NERS Vol 10 No 1 April 2015.indd
20
PAKET DUKUNGAN TERHADAP BREASTFEEDING SELF EFFICACY DAN
KEBERHASILAN MENYUSUI PADA IBU POSTPARTUM
(Breastfeeding Self Effi cacy and Effective Breastfeeding on Postpartum Mother)
Retnayu Pradanie*
*Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115
Email: retnayu-p@unair.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan: Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan terbaik bagi bayi. Namun, masih banyak ibu yang tidak
dapat menyusui bayinya secara ekslusif. Salah satu faktor yang dapat dimodifi kasi untuk meningkatkan keberhasilan
menyusui adalah breastfeeding self effi cacy dan tindakan menyusui efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh paket dukungan menyusui untuk meningkatkan breastfeeding self effi cacy, sehingga berdampak pada tindakan
menyusui yang efektif. Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment pre-post test non equivalent
dengan kelompok kontrol. Sampel terdiri dari 20 ibu postpartum didapatkan dengan teknik sampling konsekutif di RSAL
Dr. Ramelan Surabaya. Instrumen yang digunakan adalah breastfeeding self effi cacy short form dan LATCH assessment
tool. Hasil: Skor breastfeeding self effi cacy pada kelompok perlakuan meningkat lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Namun, uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol setelah
diberikan intervensi paket dukungan menyusui (p = 0,104). Tidak ada hubungan yang signifi kan antara breastfeeding
self effi cacy dan tindakan menyusui efektif (p = 0,976). Analisis dan Diskusi: Faktor yang mempengaruhi breastfeeding
self effi cacy tidak hanya sumber informasi tapi juga pekerjaan dan tingkat pendidikan. Breastfeeding self effi cacy bukan
merupakan faktor pembentuk tindakan menyusui yang efektif.
Kata kunci: breastfeeding self effi cacy, keberhasilan menyusui, intervensi.
ABSTRACT
Introduction: Breastfeeding has been identifi ed as the optimal source of nutrition for infants. However, many mothers do
not breastfeed their infants excusively. The possible modifi able factors to improve breastfeeding rates are breastfeeding
self effi cacy and effective breastfeeding behavior. The aim of this study was to analyze the breastfeeding support
package to improve breastfeeding self effi cacy and impact on effective breastfeeding behavior. Method: This study was
a quasy experiment pre-post test non equivalent control group design. Samples were 20 respondents recruited using
consecutive sampling in Navy Hospital Dr. Ramelan who met the inclusion criteria. Instruments that used in this study
were breastfeeding self effi cacy short form and LATCH assessment tool. Results: The score of breastfeeding self effi cacy
on experiment group was improve higher than control group. But, the hypothesis test showed that there were no difference
score between experiment and control group after intervention (p = 0.104). The correlation between breastfeeding self
effi cacy and effective breastfeeding behavior was not signifi cant (p = 0.976). Analisis and Discussion: The antecedent
of breastfeeding self effi cacy were not only the information resources but also job and education level. Breastfeeding self
effi cacy was not an antecedent of effective breastfeeding behavior.
Keywords: breastfeeding self effi cacy, effective breastfeeding, intervention
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
terbaik untuk bayi sampai usia 6 bulan karena
mengandung berbagai nutrien yang sangat
dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan
berkembang secara optimal (Riordan, 2005).
Berbagai penelitian telah banyak menunjukkan
manfaat pemberian ASI bagi ibu maupun
bayi, antara lain perlindungan terhadap
risiko infeksi pada bayi, mengoptimalkan
perkembangan kognitif anak serta mengurangi
risiko kanker payudara dan kanker ovarium
pada ibu (Poon, 2011). Berbagai hal tersebut
mendorong World Health Organization
(WHO) merekomendasikan untuk menyusui
secara eksklusif bayi baru lahir sampai usia
6 bulan.
Berdasarkan data Susenas tahun 2004-
2009, cakupan nasional pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0–6 bulan mengalami
penur unan dari 62,2% pada tahun 2007
menjadi 56,2% pada tahun 2009 (Minarto,
2011). Survey yang dilaksanakan pada tahun
2002 oleh Nutrition & Health Surveillance
System (NSS) kerja sama dengan Balitbangkes
21
Paket Dukungan terhadap Breastfeeding Self Effi cacy (Retnayu Pradanie)
dan Helen Keller International di 4 perkotaan
(Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan
8 pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar,
Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) menunjukkan
bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan
di perkotaan antara 4–12%, sedangkan di
pedesaan 4–25%. Pencapaian ASI eksklusif
5– 6 bulan di perkotaan berkisar antara
1–13% sedangkan di pedesaan 2–13% (Pusat
Kesehatan Kerja Depkes RI, 2005).
