STUDI EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DI KECAMATAN KEJAKSAN KOTA CIREBON


Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan 

Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 

  

 

IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN-

KABUPATEN ANGGOTA LEMBAGA REGIONAL 

BARLINGMASCAKEB 

Diah Setyorini Gunawan 1 dan Ratna Setyawati Gunawan 1 

 1 Fakultas Ekonomi Universitas Jendral  Soedirman Purwokerto 

Jalan HR. Boenyamin No. 708  Purwokerto  53115 Telp. (0281)635292  E-mail: diahs29@yahoo.com 

Abstrak: Penelitian ini bertujuan, Pertama, mengidentifikasi posisi ekonomi masing-masing 
kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB ditinjau dari  pertumbuhan ekonomi dan tingkat 
pendapatan perkapita, Kedua, mengidentifikasi sektor unggulan dan potensial, subsektor 
unggulan dan potensial dalam kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, Ketiga, 
Mengidentifikasi perbedaan struktur ekonomi kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, 
dan Keempat, Mengidentifikasi kabupaten/kota yang memiliki posisi paling menguntungkan 
ditinjau dari tingkat aksesibilitas. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun 
1995-2002, yang terdiri dari produk domestik regional bruto (PDRB) termasuk migas 
berdasarkan harga konstan tahun 1993; jumlah total penduduk, data jarak 
antarkabupaten/kota; data jumlah wisatawan yang menginap di hotel, data jumlah 
perusahaan otobis dan jumlah kendaraannya, serta data jumlah hotel. Penelitian ini 
menggunakan analisis Tipologi Klassen, analisis model rasio pertumbuhan (MRP), analisis 
location quotient (LQ), analisis Indeks Divergensi Krugman, dan analisis Connectivity 
Quotient (CQ). Temuan dari penelitian yaitu Kabupaten Cilacap yang termasuk dalam 
klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Kabupaten Purbalingga termasuk dalam 
klasifikasi daerah berkembang cepat. Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, dan 
Kabupaten Kebumen termasuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. 

Kata kunci: sektor utama, potensi sektor, sub sektor utama, potensi sub sektor, struktur 
ekonomi 

Abstract: This study aims, first, identify the economic position of each district in terms of 
economic growth and Barlingmascakeb per capita income level. Second, identify the dominant 
different districts of the economic structure Barlingmascakeb. Third, Identify differences in the 
economic structure of the district members Barlingmascakeb. This study used the period 1995-
2002, secondary data consisting of regional gross domestic product (GDP), including oil and 
gas on the basis of constant prices of 1993, Fourthly, identify the districts that have the most 
advantageous position in terms of levels of accessibility. This study uses secondary data for the 
period 1995-2002, which consists of gross regional domestic product (GRDP), including oil 
and gas based on constant prices of 1993, total population, distance inter district/city, number 
of tourists housed in hotels, the amount of bus company and the number of vehicles, number of 
hotel. This research uses Klassen typology analysis, growth models (MRP) analysis, the 
location quotient analysis (LQ), Divergence Index Krugman analysis, and connectivity 
analysis quotient data (CQ). The results of the study, Cilacap is included in the classification 
of fast forward and fast-growing. Purbalingga included in the classification of areas of rapid 
growth. District Banjarnegara, Banyumas and Kebumen district included in the classification 
of relatively left behind areas. 

Keywords: basic sector, potential sector, basic sub sector, potential sub sector, economic 
structure 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 27 

PENDAHULUAN 

Pembangunan daerah merupakan perwuju-

dan dari asas desentralisasi, dimana penen-

tuan kebijakan dan pertanggungjawaban 

pembiayaan maupun pengelolaan dilakukan 

sepenuhnya oleh pemerintah daerah. Kebija-

kan pemerintah daerah menekankan pada 

peran serta masyarakat, pemerataan dan 

keadilan, serta memperhatikan potensi dan 

keragaman daerah. Dalam pembangunan 

daerah, pemerintah daerah dan masyarakat-

nya mengelola sumberdaya-sumberdaya 

yang ada dan membentuk suatu pola kemi-

traan antara pemerintah daerah dan swasta 

untuk menciptakan suatu lapangan kerja 

baru dan merangsang perkembangan 

kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) 

dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999: 108). 

BARLINGMASCAKEB merupakan lem-

baga regional bagi upaya meningkatkan dan 

mengembangkan komunikasi, koordinasi, 

dan kerjasama daerah dalam pelaksanaan 

pembangunan daerah serta memanfaatkan 

potensi daerah. BARLINGMASCAKEB 

beranggotakan lima kabupaten di Provinsi 

Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Banjarnegara, 

Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banyu-

mas, Kabupaten Cilacap, dan Kabupaten 

Kebumen. Lembaga regional ini secara resmi 

dibentuk pada tanggal 28 Juni 2003 (barling-

mascakeb. com, 2003).  

Pembentukan manajemen wilayah (regio-

nal management) seperti BARLINGMASCA-

KEB merupakan suatu kebutuhan untuk 

mewujudkan kerjasama pembangunan.  

Konsep ini tidak hanya difokuskan pada satu 

sektor saja tetapi disesuaikan dengan potensi 

yang dimiliki tiap-tiap daerah. Fokus mana-

jemen wilayah adalah sinergi pembangunan 

antardaerah dengan memberdayakan potensi 

ekonominya (Efiawan, 2004: 3).   

Dalam rangka pengembangan wilayah 

masing-masing kabupaten anggota BAR-

LINGMASCAKEB, harus diidentifikasi 

potensi-potensi yang dimiliki oleh masing-

masing kabupaten tersebut. Selain itu, harus 

diperhatikan pula keterkaitan antarkabupa-

ten di wilayah lembaga regional BARLING-

MASCAKEB. Keterkaitan tersebut dilihat 

dari terdapat tidaknya perbedaan struktur 

ekonomi kabupaten-kabupaten anggota BAR-

LINGMASCAKEB dan juga dilihat dari 

aksesibilitas antarkabupaten dalam wilayah 

lembaga regional BARLINGMASCAKEB.   

