 31

sendiri. Namun hanya dua jenis dummy yang 
dipakai untuk mewakili variabel dependen yang 
digunakan dalam studi ini yaitu dummy “minum 
Jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan; 
dan pijat, kerokan, oukup/koop/ bekam, dan 
sejenisnya. Sedangkan untuk dummy pengobatan 
sendiri yang tidak digunakan dalam studi ini 
yaitu “minum obat modern yang dijual bebas 
(seperti Bodrex, Inza, Paramex), memakai obat 
luar (seperti tetes mata, salep, koyo, parem, dan 
sejenisnya), dan minum vitamin/suplemen”. 
Hal ini dilakukan dengan pertimbangan varia-
bel yang dianalisis sangat tergantung kepada 
keberadaan dan kelengkapan data yang ada 
sehingga tidak semua variabel pengobatan sen-
diri digunakan dalam studi ini artinya hanya 
variabel dummy yang mewakili pengobatan 
tradisional saja yang dipilih dalam studi ini.  

Definisi Operasional 

Variabel dependen dalam studi ini adalah peng-
obatan tradisional dengan asumsi pengobatan 
tradisional bertujuan untuk mengobati jenis 
keluahan penyakit ringan yang sering dialami 
masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, 
sakit maag, cacingan, flu, keluhan penyakit 
kulit dan lain-lain yang dibentuk dari dummy 
pengobatan sendiri yaitu “minum jamu atau 
obat tradisional sebagai pengobatan” dan “pijat, 
kerokan, okup/koop/bekam, dan sejenisnya”. 
Variabel ini dibentuk atas dasar kebiasaan indi-
vidu dalam rumah tangga yang pada masa 
sekarang masih banyak menggunakan peng-
obatan tradisional meskipun pengobatan medis 
semakin berkembang di era modern. Adapun 
dummy variabel ditentukan dengan 1 = jika 
memilih pengobatan tradisional; 0 = jika memi-
lih pengobatan modern.  

Adapun variabel independen meliputi: 

Kepemilikan Asuransi Kesehatan (health_in-
surance) merupakan variabel dummy ada atau 
tidaknya asuransi kesehatan yang dimiliki oleh 
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 
dengan asumsi bahwa pada data IFLS pada 
gelombang ini belum terdapat Badan Penye-
lenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang baru resmi 
beroperasi per 1 Januari 2014. Kepemilikan 
asuransi kesehatan dibuat dengan kategori 
memiliki dan tidak memiliki asuransi kesehat-
an. Adapun dummy variabel ditentukan dengan 
1 = jika memiliki asuransi kesehatan; 0 = jika 
tidak memiliki asuransi kesehatan.  
1) Usia (age) adalah usia individu dalam rumah 
tangga IFLS 2007 yang berusia 15 tahun atau 
lebih. 2) Pendapatan (income) berupa jumlah 
pendapatan yang diterima oleh individu dalam 
rumah tangga IFLS 2007dalam setiap bulannya. 
3) Faktor wilayah tempat tinggal (urban) meru-
pakan variabel dummy tempat tinggal individu 
dalam rumah tangga IFLS 2007 yang dibuat 
dengan kategori berdasarkan wilayah tempat 
tinggal yaitu perkotaan dan pedesaan. Adapun 
dummy variabel ditentukan dengan 1 = jika 
tinggal di kota; dan 0 = jika tinggal di desa. 4) 
Jarak rumah tinggal dengan fasilitas kesehatan (dis-
facility) merupakan jarak menuju fasilitas kese-
hatan khususnya fasilitas kesehatan modern 
yang ada dengan satuan kilo meter (km). 5) 
Keberadaan pos obat (posobat) adalah ada tidak-
nya pos obat di daerah individu dalam rumah 
tangga IFLS 2007. Adapun dummy variabel 
ditentukan dengan 1= jika ada posobat; 0 = jika 
tidak ada pos obat. 6) Pendidikan (years_educ) 
menunjukkan lama pendidikan yang telah 
ditempuh oleh individu dalam rumah tangga 
IFLS 2007yang dibuat dengan kategori pendi-
dikan tertinggi yang telah ditempuh oleh res-
ponden. 

Tabel 5. Seksi PS (Pengobatan Sendiri) 

Jenis Pengobatan Sendiri (PSTYPE) 

A. Minum obat modern yang dijual bebas (seperti Bodrex, Inza, Paramex)  
B. Minum Jamu atau obat tradisional sebagai pengobatan  
C. Memakai obat luar (seperti tetes mata, salep, koyo, parem, dan sejenisnya) 
E. Minum vitamin/suplemen 
F. Pijat, kerokan, oukup/koop/bekam, dan sejenisnya 

Sumber: Kuesioner IFLS dalam Buku 3B FINAL.  
 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 32 

Model Penelitian 

Metode analisis yang digunakan dalam studi ini 
adalah regresi probit. Model probit menganali-
sis hubungan antara satu variabel dependen 
berupa data kualitatif dikotomi yang bernilai 1 
apabila terdapat karakteristik dan bernilai 0 
yang menyatakan ketiadaan karakteristik. Model 
regresi probit menggunakan model variabel 
terikat yang juga bersifat dikotomi dan meng-
gunakan nilai 1 atau 0, digunakan dalam situasi 
di mana variabel dependen memiliki kemung-
kinan tanggapan “ya” atau “tidak” di mana 
dalam studi ini kemungkinan tanggapan adalah 
1 = jika memilih pengobatan tradisional dan 0 = 
jika memilih pengobatan modern.  

Regresi probit dalam studi ini digunakan 
untuk mengetahui preferensi individu untuk 
memilih pengobatan tradisional. Model persa-
maan regresi probit yang  digunakan dalam 
studi ini dapat dituliskan dalam bentuk persa-
maan berikut: 

 
Traditional = β Health + β Age1 2insurancemedicine

  

+β Income + β Urban3 4

+β Disfacility + β Posobat5 6

+β Years_educ + e7  1)

 

  
Studi ini menggunakan variabel dependen beru-
pa pengobatan tradisional yaitu apakah individu 
dalam rumah tangga IFLS 2007 menggunakan 
atau tidak menggunakan pengobatan tradisio-
nal untuk mengobati keluhan sakitnya. Hosmer 
dan Lemeshow (1989) menyatakan bahwa 

variabel yang menggunakan skala nominal 
harus diubah menjadi desain variabel (variabel 
dummy/boneka). Sedangkan variabel indepen-
den berupa kepemilikan asuransi kesehatan, 
usia, pendapatan, wilayah tempat tinggal, jarak 
menuju fasilitas kesehatan, keberadaan pos obat 
dan pendidikan.  