Keberhasilan dalam memberikan ASI
secara eksklusif har us ditunjang dengan
tindakan menyusui yang efektif. Tindakan
menyusui efektif merupakan proses interaktif
antara ibu dan bayi dalam rangka pemberian
ASI secara langsung dari payudara ibu ke bayi
dengan cara yang benar dan kuantitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Mulder, 2006). Tindakan menyusui yang
tidak efektif mengindikasikan posisi menyusui
yang masih salah, perlekatan yang tidak benar,
hisapan bayi yang kurang optimal dan milk
transfer yang tidak adekuat. Ketidakmampuan
dalam menyusui secara efektif menimbulkan
berbagai masalah selama menyusui seperti
puting lecet, bayi terus menangis karena masih
lapar dan pada akhirnya ibu akan tertarik
untuk mencoba memberikan susu formula
pada bayi. Pemberian susu formula berdampak
negatif pada bayi antara lain risiko pencemaran
bakteri, imunitas yang tidak adekuat, sehingga
meningkatkan risiko diare dan infeksi saluran
pernapasan akut dan kemungkinan alergi
protein susu sapi (Siregar, 2004).
Faktor yang dapat mendukung tindakan
menyusui efektif antara lain keyakinan diri
bahwa mampu untuk menyusui secara efektif.
Self effi cacy merupakan rasa percaya diri yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu hal yang
belum dilakukan yang dapat meningkatkan
motivasi (Bandura, 1994). Breastfeeding self
effi cacy merupakan rasa percaya diri yang
dimiliki oleh ibu dalam hal menyusui yang
dapat menjadi predictor apakah ibu akan
memutuskan untuk menyusui, sebesar apa
upaya yang akan dilakukan untuk menyusui,
apakah mempunyai pola pikir membangun
atau merusak dan bagaimana cara merespons
berbagai masalah dan kesulitan selama
menyusui (Tores et al., 2003). Hal tersebut
berarti semakin tinggi breastfeeding self
effi cacy, semakin keras usaha ibu agar dapat
berhasil menyusui, begitu pun sebaliknya.
Breastfeeding self eff icacy ber pengar uh
pada respons individu berupa pola pikir,
reaksi emosional, usaha dan kegigihan serta
keputusan yang akan diambil (Denis, 2010).
Denis menjelaskan keputusan yang dimaksud
adalah inisiasi menyusui, menyusui secara
efektif dan keberlanjutan menyusui (ASI
eksklusif). Self effi cacy yang rendah dalam
hal menyusui dapat menyebabkan persepsi
dan motivasi yang negatif (Bandura, 1994;
Denis, 2010).
Berbagai penelitian menu nju k kan
bahwa breastfeeding self effi cacy merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan
inisiasi, durasi dan keeksklusifan menyusui
(McQueen, 2011). Penelitian yang dilakukan
oleh Handayani et al (2010) membuktikan
bahwa ada hubu ngan yang erat antara
dukungan sosial, pengetahuan, sikap dan
self eff icacy dengan perilaku menyusui.
Penelitian lain mendapatkan hasil bahwa ibu
yang mempunyai breastfeeding self effi cacy
yang tinggi cenderung untuk tetap menyusui
selama 4 bulan (Blyth et al., 2002). Ibu dengan
breastfeeding self effi cacy yang rendah terbukti
cenderung menggunakan teknik alternatif
untuk menyusui bayinya ketika menghadapi
masalah selama menyusui (Keemer, 2011).
Berbagai hasil penelitian tersebut membuka
wacana baru bahwa breastfeeding self effi cacy
diduga berhubungan erat dengan keberhasilan
praktik menyusui.