Tujuan dari penelitian sebagai berikut, 1) 

Mengidentifikasi posisi ekonomi masing-

masing kabupaten anggota BARLINGMAS-

CAKEB ditinjau dari  pertumbuhan ekonomi 

dan tingkat pendapatan perkapita, 2) 

Mengidentifikasi  sektor unggulan dan poten-

sial, subsektor unggulan dan potensial dalam 

kabupaten anggota BARLINGMASCAKEB, 

3) Mengidentifikasi ada tidaknya perbedaan 

struktur ekonomi kabupaten anggota 

BARLINGMASCAKEB, 4) Mengidentifikasi 

kabupaten/kota yang memiliki posisi paling 

menguntungkan ditinjau dari tingkat akse-

sibilitas 

METODE 

Penelitian ini merupakan penelitian data 

sekunder dengan periode pengamatan tahun 

1995-2002. Data-data tersebut meliputi data 

produk domestik regional bruto (PDRB) 

dengan migas berdasarkan harga konstan 

tahun 1993 menurut lapangan usaha, data 

jumlah penduduk, data jarak antarkabu-

paten/kota, data jumlah pasar dan jenis pasar, 

data jumlah wisatawan yang menginap di 

hotel, data jumlah perusahaan otobis dan 

jumlah kendaraannya, serta data jumlah 

hotel. 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 28 

Alat analisis yang digunakan dalam 

penelitian ini, yaitu analisis Tipologi Klassen, 

analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), 

analisis Location Quotient (LQ), analisis indeks 

divergensi regional Krugman, dan analisis 

Connectivity Quotient (CQ). 

Analisis Tipologi Klassen 

Untuk mengetahui posisi perekonomian 

masing-masing kabupaten anggota BAR-

LINGMASCAKEB, ditinjau dari tingkat 

pertumbuhan dan pendapatan per kapitanya 

digunakan analisis Tipologi Klassen. Dengan 

menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi 

sebagai sumbu vertikal dan rata-rata penda-

patan per kapita sebagai sumbu horizontal, 

daerah yang diamati dapat dibagi menjadi 

empat klasifikasi, yaitu: daerah cepat maju 

dan cepat tumbuh, daerah maju tetapi 

tertekan, daerah berkembang cepat, dan 

daerah relatif tertinggal (Syafrizal, 1997: 27-

38).  

 

Tabel 1. Klasifikasi Kabupaten-kabupaten 

  Menurut Tipologi Klassen 

PDRB Per 

kapita (y) 

 

Laju  

Pertumbuhan  

(r) 

 

yi > y 

 

yi < y 

ri > r 

 

Kabupaten 

Maju dan 

Tumbuh 

Cepat 

Kabupaten 

Berkembang 

Cepat 

ri < r 

 

Kabupaten 

Maju tetapi 

Tertekan 

Kabupaten 

Relatif 

Tertinggal 

Keterangan: 

yi  adalah pendapatan per kapita rata-rata wilayah kabu-

paten i   

y   adalah pendapatan per kapita rata-rata provinsi 

ri  adalah laju pertumbuhan PDRB rata-rata wilayah kabu-

paten i   

r  adalah laju pertumbuhan PDRB rata-rata provinsi 

Deskripsi Kegiatan Ekonomi Unggul 

dan Potensial 

1. Identifikasi Sektor Ekonomi Unggul dan 

Potensial 

Dalam mengidentifikasi sektor ekonomi 

unggul dan sektor ekonomi potensial kabu-

paten-kabupaten anggota BARLINGMASCA-

KEB, akan dilakukan overlay antara analisis 

MRP dengan analisis LQ. 

a. Analisis Model Rasio Pertumbuhan 

Analisis MRP dilakukan untuk melihat 

deskripsi kegiatan ekonomi yang 

potensial terutama struktur ekonomi 

wilayah kabupaten-kabupaten anggota 

BARLINGMASCAKEB yang menekankan 

pada kriteria pertumbuhan baik secara 

eksternal (provinsi) maupun internal 

(wilayah studi).  Pendekatan analisis MRP 

dibagi menjadi dua, yaitu: (1) rasio 

pertumbuhan wilayah referensi (RPR), 

dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi 

(RPS). RPR membandingkan pertumbu-

han masing-masing kegiatan dalam 

wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan 

PDRB Provinsi Jawa Tengah.  Apabila 

nilai RPR lebih besar dari 1 maka RPR 

dikatakan (+) dan apabila RPR lebih kecil 

dari 1 maka RPR dikatakan (-). Sedang-

kan RPS membandingkan pertumbuhan 

kegiatan dalam wilayah kabupaten/kota 

dengan pertumbuhan kegiatan yang 

bersangkutan pada tingkat provinsi.  Dari 

analisis MRP akan diperoleh nilai riil dan 

nilai nominal kemudian kombinasi dari 

kedua perbandingan tersebut akan 

diperoleh deskripsi kegiatan ekonomi 

yang potensial pada tingkat wilayah 

kabupaten-kabupaten anggota BAR-

LINGMASCAKEB, yang terdiri dari 4 

klasifikasi, yaitu. 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 29 

1) Klasifikasi 1, yaitu nilai (+) dan (+) 

berarti kegiatan tersebut pada tingkat 

provinsi mempunyai pertumbuhan 

menonjol dan demikian pula pada tingkat 

wilayah kabupaten/kota. 

2) Klasifikasi 2, yaitu nilai (+) dan (-) 

berarti kegiatan tersebut pada tingkat 

provinsi mempunyai pertumbuhan 

menonjol, namun pada tingkat wilayah 

kabupaten/kota belum menonjol. 

3) Klasifikasi 3, yaitu nilai (-) dan (+) 

berarti kegiatan ekonomi tersebut pada 

tingkat provinsi pertumbuhannya tidak 

menonjol, akan tetapi pada tingkat 

wilayah kabupaten/kota pertumbuhan 

kegiatan tersebut menonjol. Dari sudut 

pandang wilayah kabupaten/kota, kegia-

tan ini diharapkan akan potensial 

peranannya dalam memberikan kontri-

busi pertumbuhan provinsi atau kabu-

paten/kota. Oleh karena itu, kegiatan ini 

merupakan kegiatan potensial yang dapat 

dikembangkan di wilayah provinsi dan 

kabupaten/kota. 

4)  Klasifikasi 4, yaitu (-) dan (-) berarti 

kegiatan tersebut baik pada tingkat 

provinsi maupun pada tingkat kabu-

paten/kota mempunyai pertumbuhan  

yang rendah. 

Model Rasio Pertumbuhan (Yusuf, 1999: 

219-233) 

a) Rasio Pertumbuhan Wilayah Refe-

rensi  

(RPR) =  
)(

)(

tRR

tiRiR

EE

EE




 

b) Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi 

(RPS)  

= 
)(

)(

tiRiR

tijij

EE

EE




 

Keterangan: 

ΔEij =  Perubahan pendapatan  kegiatan 

i di  kabupaten  pada  periode  t  

dan t+n. 

