Microsoft Word - 06-sumiyarti_rev1


Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 
Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015, hlm.188-199 

 

 

APAKAH HIPOTESIS “EXPORT LED GROWTH”  
BERLAKU DI INDONESIA?                      

Sumiyarti 

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti 
Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta – 11440, Indonesia Phone +62 21 5668632 

E-mail korespondensi: sumiyarti69@gmail.com 
 

Naskah diterima: Februari 2015; disetujui: September 2015 

Abstract: This study aimed to test whether the hypothesis of "export led growth" applies to the 
Indonesian economy. The term "export led growrth" refers to a situation where a country's 
exports become the motor of economic growth. To achieve these objectives research using data 
GDP (Y) as a proxy for economic growth and serve as the dependent variable, and 
manufacturing exports (X), capital goods imports (M), the stock of capital (K) and labor (L) as 
independent variables. Of all variables used, variable labor value or coefficient greatest. While 
variable manufacturing exports had the smallest coefficient. Although when compared with 
other control variabe, the role of manufacturing exports variable in influencing economic growth 
(GDP) is relatively small, but the statistical significance of the test results may indicate that the 
alleged hypothesis of "export led growth" applies in Indonesia can be accepted. 

Keywords: economic export led growrth; manufacture; capital; labor; Gross Domestic 
Product  
JEL Classification: F43, O14, O47 

Abstrak: Studi ini bertujuan untuk menguji apakah hipotesis “export led growth” berlaku 
untuk perekonomian Indonesia. Istilah “export led growrth” merujuk pada suatu keadaan 
dimana ekspor suatu negara menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapai 
tujuan tersebut studi menggunakan data PDB (Y) sebagai proksi pertumbuhan ekonomi dan 
berlaku sebagai variabel dependen, serta ekspor manufaktur (X), impor barang modal (M), stok 
kapital(K) serta tenaga kerja (L) sebagai variabel independen. Dari seluruh variabel yang 
digunakan, variabel tenaga kerja memiliki nilai atau koefisien yang paling besar. Sedangkan 
variabel ekspor manufaktur memiliki koefisien yang paling kecil. Meskipun bila dibandingkan 
dengan variabel kontrol lainnya, peran variabel ekspor manufaktur dalam mempengaruhi 
pertumbuhan ekonomi (PDB) relatif sangat kecil, namun signifikansi hasil uji statistik dapat 
menunjukkan bahwa dugaan hipotesis “export led growrth” berlaku di Indonesia dapat diterima. 

Kata kunci: export led growrth; manufaktur; modal; tenaga kerja; Produk Domestik Bruto 
Klasifikasi JEL: F43, O14, O47 

 

PENDAHULUAN 

Kajian mengenai kaitan antara ekspor dan 
pertumbuhan ekonomi masih menarik minat 
untuk dilakukan. Studi-studi yang mengeksplo-
rasi hubungan antara ekspor dan pertumbuhan 
ekonomi juga masih banyak dilakukan. Studi-
studi tersebut menggunakan model kausalitas 
atau model-model ekonometri yang lain. Pada 

studi dengan model kausalitas dimaksudkan 
untuk menguji apakah ekspor yang mempe-
ngaruhi pertumbuhan atau pertumbuhan eko-
nomi yang mempengaruhi ekspor. Sedangkan 
pada studi-studi dengan model ekonometri lain 
sebagian besar dilakukan dengan maksud untuk 
mengetahui bagaimana pengaruh antara ekspor 
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam istilah 
ekonomi dugaan adanya pengaruh ekspor dan 



 

Apakah Hipotesis “Export Led Growth”  ... (Sumiyarti) 189

pertumbuhan dikenal dengan istilah export led 
growth hypothesis (hipotesis ELG). 

Studi-studi tentang korelasi antara ekspor 
dan pertumbuhan ekonomi pada awalnya 
banyak menggunakan fungsi produksi dengan 
mempertimbangkan variabel ekspor ke dalam 
fungsi tersebut. Hubungan antara ekspor dan 
pertumbuhan ekonomi diuji dengan menggu-
nakan data antar negara (cross country) dalam 
sebuah persamaan tunggal. Namun jika terda-
pat kausalitas sebaliknya yaitu pertumbuhan 
ekonomi yang mempengaruhi ekspor maka 
hasil estimasi persamaan tersebut menjadi bias 
dan tidak konsisten. Hal ini disebabkan karena 
pada studi yang didasarkan pada fungsi pro-
duksi dengan persamaan tunggal mengabaikan 
isu serius dari sifat simultan antara ekspor dan 
pertumbuhan ekonomi.  

Beberapa studi ekonometri yang muncul 
belakangan menggunakan data runtun waktu 
(time series) dari negara secara individual untuk 
menguji adanya hipotesis ELG. Studi-studi ini 
dilakukan sebagai jawaban dari kritik terhadap 
studi yang menggunakan metode persamaan 
tunggal dengan data antarnegara. Studi-studi 
tersebut sebagian besar didasarkan pada uji 
kausalitas Granger atau Sim, impulse response 
function atau error variance decomposition. Hasil-
hasil studi ini belum ada yang mengarah pada 
hipotesis ELG. Namun-studi-studi yang dilaku-
kan tersebut tetap memberi kesan adanya 
hubungan antara ekspor dan pertumbuhan 
ekonomi. Pertentangan mengenai fakta dan 
interpretasi hasil studi menunjukkan bahwa 
terdapat perdebatan seputar hipotesis ELG. 

Bukti-bukti empiris tidak selalu membukti-
kan bahwa hipotesis ELG selalu berlaku. Alam 
(2003) menunjukkan hasil studinya pada per-
ekonomian Meksiko dan Brazil. Hasil temuan 
pada studi tersebut tidak mendukung terhadap 
berlakunya hipotesis ELG, sebab studi itu tidak 
menemukan adanya efek penyebaran dan 
peningkatan produktifitas dari meningkatnya 
ekspor manufaktur. Yang ditemukan justru im-
por barang modal memiliki pengaruh yang 
sangat signifikan dalam meningkatkan output.  