Breastfeeding self effi cacy yang masih
rendah dan tindakan menyusui yang belum
efektif sering terjadi pada ibu yang belum
pernah mempunyai pengalaman menyusui
sebelumnya. Ibu dengan pengalaman pertama
menyusui seringkali sangat sensitif terhadap
segala sesuatu yang menyangkut keadaan
bayinya, sehingga mudah terprovokasi dengan
berbagai anggapan yang negatif seperti, bayi
tidak akan cukup kenyang bila hanya mendapat
ASI, apalagi di awal periode postpartum ibu
hanya memproduksi kolostrum yang berjumlah
sedikit atau bahkan belum mengeluarkan
ASI. Ibu dengan harapan yang tinggi tentang
perawatan bayi yang optimal, tetapi tidak
22
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 20–29
ditunjang dengan pengetahuan dan dukungan
yang adekuat dapat menyebabkan ibu jatuh
pada kondisi stres selama periode postpartum
(postpartum blues). Ibu yang mengalami gejala
postpartum blues di awal periode postpartum
mempunyai kecenderungan berhenti menyusui
lebih awal, mengalami berbagai kesulitan
dalam hal menyusui dan breastfeeding self
effi cacy yang rendah (Dennis & McQueen,
2009). Berdasarkan data studi pendahuluan
yang dilak u kan oleh peneliti pada ibu
postpartum di ruang F1 dan E2 Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya didapatkan bahwa
mayoritas ibu ingin meny usui bayinya,
tetapi selama di Rumah Sakit ibu tersebut
juga memberikan susu formula pada bayinya.
Berbagai alasan yang sering ditemui oleh
peneliti antara lain ASI belum keluar, puting
rata atau tenggelam, sulit mencari posisi yang
nyaman saat menyusui, puting terasa sakit saat
dihisap oleh bayi dan takut bahwa bayinya
belum kenyang kalau tidak ditambah dengan
susu formula.
U p a y a u n t u k m e n i n g k a t k a n
breastfeeding self effi cacy pada ibu dengan
p e nga la m a n p e r t a m a me ny u s u i p e rlu
untuk dilakukan agar ibu dapat menyusui
secara efektif dan pada akhirnya berhasil
memberikan ASI secara eksklusif. Berbagai
upaya yang selama ini telah dilakukan oleh
petugas kesehatan di Rumkital Dr Ramelan
Surabaya adalah dengan memberikan motivasi
dan pendidikan kesehatan per individu
ketika melakukan tindakan medis kepada
pasien. Rumkital Dr. Ramelan Surabaya juga
menganut 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui yang merupakan implementasi
Baby Friendly Hospital Initiative dari WHO.
Beberapa isi dari protap tersebut yang telah
berjalan di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
hanya inisiasi menyusu dini dan rawat gabung.
Selain itu di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
juga merupakan rumah sakit pendidikan yang
dipakai praktik oleh mahasiswa kedokteran,
keperawatan, gizi dan kebidanan yang pada
suatu saat mendapat tugas untuk melakukan
pendidikan kesehatan pada pasien seputar
perawatan postpartum dan bayi termasuk
dalam hal laktasi. Berbagai upaya tersebut
dipandang kurang karena hanya menyentuh
aspek kognitif dari pasien dan belum sampai
pada aspek afektif serta psikomotor, sehingga
diperlukan upaya yang lebih komprehensif.
Paket dukungan menyusui merupakan
sekumpulan intervensi keperawatan yang
disusun berdasarkan 4 sumber breastfeeding
self eff icacy yaitu pengalaman langsung,
pengalaman tidak langsung, persuasi verbal
dan keadaan emosional. Intervensi yang
pertama adalah demonstrasi teknik menyusui
yang berfungsi untuk menciptakan pengalaman
menyusui secara langsung, sehingga dapat
membentuk pemahaman dalam diri ibu bahwa
untuk berhasil menyusui diperlukan usaha
dan kemauan untuk belajar. Pengalaman
tidak langsung diperoleh melalui pengamatan
terhadap role model dalam video menyusui
merupakan intervensi kedua yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dan mencontoh
strategi agar dapat menyusui secara efektif.
Intervensi yang ketiga berupa persuasi verbal
mengenai ASI eksklusif diharapkan dapat
memotivasi ibu untuk mencapai keberhasilan
ASI eksklusif. Manajemen stres merupakan
intervensi keempat yang diberikan untuk
menciptakan strategi koping yang positif agar
ibu mempunyai pandangan dan kepercayaan
yang positif tentang kemampuan dirinya untuk
berhasil menyusui.
