Microsoft Word - 06-sumiyarti_rev1 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015, hlm.188-199 APAKAH HIPOTESIS “EXPORT LED GROWTH” BERLAKU DI INDONESIA? Sumiyarti Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta – 11440, Indonesia Phone +62 21 5668632 E-mail korespondensi: sumiyarti69@gmail.com Naskah diterima: Februari 2015; disetujui: September 2015 Abstract: This study aimed to test whether the hypothesis of "export led growth" applies to the Indonesian economy. The term "export led growrth" refers to a situation where a country's exports become the motor of economic growth. To achieve these objectives research using data GDP (Y) as a proxy for economic growth and serve as the dependent variable, and manufacturing exports (X), capital goods imports (M), the stock of capital (K) and labor (L) as independent variables. Of all variables used, variable labor value or coefficient greatest. While variable manufacturing exports had the smallest coefficient. Although when compared with other control variabe, the role of manufacturing exports variable in influencing economic growth (GDP) is relatively small, but the statistical significance of the test results may indicate that the alleged hypothesis of "export led growth" applies in Indonesia can be accepted. Keywords: economic export led growrth; manufacture; capital; labor; Gross Domestic Product JEL Classification: F43, O14, O47 Abstrak: Studi ini bertujuan untuk menguji apakah hipotesis “export led growth” berlaku untuk perekonomian Indonesia. Istilah “export led growrth” merujuk pada suatu keadaan dimana ekspor suatu negara menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut studi menggunakan data PDB (Y) sebagai proksi pertumbuhan ekonomi dan berlaku sebagai variabel dependen, serta ekspor manufaktur (X), impor barang modal (M), stok kapital(K) serta tenaga kerja (L) sebagai variabel independen. Dari seluruh variabel yang digunakan, variabel tenaga kerja memiliki nilai atau koefisien yang paling besar. Sedangkan variabel ekspor manufaktur memiliki koefisien yang paling kecil. Meskipun bila dibandingkan dengan variabel kontrol lainnya, peran variabel ekspor manufaktur dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (PDB) relatif sangat kecil, namun signifikansi hasil uji statistik dapat menunjukkan bahwa dugaan hipotesis “export led growrth” berlaku di Indonesia dapat diterima. Kata kunci: export led growrth; manufaktur; modal; tenaga kerja; Produk Domestik Bruto Klasifikasi JEL: F43, O14, O47 PENDAHULUAN Kajian mengenai kaitan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi masih menarik minat untuk dilakukan. Studi-studi yang mengeksplo- rasi hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi juga masih banyak dilakukan. Studi- studi tersebut menggunakan model kausalitas atau model-model ekonometri yang lain. Pada studi dengan model kausalitas dimaksudkan untuk menguji apakah ekspor yang mempe- ngaruhi pertumbuhan atau pertumbuhan eko- nomi yang mempengaruhi ekspor. Sedangkan pada studi-studi dengan model ekonometri lain sebagian besar dilakukan dengan maksud untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam istilah ekonomi dugaan adanya pengaruh ekspor dan Apakah Hipotesis “Export Led Growth” ... (Sumiyarti) 189 pertumbuhan dikenal dengan istilah export led growth hypothesis (hipotesis ELG). Studi-studi tentang korelasi antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi pada awalnya banyak menggunakan fungsi produksi dengan mempertimbangkan variabel ekspor ke dalam fungsi tersebut. Hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi diuji dengan menggu- nakan data antar negara (cross country) dalam sebuah persamaan tunggal. Namun jika terda- pat kausalitas sebaliknya yaitu pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi ekspor maka hasil estimasi persamaan tersebut menjadi bias dan tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena pada studi yang didasarkan pada fungsi pro- duksi dengan persamaan tunggal mengabaikan isu serius dari sifat simultan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Beberapa studi ekonometri yang muncul belakangan menggunakan data runtun waktu (time series) dari negara secara individual untuk menguji adanya hipotesis ELG. Studi-studi ini dilakukan sebagai jawaban dari kritik terhadap studi yang menggunakan metode persamaan tunggal dengan data antarnegara. Studi-studi tersebut sebagian besar didasarkan pada uji kausalitas Granger atau Sim, impulse response function atau error variance decomposition. Hasil- hasil studi ini belum ada yang mengarah pada hipotesis ELG. Namun-studi-studi yang dilaku- kan tersebut tetap memberi kesan adanya hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Pertentangan mengenai fakta dan interpretasi hasil studi menunjukkan bahwa terdapat perdebatan seputar hipotesis ELG. Bukti-bukti empiris tidak selalu membukti- kan bahwa hipotesis ELG selalu berlaku. Alam (2003) menunjukkan hasil studinya pada per- ekonomian Meksiko dan Brazil. Hasil temuan pada studi tersebut tidak mendukung