Sementara Keong, Yusop dan Khim Sen 
(2005) mencoba melakukan pengujian terhadap 
hipotesis ELG di Malaysia. Dengan mengguna-
kan bounding test, diperoleh hasil bahwa varia-
bel ekspor dan angkatan kerja secara positif 

akan menyumbang pada pertumbuhan eko-
nomi. Analisis lebih jauh dengan kausalitas 
Granger pada studi ini juga menunjukkan 
bahwa ekspor menjadi penyebab pertumbuhan 
ekonomi. Dengan demikian studi ini membuk-
tikan bahwa hipotesis ELG valid untuk pereko-
nomian Malaysia. 

Untuk perekonomian Indonesia, dengan 
menggunakan metode Two Stage Least Square 
(TSLS) Ratnawati (2000) menemukan bahwa 
tenaga kerja, modal maupun ekspor manufak-
tur berpengaruh positif terhadap pertumbuhan 
PDB. Tenaga kerja diketahui merupakan varia-
bel terbesar penyumbang PDB Indonesia.  

Studi ini bermaksud untuk mencoba mene-
rapkan suatu metodologi pengujian yang 
menggabungkan antara intuisi ekonomi dan 
penyederhanaan kerangka fungsi produksi 
dengan teknik runtun waktu menggunakan 
spesifikasi model tertentu. Secara umum, studi 
ini ingin menguji validitas hipotesis ELG pada 
perekonomian Indonesia. Komoditas ekspor 
yang digunakan untuk menguji hipotesis terse-
but adalah ekspor manufakur. Sehingga secara 
khusus, studi ini ingin membuktikan apakah 
ekspor manufaktur akan mempengaruhi per-
tumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka 
panjang. Studi ini juga akan mempertimbang-
kan beberapa variabel kontrol selain ekspor 
manufaktur yang mungkin mempengaruhi 
pertumbuhan ekonomi, seperti impor barang 
modal, stok modal serta tenaga kerja.  

Perdagangan internasional terjadi ketika 
ada satu pihak (penduduk, perusahaan, mau-
pun pemerintah) di satu negara yang mengada-
kan perdagangan (jual-beli) barang dengan 
pihak lain di negara yang berbeda. Perdagang-
an internasional dapat terjadi karena ada 
negara-negara yang memliki surplus barang, 
sementara ada negara lain yang mengalami 
kekurangan barang. Alasan tersebut lebih 
didasarkan karena adanya perbedaan iklim, 
letak geografis, yang mengakibatkan adanya 
perbedaan sumber daya alam. Alasan lain yang 
mendasari terjadinya perdagangan internasio-
nal adalah karena adanya perbedaan harga. 
Berdagang dengan negara lain bisa jadi 
menguntungkan, karena dapat membeli barang 
yang harganya lebih rendah, kemudian dapat 
menjualnya ke luar negeri dengan harga yang 
relatif lebih tinggi. Perbedaan harga di berbagai 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 190 

negara inilah yang seringkali dijadikan alasan 
umum terjadinya perdagangan luar negeri 
(Nopirin, 1999 : hal 2 – 4).  

Sementara itu pertumbuhan ekonomi pada 
dasarnya menerangkan tentang kenaikan output 
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. 
Output perekonomian dilambangkan dengan 
nilai PDB. Oleh karena itu pertumbuhan 
ekonomi umumnya didefinisikan sebagai ke-
naikan nilai PDB riil per kapita. Karena aktifitas 
perekonomian terdiri dari berbagai sektor 
lapangan usaha, maka pertumbuhan ekonomi 
juga akan ditentukan oleh pertumbuhan (ke-
naikan) output atau meningkatnya nilai tambah 
sektoral.  

Ada beberapa faktor yang dapat menjadi 
sumber terjadinya pertumbuhan ekonomi atau 
meningkatnya nilai tambah dari kegiatan eko-
nomi. Pemahaman mengenai faktor-faktor yang 
menyumbang pada pertumbuhan ekonomi atau 
meningkatnya nilai tambah akan lebih mudah 
menggunakan fungsi produksi agregat. Fungsi 
produksi menunjukkan hubungan teknis antara 
input dan output. Pada tingkat agregat, output 
(Y) adalah PDB yang tidak lain adalah total 
nilai tambah seluruh sektor produksi. Sedang-
kan input yang mempengaruhi terbentuknya 
output adalah jumlah tenaga kerja (L) dan 
jumlah modal (K) yang tersedia dalam pereko-
nomian. Dengan demikian dapat digambarkan 
bahwa output (Y) adalah fungsi dari input 
tenaga kerja (L) dan input modal (K), atau Y = f 
( L, K ).  

Dalam istilah ekonomi, hubungan antara 
pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor 
yang mempengaruhinya dirumuskan dalam 
teori pertumbuhan ekonomi.. Salah satu teori 
ekonomi yang menggunakan fungsi produksi 
untuk menjelaskan hubungan antara kenaikan 
output dengan faktor-faktor penentunya adalah 
teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik dari 
Sollow-Swan. Inti dari teori ini adalah bagai-
mana pertumbuhan penduduk, akumulasi 
kapital, kemajuan teknologi dan output saling 
berinteraksi dalam proses pertumbuhan output. 
Model ini juga menggunakan fungsi produksi 
yang lebih umum yaitu Q = f (K,L) yang bisa 
menampung berbagai kemungkinan substitusi 
kapital (K) dan tenaga kerja (L).  

Dalam perkembangan selanjutnya, para 
peneliti telah melakukan banyak pengem-

bangan model pertumbuhan ekonomi Neo-
klasik. Pengembangan model tersebut di anta-
ranya dengan mempertimbangkan variabel lain 
yang relevan terhadap pertumbuhan ekonomi, 
seperti variabel ekspor serta impor. 

Dalam kaitannya dengan pertumbuhan 
ekonomi, perdagangan internasional sering 
dianggap sebagai “mesin pertumbuhan” (engine 
of growth). Konsep ini secara ringkas dapat di-
jelaskan dengan mekanisme sebagai berikut. 
Pada abad ke-19, hampir semua produksi 
modern berpusat di Inggris. Lonjakan produksi 
industri dan jumlah penduduk di Inggris 
selanjutnya memunculkan kebutuhan akan ada-
nya tempat lain yang memasok bahan mentah 
dan bahan makanan, serta berfungsi sebagai 
pasar bagi produk-produk industri. Maka 
kemudian berkembanglah tempat baru yang 
kemudian dikenal dengan “dunia peradaban 
baru” yang antara lain meliputi Amerika Serikat, 
Kanada, Australia, Selandia Baru, Argentina, 
Urugay dan Afrika Selatan. Perekonomian 
Inggris tumbuh pesat yang diikuti pula dengan 
peningkatan dalam impor. Kemajuan pereko-
nomian Inggris ini mengimbas kepada pereko-
nomian dunia baru tersebut yang diakibatkan 
karena meningkatnya intensitas perdagangan 
internasional.  

