NERS Vol 10 No 2 Okt 2015.indd 208 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENILAIAN PROFESIONAL BEHAVIOUR MAHASISWA KEPERAWATAN (Validity and Reliability Assessment Tool of Nursing Students Professional Behavior) Fatikhu Yatuni Asmara* *Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang Email: unie_nuzul@yahoo.com ABSTRAK Pendahuluan: Shieffield Peer Review Assessment (SPRAT) adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai penampilan mahasiswa kedokteran dengan menggunakan metode Multi Source Feedback (MSF). Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa MSF dengan SPRAT sebagai instrumen dapat diterapkan sebagai metode dan instrumen evaluasi untuk menilai professional behaviour (PB) mahasiswa keperawatan di setting klinik dan komunitas, namun membutuhkan modifikasi berupa tambahan item pernyataan. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk memastikan tingkat validitas dan reliabilitas instrumen penilaian. Metodologi: Uji yang dilakukan adalah uji content dan construct untuk validitas, serta uji inter-rater dan item covariance untuk reliabilitas. Partisipan yang terlibat terdiri atas 4 orang pembimbing klinik dan 116 orang mahasiswa. Hasil: Uji content validity menunjukkan perlunya item kedisiplinan dan kejujuran sebagai item no 22 dan 23. Uji construct validity menunjukkan 5 dari 23 pernyataan di instrumen penilaian yang tidak valid karena memiliki nilai pearson correlation < 0,3, namun tetap menjadi item pernyataan dengan pertimbangan kepentingan terhadap PB mahasiswa. Uji inter-rater dan item covariance reliability menunjukkan berturut- turut instrumen reliabel dengan skor 0,460 dan 0,912. Diskusi: Instrumen penilaian dapat digunakan untuk menilai PB mahasiswa keperawatan karena valid dan reliabel. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efektivitas dari form penilaian ini terhadap perbedaan PB mahasiswa keperawatan. Kata kunci: validitas, reliabilitas, instrumen penilaian PB ( professional behaviour) ABSTRACT Introduction: Shieffield Peer Review Assessment (SPRAT) is an instrument to assess medical student’s performance using Multi Source Feedback (MSF) method. The previous study stated that MSF with SPRAT is an effective tool assessing professional behaviour (PB) of nursing students both in clinical setting and community setting. However it needs more items to be added. Based on that explanation, it needs conducting validity and reliability test to make sure that the tool is valid and reliable. Methods: There were two types of validity test used, content validity test and construct validity test as well as reliability test, namely inter-rater reliability test and item covariance test. Participants were four clinical instructors and 116 nursing students. Results: Content validity test showed that two items must be added as part of assessment item, namely diciplines and faithness. Furthermore construct validity test showed that five items were not valid since they had pearson correlation score < 0.3. However the items were included as consideration of nursing students’s PB. Inter-rater reliability test and item covariance reliability test showed that the tool was reliable with score 0.460 and 0.912 respectively. Discussions: The assessment tool can be applied to assess PB of nursing students since it valid and reliable. It needs to investigate the effectiveness of the tool in difference of PB of nursing students. Keywords: validity, reliability, assessment tool of PB (professional behaviour) PENDAHULUAN Profesionalisme tenaga kesehatan sudah menjadi isu yang dibicarakan sejak lebih dari 25 tahun yang lalu ter masuk rumusan pengertian, capaian kompetensi, dan penilaian profesionalisme (Hodges, et al., 2011). Tenaga kesehatan seperti dokter dan perawat ditantang untuk memiliki kompetensi profesionalisme seperti komunikasi secara