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Pengobatan tradisional memiliki rata-rata (mean) 
sebesar 0,1709 dengan nilai maksimal adalah 1 
(menggunakan obat tradisional) dan minimal 
adalah 0 (menggunakan pengobatan modern), 
sedangkan nilai standar deviasi adalah sebesar 
0,3764. Variabel kepemilikan asuransi kesehatan 
memiliki rata-rata sebesar 0,2731 dengan nilai 
maksimal adalah 1 (memiliki asuransi kesehat-
an) dan 0 (tidak memiliki asuransi kesehatan). 
Sedangkan nilai standar deviasi adalah sebesar 
0,0,4456. 

Rata-rata usia individu dalam rumah tangga 
IFLS 2007 pada studi ini adalah 40,1783 atau 
dibulatkan menjadi 40 tahun. Usia paling muda 
dalam studi ini adalah anggota rumah tangga 
yang berusia 15 tahun dan yang tertua berusia 
97 tahun. Nilai standar deviasi usia adalah sebesar 
16 tahun. Pendapatan individu dalam rumah 
tangga rata-rata sebesar Rp2.769.037,00 di mana 
pendapatan terbesar a dalah: 
Rp1.000.000.000,00 dan pendapatan terendah 
adalah sebesar Rp0,00 atau tidak memiliki pen-
dapatan sama-se kali. Di mana nilai standar 
deviasi adalah sebesar Rp48.800.000,00. 

Wilayah tempat tinggal memiliki rata-rata 
sebesar 0,5348 dengan nilai terkecil adalah 0 

Tabel 6. Deskripsi variabel 

Variabel Deskripsi Variabel Nilai 

Traditional_medicine 
 

Pengobatan tradisional 1 jika menggunakan obat tradisional; 0 jika 
menggunakan pengobatan modern 

Health_insurance Kepemilikan asuransi kesehatan 1 jika memiliki asuransi kesehatan; 0 jika tidak 
memiliki asuransi kesehatan 

Age Usia tahun  
Income Pendapatan Rupiah 
Urban Wilayah tempat tinggal 1 jika tinggal di kota; 0 jika tinggal di desa 
Disfacility Jarak menuju fasilitas kesehatan kilo meter (km) 
Posobat Keberadaan pos obat 1 jika ada pos obat; 0 jika tidak ada pos obat 
Years_educ Pendidikan Tahun 

 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 33

(jika tinggal di desa) dan terbesar adalah 1 (jika 
tinggal di kota). Di mana nilai standar deviasi 
adalah sebesar 0,4987. Rata-rata jarak rumah 
tinggal menuju fasilitas kesehatan adalah 5,4439 
km, di mana nilai minimum atau jarak terdekat 
adalah 0 km dan nilai maksimal atau jarak 
terjauh adalah 600 km. Nilai standar deviasi 
adalah sebesar 10,2202. Keberadaanpos obat 
memiliki nilai rata-rata adalah sebesar 0,0483 
dengan nilai maksimum adalah 1 (jika ada pos 
obat) dan nilai minimum adalah 0 (jika tidak 
ada pos obat). Sedangkan nilai standar deviasi 
adalah sebesar 0,2145. 

Rata-rata lama pendidikan adalah 7,7116 
(dibulatkan menjadi 7 tahun) atau rata-rata lama 
pendidikan peserta IFLS adalah lulusan TK 
(Taman Kanak-Kanak) dan dilanjutkan dengan 
Sekolah Dasar (SD). Di mana nilai minimum 
adalah 0 atau tidak mengenyam bangku sekolah 
sama sekali, sedangkan lama pendidikan mak-
simum adalah 21 tahun atau lulusan strata 3 
(S3). Nilai standar deviasi pendidikan adalah 
sebesar 4,4119.  

 
Hasil Analisis  

Analisis data dalam studi ini menggunakan 
regresi probit yang bertujuan untuk mengeta-
hui probabilitas individu dalam menggunakan 
pengobatan tradisional di Indonesia. Variabel 
independen yang digunakan adalah kepemilikan 
asuransi kesehatan yang merupakan dummy 
dari ada dan tidak ada asuransi kesehatan yang 
dimiliki individu dalam rumah tangga IFLS 
2007. Variabel usia merupakan usia individu 
dalam rumah tangga IFLS 2007 dalam satuan 

tahun. Variabel pendapatan merupakan penda-
patan yang diterima oleh individu dalam rumah 
tangga IFLS tahun 2007 setiap bulannya. Varia-
bel wilayah tempat tinggal merupakan dummy 
tempat individu dalam rumah tangga IFLS 2007 
tinggal yaitu kota dan desa. Variabel jarak 
rumah tinggal dengan fasilitas kesehatan meru-
pakan jarak rumah tinggal individu dengan 
fasilitas kesehatan dengan satuan kilo meter. 
Variabel keberadaan pos obat merupakan 
dummy dari ada atau tidaknya pos obat pada 
wilayah individu dalam rumah tanggal IFLS 
2007 tinggal. Sedangkan variabel pendidikan 
merupakan lama pendidikan yang telah ditem-
puh oleh individu dalam rumah tangga IFLS 
2007.  