Kegiatan ekspor-impor telah turut mem-
bantu perkembangan negara-negara tersebut. 
Sektor ekspor merupakan sektor utama yang 
mengembangkan perkonomian Inggris dan 
tempat-tempat “dunia peradaban baru” yang 
sekarang telah menjadi negara-negara maju. 
Kawasan-kawasan itu mengalami pertumbuhan 
dan pembangunan yang pesat karena terlibat 
dalam kegiatan ekpsor yang intensif. Dengan 
demikian maka dapat dikatakan bahwa per-
dagangan internasional khususnya ekspor telah 
menjadi “mesin pertumbuhan” bagai negara-
negara berkembang saat itu (Salvatore,1997: 
hal. 423-424). 

Bukti perdagangan internasional khusus-
nya sektor ekspor telah mampu menjadi mesin 
penggerak pertumbuhan yang menjadi bahan 
kajian dengan banyaknya studi empiris. Bebe-
rapa studi empiris yang dilakukan mengguna-
kan kerangka fungsi produksi, salah satunya 
adalah fungsi produksi neo-klasik. Dalam 
fungsi produksi tersebut, satu-satunya penentu 
pertumbuhan pendapatan jangka panjang ada-



 

Apakah Hipotesis “Export Led Growth”  ... (Sumiyarti) 191

lah adalah kemajuan teknologi yang bersifat 
eksogen. Dengan demikian maka perdagangan 
internasional tidak memiliki efek terhadap 
pertumbuhan ekonomi jangka panjang.  

Model-model pertumbuhan ekonomi yang 
berkembang pada tahun-tahun terakhir ini 
mencoba menggali kaitan antara perdagangan 
internasional dengan pertumbuhan ekonomi. 
Misalnya Grossman dan Helpman (1991), yang 
menunjukkan manfaat-manfaat perdagangan 
internasional yaitu berupa eksternalitas dari 
masuknya komoditi impor baru maupun 
teknologi atau pengetahuan baru. Eksternalitas 
itu dimungkinkan karena dalam dunia yang 
tumbuh dengan cepat dengan komunikasi yang 
murah, ide-ide baru dan informasi dengan 
cepat menyebar melewati batas lintas negara. 
Sebaliknya sebagai akibatnya negara-negara 
akan mendapatkan manfaat dari penyebaran 
yang dihasilkan oleh inovasi dalam pengeta-
huan dari negara-negara yang menjadi partner 
dagangnya (Grossman, G.M dan Helpman, E , 
1990 : 86). 

Dengan penyebaran teknologi yang sem-
purna (full diffusion), pergerakan menuju 
paintegrasi ekonomi melalui pengurangan res-
triksi perdagangan juga akan berakibat pada 
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia 
dalam jangka panjang. Demikian pula dengan 
adanya liberalisasi multilateral yang kompre-
hensif yang terdiri dari perdagangan barang-
barang dan ide-ide juga akan menyebabkan 
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat (Batiz, 
Luis A.R. dan Xie, D., 1992 : 422-427). 

Meskipun studi-studi empiris yang dilaku-
kan memiliki hasil yang berbeda dalam meng-
gambarkan apakah perdagangan internasional 
memiliki pengaruh yang signifikan atau tidak 
terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi studi-
studi yang telah dilakukan tersebut telah mele-
takkan kerangka dasar untuk analisa empiris. 
Dasar teori yang telah mempertimbangkan 
variabel perdagangan intenasional adalah teori 
pertumbuhan baru (new growth) atau endogen. 
Dalam teori pertumbuhan baru telah dipertim-
bangkan kemungkinan adanya eksternalitas 
atau increasing return to scale dalam fungsi 
produksi. Eksternalitas itu dapat ditimbulkan 
dari kegiatan melakukan impor dan ekspor dari 
dan ke negara lain. 

Secara teori, terdapat beberapa jalur yang 

dapat menjelaskan bahwa perluasan ekspor 
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi 
(Alam, 2003 : 87 – 90): 
1) Pengaruh penyebaran dinamis (dinamics 
spillover effect) dari peningkatan ekspor ke selu-
ruh perekonomian dunia. Sumber-sumber dari 
penyebaran ini termasuk di antaranya perbaikan 
teknologi yang dipercepat sebagai akibat 
meningkatnya persaingan, efisiensi dan kewira-
usahaan, bentuk organisasi tenaga kerja yang 
baik, telah mengubah sikap dan pengetahuan 
mengenai teknologi dan pasar secara interna-
sional. Proses tersebut sering dikatakan sebagai 
“learning by doing” atau lebih tepatnya “learning 
by exporting”. Dampak langsung dari perluasan 
ekspor terhadap peningkatan kegiatan ekonomi 
itu yang kemudian diistilahkan dengan 
hipotesis export led growth. 
2)  Pada kenyataannya sebagian negara ber-
kembang memiliki kendala keterbatasan nilai 
tukar, sehingga dengan adanya ekspor akan 
dapat mengurangi kendala tersebut sehingga 
tetap dapat melakukan impor terhadap input 
dan barang-barang modal yang memiliki 
kandungan teknologi yang tidak dapat dipro-
duksi di dalam negeri. Seperti studi yang 
dilakukan oleh Lee (1995) dalam Alam (2003) 
yang menunjukkan bahwa impor barang modal 
dari negara yang berteknologi lebih maju 
kemungkinan akan memiliki eksternalitas yang 
besar. Sehingga tanpa memasukkan impor 
barang modal ke dalam persaamaan dikha-
watirkan hasil estimasi yang diperoleh akan 
bias. 
3)  Levine dan Renelt (1992) dalam Alam 
(2003) menemukan bahwa tidak satupun dari 
ukuran keterbukaan yang memasukkan rasio 
ekspor ditambah impor terhadap PDB yang 
secara kuat berhubungan dengan pertumbuhan 
ekonomi. Tetapi rasio ekspor terhadap PDB 
secara kuat berhubungan rasio investasi ter-
hadap PDB. Dengan demikian terhadap 
hubungan yang tidak langsung antara ekspor 
dan pertumbuhan ekonomi melalui investasi. 