terhadap berlakunya hipotesis ELG, sebab studi itu tidak menemukan adanya efek penyebaran dan peningkatan produktifitas dari meningkatnya ekspor manufaktur. Yang ditemukan justru im- por barang modal memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan output. Sementara Keong, Yusop dan Khim Sen (2005) mencoba melakukan pengujian terhadap hipotesis ELG di Malaysia. Dengan mengguna- kan bounding test, diperoleh hasil bahwa varia- bel ekspor dan angkatan kerja secara positif akan menyumbang pada pertumbuhan eko- nomi. Analisis lebih jauh dengan kausalitas Granger pada studi ini juga menunjukkan bahwa ekspor menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian studi ini membuk- tikan bahwa hipotesis ELG valid untuk pereko- nomian Malaysia. Untuk perekonomian Indonesia, dengan menggunakan metode Two Stage Least Square (TSLS) Ratnawati (2000) menemukan bahwa tenaga kerja, modal maupun ekspor manufak- tur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan PDB. Tenaga kerja diketahui merupakan varia- bel terbesar penyumbang PDB Indonesia. Studi ini bermaksud untuk mencoba mene- rapkan suatu metodologi pengujian yang menggabungkan antara intuisi ekonomi dan penyederhanaan kerangka fungsi produksi dengan teknik runtun waktu menggunakan spesifikasi model tertentu. Secara umum, studi ini ingin menguji validitas hipotesis ELG pada perekonomian Indonesia. Komoditas ekspor yang digunakan untuk menguji hipotesis terse- but adalah ekspor manufakur. Sehingga secara khusus, studi ini ingin membuktikan apakah ekspor manufaktur akan mempengaruhi per- tumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang. Studi ini juga akan mempertimbang- kan beberapa variabel kontrol selain ekspor manufaktur yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, seperti impor barang modal, stok modal serta tenaga kerja. Perdagangan internasional terjadi ketika ada satu pihak (penduduk, perusahaan, mau- pun pemerintah) di satu negara yang mengada- kan perdagangan (jual-beli) barang dengan pihak lain di negara yang berbeda. Perdagang- an internasional dapat terjadi karena ada negara-negara yang memliki surplus barang, sementara ada negara lain yang mengalami kekurangan barang. Alasan tersebut lebih didasarkan karena adanya perbedaan iklim, letak geografis, yang mengakibatkan adanya perbedaan sumber daya alam. Alasan lain yang mendasari terjadinya perdagangan internasio- nal adalah karena adanya perbedaan harga. Berdagang dengan negara lain bisa jadi menguntungkan, karena dapat membeli barang yang harganya lebih rendah, kemudian dapat menjualnya ke luar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Perbedaan harga di berbagai Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 190 negara inilah yang seringkali dijadikan alasan umum terjadinya perdagangan luar negeri (Nopirin, 1999 : hal 2 – 4). Sementara itu pertumbuhan ekonomi pada dasarnya menerangkan tentang kenaikan output yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Output perekonomian dilambangkan dengan nilai PDB. Oleh karena itu pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai ke- naikan nilai PDB riil per kapita. Karena aktifitas perekonomian terdiri dari berbagai sektor lapangan usaha, maka pertumbuhan ekonomi juga akan ditentukan oleh pertumbuhan (ke- naikan) output atau meningkatnya nilai tambah sektoral. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi sumber terjadinya pertumbuhan ekonomi atau meningkatnya nilai tambah dari kegiatan eko- nomi. Pemahaman mengenai faktor-faktor yang menyumbang pada pertumbuhan ekonomi atau meningkatnya nilai tambah akan lebih mudah menggunakan fungsi produksi agregat. Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara input dan output. Pada tingkat agregat, output (Y) adalah PDB yang tidak lain adalah total nilai tambah seluruh sektor produksi. Sedang- kan input yang mempengaruhi terbentuknya output adalah jumlah tenaga kerja (L) dan jumlah modal (K) yang tersedia dalam pereko- nomian. Dengan demikian dapat digambarkan bahwa output (Y) adalah fungsi dari input tenaga kerja (L) dan input modal (K), atau Y = f ( L, K ). Dalam istilah ekonomi, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dirumuskan dalam teori pertumbuhan ekonomi.. Salah satu teori ekonomi yang menggunakan fungsi produksi untuk menjelaskan hubungan antara kenaikan output dengan faktor-faktor penentunya adalah teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik dari Sollow-Swan. Inti dari teori ini adalah bagai- mana pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan output. Model ini juga menggunakan fungsi produksi yang lebih umum yaitu Q = f (K,L) yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi kapital (K) dan tenaga kerja (L). Dalam perkembangan selanjutnya, para peneliti telah melakukan banyak pengem- bangan model pertumbuhan ekonomi Neo- klasik. Pengembangan model tersebut di anta- ranya dengan mempertimbangkan variabel lain yang relevan terhadap pertumbuhan ekonomi, seperti variabel ekspor serta impor. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional sering dianggap sebagai “mesin pertumbuhan” (engine of growth). Konsep ini secara ringkas dapat di- jelaskan dengan mekanisme sebagai berikut. Pada abad ke-19, hampir semua produksi modern berpusat di Inggris. Lonjakan produksi industri dan jumlah penduduk di Inggris selanjutnya memunculkan kebutuhan akan ada- nya tempat lain yang memasok bahan mentah dan bahan makanan, serta berfungsi sebagai pasar bagi produk-produk industri. Maka kemudian berkembanglah tempat baru yang kemudian dikenal dengan “dunia peradaban baru” yang antara lain meliputi Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Argentina, Urugay dan Afrika Selatan. Perekonomian Inggris tumbuh pesat yang diikuti pula dengan peningkatan dalam impor. Kemajuan pereko- nomian Inggris ini mengimbas kepada pereko- nomian dunia baru tersebut yang diakibatkan karena meningkatnya intensitas perdagangan internasional. Kegiatan ekspor-impor telah turut mem- bantu perkembangan negara-negara tersebut. Sektor ekspor merupakan sektor utama yang mengembangkan perkonomian Inggris dan tempat-tempat “dunia peradaban baru” yang sekarang telah menjadi negara-negara maju. Kawasan-kawasan itu mengalami pertumbuhan dan pembangunan yang pesat karena terlibat dalam kegiatan ekpsor yang intensif. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa per- dagangan internasional khususnya ekspor telah menjadi “mesin pertumbuhan” bagai negara- negara berkembang saat itu (Salvatore,1997: hal. 423-424). Bukti perdagangan internasional khusus- nya sektor ekspor telah mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan yang menjadi bahan kajian dengan banyaknya studi empiris. Bebe- rapa studi empiris yang dilakukan mengguna- kan kerangka fungsi produksi, salah satunya adalah fungsi produksi neo-klasik. Dalam fungsi produksi tersebut, satu-satunya penentu pertumbuhan pendapatan jangka panjang ada- Apakah Hipotesis “Export Led Growth” ... (Sumiyarti) 191 lah adalah kemajuan teknologi yang bersifat eksogen. Dengan demikian maka perdagangan internasional tidak memiliki efek terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Model-model pertumbuhan ekonomi yang berkembang pada tahun-tahun terakhir ini mencoba menggali kaitan antara perdagangan internasional dengan pertumbuhan ekonomi. Misalnya Grossman dan Helpman (1991), yang menunjukkan manfaat-manfaat perdagangan internasional yaitu berupa eksternalitas dari masuknya komoditi impor baru maupun teknologi atau pengetahuan baru. Eksternalitas itu dimungkinkan karena dalam dunia yang tumbuh dengan cepat dengan komunikasi yang murah, ide-ide baru dan informasi dengan cepat menyebar melewati batas lintas negara. Sebaliknya sebagai akibatnya negara-negara akan mendapatkan manfaat dari penyebaran yang dihasilkan oleh inovasi dalam pengeta- huan dari negara-negara yang menjadi partner dagangnya (Grossman, G.M dan Helpman, E , 1990 : 86). Dengan penyebaran teknologi yang sem- purna (full diffusion), pergerakan menuju paintegrasi ekonomi melalui pengurangan res- triksi perdagangan juga akan berakibat pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia dalam jangka panjang. Demikian pula dengan adanya liberalisasi multilateral yang kompre- hensif yang terdiri dari perdagangan barang- barang dan ide-ide juga akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Batiz, Luis A.R. dan Xie, D., 1992 : 422-427). Meskipun studi-studi empiris yang dilaku- kan memiliki hasil yang berbeda dalam meng- gambarkan apakah perdagangan internasional memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi studi- studi yang telah dilakukan tersebut telah mele- takkan kerangka dasar untuk analisa empiris. Dasar teori yang telah mempertimbangkan variabel perdagangan intenasional adalah teori pertumbuhan baru (new growth) atau endogen. Dalam teori pertumbuhan baru telah dipertim- bangkan kemungkinan adanya eksternalitas atau increasing return to scale dalam fungsi produksi. Eksternalitas itu dapat ditimbulkan dari kegiatan melakukan impor dan ekspor dari dan ke negara lain. Secara teori, terdapat beberapa jalur yang dapat menjelaskan bahwa perluasan ekspor akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Alam, 2003 : 87 – 90): 1) Pengaruh penyebaran dinamis (dinamics spillover effect) dari peningkatan ekspor ke selu- ruh perekonomian dunia. Sumber-sumber dari penyebaran ini termasuk di antaranya perbaikan teknologi yang dipercepat sebagai akibat meningkatnya persaingan, efisiensi dan kewira- usahaan, bentuk organisasi tenaga kerja yang baik, telah mengubah sikap dan pengetahuan mengenai teknologi dan pasar secara interna- sional. Proses tersebut sering dikatakan sebagai “learning by doing” atau lebih tepatnya “learning by exporting”. Dampak langsung dari perluasan ekspor terhadap peningkatan kegiatan ekonomi itu yang kemudian diistilahkan dengan hipotesis export led growth. 