Untuk menginterpretasi hasil analisis probit 
sedikit berbeda dengan analisis dengan metode 
lain. Pada model probit untuk memperoleh 
hasil maka harus menggunakan tabel statistik 
Z. Pada metode probit, jika kita ingin menge-
tahui probabilitas individu untuk memilih peng-
obatan tradisional maka variabel yang signifikan 
maupun yang tidak signifikan tetap dimasukkan 
ke dalam persamaan, dari hasil regresi dengan 
menggunakan STATA 11 SE, persamaan regresi 
dapat dituliskan sebagai berikut: 
 
Traditional_medicine =  

–0,5273+ 0,0782(Health_insurance) -

0,0086(Age) - 0,000000179(Income) -

0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) -

0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 2)  

Tabel 7. Deskripsi Statistik  

Variabel Mean Std. Dev. Min Max 

Pengobatan Tradisional (Traditional_medicine) 0,1709 0,3764 0 1 

Kepemilikan Asuransi Kesehatan (Health_insurance) 0,2731 0,4456 0 1 

Usia (Age) 40,1783 16,6915 15 97 

Pendapatan (Income) 2769037 4,88e+07 0 1,00e+09 

Wilayah Tempat Tinggal (Urban) 0,5348 0,4987 0 1 

Jarak Menuju Fasilitas Kesehatan (Disfacility) 5.4439 10,2202 0 600 

Keberadaan Pos Obat (Posobat) 0,0483 0,2145 0 1 

Pendidikan (Years_educ) 7,7116 4,4119 0 21 

 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 34 

Keterangan: Traditional_medicine adalah Proba-
bilitas untuk memilih pengobatan tradisional; 
Health_insurance adalah Kepemilikan asuransi 
kesehatan; Age adalah Usia individu rumah 
tangga; Income adalah Pendapatan individu 
rumah tangga; Urban adalah Wilayah tempat 
tinggal individu rumah tangga; Disfacility ada-
lah Jarak menuju fasilitas kesehatan; Posobat 
adalah Keberadaan pos obat; Years_educ adalah 
Lama Pendidikan individu rumah tangga 

Nilai pseudo R2 yang ditunjukkan dalam 
tabel adalah sebesar 0,0299 hal ini menggam-
barkan bahwa persamaan model dalam studi 
ini hanya mampu menjelaskan sebesar 2,99 
persen faktor-faktor yang berpengaruh terha-
dap probabilitas individu untuk memilih peng-
obatan tradisional. Uji Likelihood Ratio (LR) atau 
dalam uji regresi linear sering disebut dengan 
uji F-statistic atau pengujian secara bersama-
sama ditunjukkan oleh nilai pro > chi2 yaitu 
sebesar 0,0329 dan signifikan pada α <0,05 arti-
nya secara bersama-sama variabel usia, wilayah 
tempat tinggal, dan keberadaan pos obat berpe-
ngaruh terhadap probabilitas individu untuk 
memilih pengobatan tradisional. 

Hasil regresi probit diperoleh hasil bahwa 
probabilitas individu untuk memilih pengobat-

an tradisional dipengaruhi oleh variabel usia, 
wilayah tempat tinggal dan keberadaan pos 
obat yang ada. Variabel kepemilikan asuransi 
kesehatan, pendapatan, jarak menuju fasilitas 
kesehatan dan lama pendidikan tidak ber-
pengaruh terhadap probabilitas individu untuk 
memilih pengobatan tradisional. 

1) Usia Individu Rumah Tangga IFLS 2007 
(Age)  
Tabel deskripsi variabel statistik menunjukkan 
bahwa usia paling rendah anggota IFLS 2007 
adalah 15 tahun sedangkan usia maksimal 
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 adalah 
97 tahun. Besarnya probabilitas individu yang 
berusia 15 tahun untuk memilih pengobatan 
tradisional adalah sebagai berikut (dengan 
asumsi variabel lain dianggap konstan): 
 

Traditional_medicine =  

-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) - 0,0086(Age) -  

0,000000179(Income) - 0,3049(urban) –  

0,0007(Disfacility) - 0,6790(Posobat) –  

0,0123(Years_educ) 

 

Tabel 8. Hasil regresi probit 

Variabel Probit Model 

Konstanta  -0,5273 
(0,2507) 

Kepemilikan Asuransi Kesehatan (Health_insurance) -0,0782 
(0,1298) 

Usia  (Age) -0,0086** 
(0,0037) 

Pendapatan  (Income) -1,79e-07 
(1,65e-07) 

Wilayah Tempat Tinggal  (Urban) 0,3049* 
(0,1570) 

Jarak Menuju Fasilitas Kesehatan (Disfacility) -0,0007 
(0,0062) 

Keberadaan Pos Obat (Posobat) -0,6790** 
(0,2899) 

Pendidikan  (Years_educ) -0,0123 
(0,0174) 

Pseudo R20,0299 
Prob LR Statistic0,0329 

 

Dependen Variabel: Probabilitas Individu untuk Memilih Pengobatan Tradisional(Health_insurance) 
Keterangan: Tanda ( ) menunjukkan robust standard error;  *Signifikan pada α=10%, ** Signifikan pada α=5%, *** Signifikan 
pada α=1% 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 35

=  -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) –  

  0,000000179(0) - 0,3049(0) - 

  0,0007(0) - 0,6790(0) - 0,0123(0) 

= -0,5273 - 0,1290 

= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66) 

 
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 
-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga 
ditemukan angka 0,2546. Selanjutnya angka 
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga 
diperoleh 1-0,2564 = 0,7454 atau 74,54 persen. 
Jadi, probabilitas individu yang berusia muda 
untuk memilih pengobatan tradisional adalah 
sebesar 74,54 persen.  

Sedangkan besarnya probabilitas individu 
yang berusia 97 tahun untuk memilih pengobat-
an tradisional adalah sebagai berikut (dengan 
asumsi variabel lain dianggap konstan): 

 

Traditional_medicine =  

- 0,5273 + 0,0782(Health_insurance) – 

0,0086(Age) - 0,000000179(Income) – 

0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) – 

0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 

 = -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(97) – 
0,000000179(0) - 0,3049(0) - 0,0007(0) – 
0,6790(0) - 0,0123(0) 

 = -0,5273 - 0,8342 
 = -1,3615 (hasil dibulatkan menjadi -1,36) 

 
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 
-1,3 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga 
ditemukan angka 0,0869. Selanjutnya angka 
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehing-
ga diperoleh 1 - 0,0869 = 0,9131 atau 91,31 per-
sen. Jadi, probabilitas individu yang berusia 
lanjut untuk memilih pengobatan tradisional 
adalah sebesar 91,31 persen.  

Probabilitas untuk memilih pengobatan 
tradisional pada individu yang berusia muda 
adalah sebesar 74,54 persen, sedangkan pada 
individu yang berusia lanjut adalah 91,31 per-
sen. Berdasarkan nilai kedua probabilitas maka 

individu yang berusia lanjut memiliki probabi-
litas yang lebih tinggi untuk memilih pengobat-
an tradisional dibandingkan dengan individu 
berusia muda. Artinya semakin bertambah usia 
individu maka probabilitas untuk memilih 
pengobatan tradisional semakin tinggi.  