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Pene-
litian. Berdasarkan landasan teoritis dan studi 
empiris diperoleh konsep bahwa ekspor suatu 
negara, terutama ekspor manufaktur akan 
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap 
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi nilai 
ekspor akan semakin meningkatkan pertum-



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 192 

buhan ekonomi. Berdasarkan pemikiran terse-
but makan dapat disusun hipotesis sebagai ber-
ikut :  
H1: Ekspor manufaktur mempunyai pengaruh 
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 

Kinerja ekspor yang baik ditentukan oleh 
tingginya aktifitas produksi pada sektor-sektor 
ekonomi. Kemajuan aktifitas ekonomi pada 
sektor-sektor ekonomi di Indonesia juga masih 
mengandalkan pada ketersediaan barang modal, 
yang sebagian besar masih diimpor dari luar 
negeri. Dengan demikian maka bila impor 
barang modal juga harus diperhitungkan seba-
gai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi 
pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi nilai 
impor barang modal, maka perekonomian 
negara yang besangkutan akan memiliki ekster-
nalitas yang lebih besar untuk melakukan alih 
teknologi, yang selanjutnya diharapkan akan 
semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 
Hipotesis kaitan antara impor barang modal 
dan pertumbuhan ekonomi adalah sebagai 
berikut : 
H2: Impor barang modal mempunyai pengaruh 
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan 
peningkatan output per kapita dalam jangka 
panjang. Sedang dilihat dari sisi penawaran, 
output yang dihasilkan tergantung dari banyak-
nya input yang digunakan. Dalam proses 
produksi terdapat dua jenis input yang diguna-
kan yaitu modal dan tenaga kerja. Semakin 
banyak input modal dan tenaga kerja yang 
digunakan maka akan semakin banyak output 
yang dihasilkan, dan dapat dihipotesiskan 
sebagai berikut: 
H3: Stok modal mempunyai pengaruh positif 
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 
H1: Jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh 
positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia 
 

METODE PENELITIAN 

Studi ini memfokuskan pada pembuktian apa-
kah ekspor merupakan faktor pendorong 
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 
Komoditi ekspor terutama ekspor manufaktur 
dianggap dapat memacu pertumbuhan eko-
nomi. Studi ini memfokuskan pada bagaimana 
pengaruh ekspor manufaktur terhadap pertum-

buhan ekonomi. Selain itu di negara sedang 
berkembang faktor impor barang modal juga 
diduga dapat menjadi penyebab pertumbuhan 
ekonomi. Sehingga dalam studi ini diper-
timbangkan juga beberapa variabel lain yang 
diduga dapat menjadi penyebab terjadinya 
pertumbuhan ekonomi seperti impor barang 
modal, tenaga kerja serta stok kapital. 

Variabel yang digunakan dalam studi ini 
meliputi variabel tak bebas (dependent variable) 
serta variabel bebas (independent variable). 
Variabel tak bebas dalam studi ini adalah 
pertumbuhan ekonomi yang diproksi dengan 
nilai PDB (Y). Sedangkan variabel bebas yang 
digunakan meliputi variabel stok kapital (K), 
variabel tenaga kerja (L), variabel ekspor 
manufaktur (X) dan variabel im2012por barang 
modal (M). Keseluruhan variabel tersebut 
didefinisikan dan diukur sebagai berikut:  

Variabel produk domestik bruto (Y) adalah 
jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan 
oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara 
tertentu atau merupakan jumlah nilai barang 
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit 
ekonomi. Nilai produk domestik bruto (PDB) 
yang digunakan dalam studi ini adalah nilai 
PDB riil yaitu PDB tahunan yang dihitung atas 
dasar harga konstan tahun 1993, selama kurun 
waktu 1990 -2012 dalam satuan milyar rupiah. 

Variabel stok kapital (K) adalah besarnya 
nilai riil barang modal pada akhir periode. 
Namun studi ini nilai stok kapital diproksi 
dengan nilai riil pembentukan modal tetap 
domestik bruto (PMTDB) tahunan dari tahun 
1990–2012 dengan harga konstan tahun 1993, 
dalam satuan milyar rupiah. 

 Variabel ekspor manufaktur (X) adalah 
nilai riil ekspor yang meliputi ekspor barang 
dengan kode SITC 5 ditambah (+) SITC 6 
kecuali SITC 67 dan SITC 68 ditambah (+) SITC 
7 ditambah (+) SITC 8. SITC 5 terdiri dari 
produk kimia dan produk terkait; SITC 6 terdiri 
barang-barang manufaktur dasar (kulit, karet, 
kertas, tekstil, dan lain lain); SITC 67 adalah 
besi dan baja; SITC 68 adalah non-ferrous 
metal; SITC 7 terdiri dari mesin-mesin dan per-
lengkapan transportasi; SITC 8 terdiri barang-
barang manufaktur lainnya seperti perlengkap-
an foto, instrumen optik, mainan, dan lain lain). 
Nilai riil ekspor manufaktur yang digunakan 
dalam studi ini adalah nilai ekspor tahunan 
dari tahun 1990-2012, dalam satuan juta US $. 



 

Apakah Hipotesis “Export Led Growth”  ... (Sumiyarti) 193

Variabel impor barang modal (M) adalah 
nilai riil impor barang modal yang meliputi 
nilai impor barang modal dengan klasifikasi 
SITC 7 kecuali perlengkapan transportasi. Data 
nilai riil impor barang modal yang digunakan 
dalam studi ini adalah nilai impor tahunan dari 
tahun 1990 – 2011, dalam satuan juta US $. 

Variabel tenaga kerja (L) didefinisikan 
sebagai bagian dari penduduk usia kerja yang 
berumur 10 tahun ke atas (1990 – 1997) dan 15 
tahun ke atas (1998 – 2012) yang bekerja. Istilah 
bekerja di menurut definisi BPS adalah melaku-
kan pekerjaan dengan maksud memperoleh 
atau membantu memperoleh pendapatan atau 
keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 
1 jam secara terus menerus dalam seminggu 
yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa 
upah yang membantu dalam suatu usaha/ 
kegiatan ekonomi). Data tenaga kerja yang 
digunakan dalam studi ini adalah tenaga kerja 
tahunan dari tahun 1990-2012, dengan satuan 
orang. 