ΔEiR =  Perubahan pendapatan kegiatan 

i di wilayah provinsi. 

ΔER =  Perubahan PDRB di wilayah 

provinsi. 

Eij =  Pendapatan kegiatan i di kabu-

paten. 

EiR =  Pendapatan kegiatan i di 

wilayah provinsi. 

ER =  PDRB di wilayah provinsi. 

b. Analisis Location Quotient 

Analisis LQ merupakan suatu alat analisis 

untuk menunjukkan basis ekonomi 

wilayah terutama dari kriteria kontribusi.  

Formulasi LQ menurut Bendavid-Val 

(1991: 74) sebagai berikut. 

Formulasi LQ: 

nn

rr

RVX

RVX
LQ   

Keterangan: 

Xr =  PDRB sektor i/ subsektor i pada 

wilayah kabupaten 

RVr =  Total PDRB kabupaten 

Xn = PDRB sektor i/ subsektor i pada 

wilayah provinsi 

RVr =  Total PDRB provinsi  

 

Kriteria pengukuran LQ, yaitu 

apabila LQ > 1 berarti sektor/subsektor 

tersebut merupakan sektor/subsektor 

unggulan di kabupaten dan potensial 

untuk dikembangkan sebagai penggerak 

perekonomian daerah. Apabila LQ < 1 

berarti sektor/subsektor tersebut bukan 

merupakan sektor/subsektor unggulan 

dan kurang potensial untuk dikembang-

kan sebagai penggerak perekonomian 

daerah. Apabila LQ = 1, berarti peranan 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 30 

relatif dari sektor/subsektor tertentu di 

kabupaten sama dengan peranan relatif 

dari sektor/subsektor tertentu di tingkat 

provinsi. 

2.  Identifikasi Subsektor Ekonomi Unggul 

dan Potensial 

Subsektor-subsektor yang dianalisis dalam 

penelitian ini adalah subsektor-subsektor dari 

sektor-sektor ekonomi unggul dan sektor-

sektor ekonomi potensial berdasarkan hasil 

overlay antara analisis MRP dan analisis LQ.  

Identifikasi subsektor ekonomi unggul dan 

subsektor ekonomi potensial dari sektor-

sektor ekonomi unggul dan sektor-sektor 

ekonomi potensial menggunakan alat-alat 

analisis yang sama pada penentuan sektor 

ekonomi unggul dan sektor ekonomi 

potensial. 

3. Analisis Indeks Divergensi Regional 

Krugman 

Untuk mengamati dan melakukan analisis 

antarkabupaten dalam wilayah lembaga 

regional BARLINGMASCAKEB, digunakan 

indeks divergensi regional Krugman untuk 

menghitung perbedaan struktur ekonomi, 

dan karenanya spesialisasi regional.  

Krugman (dalam Kuncoro, 2002: 189-190) 

mendefinisikan indeks tersebut sebagai 

berikut. 





n

i k

ik

j

ij
jk E

E
E

E
SI

1

 

Keterangan: 

Eij = PDRB dalam sektor i untuk wilayah 

kabupaten j 

Ej =  Total PDRB untuk wilayah kabupaten j 

Eik = PDRB dalam sektor i untuk wilayah 

kabupaten k 

Ek = Total PDRB untuk wilayah kabupaten 

k 

i = 1, …, n. 

Jika indeks sama dengan 0, maka kedua 

wilayah kabupaten tersebut mempunyai 

struktur ekonomi yang sama. Indeks akan 

sebesar dua jika kedua wilayah kabupaten 

tersebut terspesialisasi secara penuh. 

4. Analisis Connectivity Quotient 

Analisis CQ digunakan untuk mendeskrip-

sikan akses antarkota dalam suatu wilayah.  

Perhitungan CQ dilakukan dengan cara 

sebagai berikut (Bendavid-Val, 1991: 160). 

a. Hitung jarak dari suatu kota/kabupaten 

ke kota/kabupaten lainnya dalam suatu 

wilayah. 

b. Hitung total jarak untuk semua kota/ka-

bupaten, kemudian bagi dengan jumlah 

kota/kabupaten untuk mendapatkan 

jarak rata-rata (regional average). 

c. Bagi total jarak dari setiap kota/kabu-

paten dengan regional average untuk 

mendapatkan nilai connectivity quotient. 

 

Kriteria pengukuran connectivity quotient, 

yaitu apabila CQ < 1, berarti tingkat aksesibi-

litas suatu kota lebih tinggi.  Dan sebaliknya, 

apabila CQ > 1, berarti tingkat aksesibilitas 

suatu kota lebih rendah. 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

Hasil Analisis Tipologi Klassen 

Berdasarkan analisis Tipologi Klassen, dapat 

diketahui bahwa hanya Kabupaten Cilacap 

yang termasuk dalam klasifikasi daerah cepat 

maju dan cepat tumbuh. Kabupaten Purba-

lingga termasuk dalam klasifikasi daerah 

berkembang cepat. Anggota-anggota BAR-

LINGMASCAKEB yang lain, yaitu Kabupa-

ten Banyumas, Kabupaten Banjarnegara, dan 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 31 

Kabupaten Kebumen termasuk dalam klasifi-

kasi daerah relatif tertinggal. Hasil analisis 

Tipologi Klassen kabupaten-kabupaten ang-

gota lembaga regional BARLINGMAS-

CAKEB disajikan pada Gambar 1. 

Deskripsi Kegiatan Ekonomi Unggul 

dan Potensial 

1.  Identifikasi Sektor Ekonomi Unggul dan 

Potensial 

Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis 

LQ masing-masing kabupaten anggota BAR-

LINGMASCAKEB adalah sebagai berikut. 

a. Kabupaten Banjarnegara 

Hasil overlay antara analisis MRP dan ana-

lisis LQ Kabupaten Banjarnegara disaji-

kan pada Tabel 2. 