efektif, berorganisasi, bekerja dalam tim, dan profesional yang disebut soft skill. Van Tartwijk & Driessen (2009) menyatakan bahwa di samping memiliki kemampuan klinis seperti memberikan perawatan kepada pasien atau yang disebut dengan hard skill, tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan profesional atau yang disebut soft skill. Aktivitas profesional yang dilakukan oleh dokter dan perawat sebagai tenaga kesehatan memerlukan kontribusi tiga aspek, yaitu: kognitif, psikomotor, dan soft skill atau profesionalisme atau Professional Behaviour (PB). Ketiga komponen tersebut memiliki bobot yang sama (Kuiper and Balm, 2001 in 209 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian (Fatikhu Yatuni Asmara) Speth-Lemmens, 2009), dan menjadi salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa selama proses pembelajaran. Lebih lanjut lagi, Speth-Lemmens (2009) menyatakan bahwa meskipun belum ada definisi yang pasti untuk PB, banyak ahli merujuk pada sikap dan perilaku profesional dan PB dapat disupervisi, diajarkan dan dievaluasi. Evaluasi PB mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan perlu dilakukan karena evaluasi tersebut dapat membantu mahasiswa mengidentifikasi aspek negatif (Van Mook, et al., 2009) sehingga dapat membantu pembimbing dalam memberikan feedback untuk meningkatkan PB mahasiswa (Asmara, 2013a). Hal ini berdasarkan pada kebutuhan akan tenaga perawat yang memiliki soft skill yang bagus di samping keterampilan memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien atau hard skill (Van Taartwijk & Driessen, 2009). Multi Source Feedback (MSF) adalah salah satu metode evaluasi yang menggunakan kuesioner dan melibatkan tenaga kesehatan lain serta pasien untuk memberikan feedback (Davies & A rcher, 2005). Penilai atau evaluator MSF meliputi tiga source (sumber), yaitu peer (teman), pasien, dan mahasiswa itu sendiri (self ) (Epstein, 2007). Selama proses evaluasi, mahasiswa akan mendapatkan feedback dari evaluator, tergantung dari tipe evaluasi. Feedback akan diberikan di tengah proses pembelajaran apabila evaluasi termasuk dalam formatif, sedangkan feedback diperoleh mahasiswa di akhir proses pembelajaran apabila evaluasi termasuk dalam sumatif (Davis, et al., 2009). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa MSF dapat diterapkan dan efektif sebagai metode evaluasi PB mahasiswa keperawatan baik di setting klinik dan komunitas, khususnya di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (PSIK FK Undip) (Asmara, 2013a; Asmara, 2013b). Alasan yang menyebutkan MSF efektif adalah pelibatan berbagai sumber yang berinteraksi dengan mahasiswa seperti: pembimbing, kolega yait u perawat non pembimbing, mahasiswa non keperawatan, self and peer assessment. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Lynch, et.al (2004) di dalam Hodges, et al (2011) bahwa evaluasi PB menjadi lebih baik apabila melibatkan banyak evaluator seperti MSF, cognitive assessment, dan kuesioner pada pasien. Selama implementasi MSF di PSIK FK Undip, Shieffield Peer Review Assessment (SPRAT) digunakan sebagai form penilaian. Form ini berisi 24 pertanyaan yang diturunkan dari Good Medical Practice (GMP) yang meliputi tiga ranah aktivitas profesional yaitu kognitif, psikomotor, dan afektif atau PB. Delapan pertanyaan meliputi kognitif dan psikomotor (pertanyaan no. 1, 2, 3, 6, 7, 8, 9, dan 10) sedangkan 16 pertanyaan lainnya tentang afektif atau PB (Archer, 2008). Namun SPRAT yang digunakan mengalami modifikasi berupa penambahan komponen penilaian seperti komponen berpikir kritis, menghargai kelebihan, caring, penampilan mahasiswa, dan kesopanan. Komponen yang ditambahkan merupakan masukan dari responden dari penelitian sebelumnya dan disesuaikan dengan budaya Indonesia, seperti kesopanan (Asmara, 2013a). Uji validitas dan reliabilitas diperlukan untuk memastikan apakah