2) Wilayah Tempat Tinggal Individu Rumah 
Tangga IFLS 2007 (Urban)  
Adapun dummy variabel ditentukan dengan 1 
jika tinggal di kota dan 0 jika tinggal di desa 
dengan asumsi usia pada nilai minimumnya 
yaitu 15 tahun. Besarnya probabilitas individu 
yang tinggal di desa (0) untuk memilih pengo-
batan tradisional adalah sebagai berikut (dengan 
asumsi variabel lain dianggap konstan): 
 
Traditional_medicine= 

-0,5273+0,0782(Health_insurance)-0,0086(Age)-

0,000000179(Income)-0,3049(urban)-

0,0007(Disfacility)-0,6790(Posobat)-

0,0123(Years_educ) 

= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) –  

 0,000000179(0) - 0,3049(0) - 0,0007(0) – 

 0,6790(0) -0,0123(0) 

= -0,5273-0,1290 

= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66) 

 

Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 
pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 
-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga dite-
mukan angka 0,2546. Angka tersebut dikurang-
kan dengan angka 1. Sehingga diperoleh 1-
0,2564 = 0,7454 atau 74,54 persen. Jadi, proba-
bilitas individu yang tinggal di desa untuk 
memilih pengobatan tradisional adalah sebesar 
74,54 persen.  

Sedangkan besarnya probabilitas individu 
yang tinggal di kota (1) untuk memilih peng-
obatan tradisional adalah sebagai berikut 
(dengan asumsi variabel lain dianggap kon-
stan): 

Traditional_medicine = 

-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) - 0,0086(Age) - 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 36 

0,000000179(Income) -0,3049(urban) - 

0,0007(Disfacility) -0,6790(Posobat)-

0,0123(Years_educ) 

= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) -
0,000000179(0) - 0,3049(1) - 0,0007(0) -  
0,6790(0) - 0,0123(0) 

= -0,5273 - 0,1290 + 0,3049 
= -0,3514 (hasil dibulatkan menjadi -0,35) 

 
 
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 
-0,3 dan kolom di atas angka 0,05 sehingga 
ditemukan angka 0,3632. Selanjutnya angka 
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehing-
ga diperoleh 1-0,3632 = 0,6368 atau 63,68 persen. 
Jadi, probabilitas individu yang tinggal di kota 
untuk memilih pengobatan tradisional adalah 
sebesar 63,68 persen.  

Probabilitas untuk memilih pengobatan 
tradisional pada individu yang tinggal di desa 
adalah sebesar 74,54 persen, sedangkan pada 
individu yang tinggal di kota adalah 63,68 
persen. Berdasarkan nilai kedua probabilitas 
maka individu yang tinggal di desa memiliki 
probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih 
pengobatan tradisional dibandingkan dengan 
individu dalam rumah tangga IFLS 2007yang 
tinggal di kota.  

3) Keberadaan Pos Obat (Posobat) 
Adapun dummy variabel ditentukan dengan 1 
jika ada pos obat dan 0 jika tidak ada pos obat 
dengan asumsi usia pada nilai minimumnya 
yaitu pada 15 tahun. Besarnya probabilitas 
individu yang tinggal di wilayah yang ada pos 
boatnya (0) untuk memilih pengobatan tradisio-
nal adalah sebagai berikut (dengan asumsi 
variabel lain dianggap konstan): 
 

Traditional_medicine 

=-0,5273 + 0,0782(Health_insurance) –  

0,0086(Age) - 0,000000179(Income) - 

0,3049(urban) - 0,0007(Disfacility) - 

0,6790(Posobat) - 0,0123(Years_educ) 

=-0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) -   
0,000000179(0) - 0,3049(0) –  0,0007(0) –  

0,6790(0) - 0,0123(0) 
= -0,5273-0,1290 
= -0,6563 (hasil dibulatkan menjadi -0,66) 

 
 
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 
-0,6 dan kolom di atas angka 0,06 sehingga 
ditemukan angka 0,2546. Selanjutnya angka 
tersebut dikurangkan dengan angka 1. Sehing-
ga diperoleh 1-0,2564 = 0,7454 atau 74,54 
persen. Jadi, probabilitas individu yang tinggal 
di wilayah yang tidak ada pos obatnya untuk 
memilih pengobatan tradisional adalah sebesar 
74,54 persen.  

Sedangkan besarnya probabilitas individu 
yang tinggal di wilayah yang ada pos obatnya 
(1) untuk memilih pengobatan tradisional 
adalah sebagai berikut (dengan asumsi variabel 
lain dianggap konstan): 
 

Traditional_medicine 

= -0,5273 + 0,0782(Health_insurance) -0,0086(Age) 
- 0,000000179(Income) - 0,3049(urban)-
0,0007(Disfacility) - 0,6790(Posobat)-
0,0123(Years_educ) 

 
= -0,5273 + 0,0782(0) - 0,0086(15) – 

0,000000179(0) - 0,3049(0)-0,0007(0) – 
0,6790(1) - 0,0123(0) 

 
= -0,5273 - 0,1290 - 0,6790 
 
= -1,3353 (hasil dibulatkan menjadi -1,33) 

 
 
Selanjutnya angka tersebut dicari nilainya 

pada tabel statistika Z, di mana pada kolom kiri 
-1,3 dan kolom di atas angka 0,03 sehingga 
ditemukan angka 0,0918. Selanjutnya angka ter-
sebut dikurangkan dengan angka 1. Sehingga 
diperoleh 1-0,0918 = 0,9082 atau 90,82 persen. 
Jadi, probabilitas individu yang tinggal di wila-
yah yang ada pos obatnya untuk memilih 
pengobatan tradisional adalah sebesar 90,82 
persen.  