 

PDRB Per Kapita Rata-rata

40000003000000200000010000000

L
a
ju

 P
e
rt

u
m

b
u
h
a
n
 E

ko
n
o
m

i R
a
ta

-r
a
ta

6

5

4

3

2

1

DAERAH

PBG

KEB

CLP

BN

BMS

5

4

3

2

1
Relatif Tertinggal Maju tetapi Tertekan

Berkembang Cepat Maju & Tumbuh Cepat

 
 Keterangan: Data PDRB yang digunakan adalah data PDRB dengan migas 

Gambar 1. Tipologi Klassen Kabupaten-kabupaten Anggota 

 BARLINGMASCAKEB Periode 1995-2002 

 

Tabel 2.  Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten 

Banjarnegara 

MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 
Sektor Potensial 

Sektor pertanian serta sektor keuangan, 

persewaan, dan jasa perusahaan  

Sektor Unggul 

Sektor bangunan dan sektor jasa-jasa 

 

 

 

< 1 
Sektor Tertinggal 

Sektor pertambangan dan penggalian; 

sektor listrik, gas, dan air bersih; serta 

sektor perdagangan, hotel, dan restoran 

Sektor Potensial 

Sektor industri pengolahan serta 

sektor pengangkutan dan komunikasi 

 

 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 32 

Berdasarkan hasil overlay antara ana-

lisis MRP dan analisis LQ dapat diketahui 

bahwa 

1) Sektor bangunan dan sektor jasa-jasa 

merupakan sektor ekonomi yang ung-

gul di  Kabupaten Banjarnegara, baik 

dalam hal pertumbuhan maupun 

kontribusi.  

2) Sektor pertanian; sektor keuangan, 

persewaan, dan jasa perusahaan; 

sektor industri pengolahan; serta 

sektor pengangkutan dan komunikasi 

merupakan sektor ekonomi potensial 

di Kabupaten Banjarnegara.   

3) Sektor pertambangan dan penggalian; 

sektor listrik, gas, dan air bersih; serta 

sektor perdagangan, hotel, dan resto-

ran merupakan sektor ekonomi 

tertinggal di Kabupaten Banjarnegara.   

b. Kabupaten Purbalingga 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Purbalingga disaji-

kan pada Tabel 3. 

Berdasarkan hasil overlay antara 

analisis MRP dan analisis LQ dapat 

diketahui bahwa.  

1) Sektor jasa-jasa merupakan sektor 

ekonomi yang unggul di  Kabupaten 

Purbalingga, baik dalam hal pertum-

buhan maupun kontribusi.   

2) Sektor pertanian; sektor bangunan; 

sektor pengangkutan dan komunikasi; 

sektor pertambangan dan penggalian; 

sektor industri pengolahan; sektor 

listrik, gas, dan air bersih; serta sektor 

perdagangan, hotel, dan restoran 

merupakan sektor ekonomi potensial 

di Kabupaten Purbalingga.   

3) Sektor keuangan, persewaan, dan jasa 

perusahaan merupakan sektor ekono-

mi tertinggal di Kabupaten Purba-

lingga.  

c. Kabupaten Banyumas 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Banyumas disaji-

kan pada Tabel 4. 

Berdasarkan hasil overlay antara ana-

lisis MRP dan analisis LQ dapat diketahui 

bahwa 

1) Sektor pertambangan dan penggalian 

serta sektor listrik, gas, dan air bersih 

merupakan sektor ekonomi yang ung-

gul di Kabupaten Banyumas, baik 

dalam hal pertumbuhan maupun 

kontribusi.   

Tabel 3.  Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Purbalingga 

MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 
Sektor Potensial 

Sektor pertanian, sektor bangunan, serta 

sektor pengangkutan dan komunikasi 

Sektor Unggul 

Sektor jasa-jasa 

  

< 1 

 

 

Sektor Tertinggal 

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa 

perusahaan 

Sektor Potensial 

Sektor pertambangan dan penggalian; 

sektor industri pengolahan; sektor listrik, 

gas, dan air bersih; serta sektor 

perdagangan, hotel, dan restoran 

 

 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 33 

2) Sektor pertanian; sektor pengangku-

tan dan komunikasi; sektor keuangan, 

persewaan, dan jasa perusahaan; 

sektor jasa-jasa; sektor industri 

pengolahan; serta sektor bangunan 

merupakan sektor  ekonomi potensial 

di Kabupaten Banyumas. 

3) Sektor perdagangan, hotel, dan resto-

ran merupakan sektor ekonomi 

tertinggal di Kabupaten Banyumas.   

d. Kabupaten Cilacap 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Cilacap disajikan 

pada Tabel 5. 

Berdasarkan hasil overlay antara 

analisis MRP dan analisis LQ dapat 

diketahui bahwa.  

1) Sektor industri pengolahan serta sek-

tor perdagangan, hotel, dan restoran 

merupakan sektor ekonomi yang 

unggul di  Kabupaten Cilacap, baik 

dalam hal pertumbuhan maupun 

kontribusi. 

2) Sektor pertanian; sektor pertamba-

ngan dan penggalian; sektor listrik, 

gas, dan air bersih; sektor pengang-

kutan dan komunikasi; serta sektor 

jasa-jasa merupakan sektor ekonomi 

potensial di Kabupaten Cilacap.   

Tabel 4. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Banyumas 

MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 

 

Sektor Potensial 

Sektor pertanian; sektor 

pengangkutan dan komunikasi; 

sektor keuangan, persewaan, dan 

jasa perusahaan; serta sektor jasa-

jasa 

Sektor Unggul 

Sektor pertambangan dan penggalian serta 

sektor listrik, gas, dan air bersih 

  

< 1 

Sektor Tertinggal 

Sektor perdagangan, hotel, dan 

restoran 

Sektor Potensial 

Sektor industri pengolahan dan sektor 

bangunan 

 

Tabel 5. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Cilacap 

MRP 

 - + 

LQ > 1 
Sektor Potensial 

- 

Sektor Unggul 

Sektor industri pengolahan serta sektor 

perdagangan, hotel, dan restoran 

 < 1 
Sektor Tertinggal 

Sektor bangunan serta sektor 

keuangan, persewaan, dan jasa 

perusahaan 

 

Sektor Potensial 

Sektor pertanian; sektor pertambangan 

dan penggalian; sektor listrik, gas, dan 

air bersih; sektor pengangkutan dan 

komunikasi; serta sektor jasa-jasa 

 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 34 

3) Sektor bangunan serta sektor keua-

ngan, persewaan, dan jasa perusahaan 

merupakan sektor ekonomi tertinggal 

di Kabupaten Cilacap.   

e. Kabupaten Kebumen 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Kebumen disaji-

kan pada Tabel 6. 

Berdasarkan hasil overlay antara   

analisis  MRP  dan  analisis LQ dapat 

diketahui bahwa.  

1) Tidak ada sektor ekonomi Kabupaten 

Kebumen yang mempunyai pertum-

buhan yang menonjol sekaligus mem-

punyai kontribusi yang dominan. 