instrumen penilaian dapat digunakan, artinya instrumen tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur dan konsisten (Dharma, 2011). Uji validitas dilaksanakan untuk melihat kesesuaian, ketepatan suatu alat untuk menilai sesuatu (Fraen kel & Wallen, 2010), sedangkan reliabilit as su at u alat ditent u kan oleh konsistensi suatu alat untuk menilai sesuatu (Fraenkel & Wallen, 2010). Selanjutnya, penelitian ini penting dilak u kan unt u k mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas hasil modif ikasi for m penilaian SPR AT sebelum digunakan secara luas untuk menilai PB mahasiswa keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi validitas dan reliabilitas instrumen penilaian PB pada mahasiswa keperawatan yang kemudian dijabarkan menjadi beberapa t ujuan k husus, yait u mengidentifikasi content validity instrumen penilaian, mengidentifikasi construct validity instrumen penilaian, mengidentifikasi inter- rater reliability instrumen penilaian, dan 210 Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 208–216 mengidentifikasi item covariance reliability instrumen penilaian. BAHAN DAN METODE Penelitian ini berfokus pada identifikasi validitas dan reliabilitas instrumen penilaian PB m a h a si s wa ke p e r awat a n b e r ba si s pembelajaran klinik dan komunitas berupa modifikasi SPRAT. Penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap, yaitu 2 tahap uji validitas dan 2 tahap uji reliabilitas. Tahap I Per tama instr umen penilaian diuji validitasisi (content validity) dengan meminta ahli untuk mengevaluasi konten instrumen. Dua orang perawat ahli dilibatkan dalam uji ini yaitu perawat yang memahami PB yang harus dimiliki oleh mahasiswa keperawatan. Tidak ada batasan jumlah pakar yang dapat terlibat dalam uji content validity, yang pasti ada pembanding antar feedback yang diberikan (Dharma, 2011). Pada tahap ini, para ahli diminta untuk memberikan tanggapan atau masukan terhadap item pernyataan pada instrumen penilaian PB dengan memilih apakah masing-masing pernyataan relevan tanpa perbaikan, relevan dengan perbaikan, dan tidak relevan. Ahli pertama menyatakan bahwa semua pernyataan, 21 per nyataan relevan. Masukan unt uk pernyataan no 14 “mudah untuk dihubungi” perlu diper jelas apa kait an nya dengan perilaku profesional apabila deskripsinya adalah mahasiswa berada di tempat sesuai dengan jadwal dinas. Begitu juga dengan ahli kedua yang menyatakan bahwa semua item pernyataan relevan, namun perlu ditambahkan item penilaian kejujuran dan kedisiplinan. Tahap II Tahap selanjutnya adalah melakukan uji construct validity. Pada tahap ini, instrumen penilaian yang sudah melalui uji content validity, dapat diujicobakan pada kelompok partisipan, yaitu mahasiswa keperawatan dan pembimbing. Selanjutnya hasil uji construct validity akan dianalisis untuk dilihat tingkat validitasnya. Subjek yang terlibat sebagai partisipan adalah 64 mahasiswa pada uji contruct validity I dan 54 mahasiswa pada uji construct validity II, serta 2 orang pembimbing klinik yang dipilih secara acak dari populasi. Pemilihan i n i d ipil i h k a rena d apat membe r i k a n kesempatan yang sama bagi setiap partisipan yang memenuhi kriteria untuk terlibat dalam penelitian (Fraenkel & Wallen, 2010). Data yang diperoleh dianalisis dengan Pearson Product Momen karena metode ini digunakan untuk menghubungkan skor setiap item pernyataan dengan skor total (Dharma, 2011). Nunnaly (1994) dalam Dharma (2011) menyatakan bahwa hubungan antara skor item dengan skor total (item-total correlation) yang baik adalah lebih atau sama dengan 0,3 (r ≥ 0,3). Berdasarkan hasil analisa ada 15 pernyataan yang memiliki skor Pearson Correlation ≤ 0,3 artinya ada 15 pernyataan yang tidak valid sehingga dilanjutkan dengan uji contruct validity II. Hasil analisa menyebutkan bahwa hanya 5 pernyataan yang tidak valid yaitu pernyataan no 