Untuk mencapai tujuan studi, maka digu-
nakan spesifikasi model yang disusun dengan 
menggunakan variabel-variabel tersebut di atas 
sebagai berikut:  

 
Yt = f (At, Kt, Lt, Xt, Mt),  1) 
 
dimana A menunjukkan faktor eksogen 
 
Yt = At Ktβ  Ltγ Xtλ Mtδ 2) 

 
Hubungan tersebut bila diubah dalam 

fungsi log linear akan menjadi: 
 
Log Yt = α + β log Kt + γ log Lt + λ Xt +  

δ log Mt + ε 3) 
 
di mana: α adalah konstanta; Kt adalah stok 
modal riil; Lt adalah jumlah angkatan kerja 
yang bekerja;  Xt adalah nilai ekspor; Mt adalah 
nilai impor  

 
Berdasarkan persamaan sederhana tersebut 

maka pengujian terhadap keberadaan hipotesis 
ELG dilakukan dengan hipotesis sebagai beri-
kut :  
Ho : λ = 0 yang artinya hipotesis ELG ditolak 
Ho : λ > 0 yang artinya hipotesis ELG diterima 

Dengan pengujian tersebut , maka apabila 
nilai λ > 0, maka secara statistik hipotesis ELG 
diterima, yang artinya ekspor manufaktur 
secara statistik signifikan dalam mempengaruhi 
pertumbuhan ekonomi Indonesia.Estimasi ter-
hadap model tersebut dilakukan dengan meng-
gunakan metode OLS (ordinary Least Square). 
Kemudian terhadap hasil estimasi yang diper-
oleh akan dilakukan pengujian penyimpangan 
asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas, uji 
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji 
multikolinieritas dilakukan untuk menguji apa-
kah terdapat korelasi yang signifikan di antara 
dua atau lebih variabel independent dalam 
model regresi. Sedangkan uji heteroskedastitas 
dilakukan untuk menguji bahwa gangguan 
acak (µ) pada variable bebas adalah homoske-
dastisitas. Uji autokorelasi menguji adanya 
korelasi kesalahan pengganggu (error term) dari 
satu periode dengan periode sebelumnya, atau 
kesalahan pengganggu menjadi tidak bebas 
karena satu sama lain saling berhubungan.  

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Model yang digunakan di dalam studi, yaitu : 
 
Log Yt = α + β log Kt + γ log Lt + λ Xt +  

 δ log Mt + ε 4) 
 
Hasil estimasi awal dari model tersebut 

adalah: 
 
Log Yt = -12,19068 + 0,066557 log Kt +  
 (0,0250)  (0,0250) 

 1,155834 log Lt + 0,274223 Xt +   
 (0,0018) (0,0010) 

 0,052778 log Mt + ε 5) 
 (0,0474) 
 

Keterangan: ( ) menunjukkan probabilitas     
  
Hasil regresi tersebut telah melewati 

beberapa uji asumsi klasik meliputi uji normali-
tas, uji heteroskedastisitas, uji autokolerasi dan 
uji multikolinearitas. Uji normalitas bertujuan 
untuk mengetahui apakah dalam model regresi 
terdapat variabel pengganggu atau residual 
memiliki distribusi normal. Pengujian normali-



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 194 

tas dengan menggunakan Jarque Berra test 
menghasilkan nilai probabilita sebesar 0,991174 
> 0,05 yang berarti hipotesis null yang menyata-
kan bahwa distribusi dari error bersifat normal 
diterima. Dengan demikian asumsi normalitas 
yang disyaratkan dapat terpenuhi. 

Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa 
varian dari setiap error bersifat heterogen yang 
berarti melanggar asumsi klasik yang mensya-
ratkan bahwa varian dari error harus bersifat 
homogen. Pengujian heteroskedastisitas yang 
dilakukan dengan menggunakan Uji White-test 
mendapatkan hasil nilai probabilita Obs*R² 
0,3441 > 0,05, yang memberikan kesimpulan 
bahwa model regresi yang digunakan tidak 
terdapat adanya heteroskedastisitas. 

Autokorelasi menunjukkan bahwa adanya 
korelasi antara error pada satu periode dengan 
error periode sebelumnya. Permasalahan auto-
korelasi hanya relevan digunakan jika data 
yang dipakai adalah data time series. Pengujian 
hipotesis untuk uji autokorelasi dilakukan 
dengan menggunakan Uji LM-test memberikan 
hasil nilai signifikansi dari probabilita Obs*R² 
0.0626 > 0.05, yang memberi kesimpulan bahwa 
model regresi yang digunakan tidak terdapat 
aanya autokorelasi.  

Multikolinearitas menunjukkan bahwa antara 
variabel independen mempunyai hubungan lang-
sung (berkorelasi). Konsekuensi dari multikoli-
nearitas akan menyebabkan koefisien regresi 
nilainya kecil, standar error regresi nilainya 
besar sehingga pengujian individunya menjadi 
tidak signifikan. Ciri adanya multikolinearitas 
adalah R-square tinggi, F-test signifikan, namun 
t testnya banyak yang tidak signifikan. Deteksi 
awal keberadaan multikolinieritas dilakukan 
dengan matriks korelasi. Pada model yang 
digunakan terdapat nilai correlation matrix antar 
variabel independen saling mempengaruhi. Di 
antaranya Stok modal riil dengan jumlah 
angkatan kerja yang bekerja, Stok modal riil 
dan nilai ekspor, Stok modal riil dan nilai 
impor, jumlah angkatan kerja yang bekerja dan 
nilai ekspor. Muktikolinieritas yang kuat terjadi 
pada variabel independent jumlah angkatan 
kerja yang bekerja dan nilai ekspor yaitu 
sebesar 0,968976, maka multikolinearitas terse-
but harus disembuhkan. Penanggulangan uji 
multikolinearitas dilakukan dengan menghi-
langkan satu atau lebih variabel bebas yang 

mempunyai kolinearitas tinggi (sebelumnya 
telah dilakukan log-lin pada masing-masing 
variabel). Namun Setelah dilakukan transfor-
masi logaritma natural, ternyata hasil dari pro-
babilita KT 0,0018 < 0,05 yang artinya jumlah 
angkatan kerja sudah signifikan. Dalam arti 
lain, model yang diteliti tidak memiliki masalah 
multikolinearitas.  