2) Sektor pertanian; sektor pertamba-

ngan dan penggalian; sektor keua-

ngan, persewaan, dan jasa perusaha-

an; sektor jasa-jasa; sektor industri 

pengolahan; serta sektor bangunan 

merupakan sektor  ekonomi potensial 

di Kabupaten Kebumen.   

3) Sektor listrik, gas, dan air bersih; sek-

tor perdagangan, hotel, dan restoran; 

serta sektor pengangkutan dan 

komunikasi merupakan sektor eko-

nomi tertinggal di Kabupaten Kebu-

men.   

2. Identifikasi Subsektor Ekonomi Unggul 

dan Potensial 

Hasil overlay antara analisis MRP dan analisis 

LQ masing-masing kabupaten anggota BAR-

LINGMASCAKEB adalah sebagai berikut; 

a. Kabupaten Banjarnegara 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Banjarnegara disa-

jikan pada Tabel 7. 

Berdasarkan  hasil  overlay antara   

analisis  MRP dan analisis  LQ dapat 

diketahui bahwa; 

1) Subsektor tanaman perkebunan, sub-

sektor pengangkutan, serta subsektor 

jasa hiburan dan rekreasi merupakan 

subsektor ekonomi yang unggul di  

Kabupaten Banjarnegara, baik dalam 

hal pertumbuhan maupun kontribusi.   

2) Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor perikanan, subsektor peme-

rintahan dan hankam, subsektor jasa 

sosial kemasyarakatan, serta subsek-

tor jasa perorangan dan rumah tangga 

Tabel 6. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Kebumen 

MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 

Sektor Potensial 

Sektor pertanian; sektor 

pertambangan dan penggalian; 

sektor keuangan, persewaan, dan 

jasa perusahaan; serta sektor jasa-

jasa 

Sektor Unggul 

- 

  

< 1 

Sektor Tertinggal 

Sektor listrik, gas, dan air bersih; 

sektor perdagangan, hotel, dan 

restoran; serta sektor 

pengangkutan dan komunikasi 

Sektor Potensial 

Sektor industri pengolahan dan sektor 

bangunan 

 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 35 

merupakan subsektor ekonomi poten-

sial di Kabupaten Banjarnegara.   

3) Subsektor peternakan, subsektor 

kehutanan, subsektor industri non 

migas, dan subsektor komunikasi 

merupakan subsektor ekonomi 

tertinggal di Kabupaten Banjarnegara.   

b. Kabupaten Purbalingga 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Purbalingga disaji-

kan pada Tabel 8. Berdasarkan  hasil  

overlay antara analisis MRP dan analisis 

LQ dapat diketahui bahwa 

1) Subsektor listrik, subsektor perdaga-

ngan, serta subsektor pemerintahan 

dan hankam merupakan subsektor 

ekonomi yang unggul di Kabupaten 

Purbalingga, baik dalam hal per-

tumbuhan maupun kontribusi.   

2) Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor tanaman perkebunan, 

subsektor peternakan, subsektor 

perikanan, subsektor penggalian, 

subsektor air bersih, subsektor hotel 

dan restoran, subsektor subsektor 

pengangkutan, subsektor komuni-

kasi, serta subsektor jasa swasta 

merupakan subsektor ekonomi 

potensial di Kabupaten Purbalingga.   

Tabel 7. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ KabupatenBanjarnegara 

MRP 

 - + 

LQ > 1 Subsektor Potensial 
Subsektor tanaman bahan 

makanan serta subsektor 

pemerintahan dan hankam 

Subsektor Unggul 

Subsektor tanaman perkebunan, sub-

sektor pengangkutan, serta subsektor 

jasa hiburan dan rekreasi 

 < 1 Subsektor Tertinggal 
Subsektor peternakan, sub-

sektor kehutanan, subsektor 

industri non migas, serta 

subsektor komunikasi 

Subsektor Potensial 

Subsektor perikanan, subsektor jasa 

sosial kemasyarakatan, serta subsektor 

jasa perorangan dan rumah tangga 

 

 

Tabel 8. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Purbalingga 

MRP 

 - + 

LQ > 1 Subsektor Potensial 

Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor tanaman perkebunan, 

subsektor peternakan, subsektor hotel 

dan restoran, serta subsektor 

pengangkutan 

Subsektor Unggul 

Subsektor listrik, subsektor 

perdagangan, subsektor 

pemerintahan dan hankam 

 < 1 Subsektor Tertinggal 

Subsektor kehutanan dan subsektor 

industri non migas 

Subsektor Potensial 

Subsektor perikanan, subsektor 

penggalian, subsektor air bersih, 

subsektor komunikasi, dan 

subsektor jasa swasta 

 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 36 

3) Subsektor kehutanan dan subsektor 

industri non migas merupakan sub-

sektor ekonomi tertinggal di Kabu-

paten Purbalingga. 

c. Kabupaten Banyumas 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Banyumas disaji-

kan pada Tabel 9. 

Berdasarkan  hasil  overlay antara   

analisis  MRP  dan analisis LQ dapat 

diketahui bahwa; 

1) Subsektor perkebunan, subsektor 

penggalian, subsektor listrik, sub-

sektor air bersih, dan subsektor 

sewa bangunan merupakan sub-

sektor ekonomi yang unggul di  

Kabupaten Banyumas, baik dalam 

hal pertumbuhan maupun kontri-

busi.   

2) Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor peternakan, subsektor 

kehutanan, subsektor perikanan, 

subsektor pengangkutan, subsektor 

komunikasi, subsektor bank, sub-

sektor lembaga keuangan bukan 

bank, subsektor jasa perusahaan, 

subsektor pemerintahan dan 

hankam, serta subsektor jasa swasta 

merupakan subsektor ekonomi 

potensial di Kabupaten Banyumas.   

3) Subsektor industri non migas meru-

pakan subsektor ekonomi tertinggal 

di Kabupaten Banyumas.   

d. Kabupaten Cilacap 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Cilacap disajikan 

pada Tabel 10. 

Berdasarkan hasil overlay antara   

analisis  MRP   dan    analisis    LQ   dapat 

diketahui bahwa.  

1) Subsektor perdagangan merupakan 

subsektor ekonomi yang unggul di  

Kabupaten Cilacap, baik dalam hal 

pertumbuhan maupun kontribusi.   

2) Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor peternakan, subsektor 

kehutanan, subsektor perikanan, 

subsektor penggalian, subsektor 

industri migas, subsektor listrik, 

subsektor pengangkutan, subsektor 

Tabel 9. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Banyumas 

 MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 

Subsektor Potensial 

Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor peternakan, subsektor 

kehutanan, subsektor pengangkutan, 

subsektor komunikasi, subsektor bank, 

subsektor lembaga keuangan bukan 

bank, subsektor pemerintahan dan 

hankam, serta subsektor jasa swasta 

Subsektor Unggul 

Subsektor perkebunan, sub-

sektor penggalian, subsektor 

listrik, subsektor air bersih, 

dan subsektor sewa bangu-

nan 

  

< 1 

Subsektor Tertinggal 

Subsektor industri non migas 

Subsektor Potensial 

Subsektor perikanan dan 

subsektor jasa perusahaan 

 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 37 

jasa sosial kemasyarakatan, serta 

subsektor jasa perorangan dan 

rumah tangga merupakan subsektor 

ekonomi potensial di Kabupaten 

Cilacap.   

3) Subsektor perkebunan, subsektor 

industri non migas, subsektor air 

bersih, subsektor hotel, subsektor 

restoran, subsektor komunikasi, 

subsektor pemerintahan dan han-

kam, serta subsektor jasa hiburan 

dan rekreasi merupakan subsektor 

ekonomi tertinggal di Kabupaten 

Cilacap.   

e. Kabupaten Kebumen 

Hasil overlay antara analisis MRP dan 

analisis LQ Kabupaten Kebumen disaji-

kan pada Tabel 11. 

Berdasarkan hasil overlay antara   

analisis  MRP   dan    analisis    LQ   dapat 

diketahui bahwa, 

 

1) Subsektor sewa bangunan, subsektor 

pemerintahan dan hankam, subsektor 

jasa sosial kemasyarakatan, serta sub-

sektor jasa perorangan dan rumah 

tangga merupakan subsektor ekonomi 

yang unggul di  Kabupaten Kebumen, 

baik dalam hal pertumbuhan maupun 

kontribusi.   

2) Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor tanaman perkebunan, sub-

sektor peternakan, subsektor kehuta-

nan, subsektor penggalian, subsektor 

bank, subsektor lembaga keuangan 

bukan bank, subsektor jasa perusa-

haan, serta subsektor jasa hiburan dan 

rekreasi merupakan subsektor ekono-

mi potensial di Kabupaten Kebumen. 

3) Subsektor perikanan dan subsektor 

industri non migas merupakan sub-

sektor ekonomi tertinggal di Kabupa-

ten Kebumen.   

 

 

 

Tabel 10. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Cilacap 

 MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 

Subsektor Potensial 

Subsektor kehutanan dan sub-

sektor industri migas 

Subsektor Unggul 

Subsektor Perdagangan 

  

< 1 

Subsektor Tertinggal 

Subsektor perkebunan, sub-

sektor industri non migas, sub-

sektor air bersih, subsektor 

hotel, subsektor restoran, sub-

sektor komunikasi, subsektor 

pemerintahan dan hankam, 

serta subsektor jasa hiburan 

dan rekreasi 

Subsektor Potensial 

Subsektor tanaman bahan 

makanan, subsektor peternakan, 

subsektor perikanan, subsektor 

penggalian, subsektor listrik, 

subsektor pengangkutan, subsektor 

jasa sosial  kemasyarakatan, serta 

subsektor jasa perorangan dan 

rumah tangga 

 

 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 38 

3. Analisis Indeks Divergensi Regional 

Krugman 

Untuk mengamati dan melakukan analisis 

antarkabupaten dalam wilayah lembaga 

regional BARLINGMASCAKEB, digunakan 

indeks divergensi regional Krugman untuk 

menghitung perbedaan struktur ekonomi. 

Hasil perhitungan indeks divergensi regional 

Krugman disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 

13. 

Hasil perhitungan indeks divergensi 

regional Krugman pada tahun 1995 dan 2002 

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan 

besar pada struktur ekonomi antara Kabupa-

ten Cilacap dengan kabupaten-kabupaten 

anggota BARLINGMASCAKEB lainnya.  Hal 

ini dapat dilihat dari besarnya nilai indeks 

divergensi regional Krugman antara Kabupa-

ten Cilacap dan Kabupaten Banjarnegara, 

Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Purba-

lingga, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten 

Banyumas, serta Kabupaten Cilacap dan 

Kabupaten Kebumen yang mendekati satu 

dan lebih besar dari satu. Hasil perhitungan 

indeks divergensi regional Krugman pada 

tahun 1995 dan 2002 juga menunjukkan 

bahwa Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten 

Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan 

Kabupaten Kebumen memiliki struktur 

ekonomi yang kurang lebih sama. Hal ini 

Tabel 12. Perhitungan Indeks Divergensi Regional KrugmanTahun 1995 

 Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen 

Banjarnegara  0.237 0.302 1.101 0.234 

Purbalingga   0.336 1.076 0.298 

Banyumas    0.987 0.395 

Cilacap     1.159 

Kebumen      

Keterangan: Diolah dari data PDRB dengan sembilan sektor ekonomi 

 Data PDRB merupakan data PDRB dengan migas 

 

Tabel 11. Hasil Overlay antara Analisis MRP dan Analisis LQ Kabupaten Kebumen 

 MRP 

 - + 

 

LQ 

 

> 1 

Subsektor Potensial 

Subsektor tanaman bahan maka-

nan, subsektor perkebunan, sub-

sektor peternakan, subsektor 

kehutanan, subsektor penggalian, 

subsektor bank, serta subsektor jasa 

hiburan dan rekreasi 

 

Subsektor Unggul 

Subsektor sewa bangunan, 

subsektor pemerintahan dan 

hankam, subsektor jasa sosial 

kemasyarakatan, serta subsek-

tor jasa perorangan dan rumah 

tangga 

  

< 1 

Subsektor Tertinggal 

Subsektor perikanan dan subsektor 

industri non migas 

Subsektor Potensial 

Subsektor lembaga keuangan 

bukan bank dan subsektor jasa 

perusahaan 

 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 39 

dapat dilihat dari nilai indeks divergensi 

regional Krugman yang mendekati nol. 

4.  Analisis Connectivity Quotient (CQ) 

Analisis CQ digunakan untuk mendeskrip-

sikan akses antarkota dalam suatu wilayah.  

Hasil perhitungan analisis CQ disajikan pada 

Tabel 14. 