Empat je n is i nt e r ve n si t e r sebut
berdampak pada pembentukan breastfeeding
self eff icacy yang kuat, sehingga dapat
menga k tif kan proses kog n itif, afek tif,
motivasi dan seleksi dalam diri ibu. Berbagai
proses tersebut mengakibatkan reaksi individu
berupa pembentukan pola pikir yang positif
tentang menyusui, reaksi emosional yang
positif untuk mencegah stres, peningkatan
motivasi yang ditunjukkan melalui usaha
dan kegigihan dalam mengatasi berbagai
masalah selama menyusui dan pada akhirnya
ibu postpartum memutuskan untuk terus
menyusui bayinya. Keputusan ibu untuk
menyusui tersebut berdampak pada perilaku
menyusui ibu postpartum berupa: ibu mulai
belajar untuk menyusui bayinya, berusaha
untuk menyusui secara efektif dan pada
akhir nya dapat mencapai ASI eksklusif.
Namun, pengaruh paket dukungan menyusui
terhadap peningkatan breastfeeding self
23
Paket Dukungan terhadap Breastfeeding Self Effi cacy (Retnayu Pradanie)
efficacy untuk tindakan menyusui efektif
pada ibu postpartum primipara belum dapat
dijelaskan.
BAHAN DAN METODE
Peneletian ini adalah penelitian quasy
experimental yang mengujicobakan suatu
intervensi yaitu paket dukungan menyusui.
Desain yang digunakan adalah pre-post
test nonequivalent control group design
(Dharma, 2011), di mana peneliti melibatkan
2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol tanpa ada randomisasi untuk
menentukan subjek yang masuk pada kedua
kelompok tersebut.
Tek nik sampling yang dig u nakan
untuk mendapatkan sampel dalam penelitian
i n i ad ala h nonprobabilit y consecutive
sampling. Sampel sebanyak 20 ibu postpartum
didapatkan dengan memilih semua individu
yang ditemui sesuai dengan kriteria penelitian
dalam rentang 1 bulan.
Inst r umen yang dig unakan dalam
penelitian ini ada 2 yaitu breastfeeding self
efficacy scale short form (BSES-SF) dan
LATCH assessment tool. BSES-SF merupakan
kuesioner yang berisi 14 item pernyataan
tentang keyakinan dan kepercayaan diri
dalam hal menyusui. Masing-masing item
mempunyai 5 poin skala likert dan kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh total skor
yang berkisar antara 14–70.
BSES-SF telah diter jemah kan ke
dalam Bahasa Indonesia dan dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas
menunjukkan bahwa dari 14 item pernyataan
dalam BSES-SF, 12 pernyataan dinyatakan
valid dengan nilai r ≥ 0,3. Berdasarkan hal
tersebut, maka 2 item pernyataan yang tidak
valid dihapus sehingga hanya terdapat 12
pernyataan. Uji reliabilitas menunjukkan nilai
Cronbach Alfa sebesar 0,921 (> 0,8) sehingga
dikategorikan reliabel (Dharma, 2011).
LATCH assessment tool digunakan
u nt u k me ng k aji ke efek t ifa n t i nd a k a n
menyusui. Instrumen ini terdiri dari 5 item
yaitu latch (perlekatan), audible swallowing
(bunyi menelan), type of nipple (tipe puting
susu), comfort of nipple (kenyamanan puting
susu) dan help to positioning (bantuan yang
dibutuhkan ibu untuk memperoleh posisi yang
nyaman ketika menyusui). Masing-masing item
mempunyai skor 0–2 sehingga total skor yang
diperoleh antara 0–10. Berdasarkan total skor
tersebut, data dikategorikan menjadi menyusui
tidak efektif (skor 0–3), kurang efektif (4–6)
dan menyusui efektif (skor 7–10).
Uji paired t test digunakan untuk
menganalisis perbedaan breastfeeding self
eff icacy sebelum dan sesudah mendapat
intervensi, sedangkan perbedaan breastfeeding
self effi cacy antara kelompok perlakuan dan
kontrol didapatkan dengan membandingkan
selisih skor breastfeeding self effi cacy pretest
dan posttest antara kelompok perlakuan dan
kontrol menggunakan uji independent t test.