3, 5, 7, 16, dan 17. Tahap III Tahap ketiga adalah uji reliabilitas I, yaitu uji inter-rater reliability. Terdapat dua tipe pada uji ini, yaitu tipe yang pertama adalah bertujuan untuk melihat konsistensi skor yang diberikan oleh dua atau lebih penilai terhadap penampilan atau hasil kerja mahasiswa, dan tipe kedua bertujuan untuk melihat konsistensi seorang penilai dalam memberikan nilai terhadap pekerjaan mahasiswa yang sama tetapi dalam waktu yang berbeda (McAleer, 2009). Dalam penelitian ini, tipe pertama yang digunakan, yaitu untuk melihat konsistensi dua penilai atau lebih terhadap PB mahasiswa. Pada tahap ini, 2 orang pembimbing diminta untuk menilai PB satu orang mahasiswa kemudian hasilnya akan dihubungkan antara 1 pembimbing dengan pembimbing yang lain. Dharma (2011) mengatakan bahwa penilaian terhadap persetujuan/kesamaan antara 2 orang penilai atau lebih terhadap suatu pengukuran disebut inter-rater reliability. Selanjutnya korelasi antar 2 nilai atau lebih dapat dianalisis menggunakan Pearson Product Momen. Sama halnya dengan uji construct validity, nilai antar 211 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian (Fatikhu Yatuni Asmara) 2 pembimbing dikorelasikan dan dianalisa. Hasil uji menunjukkan bahwa skor Pearson Correlation adalah 0.460 atau ≥ 0,3, sehingga instrument ini disebut sebagai intrumen yang reliabel. Tahap IV Tahap selanjutnya adalah reliabilitas tahap 2 berupa uji reliabilitas menggunakan item covariance, yaitu penggunaan instrumen pada mahasiswa untuk menilai dirinya sendiri (self assessment) dan kemudian dianalisis. Tahap ini melibatkan 26 orang mahasiswa yang diminta untuk menilai PB dirinya sendiri menggunakan form penilaian. Hasil penilaian ini akan dianalisis menggunakan Cronbach Alpha karena lebih sesuai untuk mengukur reliabilitas instrumen penilaian dengan skala likert. Anastasi dan Urbina (1997) dalam Dharma (2011) mengatakan bahwa koefisien reliabilitas instrumen penilaian yang dapat diter ima adalah 0,8 ar tinya inst r u men penilaian bersifat reliabel apabila koefisien Cronbach Alpha lebih dari atau sama dengan 0,8. Hasil analisa menunju k kan bahwa koefisien Cronbach’s Alpha adalah 0,912 atau ≥ 0,8 artinya instrument ini reliabel. HASIL Ada 23 pernyataan yang digunakan untuk menilai PB mahasiswa keperawatan. Pernyataan no 22 dan 23 adalah tambahan pernyataan berdasarkan hasil uji content validit y (tahap I). Berdasarkan hasil uji const r uct validit y I (t ahap 2), ada 15 pernyataan tidak valid yaitu pernyataan no 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 20, dan 23. Setelah dilakukan perbaikan dalam redaksi deskripsi dan rumusan pernyataan, dilakukan uji construct validity II (tahap 2) dengan hasil 18 pernyataan valid dan 5 pernyataan tidak valid yaitu pernyataan no 3, 5, 7, 16, dan 17. Tabel 2 dan 3 menunjukkan hasil skor Pearson Correlation pada uji construct validity. Analisa dilanjutkan dengan tahap 3 yait u uji inter-rater reliabilit y yait u membandingkan nilai yang diberikan 2 orang pembimbing klinik pada 7 mahasiswa. Hasil analisa disajikan dalam tabel 4 berikut ini. Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil skor Pearson Correlation adalah 0.460 atau lebih besar dari 0.3, artinya instrumen penilaian reliabel. Selanjutnya, tabel 5 menunjukkan analisa tahap terakhir atau tahap 4, yaitu uji item covariance dengan menggunakan Cronbach’s Alpha untuk menganalisis hasil self assessment pada 23 responden. PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas dilakukan dua kali yaitu uji validitas I dan II. Hal ini disebabkan karena hasil uji validitas I kurang memuaskan, yaitu 15 dari 23 pernyataan tidak valid. Sebelum diulang, deskripsi masing-masing pernyataan diperinci sehingga menjadi lebih jelas bagi responden. Menurut Fraenkel & Wallen (2010), uji validitas dapat diulang apabila hasil uji validitas tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil uji validitas 2, ada 5 pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomor 3 (kemampuan untuk manajemen waktu atau kemampuan memprioritaskan), nomor 5 (komitmen untuk belajar), nomor 7 (kemampuan untuk memberikan feedback: jujur, secara pribadi, dan membangun), nomor 16 (kemampuan untuk mengatur sesuatu/ manajemen), dan nomor 17 (berpikir kritis). Kemampuan untuk manajemen waktu/ memprioritaskan (no. 3) dan kemampuan untuk mengatur sesuatu/manajemen (no. 16). Apabila dilihat dari rumusan pernyataan, 2 kalimat ini memiliki makna yang sama yaitu kemampuan mengatur sesuatu namun berbeda dalam deskripsi, yaitu manajemen intrapersonal dan interpersonal. Kemampuan manajemen yang sering dipraktekkan oleh mahasiswa dalam proses pembelajaran klinik adalah belajar dalam kelompok. Rudland (2009) menyebutkan ada 4 tahap pembentukan kelompok, yaitu Forming. Storming, Norming, dan Performing. Forming, atau pembentukan adalah waktu di saat beberapa individu berusaha memantapkan dirinya dalam kelompok. Pada fase ini anggota kelompok sering berganti dan kekuatan serta kelemahan anggota kelompok akan teridentifikasi. 212 Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 208–216 Tabel 1. Daftar Pernyataan Penilaian PB No Pernyataan Deskripsi 1. Kesadaran mahasiswa terhadap keterbatasan diri Kemampuan mahasiswa untuk menyadari kekurangan dan keterbatasan yang perlu dikembangkan. 2. Kemampuan untuk merespons a s p e k p s i k o s o s i a l p e n y a k i t pasien Kemampuan mahasiswa untuk mengkaji, menentukan diagnosa, merencanakan intervensi, mengimplementasi dan mengevaluasi aspek psikososial penyakit pasien. 3. Kemampuan untuk manajemen waktu/memprioritaskan Kemampuan mahasiswa untuk mengatur waktu dan memprioritaskan tindakan terkait dengan diri sendiri. 4. Kemampuan untuk bisa mengatasi stress Kemampuan mahasiswa dalam mengidentifi kasi dan mengatasi stres atau masalah. 5. Komitmen untuk belajar Kemampuan mahasiswa untuk berkomitmen dalam belajar 6. Keinginan dan keefektifitasan dalam belajar bersama kolega atau peer Kemampuan mahasiswa untuk mengidentifi kasi kebutuhan belajar dalam kelompok. Kemampuan mahasiswa belajar dalam kelompok dan kemampuan untuk mengambil manfaat belajar dalam kelompok. 7. Kemampuan dalam memberikan feedback: jujur, secara pribadi, membangun Kemampuan mahasiswa memberikan feedback yang membangun bukan mencela. 8. Komunikasi dengan pasien Kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi asertif dan terapeutik terhadap pasien. 9. Komunikasi dengan keluarga pasien Kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi asertif dan terapeutik terhadap keluarga pasien. 10. Menghormati pasien dan hak rahasia mereka Kemampuan mahasiswa untuk menyimpan rahasia terkait informasi pasien dan hanya menggunakan informasi tersebut untuk hal yang terkait perawatan pasien. 11. K o m u n i k a s i v e r b a l d e n g a n kolega Kemampuan mahasiswa untuk menyampaikan hal/sesuatu secara verbal terhadap kolega, contoh: operan 12. K o m u n i k a s i t e r t u l i s d e n g a n kolega Kemampuan mahasiswa untuk menyampaikan hal/sesuatu secara tertulis terhadap kolega, contoh: dokumentasi askep, rujukan 13. Menyadari nilai dan distribusi nilai-nilai kemanusiaan antar sesama terutama pasien Kemampuan mahasiswa untuk mengidentifi kasi dan menghormati nilai/value/keyakinan yang dimiliki pasien. 14. Mudah untuk dihubungi Mahasiswa berada di tempat sesuai dengan jadwal dinas, memiliki alat komunikasi (telepon, email) untuk komunikasi tidak langsung. 15. Kemampuan menjadi pemimpin Kemampuan mahasiswa untuk mengorganisasi kelompok, pernah menjadi pemimpin dalam kelompok. 16. Kemampuan untuk mengatur sesuatu (manajemen) Kemampuan mahasiswa untuk mengatur sesuatu di luar diri sendiri. 17. Berpikir kritis Kemampuan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah secara ilmiah. 