2) Pada kenyataannya sebagian negara ber- kembang memiliki kendala keterbatasan nilai tukar, sehingga dengan adanya ekspor akan dapat mengurangi kendala tersebut sehingga tetap dapat melakukan impor terhadap input dan barang-barang modal yang memiliki kandungan teknologi yang tidak dapat dipro- duksi di dalam negeri. Seperti studi yang dilakukan oleh Lee (1995) dalam Alam (2003) yang menunjukkan bahwa impor barang modal dari negara yang berteknologi lebih maju kemungkinan akan memiliki eksternalitas yang besar. Sehingga tanpa memasukkan impor barang modal ke dalam persaamaan dikha- watirkan hasil estimasi yang diperoleh akan bias. 3) Levine dan Renelt (1992) dalam Alam (2003) menemukan bahwa tidak satupun dari ukuran keterbukaan yang memasukkan rasio ekspor ditambah impor terhadap PDB yang secara kuat berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Tetapi rasio ekspor terhadap PDB secara kuat berhubungan rasio investasi ter- hadap PDB. Dengan demikian terhadap hubungan yang tidak langsung antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi melalui investasi. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pene- litian. Berdasarkan landasan teoritis dan studi empiris diperoleh konsep bahwa ekspor suatu negara, terutama ekspor manufaktur akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi nilai ekspor akan semakin meningkatkan pertum- Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 192 buhan ekonomi. Berdasarkan pemikiran terse- but makan dapat disusun hipotesis sebagai ber- ikut : H1: Ekspor manufaktur mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Kinerja ekspor yang baik ditentukan oleh tingginya aktifitas produksi pada sektor-sektor ekonomi. Kemajuan aktifitas ekonomi pada sektor-sektor ekonomi di Indonesia juga masih mengandalkan pada ketersediaan barang modal, yang sebagian besar masih diimpor dari luar negeri. Dengan demikian maka bila impor barang modal juga harus diperhitungkan seba- gai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi nilai impor barang modal, maka perekonomian negara yang besangkutan akan memiliki ekster- nalitas yang lebih besar untuk melakukan alih teknologi, yang selanjutnya diharapkan akan semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hipotesis kaitan antara impor barang modal dan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut : H2: Impor barang modal mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia Pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan output per kapita dalam jangka panjang. Sedang dilihat dari sisi penawaran, output yang dihasilkan tergantung dari banyak- nya input yang digunakan. Dalam proses produksi terdapat dua jenis input yang diguna- kan yaitu modal dan tenaga kerja. Semakin banyak input modal dan tenaga kerja yang digunakan maka akan semakin banyak output yang dihasilkan, dan dapat dihipotesiskan sebagai berikut: H3: Stok modal mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia H1: Jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia METODE PENELITIAN Studi ini memfokuskan pada pembuktian apa- kah ekspor merupakan faktor pendorong terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Komoditi ekspor terutama ekspor manufaktur dianggap dapat memacu pertumbuhan eko- nomi. Studi ini memfokuskan pada bagaimana pengaruh ekspor manufaktur terhadap pertum- buhan ekonomi. Selain itu di negara sedang berkembang faktor impor barang modal juga diduga dapat menjadi penyebab pertumbuhan ekonomi. Sehingga dalam studi ini diper- timbangkan juga beberapa variabel lain yang diduga dapat menjadi penyebab terjadinya pertumbuhan ekonomi seperti impor barang modal, tenaga kerja serta stok kapital. Variabel yang digunakan dalam studi ini meliputi variabel tak bebas (dependent variable) serta variabel bebas (independent variable). Variabel tak bebas dalam studi ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diproksi dengan nilai PDB (Y). Sedangkan variabel bebas yang digunakan meliputi variabel stok kapital (K), variabel tenaga kerja (L), variabel ekspor manufaktur (X) dan variabel im2012por barang modal (M). Keseluruhan variabel tersebut didefinisikan dan diukur sebagai berikut: Variabel produk domestik bruto (Y) adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Nilai produk domestik bruto (PDB) yang digunakan dalam studi ini adalah nilai PDB riil yaitu PDB tahunan yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 1993, selama kurun waktu 1990 -2012 dalam satuan milyar rupiah. Variabel stok kapital (K) adalah besarnya nilai riil barang modal pada akhir periode. Namun studi ini nilai stok kapital diproksi dengan nilai riil pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) tahunan dari tahun 1990–2012 dengan harga konstan tahun 1993, dalam satuan milyar rupiah. Variabel ekspor manufaktur (X) adalah nilai riil ekspor yang meliputi ekspor barang dengan kode SITC 5 ditambah (+) SITC 6 kecuali SITC 67 dan SITC 68 ditambah (+) SITC 7 ditambah (+) SITC 8. SITC 5 terdiri dari produk kimia dan produk terkait; SITC 6 terdiri barang-barang manufaktur dasar (kulit, karet, kertas, tekstil, dan lain lain); SITC 67 adalah besi dan baja; SITC 68 adalah non-ferrous metal; SITC 7 terdiri dari mesin-mesin dan per- lengkapan transportasi; SITC 8 terdiri barang- barang manufaktur lainnya