Hubungan antara breastfeeding self effi cacy
dan tindakan menyusui efektif diketahui
melalui uji korelasi spear man. Tingkat
kemaknaan yang digunakan untuk masing-
masing uji adalah α ≤ 0,05.
Penelitian ini telah melalui uji etik di
komisi etik RSAL Dr. Ramelan Surabaya.
HASIL
Seluruh responden dalam penelitian
ini berada pada rentang usia yang produktif
dan masuk pada kategori kehamilan risiko
rendah menurut skor Poedji Rochjati yaitu
20-35 tahun. Pada kelompok perlakuan (50%)
berusia 20-25 tahun sedangkan pada kelompok
kontrol (60%) berusia 26-30 tahun. Seluruh
responden dalam penelitian ini berstatus
menikah dan tidak ada kehamilan di luar nikah
(unwanted pregnancy). Mayoritas responden
pada kelompok perlakuan tidak bekerja
atau ibu rumah tangga (IRT), sedangkan
mayoritas responden pada kelompok kontrol
bekerja. Seluruh responden dalam penelitian
memiliki tingkat pendidikan minimal Sekolah
Menengah Atas (SMA).
Ta b e l 1 m e n u n j u k k a n b a h w a
terdapat peningkatan skala breastfeeding
self effi cacy pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Berdasarkan uji statistik
dengan menghitung perbedaan selisih skala
breastfeeding self effi cacy antara kelompok
p e rla k u a n d a n kont rol me ng g u n a k a n
24
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 20–29
didapatkan bahwa p = 0,130 (> nilai α yaitu
0,05) sehingga diartikan bahwa tidak ada
perbedaan selisih skala breastfeeding self
effi cacy. Namun, selisih skala breastfeeding
self eff icacy pada kelompok perlak uan
lebih besar dan standar deviasi (SD) pada
kelompok kontrol sangat besar yaitu 9,499
yang menunjukkan bahwa variasi data pada
kelompok kontrol mempunyai rentang yang
sangat lebar. Hal tersebut yang menjadi
penyebab hasil uji beda nilai selisih antara
kedua kelompok menunjukkan tidak ada
perbedaan.
Hasil identifi kasi tindakan menyusui
melalui observasi menggunakan instrumen
LATCH assessment tool didapatkan bahwa
selur uh responden baik pada kelompok
perlakuan dan kontrol telah dapat melakukan
tindakan menyusui secara efektif, kecuali 1
responden pada kelompok perlakuan dengan
tindakan menyusui yang cukup efektif. Hasil
uji korelasi spearman rho menunjukkan bahwa
p = 0,976 (< 0,05), sehingga diinterpretasikan
tidak ada hubungan antara breastfeeding self
eff icacy dengan tindakan menyusui yang
efektif. Kendati demikian, jika dilihat dari
distribusi data tampak bahwa rerata skala
breastfeeding self effi cacy adalah 47,75 (cukup
tinggi) dan skor rerata tindakan menyusui
efektif 8,90 (efektif). Penyebab dari hal tersebut
adalah adanya responden dengan breastfeeding
self eff icacy cukup tinggi memiliki skor
tindakan menyusui yang belum optimal dan
ada pula responden dengan breastfeeding self
effi cacy yang kurang namun memiliki skor
tindakan menyusui yang optimal.
Tabel 1. Skala breastfeeding self effi cacy kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Ruang F1
dan E2 Rumkital Dr. Ramelan Surabaya
No. Resp.
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Pre Post Selisih Pre Post Selisih
Mean 44,40 49,50 5,10 43,50 46,00 2,50
SD 5,816 5,563 2,846 10,058 9,499 3,629
Pre-Post Wilcoxon signed rank test
p = 0,007
Paired t test
p = 0,057
Pre test Mann Whitney U Test p = 0,423
Post test Independent t test p = 0,104
Selisih Mann Whitney U Test p = 0,130
Tabel 2. Hubungan breastfeeding self effi cacy
dengan tindakan menyusui efektif
di Ruang F1 dan E2 Rumkital Dr.