18. Penampilan mahasiswa Penampilan mahasiswa rapi, bersih, menarik, seragam sesuai aturan. 19. Kesopanan Mahasiswa menunjukkan sikap sopan, menghargai orang yang lebih tua, senang menyapa. 20. Menghargai kelebihan Kemampuan mahasiswa mengidentifi kasi dan menghargai kelebihan diri dan orang lain. 21. Caring terhadap pasien, peer, dan kolega Kemampuan mahasiswa bersikap caring dan peduli terhadap pasien, peer, dan kolega, ada saat di samping pasien secara fi sik dan jiwa. 22. Kedisiplinan Mahasiswa dating dan pulang dinas tidak terlambat, mematuhi jadwal dan mengumpulkan laporan sesuai waktu dan 23. Kejujuran Mahasiswa berkata benar, tidak berbohong dengan alasan apa pun, termasuk mampu menjaga kerahasiaan pasien 213 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian (Fatikhu Yatuni Asmara) Tabel 2. Hasil uji construct validity I (n = 64) Pernyataan Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Q 6 Q 7 Q 8 Pearson Correlation 0.394 0.287 0.295 0.282 0.294 0.250 0.275 0.322 Pernyataan Q 9 Q 10 Q 11 Q 12 Q 13 Q 14 Q 15 Q 16 Pearson Correlation 0.274 0.252 0.245 0.340 0.269 0.252 0.300 0.276 Pernyataan Q 17 Q 18 Q 19 Q 20 Q 21 Q 22 Q 23 Pearson Correlation 0.219 0.324 0.350 0.291 0.318 0.306 0.254 Tabel 3. Hasil uji construct validity II (n = 54) Pernyataan Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Q 6 Q 7 Q 8 Pearson Correlation 0.419 0.340 0.288 0.334 0.243 0.303 0.256 0.368 Pernyataan Q 9 Q 10 Q 11 Q 12 Q 13 Q 14 Q 15 Q 16 Pearson Correlation 0.375 0.376 0.317 0.334 0.337 0.324 0.300 0.272 Pernyataan Q 17 Q 18 Q 19 Q 20 Q 21 Q 22 Q 23 Pearson Correlation 0.281 0.381 0.386 0.358 0.337 0.306 0.309 Tabel 4. Hasil uji inter-rater reliability (n = 7) Evaluator 1 Evaluator 2 Evaluator 1 Pearson Corr. 1 0,460 Evaluator 2 Pearson Corr. 0,460 1 Tabel 5. Hasil uji item covariance (n = 23) Cronbachs’ Alpha N 0.912 23 Fase kedua adalah storming yaitu fase yang dikarakteristikkan dengan konf lik, ketidakpuasan, dan kompetisi, namun rasa kepercayaan bias terbentuk dalam fase ini. Fase ketiga adalah norming, yaitu fase dimana kelompok mulai mengembangkan identitas kelompok dan rasa memiliki. Fungsi kelompok mulai efektif dan mulai menyusun aturan perilaku dalam kelompok. Fase terakhir adalah performing yang berfokus pada tugas dan kesadaran anggota kelompok terhadap tugas dan peran masing-masing. S e b elu m m e mb e nt u k kelom p ok , i nd iv id u h a r u s me m i l i k i m a n aje me n intrapersonal yang mampu mengenali tujuan individu yang ingin dicapai, persiapan materi terhadap isu atau topik yang akan dibicarakan, dan kemampuan untuk berkontribusi dalam kelompok (Rudland, 2009). Berdasarkan hal tersebut, manajemen i nt rapersonal d an i nter personal bu kan bagian yang terpisahkan. Pernyataan tentang manajemen ini diperlukan sebagai pernyataan dalam form penilaian PB karena kemampuan manajemen penting bagi mahasiswa yang mengikuti pembelajaran klinik. Komitmen untuk belajar Me nu r ut Ha rde n (20 09), prose s pembelajaran terdiri dari dua yaitu formal dan informal. Seperti fenomena gunung es, pembelajaran informal mengambil porsi yang lebih besar dibanding pembelajaran formal. Komitmen diperlukan oleh mahasiswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran baik formal maupun informal. Ada beberapa hal yang memengaruhi komitmen mahasiswa dalam belajar mandiri sebagai bagian dari pembelajaran informal, yaitu konten atau isi, 214 Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 208–216 ritme belajar, waktu, media, strategi belajar, dan tempat belajar (Harden, 2009). Apabila salah satu faktor yang memengaruhi tersebut tidak terpenuhi atau tersedia, maka komitmen untuk belajar sulit untuk ditegakkan. Pernyataan tentang komitmen untuk belajar tidak valid dengan salah satu alasan yang mendasari adalah belum terbiasanya mahasiswa dengan belajar