Berdasarkan hasil analisis CQ, dapat 

dikatakan bahwa Kabupaten Purbalingga 

memiliki posisi yang menguntungkan dalam 

berinteraksi dengan kabupaten-kabupaten 

anggota lembaga regional BARLINGMAS-

CAKEB lainnya. Hal ini dapat dilihat dari 

nilai CQ Kabupaten Purbalingga adalah yang 

terendah. Berdasarkan hasil analisis CQ, 

dapat dikatakan bahwa Kabupaten Kebumen 

memiliki posisi yang kurang menguntungkan 

dalam berinteraksi dengan kabupaten-kabu-

paten anggota lembaga regional BARLING-

MASCAKEB lainnya. Hal ini dapat dilihat 

dari nilai CQ Kabupaten Kebumen adalah 

yang tertinggi.   

 

 

 

 

 

 

Tabel 14. Perhitungan Connectivity 

 Quotient Wilayah Lembaga 

 Regional BARLINGMASCAKEB 

Kabupaten Nilai CQ Peringkat 

Banjarnegara 

Purbalingga 

Banyumas 

Cilacap 

Kebumen 

1,19 

0,69 

0,74 

1,03 

1,34 

4 

1 

2 

3 

5 

 

Nilai CQ terkait dengan tingkat aksesibi-

litas. Berdasarkan analisis CQ, Kabupaten 

Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan 

Kabupaten Cilacap tergolong peringkat tiga 

besar, di mana nilai CQ kabupaten-kabupa-

ten tersebut lebih rendah dibandingkan 

dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabu-

paten Kebumen. Kabupaten Purbalingga, 

Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten 

Cilacap memiliki tingkat aksesibilitas yang 

lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten 

Banjarnegara dan Kabupaten Kebumen.  

Terkait dengan kegiatan ekonomi suatu 

daerah, tingkat aksesibilitas yang tinggi 

menguntungkan daerah yang bersangkutan. 

 

 

Tabel 13. Perhitungan Indeks Divergensi Regional KrugmanTahun 2002 

 Banjarnegara Purbalingga Banyumas Cilacap Kebumen 

Banjarnegara  0.263 0.337 1.029 0.274 

Purbalingga   0.281 1.158 0.311 

Banyumas    1.02 0.346 

Cilacap     1.15 

Kebumen      

Keterangan: Diolah dari data PDRB dengan sembilan sektor ekonomi 

 Data PDRB merupakan data PDRB dengan migas 

 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 40 

KESIMPULAN 

1. Ditinjau dari tingkat pertumbuhan dan 

pendapatan per kapita, pada periode 

1995-2002, dari lima kabupaten anggota 

BARLINGMASCAKEB hanya Kabupa-

ten Cilacap yang termasuk dalam 

klasifikasi daerah cepat maju dan cepat 

tumbuh.  Kabupaten Purbalingga ter-

masuk dalam klasifikasi daerah ber-

kembang cepat. Anggota-anggota BAR-

LINGMASCAKEB yang lain, yaitu 

Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten 

Banyumas, dan Kabupaten Kebumen 

termasuk dalam klasifikasi daerah 

relatif tertinggal.   

2. Berdasarkan hasil overlay antara analisis 

MRP dan analisis LQ dapat diketahui 

sektor ekonomi unggul dan sektor eko-

nomi potensial kabupaten-kabupaten 

anggota BARLINGMASCAKEB. Tabel 

15 menyajikan informasi sektor 

ekonomi unggul dan sektor ekonomi 

potensial kabupaten-kabupaten anggota 

BARLINGMASCAKEB.  

3. Berdasarkan identifikasi lebih lanjut ter-

hadap sektor ekonomi unggul dan 

sektor ekonomi potensial diperoleh 

informasi subsektor ekonomi unggul 

dan subsektor ekonomi potensial kabu-

paten-kabupaten anggota BARLING-

MASCAKEB.  Tabel 16  menyajikan 

informasi subsektor ekonomi unggul 

dan subsektor ekonomi potensial kabu-

paten-kabupaten anggota BARLING-

MASCAKEB. 

4. Pada periode 1995 dan 2002, terdapat 

perbedaan yang besar pada struktur 

ekonomi antara Kabupaten Cilacap 

dengan kabupaten-kabupaten anggota 

BARLINGMASCAKEB lainnya.  Kabu-

paten Banjarnegara, Kabupaten Purba-

lingga, Kabupaten Banyumas, dan 

Kabupaten Kebumen memiliki struktur 

ekonomi yang kurang lebih sama.   

5. Ditinjau dari tingkat aksesibilitas, Kabu-

paten Purbalingga memiliki posisi 

wilayah yang paling menguntungkan 

dalam berinteraksi dengan kabupaten-

kabupaten anggota BARLINGMASCA-

KEB lainnya. Kabupaten Purbalingga 

memiliki tingkat aksesibilitas yang 

paling tinggi dalam wilayah lembaga 

regional BARLINGMASCAKEB, diikuti 

oleh Kabupaten Banyumas yang 

menempati peringkat kedua dan Kabu-

paten Cilacap yang menempati pering-

kat ketiga. Kabupaten Banjarnegara dan 

Kabupaten Kebumen memiliki posisi 

wilayah yang kurang menguntungkan 

dalam berinteraksi dengan kabupaten-

kabupaten anggota BARLINGMASCA-

KEB lainnya.  Kabupaten Banjarnegara 

dan Kabupaten Kebumen memiliki 

tingkat aksesibilitas yang lebih rendah 

dibandingkan dengan Kabupaten 

Purbalingga, Kabupaten Banyumas, dan 

Kabupaten Cilacap.  

Saran yang diajukan penulis berkaitan 

dengan penelitian ini, yaitu: 

1. Pengembangan wilayah kabupaten-

kabupaten anggota lembaga regional 

BARLINGMASCAKEB harus diupaya-

kan melalui strategi pembangunan yang 

tepat dengan memperhatikan potensi 

masing-masing kabupaten. Potensi 

yang dimiliki oleh setiap kabupaten 

merupakan modal dasar bagi pemba-

ngunan ekonomi yang berkelanjutan.    



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 41 

2. Sektor-sektor ekonomi potensial hen-

daknya dikembangkan sehingga di 

masa-masa yang akan datang sektor-

sektor ekonomi tersebut dapat diandal-

kan menjadi sektor-sektor ekonomi 

unggul.  Pengembangan sektor-sektor 

ekonomi potensial dapat dilakukan 

dengan cara sebagai berikut: 

a. memanfaatkan kekayaan sumber-

daya alam dan sumberdaya manu-

sia yang dimiliki oleh masing-

masing kabupaten. 

b. membangun infrastruktur fisik yang 

menunjang pengembangan masing- 

masing sektor. 