Probabilitas untuk memilih pengobatan 
tradisional pada individu yang tinggal pada 
wilayah yang tidak ada atau minim pos obatnya 
adalah sebesar 74,54 persen, sedangkan pada 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 37

individu yang tinggal pada wilayah yang ada 
pos obatnya adalah 90,82 persen. Berdasarkan 
nilai kedua probabilitas maka individu yang 
tinggal pada wilayah yang ada pos obatnya 
memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk 
memilih pengobatan tradisional dibandingkan 
dengan individu yang tinggal pada wilayah 
yang minim atau bahkan tidak ada pos 
obatnya. Artinya semakin banyak pos obat di 
wilayah individu rumah tangga IFLS 2007 
tinggal maka probabilitas individu untuk 
memilih pengobatan tradisional semakin tinggi. 

Studi ini menggunakan data panel atau 
longitudinal data yang diolah menggunakan 
metode regresi probit dengan tujuan untuk 
mengetahui preferensi individu untuk memilih 
pengobatan tradisional. Hasil regresi menun-
jukkan bahwa variable usia, wilayah tempat 
tinggal dan keberadaan pos obat mempenga-
ruhi probabilitas individu untuk memilih peng-
obatan tradisional. Sedangkan variabel kepemi-
likan asuransi kesehatan, pendapatan, jarak 
menuju fasilitas kesehatan dan pendidikan tidak 
berpengaruh terhadap probabilitas individu 
untuk memilih pengobatan tradisional. 

Usia secara signifikan berpengaruh terha-
dap probabilitas individu untuk memilih peng-
obatan tradisional. Semakin bertambahnya usia 
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 maka 
probabilitas untuk memilih pengobatan tradi-
sional semakin tinggi. Hal ini sejalan engan 
studi Kristina, dkk (2007) yang menyatakan bah-
wa usia memiliki pengaruh yang signifikan 
terhadap perilaku pengobatan sendiri yang 
rasional pada masyarakat. Studi ini juga sejalan 
dengan pendapat Supardi, dkk (2003) menyata-
kan bahwa penduduk yang berusia lanjut yaitu 
lebih dari 56 tahun untuk menggunkan obat 
tradisional lebih banyak 1,56 kali daripada 
penduduk yang bukan lanjut usia. Proporsi 
penggunaan obat tradisional pada individu 
kelompok lanjut usia lebih tinggi daripada 
individu yang belum lanjut usia artinya ada 
hubungan yang signifikan antara individu 
dengan kelompok usia lanjut usia dengan 
penggunaan obat tradisional, hal ini mungkin 
berhubungan dengan keluhan sakit lebih banyak 
diderita pada kelompok usia tua dengan jenis 
keluhan yang kurang dikenal untuk ditanggu-
langi dengan penggunaan obat modern 
(Supardi, 2007). Kondisi ini dapat disebabkan 

karena orang tua lebih menyukai penggunaan 
obat tradisional dengan alasan pengobatan 
tradisional tidak merepotkan atau praktis dan 
lebih mudah dilakukan karena tidak perlu 
datang kepada tenaga medis untuk meminta 
resep obat. Obat tradisional lebih diminati oleh 
orang yang berusia lanjut karena kesadaran 
akan bahan kimia yang didapatkan dari 
pengobatan medis dapat membawa dampak 
buruk bagi kesehatan mengingat antibody atau 
kemampuan tubuh untuk menahan serangan 
dari luar sudah mulai menurun pada individu 
yang berumur lanjut. Selain itu pengobatan 
tradisional telah menjadi tradisi warisan nenek 
moyang yang telah dilakukan sejak dulu dan 
menjadi kebiasaan yang melekat pada diri 
seseorang misalnya pada penyakit yang sering 
muncul pada individu dalam rumah tangga 
seperti masuk angin di mana pengobatan untuk 
masuk angin dapat desembuhkan dengan cara 
kerokan yang sudah menjadi kebiasaan dan 
tersugesti oleh individu di mana masuk angin 
belum akan sembuh jika belum dikerok.  

Wilayah tempat tinggal berpengaruh terha-
dap terhadap probabilitas individu untuk 
memilih pengobatan tradisional. Probabilitas 
individu untuk memilih pengobatan tradisional 
pada individu yang tinggal di desa lebih tinggi 
daripada individu yang tinggal di kota. Hal ini 
sejalan dengan studi Supardi, dkk (2003) 
menyatakan bahwa penduduk yang tinggal di 
lokasi pedesaan menggunakan obat tradisional 
lebih banyak 1,36 kali daripada penduduk yang 
tinggal di kota. Hidayat dan Hardiansyah (2012) 
menyatakan bahwa tumbuhan obat tradisional 
di Indonesia mempunyai peran yang sangat 
penting terutama bagi masyarakat di daerah 
pedesaan yang fasilitas kesehatannya masih 
sangat terbatas di mana dalam studinya menya-
takan bahwa kurangnya fasilitas kesehatan di 
kabupaten Sintang membuat masyarakat 
memanfaatkan tumbuhan obat tradisional seba-
gai alternatif dan langkah awal pengobatan 
suatu penyakit. Darubekti (2001) menyatakan 
bahwa individu yang tinggal di desa lebih 
mendahulukan obat tradisional untuk meng-
obati keluhan sakit ringan, karena obat modern 
sulit dijangkau dan keterbatasan pendapatan 
individu dalam rumah tanggal. Kondisi ini 
dapat terjadi karena ketersediaan tanaman obat 
sebagai bahan baku pengobatan tradisional 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 38 

masih banyak di jumpai pada wilayah desa 
yang notabenenya masih memiliki lahan yang 
luas untuk tanaman obat tumbuh baik di tanam 
sebagai taman obat keluarga (TOGA) atau 
tumbuh secara liar.  