mandiri. Beberapa mahasiswa menyampaikan bahwa waktu yang membatasi kesempatan untuk belajar mandiri. Namun karena komitmen untuk belajar penting untuk dievaluasi sebagai bagian dari PB maka pernyataan ini tetap dimasukkan dalam form penilaian. Selain itu, dengan adanya komponen evaluasi tersebut dapat memicu mahasiswa untuk dapat berkomitmen dalam belajar mandiri. Kemampuan dalam memberikan feedback: jujur, secara pribadi, dan membangun. F e e d b a c k d a p a t m e m b e r i k a n keuntungan, baik untuk mahasiswa, dosen dan program. Sebagai contoh: mahasiswa akan menerima masukan untuk penampilan yang kurang dan mendapatkan pujian bagi pencapaian yang bagus sehingga mahasiswa mampu menyusun strategi untuk meningkatkan pe ncapaia n. Me nu r ut K r a ckov (20 09) memberikan feedback bukan hal yang mudah. Ada beberapa hal yang dapat menghambat dalam pemberian feedback, yaitu waktu dan tempat, pemahaman dan kemampuan dosen dan mahasiswa dalam pemberian feedback, perbedaan persepsi tentang feedback seperti anggapan bahwa feedback adalah k ritik yang menyalahkan, dan budaya pemberian feedback. Hambatan inilah yang membuat dosen dan mahasiswa tidak terbiasa memberikan feedback karena sebagian besar feedback hanya berasal dari dosen bukan dari teman ( peer) atau dari diri sendiri (self ) (Asmara, 2013). Feedback menjadi lebih berar ti apabila diberikan secara positif. Ciri-ciri feedback yang positif adalah mendengarkan aktif, disampaikan dalam hubungan yang menguntungkan, spesifik, keinginan untuk menolong bukan menghakimi, serta waktu yang tepat dan cukup (Krackov, 2009). Memberikan feedback har us mulai dibiasakan pada mahasiswa terutama self and peer feedback sehingga per nyataan kemampuan memberikan feedback tetap menjadi bagian dari item penilaian dalam form penilaian PB mahasiswa keperawatan. Selain itu memberikan feedback juga dapat melatih kemampuan komunikasi asertif mahasiswa yang merupakan bagian dari kemampuan profesional. Berpikir kritis Berpikir kritis dapat dicapai melalui ref leksi yang meliputi belajar mandiri, kolaborasi, dan interaksi dalam tim (Lachman & Pawlina, 2009), sedangkan menurut Rudland (2009) ber pikir k ritis adalah asimilasi, inter pretasi, dan sintesis informasi yang diperoleh. Berpikir kritis dapat terstimulasi pada saat mahasiswa belajar dalam kelompok seperti halnya pada saat mahasiswa mengikuti pembelajaran klinik. Pada saat mahasiswa mengimplementasikan proses keperawatan, mulai dari pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, merencanakan inter vensi, mengimplementasikan intervensi keperawatan, mengevaluasi implementasi yang sudah dilaksanakan, dan mendok u mentasikan proses keperawatan merupakan bagian dari berpikir kritis (Pullen Jr, 2005). Semakin sering mahasiswa mengaplikasikan proses keperawatan maka kemampuan ber pikir kritis semakin terasah. Sehingga walaupun pernyataan berpikir kritis pada form penilaian tidak valid dalam uji validitas, pernyataan ini tetap menjadi salah satu item penilaian PB mahasiswa. Uji reliabilitas Dua tahap uji reliabilitas menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu 0,460 untuk inter-reater reliability dan 0,912 untuk item covariance reliability. Hal ini memperlihatkan bahwa form penilaian PB reliabel dan dapat digunakan sebagai form penilaian. Reliabilitas suatu form penilaian adalah konsistensi suatu skor yang diperoleh yaitu skor yang diperoleh seorang mahasiswa sama walaupun mahasiswa dinilai oleh dua atau lebih penilai dan skor 215 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian (Fatikhu Yatuni Asmara) yang sama saat mahasiswa tersebut dinilai pada waktu yang berbeda (Fraenkel & Wallen, 2010). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Uji validitas dan reliabilitas perlu dilakukan untuk memastikan suatu form penilaian secara valid untuk menilai suatu penampilan serta dapat digunakan dari waktu ke waktu. Hasil uji validitas dan reliabilitas menunjuk kan bahwa for m penilaian PB mahasiswa keperawatan valid dan reliabel sebagai instrumen penilaian sehingga dapat digunakan secara luas. Saran U n t u k m e m a s t i k a n e f e k t i v i t a s penggunaan instrumen penilaian terhadap PB mahasiswa, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang evaluasi aplikasi for m pen ilaia n PB ma hasiswa terhad ap PB mahasiswa keperawatan. Selain itu perlu dilakukan uji beda PB sebelum dan sesudah dilakukan penilaian dengan form penilaian PB. Sebelum dilakukan penelitian lanjutan, sosialisasi tentang penggunaan form penilaian PB harus dilakukan agar setiap mahasiswa, dosen dan institusi penyelenggara pendidikan keperawatan dapat memperoleh manfaat dari hasil penelitian ini. KEPUSTAKAAN Archer, J., 2008. The Educational Impact of the Sheffi eld Peer Review Assessment I n s t r u m e n t ( S P R AT ) . T h e s i s Dissertation. Asmara, F.Y., 2013a. The Implementation of Multi Source Feedback (MSF) to assess Professional Behaviour (PB) of nursing students in clinical setting. [Unpublished master thesis]. Mastricht: Maastricht University, The Netherland. Asmara, F.Y., 2013b. Implementasi Multi S o u r c e Fe e d b a c k ( M SF ) u nt u k mengevaluasi Professional Behaviour (PB) mahasiswa keperawatan berbasis k e p e r a w a t a n ko m u n i t a s . Ti d a k dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Davies, H. & Archer, J., 2005. Multi source feedback: development and practical aspects. The Clinical Teacher 2 (2): 77–81. Davis, M.H., Ponamperuma, G.G. & Wall, D., 2009. Workplace-based assessment. In: Dent, J.A & Harden, R.M. (eds). A practical guide for medical teachers. Edinburgh: Elsevier Limited. Dharma, K.K., 2011. Metodologi penelitian keperawatan: Panduan melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media. Epstein, R.M., 2007. Assessment in medical education. N Engl J Med, 356(4): 387–396. Fraenkel, J.R. & Wallen, N.E., 2010. How to design and evaluate research in education. 7th edition. New York: McGraw-Hill Companies. Harden, R.M., 2009. Independent learning. In A practical guide for medical teacher. Philadelphia: Churchill Livingstone. Hodges, B.D., Ginsburg, S., Cr uess, R., Delport, R., Hafferty, F., HO, M.-J., Holmboe, E., Holtman, M., Ohbu, S., Rees, C., Ten Cate, O., Tsugawa, Y., Van Mook, W., Wass, V., Wilkinson, T. & Wade, W., 2011. Assessment of professionalism: Recommendations from the Ottawa 2010 Conference. Medical Teacher. 33, 354–363. Krackov, S.K., 2009. Giving feedback. In A practical guide for medical teacher. Philadelphia: Churchill Livingstone. Lachman, N. & Pawlina, W. 2009. Basic science and curriculum outcomes. In A practical guide for medical teacher. Philadelphia: Churchill Livingstone. McA le e r, 20 09. Choosi ng a sse ssme nt inst r u ment. In A practical g uide for medical teachers. Philadelphia: Churchill Livingstone. Pullen Jr, R.L., 2005. Applying nursing process: A tool for critical thinking. Nurse Educator, 30 (6), 238–239. Rudland, J.R., 2009. Learning in small groups. In A practical guide for medical teacher. Philadelphia: Churchill Livingstone. 216 Jurnal Ners Vol. 10 No. 2 Oktober 2015: 208–216 Sp e t h -L e m me n s , I., 20 07. A s s e s si ng professional behaviour of students in preclinical and clinical setting [Unpublished master thesis]. Maastricht: Un i ve r s i t y of M a a s t r i c h t , T h e Netherlands. Van Mook, W.N.K.A., Gorter, S.L., Van Luijk, S.J., O’SulliVan, H., Wass, V., Schuwirth, L. W., Van der Vleuten, C. P. M., 2009. Approaches to professional behaviour assessment: Tools in the professionalism tool box. European Journal of Internal Medicine, 20, e153– e157. Van Tartwijk, J. van & Driessen, E.W. 2009. Portfolios for assessment and learning: AMEE guide no. 45 Medical Teacher. 31, 790–801.