Ramelan Surabaya
No BSES-SF LATCH
Mean 47,75 8,90
SD 7,786 1,447
Spearman rho p = 0,976; r = 0,007; n = 20
PEMBAHASAN
Identifi kasi awal skala breastfeeding self
effi cacy pada responden sebelum mendapatkan
intervensi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol menunjukkan rerata skor
yang cukup tinggi. Self effi cacy merupakan
keyakinan yang dimiliki oleh individu
terhadap suatu hal yang belum dilakukan
sehingga dapat menjadi indikator seseorang
dalam menentukan pilihan dan memotivasi diri
sendiri agar berhasil dalam mencapai tujuan
tindakan yang akan dilakukan (Bandura,
1994). Breastfeeding self effi cacy yang tinggi
menunjukkan rasa keyakinan yang tinggi
dalam diri seorang ibu dalam hal menyusui
(Dennis, 2010). Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi self effi cacy seseorang antara
lain budaya, gender, sifat dari tugas yang
dihadapi, insentif eksternal, status atau peran
individu dalam lingkungan serta informasi
tentang kemampuan diri (Bandura, 1997).
Periode postpartum merupakan periode
transisi untuk mencapai peran sebagai seorang
ibu. Periode tersebut sarat dengan berbagai
25
Paket Dukungan terhadap Breastfeeding Self Effi cacy (Retnayu Pradanie)
harapan tentang peran ibu yang ideal serta
kesehatan bayi yang optimal. Hal tersebut
dapat menjadi pemicu bagi ibu untuk mencari
tahu cara perawatan bayi yang baik termasuk
dalam hal menyusui. Seluruh responden adalah
ibu postpartum yang belum pernah mempunyai
pengalaman menyusui sebelumnya dan seluruh
anak yang dilahirkan dapat diterima dengan
baik oleh ibu dan keluarganya. Hal tersebut
mendorong ibu dan keluarga untuk selalu
ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya,
termasuk dalam hal pemberian ASI. Seluruh
responden juga memiliki tingkat pendidikan
menengah ke atas, sehingga dapat mencari
informasi mengenai cara perawatan bayi
termasuk dalam hal pemberian nutrisi bayi.
Informasi tentang manfaat dan keunggulan
ASI bukan sesuatu hal yang baru, sehingga
infor masi tersebut dapat dengan mudah
diperoleh melalui tempat pelayanan kesehatan
ser ta media massa. Selu r u h responden
juga berada pada kalangan dengan tingkat
perekonomian menengah ke atas, sehingga
mampu untuk melakukan perawatan kehamilan
secara rutin. Rumkital Dr. Ramelan sebagai
Rumah Sakit Sayang Bayi yang menganut 10
langkah menuju keberhasilan menyusui dari
WHO kemungkinan besar telah memberikan
informasi tentang ASI eksklusif sejak periode
antenatal, sehingga dapat membantu kesiapan
ibu dalam hal menyusui ketika memasuki
periode postpartum. Fakor-faktor tersebut
diduga merupakan faktor yang membentuk
breastfeeding self effi cacy yang tinggi dalam
diri responden.
Responden yang terbagi dalam kelompok
perlakuan dan kontrol dalam penelitian
ini mendapatkan intervensi yang berbeda.
Intervensi untuk kelompok perlakuan adalah
paket dukungan menyusui yang disusun oleh
peneliti berdasarkan 4 sumber breastfeeding
self efficacy yaitu edukasi ASI eksklusif,
demonstrasi cara menyusui yang benar, video
teknik menyusui dan manajemen stress selama
periode postpartum. Intervensi untuk kelompok
kontrol merupakan intervensi yang selama
ini diterapkan di ruang F1 dan E2 Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya berupa pendidikan
kesehatan dan motivasi dari petugas kesehatan
serta mahasiswa yang sedang praktik dengan
penyuluhan kesehatan seputar laktasi. Kedua
intervensi tersebut diberikan selama pasien
rawat inap. Lama rawat inap pasien di kedua
ruang tersebut selama 2-3 hari. Identifi kasi
skala breastfeeding self effi cacy dilakukan
kembali setelah responden mendapatkan
intervensi (post test).
Skala breastfeeding self effi cacy yang
didapatkan pada saat posttest (1 minggu
setelah intervensi) menunjukkan peningkatan
skala yang lebih besar pada kelompok
perlakuan dari pada kelompok kontrol. Hasil
tersebut diperkuat dengan uji beda pretest
– posttest pada masing kelompok yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skala
breastfeeding self effi cacy pretest dan posttest
pada kelompok perlakuan, namun tidak pada
kelompok kontrol. Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa paket dukungan
menyusui dapat meningkatkan breastfeeding
self effi cacy pada kelompok perlakuan.