Keberadaan pos obat secara signifikan ber-
pengaruh terhadap probabilitas individu untuk 
memilih pengobatan tradisional. Berdasarkan 
nilai probit yang ditunjukkan dalam studi ini, 
probabilitas individu yang tinggal pada wila-
yah yang tidak terdapat pos obatnya lebih 
rendah daripada individu yang tinggal di wila-
yah yang terdapat pos obatnya. Kondisi ini 
dapat terjadi dalam kasus di mana obat tradi-
sional digunakan hanya untuk mengobati 
keluhan sakit ringan misalnya batuk, pilek, 
pusing, masuk angin dan gejala sakit ringan 
lainnya. Pos obat sebagai fasilitas kesehatan 
yang ada dimaksudkan untuk memberikan 
kemudahan bagi masyarakat setempat untuk 
memperoleh pelayanan kesehatan tanpa men-
gurangi peranan pengobatan tradisional (Ra-
hayu, dkk., 2006). Selain itu, walaupun masyara-
kat tinggal di wilayah yang ada pos obatnya 
namun individu lebih memilih pengobatan 
tradisional karena individu dalam rumah 
tangga merasa khawatir akan efek samping dari 
penggunaan obat kimia termasuk obat warung 
yang merupakan obat bebas dan obat bebas 
terbatas yang bukan berarti bebas efek samping 
dalam pemakaiannya. Minimnya pengetahuan 
individu akan aturan pakai obat, kesesuaian 
dosis, lama pemakaian, ada tidaknya efek 
samping dan interaksi antara obat dan makanan 
juga dapat menjadi penyebab tingginya proba-
bilitas individu yang tinggal di wilayah yang 
terdapat pos obat untuk memilih pengobatan 
tradisional. Efek samping dari penggunaan 
obat kimia menyebabkan adanya pergeseran 
pola hidup dalam masyarakat dunia termasuk 
Indonesia yang berkembang menuju paradigma 
back to nature dengan menggunakan cara-cara 
tradisional untuk kesehatan. Putri (2008) 
menyatakan bahwa semakin meningkatnya 
permintaan akan obat tradisional yang dipicu 
oleh maraknya tren back to nature yang melanda 
berbagai negara di seluruh dunia termasuk 
Indonesia, kesadaran akan efek samping yang 
ditimbulkan oleh obat sintetik, keterjangkauan 
dalam mengonsumsi, dan kecenderungan 
individu yang lebih menyukai hal-hal praktis di 

manahal ini didukung dengan paradigma 
pembangunan baru perekonomian Indonesia 
yang mendukung pengembangan industri yang 
mengolah hasil pertanian primer menjadi 
olahan (agroindustri), maka keberadaan industri 
yang bergerak di bidang pengolahan tanaman 
obat menjadi semakin berkembang. Selain itu 
bertambahnya pengetahuan individu yang 
didapat dari berbagai media di mana sekarang 
banyak perjanjian antara tenaga kesehatan 
dengan perusahaan farmasi yang menjadi spon-
sor penyelenggaraan kegiatan ilmiah yang 
berhubungan dengan kebijakan pelayanan 
kesehatan. Intervensi dengan perusahaan farmasi 
ini menyebabkan kebanyakan dokter enggan 
menuliskan obat generik sehingga masyarakat 
terkadang harus membayar lebih mahal untuk 
obat yang harusnya dapat dibeli dengan harga 
yang lebih murah. Adanya hal ini membuat 
masyarakat menjadi semakin cerdas untuk 
tidak menjadi korban dalam perjanjian yang 
banyak merugikan individu sebagai pasien. 

Pendapatan tidak memiliki hubungan yang 
signifikan terhadap terhadap probabilitas indi-
vidu untuk memilih pengobatan tradisional, hal 
ini sejalan dengan studi Purnamaningrum (2010) 
yang menyatakan bahwa pendapatan tidak 
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 
perilaku mengobati baik dengan menggunakan 
obat modern ataupun pengobatan tradisional. 
Pernyataan ini juga didikung oleh studi 
Muwahid (2006) yang menyatakan bahwa 
besarnya penghasilan pekerja seks komersial di 
lokalisasi Dolly tidak berpengaruh terhadap 
probabilitas dalam pemilihan dan penggunaan 
obat tradisional yaitu jamu kemasan karena 
sebagian besar konsumen lebih memprioritas-
kan khasiat. Studi yang dilakukan oleh 
Yudhistira (2006) juga menyimpulkan bahwa 
besarnya penghasilan individu tidak berpenga-
ruh terhadap probabilitas dalam pemilihan dan 
penggunaan jamu kemasan karena sebagian 
besar konsumen jamu kemasan lebih memprio-
ritaskan khasiat yang akan didapat. Pendapatan 
individu tidak mempengaruhi probabilitas 
untuk memilih pengobatan tradisional di mana 
kondisi ini dapat terjadi karena individu dalam 
masyarakat yang mempunyai kemampuan 
secara sosioekonomi yaitu mempunyai pengha-
silan dan pekerjaan di atas upah minimum akan 
berupaya untuk mencari pengobatan ke sarana 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 39

pelayanan kesehatan (Gaol, 2013). Pengeluaran 
secara ekonomi merupakan fungsi dari penda-
patan, dalam studi ini pendapatan per kapita 
mempengaruhi kecenderungan untuk meman-
faatkan (berkunjung) ke fasilitas pelayanan 
kesehatan tradisional atau modern. Semakin 
tinggi pengeluaran per kapita maka semakin 
besar kemungkinan si individu untuk memilih 
dan mampu membayar pelayanan kesehatan 
modern dibandingkan pelayanan kesehatan 
tradisional  

Jarak menuju fasilitas kesehatan tidak 
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 
probabilitas individu untuk memilih pengobat-
an tradisional. Hal ini sejalan dengan studi 
Rahayu (2012) yang menyatakan bahwa jarak 
tempat tinggal menuju fasilitas kesehatan tidak 
berpengaruh terhadap terhadap probabilitas 
individu untuk memilih pengobatan tradisio-
nal. Tidak ada hubungan antara jarak tempat 
tinggal dengan perilaku pencarian pengobatan 
sendiri (Kristina, 2008). Kondisi ini dapat dise-
babkan karena perilaku mengobati oleh indi-
vidu lebih kepada kepercayaan akan obat yang 
dipilih dan juga khasiat, meskipun jarak menu-
ju fasilitas kesehatan modern jauh atau dekat 
individu tetap akan memilih menggunakan obat 
tradisional karena sugesti akan obat tersebut.  