Hasil estimasi persamaan memiliki nilai 
probabilita dari F-statistik adalah 0,000000 < 
0,05 maka Ha diterima dan signifikan secara 
statistik. Atau dengan kata lain, secara ber-
sama-sama variabel independen (stok modal 
riil, jumlah angkatan kerja yang bekerja, nilai 
ekspor, dan nilai impor) mempengaruhi varia-
bel dependen (PDB). Hasil estimasi model 
regresi juga menghasilkan R² = 0,982587 = 
98,2587% yang menunjukkan bahwa kemam-
puan variabel independen (stok modal riil, 
jumlah angkatan kerja yang bekerja, nilai 
ekspor, dan nilai impor) untuk menjelaskan 
variabel dependen (PDB) sebesar 98,2587%. 
Sedangkan sisanya yaitu sebesar 1,7413% 
adalah perilaku dari variabel bebas lain yang 
mempengaruhi PDB tetapi tidak dimasukkan 
dalam model. 

Setelah dilakukan pengujian terhadap 
asumsi klasik, maka dilakukan pengujian signi-
fikansi variabel studi secara individu dengan 
menggunakan t test. Melihat  hasil regresi ter-
nyata semua data variabel yaitu jumlah angkat-
an kerja yang bekerja, nilai ekspor, dan nilai 
impor berpengaruh secara signifikan terhadap 
PDB,  

Variabel ekspor secara statistik siginifikan 
mempengaruhi PDB. Koefisien ekspor memi-
liliki nilai yang paling kecil diantara seluruh 
variabel independen. Hal ini menunjukkan 
bahwa dalam perekonomian Indonesia, ekspor 
memiliki kontribusi positif dalam membentuk 
output (PDB). Hasil ini menunjukkan kesesuai-
an dengan studi sebelumnya seperti Ratnawati 
(2000) bahwa tenaga kerja, modal maupun 
ekspor manufaktur berpengaruh positif terha-
dap pertumbuhan PDB. Demikian pula dengan 
studi dari Keong, Yusop dan Khim Sen (2005) 
terhadap perekonomian Malaysia, yang mem-
berikan hasil bahwa ekspor dan tenaga kerja 
memberikan pengaruh positif terhadap pertum-
buhan ekonomi negara itu. 

Sementara itu variabel kontrol berupa im-



 

Apakah Hipotesis “Export Led Growth”  ... (Sumiyarti) 195

por barang modal juga memiliki koefisien 
positif serta signifikan dalam membentuk PDB. 
Hal ini dapat dijelaskan bahwa karakteristik 
ekspor manufaktur Indonesia masih mengan-
dalkan pada kandungan barang impor ter-
utama impor barang modal. Hampir seluruh 
jenis barang industri manufaktur memiliki 
kandungan impor yang tinggi. Impor barang 
modal memiliki eksternalitas dalam industri 
manufaktur. Pengaruh impor barang modal 
terhadap PDB terjadi tidak secara langsung 
tetapi melalui efek penyebaran yang ditimbul-
kan oleh barang modal tersebut. Di dalam 
barang modal terkandung “knowledge” serta 
teknologi yang memberi efek positif pada 
pertumbuhan industri manufaktur. Dengan 
demikian maka peningkatan impor barang 
modal akan menggerakkan industi manufaktur 
yang pada akhirnya dapat mendorong pertum-
buhan Produk Domestik Bruto. 

Variabel inti dalam fungsi produksi yang 
digunakan dalam studi ini adalah stok modal 
dan tenga kerja. Kedua variabel ini secara 
signifikan mempengaruhi PDB dengan koefi-
sien yang positif. Variabel tenaga kerja meru-
pakan variabel yang memiliki koefisien paling 
besar di antara seluruh variabel yang diguna-
kan. Hasil ini sesuai dengan studi yang banyak 
dilakukan, dimana dalam persamaan tentang 
pertumbuhan PDB dengan tenaga kerja untuk 
perekonomian Indonesia hampir selalu diper-
oleh hasil bahwa variabel ini memiliki penga-
ruh yang signifikan dan positif terhadap per-
tumbuhan PDB.  

Kenyataan ini memberi gambaran bahwa 
output pada sektor-sektor ekonomi di Indonesia 
masih mengandalkan pada jumlah tenaga kerja 
yang digunakan. Semakin banyak input tenaga 
kerja digunakan, maka akan semakin tinggi 
pula output (PDB) yang dihasilkan. Konsep 
tenaga kerja yang digunakan dalam studi ini 
adalah adalah tenaga kerja dari sisi jumlah atau 
kuantitas, bukan kualitas. Artinya kontribusi 
tenaga kerja dalam mendorong pertumbuhan 
ekonomi masih dilihat dari sisi kuantitas. 
Secara implisit hal ini mengesankan bahwa 
penggunaan tenaga kerja pada sektor-sektor 
ekonomi masih bertumpu pada tenaga kerja 
“unskill” dengan tingkat pendidikan yang 
rendah. Tingkat keahlian dan keterampilan 
tenaga kerja yang rendah akan menghasilkan 

nilai tambah yang juga rendah.  
Variabel modal pada studi ini juga memi-

liki pengaruh yang positif dan signifikan terha-
dap pertumbuhan ekonomi (PDB). Hal ini 
sesuai dengan hipotesis bahwa semakin banyak 
stok modal digunakan maka akan semakin 
banyak pula output yang akan dihasilkan. Hal 
ini menunjukka bahwa stok modal sebagai 
sumber internal dalam pembentukan output 
masih dominan sebagai sumber pertumbuhan 
ekonomi. 