Tabel 15. Sektor Ekonomi Unggul dan Sektor Ekonomi Potensial Kabupaten- 

 kabupaten Anggota BARLINGMASCAKEB  

Kabupaten Sektor Ekonomi Unggul Sektor Ekonomi Potensial 

Banjarnegara Sektor bangunan dan sektor jasa-

jasa 

Sektor pertanian; sektor industri 

pengolahan; sektor pengangku-

tan dan komunikasi; serta sektor 

keuangan, persewaan, dan jasa 

perusahaan 

Purbalingga Sektor jasa-jasa Sektor pertanian; sektor pertam-

bangan dan penggalian; sektor 

industri pengolahan; sektor 

listrik, gas, dan air bersih; sektor 

bangunan; sektor perdagangan, 

hotel, dan restoran; serta sektor 

pengangkutan dan komunikasi 

Banyumas Sektor pertambangan dan peng-

galian serta sektor listrik, gas, 

dan air bersih 

Sektor pertanian; sektor industri 

pengolahan; sektor bangunan; 

sektor pengangkutan dan komu-

nikasi; sektor keuangan, persewa-

an, dan jasa perusahaan; serta 

sektor jasa-jasa 

Cilacap Sektor industri pengolahan serta 

sektor perdagangan, hotel, dan 

restoran 

Sektor pertanian; sektor pertam-

bangan dan penggalian; sektor 

listrik, gas, dan air bersih; sektor 

pengangkutan dan komunikasi; 

serta sektor jasa-jasa 

Kebumen - Sektor pertanian; sektor pertam-

bangan dan penggalian; sektor 

industri pengolahan; sektor 

bangunan; sektor keuangan, 

persewaan, dan jasa perusahaan; 

serta sektor jasa-jasa 

 



Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 9, Nomor 1, April 2008: 26 - 43 42 

c. mengundang para investor dan 

mengadakan kredit lunak dengan 

pengelolaan secara profesional. 

d. mengadakan koordinasi antara 

pemerintah daerah dengan para 

pelaku usaha di masing-masing 

sektor. 

Tabel 16. Subsektor Ekonomi Unggul dan Subsektor Ekonomi Potensial Kabupaten-

kabupaten Anggota BARLINGMASCAKEB 

Kabupaten Subsektor Ekonomi Unggul Subsektor Ekonomi Potensial 

Banjarnegara Subsektor tanaman 

perkebunan, subsektor 

pengangkutan, serta 

subsektor jasa hiburan dan 

rekreasi 

Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor perikanan, subsektor pemerintahan 

dan hankam, subsektor jasa sosial 

kemasyarakatan, serta subsektor jasa 

perorangan dan rumah tangga 

Purbalingga Subsektor listrik, subsektor 

perdagangan, serta subsektor 

pemerintahan dan hankam 

Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor tanaman perkebunan, subsektor 

peternakan, subsektor perikanan, subsektor 

penggalian, subsektor air bersih, subsektor 

hotel dan restoran, subsektor pengangkutan, 

subsektor komunikasi, serta subsektor jasa 

swasta 

Banyumas Subsektor tanaman 

perkebunan, subsektor 

penggalian, subsektor listrik, 

subsektor air bersih, dan 

subsektor sewa bangunan 

Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor peternakan, subsektor kehutanan, 

subsektor perikanan, subsektor pengang-

kutan, subsektor komunikasi, subsektor 

bank, subsektor lembaga keuangan bukan 

bank, subsektor jasa perusahaan, subsektor 

pemerintahan dan hankam, serta subsektor 

jasa swasta 

Cilacap Subsektor perdagangan Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor tanaman perkebunan, subsektor 

peternakan, subsektor perikanan, subsektor 

penggalian, subsektor industri migas, 

subsektor listrik, subsektor pengangkutan, 

subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan, 

serta subsektor jasa perorangan dan rumah 

tangga 

Kebumen Subsektor sewa bangunan, 

subsektor pemerintahan dan 

hankam, subsektor jasa sosial 

kemasyarakatan, serta 

subsektor jasa perorangan 

dan rumah tangga 

Subsektor tanaman bahan makanan, 

subsektor tanaman perkebunan, subsektor 

peternakan, subsektor kehutanan, subsektor 

penggalian, subsektor bank, subsektor 

lembaga keuangan bukan bank, subsektor 

jasa perusahaan, serta subsektor jasa hiburan 

dan rekreasi 

 



Identifikasi Pengembangan Wilayah Kabupaten ... (Diah Setyorini G. dan Ratna Setyawati G.) 43 

DAFTAR PUSTAKA 

Arsyad, L. 1999. Pengantar Perencanaan dan 

Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi 

Pertama. Yogyakarta: BPFE. 

Badan Pusat Statistik. 1995-2002. Pendapatan  

Regional  Kabupaten  Kebumen  1995-2002.  

BPS, Kebumen. 

Badan Pusat Statistik. 1995-2002. Pendapatan 

Regional Kabupaten Banjarnegara 1995-

2002.  BPS Banjarnegara. 

Badan Pusat Statistik. 1995-2002. Pendapatan 

Regional Kabupaten Banyumas 1995-2002.  

BPS, Banyumas. 

Badan Pusat Statistik. 1995-2002. Pendapatan 

Regional Kabupaten Cilacap 1995-2002.  

BPS, Cilacap. 

Badan Pusat Statistik. 1995-2002. Pendapatan 

Regional Kabupaten Purbalingga 1995-

2002.  BPS, Purbalingga. 

Badan Pusat Statistik. 1995-2002. Pendapatan 

Regional Provinsi Jawa Tengah 1995-2002.  

BPS, Semarang. 

Barlingmascakeb. 2003. Selayang Pandang 

BARLINGMASCAKEB.  

http://www.barlingmascakeb.com  

accessed Dec 21, 2004. 

Bendavid-Val, A.  1991.   Regional and Local 

Economic Analysis for Practitioners.  

Fourth edition.  New York: Praeger. 

Kuncoro, M.  2002.  Analisis Spasial dan Regio-

nal: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri 

Industri.  Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 

Sjafrizal. 1997. “Pertumbuhan Ekonomi dan 

Ketimpangan Regional Wilayah Indo-

nesia Bagian Barat.”  Prisma, No. 03, 

Maret.  

Yusuf, M.  1999.  “Model Rasio Pertumbuhan 

(MRP) sebagai Salah Satu Alat Analisis 

Alternatif dalam Perencanaan Wilayah 

dan Kota: Aplikasi Model Wilayah 

Bangka-Belitung”. Ekonomi dan Keua-

ngan Indonesia, Volume XLVII, No.  2: 

219-233.