seperti perlengkap- an foto, instrumen optik, mainan, dan lain lain). Nilai riil ekspor manufaktur yang digunakan dalam studi ini adalah nilai ekspor tahunan dari tahun 1990-2012, dalam satuan juta US $. Apakah Hipotesis “Export Led Growth” ... (Sumiyarti) 193 Variabel impor barang modal (M) adalah nilai riil impor barang modal yang meliputi nilai impor barang modal dengan klasifikasi SITC 7 kecuali perlengkapan transportasi. Data nilai riil impor barang modal yang digunakan dalam studi ini adalah nilai impor tahunan dari tahun 1990 – 2011, dalam satuan juta US $. Variabel tenaga kerja (L) didefinisikan sebagai bagian dari penduduk usia kerja yang berumur 10 tahun ke atas (1990 – 1997) dan 15 tahun ke atas (1998 – 2012) yang bekerja. Istilah bekerja di menurut definisi BPS adalah melaku- kan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/ kegiatan ekonomi). Data tenaga kerja yang digunakan dalam studi ini adalah tenaga kerja tahunan dari tahun 1990-2012, dengan satuan orang. Untuk mencapai tujuan studi, maka digu- nakan spesifikasi model yang disusun dengan menggunakan variabel-variabel tersebut di atas sebagai berikut: Yt = f (At, Kt, Lt, Xt, Mt), 1) dimana A menunjukkan faktor eksogen Yt = At Ktβ Ltγ Xtλ Mtδ 2) Hubungan tersebut bila diubah dalam fungsi log linear akan menjadi: Log Yt = α + β log Kt + γ log Lt + λ Xt + δ log Mt + ε 3) di mana: α adalah konstanta; Kt adalah stok modal riil; Lt adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja; Xt adalah nilai ekspor; Mt adalah nilai impor Berdasarkan persamaan sederhana tersebut maka pengujian terhadap keberadaan hipotesis ELG dilakukan dengan hipotesis sebagai beri- kut : Ho : λ = 0 yang artinya hipotesis ELG ditolak Ho : λ > 0 yang artinya hipotesis ELG diterima Dengan pengujian tersebut , maka apabila nilai λ > 0, maka secara statistik hipotesis ELG diterima, yang artinya ekspor manufaktur secara statistik signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.Estimasi ter- hadap model tersebut dilakukan dengan meng- gunakan metode OLS (ordinary Least Square). Kemudian terhadap hasil estimasi yang diper- oleh akan dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apa- kah terdapat korelasi yang signifikan di antara dua atau lebih variabel independent dalam model regresi. Sedangkan uji heteroskedastitas dilakukan untuk menguji bahwa gangguan acak (µ) pada variable bebas adalah homoske- dastisitas. Uji autokorelasi menguji adanya korelasi kesalahan pengganggu (error term) dari satu periode dengan periode sebelumnya, atau kesalahan pengganggu menjadi tidak bebas karena satu sama lain saling berhubungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Model yang digunakan di dalam studi, yaitu : Log Yt = α + β log Kt + γ log Lt + λ Xt + δ log Mt + ε 4) Hasil estimasi awal dari model tersebut adalah: Log Yt = -12,19068 + 0,066557 log Kt + (0,0250) (0,0250) 1,155834 log Lt + 0,274223 Xt + (0,0018) (0,0010) 0,052778 log Mt + ε 5) (0,0474) Keterangan: ( ) menunjukkan probabilitas Hasil regresi tersebut telah melewati beberapa uji asumsi klasik meliputi uji normali- tas, uji heteroskedastisitas, uji autokolerasi dan uji multikolinearitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terdapat variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian normali- Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 194 tas dengan menggunakan Jarque Berra test menghasilkan nilai probabilita sebesar 0,991174 > 0,05 yang berarti hipotesis null yang menyata- kan bahwa distribusi dari error bersifat normal diterima. Dengan demikian asumsi normalitas yang disyaratkan dapat terpenuhi. Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varian dari setiap error bersifat heterogen yang berarti melanggar asumsi klasik yang mensya- ratkan bahwa varian dari error harus bersifat homogen. Pengujian heteroskedastisitas yang dilakukan dengan menggunakan Uji White-test mendapatkan hasil nilai probabilita Obs*R² 0,3441 > 0,05, yang memberikan kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat adanya heteroskedastisitas. Autokorelasi menunjukkan bahwa adanya korelasi antara error pada satu periode dengan error periode sebelumnya. Permasalahan auto- korelasi hanya relevan digunakan jika data yang dipakai adalah data time series. Pengujian hipotesis untuk uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Uji LM-test memberikan hasil nilai signifikansi dari probabilita Obs*R² 0.0626 > 0.05, yang memberi kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat aanya autokorelasi. Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara variabel independen mempunyai hubungan lang- sung (berkorelasi). Konsekuensi dari multikoli- nearitas akan menyebabkan koefisien regresi nilainya kecil, standar error regresi nilainya besar sehingga pengujian individunya menjadi tidak signifikan. Ciri adanya multikolinearitas adalah R-square tinggi, F-test signifikan, namun t testnya banyak yang tidak signifikan. Deteksi awal keberadaan multikolinieritas dilakukan dengan matriks korelasi. Pada model yang digunakan terdapat nilai correlation matrix antar variabel independen saling mempengaruhi. Di antaranya Stok modal riil dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja, Stok modal riil dan nilai ekspor, Stok modal riil dan nilai impor, jumlah angkatan kerja yang bekerja dan nilai ekspor. Muktikolinieritas yang kuat terjadi pada variabel independent jumlah angkatan kerja yang bekerja dan nilai ekspor yaitu sebesar 0,968976, maka multikolinearitas terse- but harus disembuhkan. Penanggulangan uji multikolinearitas dilakukan dengan menghi- langkan satu atau lebih variabel bebas yang mempunyai kolinearitas tinggi (sebelumnya telah dilakukan log-lin pada masing-masing variabel). Namun Setelah dilakukan transfor- masi logaritma natural, ternyata hasil dari pro- babilita KT 0,0018 < 0,05 yang artinya jumlah angkatan kerja sudah signifikan. Dalam arti lain, model yang diteliti tidak memiliki masalah multikolinearitas. Hasil estimasi persamaan memiliki nilai probabilita dari F-statistik adalah 0,000000 < 0,05 maka Ha diterima dan signifikan secara statistik. Atau dengan kata lain, secara ber- sama-sama variabel independen (stok modal riil, jumlah angkatan kerja yang bekerja, nilai ekspor, dan nilai impor) mempengaruhi varia- bel dependen (PDB). Hasil estimasi model regresi juga menghasilkan R² = 0,982587 = 98,2587% yang menunjukkan bahwa kemam- puan variabel independen (stok modal riil, jumlah angkatan kerja yang bekerja, nilai ekspor, dan nilai impor) untuk menjelaskan variabel dependen (PDB) sebesar 98,2587%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 1,7413% adalah perilaku dari variabel bebas lain yang mempengaruhi PDB tetapi tidak dimasukkan dalam model. Setelah dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik, maka dilakukan pengujian signi- fikansi variabel studi secara individu dengan menggunakan t test. Melihat hasil regresi ter- nyata semua data variabel yaitu jumlah angkat- an kerja yang bekerja, nilai ekspor, dan nilai impor berpengaruh secara signifikan terhadap PDB, Variabel ekspor secara statistik siginifikan mempengaruhi PDB. Koefisien ekspor memi- liliki nilai yang paling kecil diantara seluruh variabel independen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam perekonomian Indonesia, ekspor memiliki kontribusi positif dalam membentuk output (PDB). Hasil ini menunjukkan kesesuai- an dengan studi sebelumnya seperti Ratnawati (2000) bahwa tenaga kerja, modal maupun ekspor manufaktur berpengaruh positif terha- dap pertumbuhan PDB. Demikian pula dengan studi dari Keong, Yusop dan Khim Sen (2005) terhadap perekonomian Malaysia, yang mem- berikan hasil bahwa ekspor dan tenaga kerja memberikan pengaruh positif terhadap pertum- buhan ekonomi negara itu. Sementara itu variabel kontrol berupa im- Apakah Hipotesis “Export Led Growth” ... (Sumiyarti) 195 por barang modal juga memiliki koefisien positif serta signifikan dalam membentuk PDB. Hal ini dapat dijelaskan bahwa karakteristik ekspor manufaktur Indonesia masih mengan- dalkan pada kandungan barang impor ter- utama impor barang modal. Hampir seluruh jenis barang industri manufaktur memiliki kandungan impor yang tinggi. Impor barang modal memiliki eksternalitas dalam industri manufaktur. Pengaruh impor barang modal terhadap PDB terjadi tidak secara langsung tetapi melalui efek penyebaran yang ditimbul- kan oleh barang modal tersebut. Di dalam barang modal terkandung “knowledge” serta teknologi yang memberi efek positif pada pertumbuhan industri manufaktur. Dengan demikian maka peningkatan impor barang modal akan menggerakkan industi manufaktur yang pada akhirnya dapat mendorong pertum- buhan Produk Domestik Bruto. Variabel inti dalam fungsi produksi yang digunakan dalam studi ini adalah stok modal dan tenga kerja. Kedua variabel ini secara signifikan mempengaruhi PDB dengan koefi- sien yang positif. Variabel tenaga kerja meru- pakan variabel yang memiliki koefisien paling besar di antara seluruh variabel yang diguna- kan. Hasil ini sesuai dengan studi yang banyak dilakukan, dimana dalam persamaan tentang pertumbuhan PDB dengan tenaga kerja untuk perekonomian Indonesia hampir selalu diper- oleh hasil bahwa variabel ini memiliki penga- ruh yang signifikan dan positif terhadap per- tumbuhan PDB. Kenyataan ini memberi gambaran bahwa output pada sektor-sektor ekonomi di Indonesia masih mengandalkan pada jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin banyak input tenaga kerja digunakan, maka akan semakin tinggi pula output (PDB) yang dihasilkan. Konsep tenaga kerja yang digunakan dalam studi ini adalah adalah tenaga kerja dari sisi jumlah atau kuantitas, bukan kualitas. Artinya kontribusi tenaga kerja dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masih dilihat dari sisi kuantitas. Secara implisit hal ini mengesankan bahwa penggunaan tenaga kerja pada sektor-sektor ekonomi masih bertumpu pada tenaga kerja “unskill” dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang rendah akan menghasilkan nilai tambah yang juga rendah. Variabel modal pada studi ini juga memi- liki pengaruh yang positif dan signifikan terha- dap pertumbuhan ekonomi (PDB). Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin banyak stok modal digunakan maka akan semakin banyak pula output yang akan dihasilkan. Hal ini menunjukka bahwa stok modal sebagai sumber internal dalam pembentukan output masih dominan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Secara keseluruhan hasil studi ini mem- buktikan adanya kebenaran hipotesis “Export Led Growth” di Indonesia. Meskipun dampak dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) relatif sangat kecil dibandingkan faktor- faktor yang lain yang digunakan, tetapi masih memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB). Dikaitkan dengan kuatnya pengaruh tenaga kerja, dapat dikata- kan pada bahwa sektor-sektor ekonomi peno- pang ekspor Indonesia masih mengandalkan pada jumlah tenaga kerja dengan kualifikasi “unskill”. Dengan demikian daya ungkitnya terhadap penciptaan nilai tambah barang- barang manufaktur yang akan dieskpor men- jadi rendah. Selain itu masih tingginya kontri- busi impor barang modal pada aktifitas industri manufaktur juga memberi efek terhadap rendahnya daya saing produk tersebut di pasar ekspor. Hasil studi ini juga mengesankan bahwa dilihat dari sumber penyebab pertumbuhan, pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia masih mengandalkan pada sumber-sumber internal yaitu stok modal dan tenaga kerja. Sumber eksternal yang berasal dari lalu lintas barang perdagangan internasional seperti ekspor dan impor masih masih lebih rendah dampaknya terhadap pertumbuhan PDB. Eksternalitas yang berasal dari lalu lintas perdagangan masih belum bisa memberikan efek yang besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. SIMPULAN Keseluruhan variabel secara bersama-sama signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia. Pengujian statistik mengenai pengaruh variabel independen terha- Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 196 dap variabel dependen memberikan hasil bah- wa keseluruhan variabel independen yang digunakan yaitu tenaga kerja, stok modal riil, ekspor manufaktur dan impor barang modal signifikan mempengaruhi PDB. Keseluruhan variabel juga memiliki tanda positif. Hal ini berarti bahwa keseluruhan hipotesis yang diajukan dalam studi ini keseluruhannya diteri- ma. Berdasarkan besaran koefisien variabel independen, terlihat bahwa variabel tenaga kerja memiliki koefisien terbesar. Hal ini menunjuk- kan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh yang relatif lebih besar dalam men- dorong PDB dibandingkan dengan variabel lain. Secara umum hasil studi membuktikan bahwa hipotesis “Export Led Growth” berlaku untuk perekonomian Indonesia. Hasil ini sejalan dengan beberapa studi sebelumnya, bahwa perkembangan ekspor satu negara, ter- utama ekspor barang manufaktur dapat men- jadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kesimpulan yang diutarakan di atas, maka beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut. Variabel tenaga kerja secara statistik signifikan mempe- ngaruhi pertumbuhan ekonomi dan memiliki nilai koefisien yang paling besar. Namun kon- sep tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam arti jumlah atau kuantitas dan bukan kualitas. Hal ini yang dapat menjadi penyebab rendahnya nilai tambah yang dicipta- kan pada beberapa sektor produksi, termasuk industri manufaktur. Untuk itu maka diperlu- kan peningkatan kualitas tenaga serta sumber baik melalui pendidikan, pelatihan maupun pendidikan non formal lainnya. Hipotesis “Export Led Growth” berlaku untuk perekonomian Indonesia, namun lemah dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien impor barang modal justru memiliki nilai yang lebih besar dibanding dengan ekspor manufaktur. Angka ini menun- jukkan bahwa eksternalitas dari impor barang modal terhadap peningkatan nilai tambah sektor industri manufaktur masih rendah. Diperlukan suatu upaya atau kebijakan agar efek penyebar- an/alih teknologi berlaku, dan ini membutuh- kan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik. Pada akhirnya diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui daya saing pada sektor produk serta produk yang menjadi peno- pang ekspor, agar dapat dirumuskan kebijakan yang lebih terarah dalam mendorong ekspor manufaktur di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Alam, M Imam. (2003). Manufactured export, capital good import, and economic growth. International Economic Journal. Volume 17. Number 4. Winter. The Korea Internatio- nal Economic Association. Printed by Seoul University Press. Badan Pusat Statistik. (tt) Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Impor. Berbagai tahun penerbitan. Jilid/Volume II. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. (tt) Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia Ekspor. Berbagai tahun penerbitan. Jilid/Volume II. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik. (tt) Statistik Indonesia (Statistical Year Book of Indonesia). Berbagai tahun penerbitan. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Barro, Robert J. (1990). Macroeconomics. 