Secara keseluruhan hasil studi ini mem-
buktikan adanya kebenaran hipotesis “Export 
Led Growth” di Indonesia. Meskipun dampak 
dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi 
(PDB) relatif sangat kecil dibandingkan faktor-
faktor yang lain yang digunakan, tetapi masih 
memberi pengaruh yang signifikan terhadap 
pertumbuhan ekonomi (PDB). Dikaitkan dengan 
kuatnya pengaruh tenaga kerja, dapat dikata-
kan pada bahwa sektor-sektor ekonomi peno-
pang ekspor Indonesia masih mengandalkan 
pada jumlah tenaga kerja dengan kualifikasi 
“unskill”. Dengan demikian daya ungkitnya 
terhadap penciptaan nilai tambah barang-
barang manufaktur yang akan dieskpor men-
jadi rendah. Selain itu masih tingginya kontri-
busi impor barang modal pada aktifitas industri 
manufaktur juga memberi efek terhadap 
rendahnya daya saing produk tersebut di pasar 
ekspor.   

Hasil studi ini juga mengesankan bahwa 
dilihat dari sumber penyebab pertumbuhan, 
pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia masih 
mengandalkan pada sumber-sumber internal 
yaitu stok modal dan tenaga kerja. Sumber 
eksternal yang berasal dari lalu lintas barang 
perdagangan internasional seperti ekspor dan 
impor masih masih lebih rendah dampaknya 
terhadap pertumbuhan PDB. Eksternalitas yang 
berasal dari lalu lintas perdagangan masih 
belum bisa memberikan efek yang besar dalam 
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.  

SIMPULAN 

Keseluruhan variabel secara bersama-sama 
signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan 
ekonomi (PDB) Indonesia. Pengujian statistik 
mengenai pengaruh variabel independen terha-



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 196 

dap variabel dependen memberikan hasil bah-
wa keseluruhan variabel independen yang 
digunakan yaitu tenaga kerja, stok modal riil, 
ekspor manufaktur dan impor barang modal 
signifikan mempengaruhi PDB. Keseluruhan 
variabel juga memiliki tanda positif. Hal ini 
berarti bahwa keseluruhan hipotesis yang 
diajukan dalam studi ini keseluruhannya diteri-
ma.  

Berdasarkan besaran koefisien variabel 
independen, terlihat bahwa variabel tenaga kerja 
memiliki koefisien terbesar. Hal ini menunjuk-
kan bahwa variabel tenaga kerja memiliki 
pengaruh yang relatif lebih besar dalam men-
dorong PDB dibandingkan dengan variabel 
lain. Secara umum hasil studi membuktikan 
bahwa hipotesis “Export Led Growth” berlaku 
untuk perekonomian Indonesia. Hasil ini 
sejalan dengan beberapa studi sebelumnya, 
bahwa perkembangan ekspor satu negara, ter-
utama ekspor barang manufaktur dapat men-
jadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.  

Berdasarkan kesimpulan yang diutarakan 
di atas, maka beberapa saran yang dapat 
dikemukakan adalah sebagai berikut. Variabel 
tenaga kerja secara statistik signifikan mempe-
ngaruhi pertumbuhan ekonomi dan memiliki 
nilai koefisien yang paling besar. Namun kon-
sep tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga 
kerja dalam arti jumlah atau kuantitas dan 
bukan kualitas. Hal ini yang dapat menjadi 
penyebab rendahnya nilai tambah yang dicipta-
kan pada beberapa sektor produksi, termasuk 
industri manufaktur. Untuk itu maka diperlu-
kan peningkatan kualitas tenaga serta sumber 
baik melalui pendidikan, pelatihan maupun 
pendidikan non formal lainnya. 

Hipotesis “Export Led Growth” berlaku 
untuk perekonomian Indonesia, namun lemah 
dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. 
Nilai koefisien impor barang modal justru 
memiliki nilai yang lebih besar dibanding 
dengan ekspor manufaktur. Angka ini menun-
jukkan bahwa eksternalitas dari impor barang 
modal terhadap peningkatan nilai tambah sektor 
industri manufaktur masih rendah. Diperlukan 
suatu upaya atau kebijakan agar efek penyebar-
an/alih teknologi berlaku, dan ini membutuh-
kan kualitas sumber daya manusia yang lebih 
baik. Pada akhirnya diperlukan studi lebih 
lanjut untuk mengetahui daya saing pada 

sektor produk serta produk yang menjadi peno-
pang ekspor, agar dapat dirumuskan kebijakan 
yang lebih terarah dalam mendorong ekspor 
manufaktur di Indonesia.  

DAFTAR PUSTAKA 

Alam, M Imam. (2003). Manufactured export, 
capital good import, and economic growth. 
International Economic Journal. Volume 17. 
Number 4. Winter. The Korea Internatio-
nal Economic Association. Printed by 
Seoul University Press. 

Badan Pusat Statistik. (tt) Statistik Perdagangan 
Luar Negeri Indonesia Impor. Berbagai 
tahun penerbitan. Jilid/Volume II. Jakarta: 
Badan Pusat Statistik. 

Badan Pusat Statistik.  (tt) Statistik Perdagangan 
Luar Negeri Indonesia Ekspor. Berbagai tahun 
penerbitan. Jilid/Volume II. Jakarta: Badan 
Pusat Statistik. 

Badan Pusat Statistik. (tt) Statistik Indonesia 
(Statistical Year Book of Indonesia). Berbagai 
tahun penerbitan. Jakarta: Badan Pusat 
Statistik. 

Barro, Robert J. (1990). Macroeconomics. 3 rd 
Edition. New York: John Wiley and Sons 
Inc.  

Basri, Faisal H. (1995). Perekonomian Indonesia 
Abad XXI, Distorsi, Peluang dan Kendala. 
Jakarta: Penerbit Erlangga.  

Boediono. (1985). Teori pertumbuhan ekonomi. 
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Eko-
nomi Universitas Gadjah Mada.  

Case, Karl and Fair, Ray. (2007). Priciples of 
economics. Pearson Education Inc. 

Dornbush, Rudiger and Fisher, Stanley. (1994). 
Macroeconomics. Sixth Edition. Singapore: 
MacGraw Hill Inc.  

Dumairy. (1997). Perekonomian Indonesia. Jakarta: 
Penerbit Erlangga. 

Fadhlina, Nurul dan Tarmidi, Lepi. (2008). 
Pengaruh liberalisasi perdagangan ter-
hadap pertumbuhan industri: Bounds 
Testing untuk Indonesia Tahun 1976 – 
2005. Paralles session IIC : Industry & Trade. 
12 Desember 2007 Jam 15.00 – 16.30. 
Wisma Makara. Kampus UI – Depok.  