Pendidikan tidak memiliki hubungan ter-
hadap probabilitas individu untuk memilih 
pengobatan tradisional, hal ini sejalan dengan 
studi Wardana (2008) menemukan bahwa ting-
kat pendidikan tidak berpengaruh secara signi-
fikan terhadap minat individu dalam menggu-
nakan obat tradisional, disebabkan adanya 
faktor lain yang lebih kuat memberikan penga-
ruh seperti tradisi nenek moyang, kebiasaan 
keluarga dan informasi nasehat dari tetangga 
atau teman kerabat atau penjual jamu/obat 
tradisional secara langsung. Purnamaningrum 
(2010) yang menyatakan bahwa pendidikan 
tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku 
mengobati. Kondisi ini dapat disebabkan kare-
na probabilitas masyarakat memilih obat tradi-
sional tergantung dengan tingkat pengetahuan 
dan pemahaman individu mengenai peng-
obatan tradisional yang biasanya telah didapat 
dari pengalaman yang diberikan oleh orang tua 
dan kebiasaan masyarakat sehingga penggu-
naan obat tradisional sudah menjadi sugesti 
akan sembuh jika individu mengkonsumsi obat 

tradisional untuk menyembukan penyakitnya.  
Kepemilikan asuransi kesehatan tidak 

memiliki hubungan yang signifikan terhadap 
probabilitas individu untuk memilih peng-
obatan tradisional. Hasil studi ini berbanding 
terbalik dengan studi yang dilakukan oleh 
Purnamaningrum (2010) yang menyatakan bah-
wa terdapat hubungan yang signifikan antara 
asuransi kesehatan dengan perilaku mengobati 
oleh seseorang. Hal ini juga bertentangan dengan 
studi yang dilakukan oleh Supadmi (2013) yang 
menyatakan bahwa jumlah pasien yang tidak 
memiliki asuransi kesehatan lebih banyak 
melakukan swamedikasi dibandingkan dengan 
pasien yang memiliki asuransi kesehatan 
artinya hasil analisis menunjukkan kepemilikan 
asuransi kesehatan memiliki hubungan yang 
signifikan dengan perilaku pengobatan. Kondisi 
ini dapat terjadi dalam kasus di mana obat 
tradisional digunakan untuk mengobati keluhan 
penyakit ringan seperti batuk, pilek, sakit 
kepala masuk angin dan keluhan sakit ringan 
lainnya yang tidak memerlukan rujukan dan 
resep dokter atau tenaga kesehatan yang ahli 
dalam bidangnya.  

SIMPULAN 

Hasil uji regresi dengan metode probit menggu-
nakan tujuh variabel menghasilkan tiga varia-
bel independen yang mempunyai pengaruh 
signifikan terhadap variabel dependen masing-
masing adalah usia, wilayah tempat tinggal dan 
keberadaan pos obat. Sedangkan kepemilikan 
asuransi kesehatan, pendapatan, jarak menuju 
fasilitas kesehatan dan pendidikan tidak berpe-
ngaruh terhadap probabilitas untuk memilih 
pengobatan tradisional. 

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis 
memberikan beberapa saran, yaitu: Pemerintah 
diharapkan dapat mengkampanyekan penting-
nya hidup sehat dengan menggunakan obat 
tradisional karena adanya dampak buruk yang 
ditimbulkan dari konsumsi obat kimia yang 
muncul dalam jangka waktu yang panjang. Di 
mana pencegahan sedini mungkin dengan 
pengalihan pada bahan-bahan tradisional akan 
dapat meminimalkan resiko yang akan ditim-
bulkan kelak.  

Individu dalam rumah tangga yang tinggal 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 1, April 2015: 26-41 40 

di wilayah yang terdapat pos obatnya memiliki 
probabilitas yang lebih tinggi untuk memilih 
pengobatan tradisional. Mengingat banyaknya 
individu dalam rumah tangga IFLS 2007 yang 
melakukan pengobatan ini maka Departemen 
Kesehatan (Depkes) diharapkan dapat melaku-
kan pembinaan dan penataan yang lebih baik 
dan luas terhadap obat tradisional guna men-
dukung program Indonesia sehat 2010 serta 
mendukung tren back to nature yang dapat 
mendukung pemerintah dalam mewujudkan 
visi Indonesia sehat 2010 tentang gambaran 
kehidupan rakyat indonesia yang hidup dalam 
lingkungan yang sehat dan dengan perilaku 
hidup sehat. 

Wilayah tempat tinggal mempengaruhi 
probabilitas individu untuk memilih pengobat-
an tradisional di mana individu yang tinggal di 
desa lebih tinggi probabilitasnya. Hal ini dapat 
disebabkan karena bahan dasar pengobatan 
tradisional masih banyak tersedia di alam, 
dengan ini diharapkan pemerintah setempat 
dapat melihat hal ini sebagai peluang untuk 
membuat industri rumahan yang memproduksi 
obat tradisional dengan kemasan yang lebih 
modern sehingga dapat mendukung berkem-
bangnya tren back to nature khususnya pada 
individu yang tinggal di kota.  

Hasil studi yang telah dilakukan maka 
studi ini mempunyai beberapa keterbatasan, 
yaitu: Studi ini hanya menggunakan data IFLS-
4 (Indonesia Family Live Survey) pada tahun 2007. 
Studi selanjutnya diharapkan dapat mengguna-
kan data IFLS pada semua periode yaitu IFLS-1 
pada tahun 1993, IFLS-2 pada tahun 1997, dan 
IFLS-3 pada tahun 2000 dengan tujuan mem-
peroleh hasil yang lebih baik dan menyeluruh. 
Studi ini menggunakan metode regresi probit 
di mana model ini memiliki kelemahan dalam 
masalah probabilitas bersyarat yang ditaksir 
mungkin tidak terletak antara nilai 0 dan 1. Hal 
ini disebabkan karena hubungan antara varia-
bel terikat dengan variabel bebasnya linear, 
maka nilai variabel terikatnya akan sangat 
tergantung dari nilai variabel bebas. Dengan 
demikian, hasil perhitungan yang diperoleh 
akan mungkin berada di luar jangkauan nilai 0 
sampai dengan 1 atau bersifat diskrit (discrete) 
di mana nilainya tidak dapat berada di luar 
pilihan beberapa opsi jawaban. Hal ini menja-
dikan metode ini sebagai model yang tidak 

terlalu baik. Jadi, diharapkan untuk studi 
selanjutnya dapat menggunakan metode yang 
berbeda sehingga hasil studi yang diperoleh 
dapat dibandingkan dengan studi sebelumnya.  

DAFTAR PUSTAKA 

Rustam, dkk (2007). Efek anti inflamasi ekstrak 
etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) 
pada tikus putih jantan galur wistar. 
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, 
No.2: 112-115. 