3 rd Edition. New York: John Wiley and Sons Inc. Basri, Faisal H. (1995). Perekonomian Indonesia Abad XXI, Distorsi, Peluang dan Kendala. Jakarta: Penerbit Erlangga. Boediono. (1985). Teori pertumbuhan ekonomi. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Eko- nomi Universitas Gadjah Mada. Case, Karl and Fair, Ray. (2007). Priciples of economics. Pearson Education Inc. Dornbush, Rudiger and Fisher, Stanley. (1994). Macroeconomics. Sixth Edition. Singapore: MacGraw Hill Inc. Dumairy. (1997). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Fadhlina, Nurul dan Tarmidi, Lepi. (2008). Pengaruh liberalisasi perdagangan ter- hadap pertumbuhan industri: Bounds Testing untuk Indonesia Tahun 1976 – 2005. Paralles session IIC : Industry & Trade. 12 Desember 2007 Jam 15.00 – 16.30. Wisma Makara. Kampus UI – Depok. Apakah Hipotesis “Export Led Growth” ... (Sumiyarti) 197 Keong, Yusop and Khim, Sen. (2005). Export Led Growth Hypothesis in Malaysia: An investigation using bounds test. Sunway Academic Journal 2. Nopirin. (1999). Ekonomi internasional. Edisi 3. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Eko- nomi (BPFE) Ratnawati, Nirdukita. (2000). Persamaan ekspor industri manufaktur dan pertumbuhan GDP: Penerapan model simultan dan vector autoregressive. Media ekonomi. Volume 8. Nomor 3. Jakarta: Fakultas Ekonomi Usakti. Salvatore, Dominick. (1990). International eco- nomics. 3th Edition. New York: Macmillan Publishing Company. Susanti. Ikhsan, Moh, dan Widyanti. (1995). Indikator-indikator Ekonomi. Jakarta: Lem- baga Penerbit FE UI bekerja sama dengan LPEM FE UI. Tambunan, Tulus. (2000). Perkembangan industri barang modal di Indonesia. Jakarta: Lem- baga Penerbit LP3E dan Kompartemen Industri Logam Dasar dan Mesin Kadin Indonesia. Tambunan, Tulus. (2003). Perekonomian Indo- nesia, beberapa masalah penting. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. LAMPIRAN Hasil Regresi Log-lin Dependent Variable: LNYT Method: Least Squares Date: 17/10/13 Time: 10:03 Sample: 1990 2012 Included observations: 23 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -12,19068 4,984594 -2,445671 0,0250 LNKT 0,066557 0,047080 1,413694 0,1745 LNLT 1,155834 0,316155 3,655912 0,0018 LNXT 0,274223 0,070088 3,912559 0,0010 LNMT 0,052778 0,024796 2,128531 0,0474 R-squared 0,985753 Mean dependent var 13,05950 Adjusted R-squared 0,982587 S,D, dependent var 0,324822 Akaike info criterion 0,042863 -3,271936 Schwarz criterion 0,033071 -3,025089 Log likelihood 42,62726 Hannan-Quinn criter, -3,209855 F-statistic 311,3488 Durbin-Watson stat 1,033419 Prob(F-statistic) 0,000000 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 198 Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1,152931 Prob, F(12,10) 0,4166 Obs*R-squared 13,35039 Prob, Chi-Square(12) 0,3441 Scaled explained SS 7,632767 Prob, Chi-Square(12) 0,8131 Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 17/10/13 Time: 10:04 Sample: 1990 2012 Included observations: 23 Collinear test regressors dropped from specification Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2,238079 20,85608 0,107311 0,9167 LNKT -1,057891 2,226502 -0,475136 0,6449 LNKT^2 -0,016164 0,026451 -0,611090 0,5548 LNKT*LNLT 0,066701 0,142482 0,468137 0,6497 LNKT*LNXT 0,022605 0,046054 0,490826 0,6341 LNKT*LNMT -0,001684 0,031116 -0,054120 0,9579 LNLT -0,115642 1,316737 -0,087825 0,9317 LNLT*LNXT -0,066920 0,079544 -0,841291 0,4198 LNLT*LNMT 0,003351 0,009016 0,371688 0,7179 LNXT 0,962027 1,260598 0,763152 0,4630 LNXT^2 0,007170 0,013143 0,545585 0,5973 LNXT*LNMT -0,016544 0,032733 -0,505428 0,6242 LNMT^2 0,007008 0,007847 0,893088 0,3928 R-squared 0,580452 Mean dependent var 0,001438 Adjusted R-squared 0,076994 S,D, dependent var 0,002009 S,E, of regression 0,001930 Akaike info criterion -9,365160 Sum squared resid 3,72E-05 Schwarz criterion -8,723358 Log likelihood 120,6993 Hannan-Quinn criter, -9,203748 F-statistic 1,152931 Durbin-Watson stat 2,218004 Prob(F-statistic) 0,416612 Hasil Uji Autokolerasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2,538761 Prob, F(2,16) 0,1103 Obs*R-squared 5,540642 Prob, Chi-Square(2) 0,0626 Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 17/10/13 Time: 10:05 Sample: 1990 2012 Included observations: 23 Presample missing value lagged residuals set to zero, Apakah Hipotesis “Export Led Growth” ... (Sumiyarti) 199 Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob, C 0,885327 4,623345 0,191491 0,8506 LNKT 0,012799 0,044152 0,289893 0,7756 LNLT -0,058496 0,293330 -0,199422 0,8444 LNXT 0,014014 0,065069 0,215366 0,8322 LNMT -0,011828 0,024316 -0,486431 0,6333 RESID(-1) 0,485902 0,249728 1,945724 0,0695 RESID(-2) 0,038361 0,259774 0,147672 0,8844 R-squared 0,240897 Mean dependent var 3,21E-15 Adjusted R-squared -0,043766 S,D, dependent var 0,038771 S,E, of regression 0,039611 Akaike info criterion -3,373641 Sum squared resid 0,025104 Schwarz criterion -3,028056 Log likelihood 45,79687 Hannan-Quinn criter, -3,286727 F-statistic 0,846254 Durbin-Watson stat 2,058352 Prob(F-statistic) 0,553081