 

Apakah Hipotesis “Export Led Growth”  ... (Sumiyarti) 197

Keong, Yusop and Khim, Sen. (2005). Export 
Led Growth Hypothesis in Malaysia: An 
investigation using bounds test. Sunway 
Academic Journal 2.  

Nopirin. (1999). Ekonomi internasional. Edisi 3. 
Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Eko-
nomi (BPFE) 

Ratnawati, Nirdukita. (2000). Persamaan ekspor 
industri manufaktur dan pertumbuhan 
GDP: Penerapan model simultan dan 
vector autoregressive. Media ekonomi. Volume 
8. Nomor 3. Jakarta: Fakultas Ekonomi 
Usakti.  

Salvatore, Dominick. (1990). International eco-
nomics. 3th Edition. New York: Macmillan 
Publishing Company.  

Susanti. Ikhsan, Moh, dan Widyanti. (1995). 
Indikator-indikator Ekonomi. Jakarta: Lem-
baga Penerbit FE UI bekerja sama dengan 
LPEM FE UI.  

Tambunan, Tulus. (2000). Perkembangan industri 
barang modal di Indonesia. Jakarta: Lem-
baga Penerbit LP3E dan Kompartemen 
Industri Logam Dasar dan Mesin Kadin 
Indonesia. 

Tambunan, Tulus. (2003). Perekonomian Indo-
nesia, beberapa masalah penting. Jakarta: 
Penerbit Ghalia Indonesia.  

 
 

 
 

LAMPIRAN 
 
 

Hasil Regresi Log-lin 

Dependent Variable: LNYT   
Method: Least Squares   
Date: 17/10/13  Time: 10:03   
Sample: 1990 2012   
Included observations: 23   

     
     Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 
     
     C -12,19068 4,984594 -2,445671 0,0250 

LNKT 0,066557 0,047080 1,413694 0,1745 
LNLT 1,155834 0,316155 3,655912 0,0018 
LNXT 0,274223 0,070088 3,912559 0,0010 
LNMT 0,052778 0,024796 2,128531 0,0474 

     
     R-squared 0,985753   Mean dependent var 13,05950 

Adjusted R-squared 0,982587   S,D, dependent var 0,324822 
  Akaike info criterion 0,042863  -3,271936 
  Schwarz criterion 0,033071  -3,025089 
Log likelihood 42,62726   Hannan-Quinn criter, -3,209855 
F-statistic 311,3488   Durbin-Watson stat 1,033419 
Prob(F-statistic) 0,000000    

     
     

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 



 

Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 16, Nomor 2, Oktober 2015: 188-199 198 

Hasil Uji Heteroskedastisitas 
 

Heteroskedasticity Test: White  
     
     F-statistic 1,152931   Prob, F(12,10) 0,4166 

Obs*R-squared 13,35039   Prob, Chi-Square(12) 0,3441 
Scaled explained SS 7,632767   Prob, Chi-Square(12) 0,8131 

     
          

Test Equation:    
Dependent Variable: RESID^2   
Method: Least Squares   
Date: 17/10/13  Time: 10:04   
Sample: 1990 2012   
Included observations: 23   
Collinear test regressors dropped from specification 

     
     Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. 
     
     C 2,238079 20,85608 0,107311 0,9167 

LNKT -1,057891 2,226502 -0,475136 0,6449 
LNKT^2 -0,016164 0,026451 -0,611090 0,5548 

LNKT*LNLT 0,066701 0,142482 0,468137 0,6497 
LNKT*LNXT 0,022605 0,046054 0,490826 0,6341 
LNKT*LNMT -0,001684 0,031116 -0,054120 0,9579 

LNLT -0,115642 1,316737 -0,087825 0,9317 
LNLT*LNXT -0,066920 0,079544 -0,841291 0,4198 
LNLT*LNMT 0,003351 0,009016 0,371688 0,7179 

LNXT 0,962027 1,260598 0,763152 0,4630 
LNXT^2 0,007170 0,013143 0,545585 0,5973 

LNXT*LNMT -0,016544 0,032733 -0,505428 0,6242 
LNMT^2 0,007008 0,007847 0,893088 0,3928 

     
     R-squared 0,580452   Mean dependent var 0,001438 

Adjusted R-squared 0,076994   S,D, dependent var 0,002009 
S,E, of regression 0,001930   Akaike info criterion -9,365160 
Sum squared resid 3,72E-05   Schwarz criterion -8,723358 
Log likelihood 120,6993   Hannan-Quinn criter, -9,203748 
F-statistic 1,152931   Durbin-Watson stat 2,218004 
Prob(F-statistic) 0,416612    

     
     

 
 

 
Hasil Uji Autokolerasi 

 
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:  

     
     F-statistic 2,538761   Prob, F(2,16) 0,1103 

Obs*R-squared 5,540642   Prob, Chi-Square(2) 0,0626 
     
          

Test Equation:    
Dependent Variable: RESID   
Method: Least Squares   
Date: 17/10/13  Time: 10:05   
Sample: 1990 2012   
Included observations: 23   
Presample missing value lagged residuals set to zero, 

     
     



 

Apakah Hipotesis “Export Led Growth”  ... (Sumiyarti) 199

Variable Coefficient Std, Error t-Statistic Prob, 
     
     C 0,885327 4,623345 0,191491 0,8506 

LNKT 0,012799 0,044152 0,289893 0,7756 
LNLT -0,058496 0,293330 -0,199422 0,8444 
LNXT 0,014014 0,065069 0,215366 0,8322 
LNMT -0,011828 0,024316 -0,486431 0,6333 

RESID(-1) 0,485902 0,249728 1,945724 0,0695 
RESID(-2) 0,038361 0,259774 0,147672 0,8844 

     
     R-squared 0,240897   Mean dependent var 3,21E-15 

Adjusted R-squared -0,043766   S,D, dependent var 0,038771 
S,E, of regression 0,039611   Akaike info criterion -3,373641 
Sum squared resid 0,025104   Schwarz criterion -3,028056 
Log likelihood 45,79687   Hannan-Quinn criter, -3,286727 
F-statistic 0,846254   Durbin-Watson stat 2,058352 
Prob(F-statistic) 0,553081