Gazali, dkk. (2011). Perilaku pencarian peng-
obatan terhadap kejadian penyakit malaria 
pada suku mandar di Desa Lara Keca-
matan Karossa Kabupaten Mamuju Pro-
vinsi Sulawesi Barat. Jurnal Penelitian, 
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universi-
tas Hasanuddin.  

Triratnawati, A. (2010). Pengobatan tradisional, 
upaya meminimalkan biaya kesehatan 
masyarakat desa di Jawa. Jurnal Manaje-
men Pelayanan Kesehatan, Vol. 13, No. 2 
Juni 2010:69-73. 

Kristina, dkk. (2007). Perilaku pengobatan sendiri 
yang rasional pada masyarakat. Berita 
Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 4.  

Setyawati, G dan Meridian, A. (2010). Modal 
sosial dan pemilihan dukun dalam proses 
persalinan: Apakah relevan?. Kesehatan, 
Vol. 14, No. 1, Juni 2010: 11-16. 

Hidayat, B. (2008). Estimasi dampak program 
asuransi kesehatan pada jumlah kun-
jungan rawat jalan di Indonesia. Jurnal 
Manajemen Pelayanan Kesehatan, 11.01. 

Supadmi, W. (2013). Gambaran pasien geriatri 
melakukan swamedikasi di Kabupaten 
Sleman. Jurnal Pharmaciana, Vol. 3, No. 2, 
2013: 45-50. 

Purnamaningrum, A. (2010). Faktor-faktor yang 
berhubungan dengan perilaku masyara-
kat untuk mendapatkan pelayanan kese-
hatan mata. Skripsi, Universitas Dipone-
goro. 

Rahayu, DA. (2012). Faktor-faktor yang berhu-
bungan dengan pemilihan pengobatan 
tradisional di wilayah kerja puskesmas 
Muara Siberut kecamatan Siberut Selatan 



 

Preferensi Individu terhadap Pengobatan ... (Herika Jennifer, Endah Saptutyningsih) 41

Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 
2012. Skripsi, Universitas Andalas. 

Supardi S, dan Susanty AL. (2010). Penggunaan 
obat tradisional dalam upaya pengobatan 
sendiri di Indonesia (Analisis Data 
Susenas Tahun 2007). Buletin Penelitian 
Kesehatan, Vol. 38, No. 2: 80-89. 

Supardi S, dkk. (2003). Beberapa faktor yang 
berhubungan dengan penggunaan obat 
tradisional dalam pengobatan sendiri di 
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 
31.1, Maret. 

Supadmi, W. (2013). Gambaran pasien geriatri 
melakukan swamedikasi di Kabupaten 
Sleman. Jurnal Pharmaciana, Vol. 3, No. 2, 
2013: 45-50. 

Gaol, TL. (2013). Pengaruh faktor sosio demo-
grafi, sosio ekonomi dan kebutuhan ter-
hadap perilaku masyarakat dalam penca-
rian pengobatan di Kecamatan Medan 
Kota Tahun 2013. Tesis, Universitas Suma-
tera Utara. 

Hosmer, DW dan Lemeshow. (1989). Applied 
Logistic Regression. Ed. John Wolfley Sons 
(81): 8-20. 

Hidayat, D dan Hardiansyah G. (2012). Studi 
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat 
di Kawasan IUPHHK PT. Sari Bumi 

Kusuma Camp Tontang Kabupaten Sin-
tang. Jurnal Vol. 8, No. 2: 61-68.  

Darubekti, N. (2001). Perilaku kesehatan ma-
syarakat desa Talang Pauh Kecamatan 
pondok kelapa Kabupaten Lampung. 
Jurnal Penelitian UNIB. 7(2): 96-103. 

Rahayu, dkk. (2006). Pemanfaatan tumbuhan 
obat secara tradisional oleh masyarakat 
lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Teng-
gara. BIODIVERSITAS Vol. 7, No. 3: 245-
250. 

Putri, FSA. (2008). Formulasi strategi pemasar-
an obat tradisional pada Taman Syifa di 
Kota Bogor, Jawa Barat. Skripsi, Fakultas 
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.  

Muwahid, A. (2006). Pola pemilihan dan peng-
gunaan jamu kemasan di kalangan pekerja 
seks komersial di Lokalisasi Dolly, Surabaya. 
S Fakultas Farmasi UBAYA. 

Yudhistira, RB. (2006). Pola pemilihan dan 
penggunaan jamu kemasan di kalangan 
penarik becak di Terminal Bratang-Sura-
baya. Skripsi, Universitas Surabaya.  

Wardana. (2008). Penggunaan obat tradisional 
sebagai alternatif pengobatan pada 
masyarakat di Kabupaten Sleman. Skripsi, 
Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad 
Dahlan, Yogyakarta. 

 

LAMPIRAN 
 

Tabel 2. Produksi tanaman obat hasil budidaya (kg) tahun 2009 - 2013 

Komoditas 
Tahun 

2009 2010 2011 2012 2013 

Jahe  122.181.084 107.734.608 94.743.139 114.537.658 155.286.288 
Lengkuas  59.332.313 58.961.844 57.701.484 58.186.488 69.730.091 
Kencur  43.635.311 29.638.127 34.016.850 42.626.207 41.343.456 
Kunyit  124.047.450 107.375.347 84.803.466 96.979.119 120.726.111 
Lempuyang 8.804.375 8.520.161 8.717.497 7.235.998 11.407.985 
Temulawak 36.826.340 26.671.149 24.105.870 44.085.151 35.664.756 
Temuireng 7.584.022 7.140.926 7.920.573 6.112.765 9.583.670 
Kejineling 943.721 1.139.223 949.017 834.472 963.585 
Dringo  1.074.901 754.551 611.608 526.090 634.330 
Kapulaga  25.178.901 28.550.282 47.231.297 42.973.264 54.171.417 
Mengkudu 16.267.057 14.613.481 14.411.737 8.967.750 8.432.119 
Sambiloto  4.334.768 3.845.063 3.286.262 964.888 2.257.368 
Temukunci  4.701.570 4.358.236 3.951.932 4.307.318 8.829.437 

Sumber: www.bps.ac.id, Produksi Tanaman Obat-Obatan di Indonesia