Dennis (2010) menerangkan bahwa
terdapat 4 sumber yang mempengar uhi
b re a st fe e d i n g se lf e f f i c a c y ya it u: 1)
pengalaman menyusui bayi secara langsung;
2) pengalaman tidak langsung yang diperoleh
melalui pengamatan atau cerita orang lain
yang berhasil menyusui; 3) persuasi verbal
dari teman, keluarga atau petugas kesehatan
tentang laktasi; dan 4) respons fisiologis
berupa ada tidaknya stress, keletihan atau
kecemasan yang menyertai. Intervensi dalam
paket dukungan menyusui yang diberikan
pada kelompok perlakuan disusun berdasarkan
4 sumber tersebut, sehingga peningkatan
breastfeeding self effi cacy yang ditunjukkan
oleh responden dalam kelompok perlakuan
membuktikan bahwa teori yang dikemukakan
oleh Dennis adalah benar.
Ibu yang telah memiliki pengalaman
menyusui secara langsung cenderung lebih
percaya diri untuk terus menyusui, apalagi
memang sejak awal mayoritas responden
memiliki breastfeeding self efficacy yang
cukup tinggi sehingga membuat ibu lebih
gigih untuk dapat terus menyusui. Pengalaman
tidak langsung tentang menyusui diperoleh
responden pada kelompok perlakuan melalui
video menyusui yang diberikan oleh peneliti.
Hal ini dapat memberi pengetahuan dan
26
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 20–29
pelajaran tentang strategi dalam menghadapi
berbagai kend ala d an masalah selama
menyusui. Persuasi verbal yang diberikan
oleh peneliti tentang ASI eksklusif akan
semakin membuat responden dalam kelompok
perlak uan ingin memberikan ASI pada
bayinya karena telah mengetahui berbagai
manfaat dan keunggulan ASI. Manajemen
st ress post par t u m yang diajarkan oleh
peneliti memberikan pengetahuan lebih dini
pada responden tentang cara mengurangi
stres dan merubah perasaan yang negatif,
sehingga responden dapat membuat penilaian
dan interpretasi yang lebih baik terhadap
kemampuan yang dimiliki yang dapat menjadi
cara untuk membentuk self effi cacy yang lebih
tinggi (Dennis, 2010).
Kelompok kontrol tidak mengalami
peningkatan breastfeeding self effi cacy yang
bermakna. peningkatan breastfeeding self
effi cacy pada kelompok kontrol hanya terjadi
pada beberapa responden saja. Hal tersebut
dikarenakan responden no 1 adalah seorang
bidan sedangkan responden no 7 dan 8 adalah
seorang perawat yang semuanya memiliki
latar belakang pendidikan Diploma/Sarjana.
Pekerjaan responden yang merupakan petugas
kesehatan berdampak pada pengetahuan dan
tindakan responden seputar manajemen laktasi
sehingga mendorong responden untuk selalu
berusaha memberikan ASI pada bayinya.
Sedangkan responden no. 10 walaupun
bukan petugas kesehatan dan memiliki latar
pendidikan SMA, tetapi responden pernah
mengikuti kegiatan penyuluhan yang diberikan
oleh mahasiswa akademi gizi di ruang E2
tentang Gizi yang baik bagi bayi. Pada
penyuluhan tersebut, mahasiswa memutarkan
sebuah video tentang manajemen laktasi yang
sama persis seperti video yang diberikan oleh
peneliti pada kelompok perlakuan. Hal tersebut
memberikan tambahan pengetahuan bagi
responden no 10 sehingga dapat menjadi faktor
predisposisi pembentuk breastfeeding self
effi cacy yang lebih tinggi. Selain itu kelompok
kontrol juga memiliki sumber breasfeeding self
effi cacy. Sumber tersebut yaitu intervensi yang
diterima oleh kelompok kontrol berupa edukasi
dan motivasi dari petugas dapat dikategorikan
sebuah persuasi verbal tentang ASI eksklusif
dan pengalaman langsung menyusui selama 1
minggu sebelum posttest.
Faktor lain yang ikut berperan terhadap
perbedaan posttest skala breastfeeding self
eff icacy antara kelompok perlakuan dan
kontrol adalah distribusi responden yang
tidak homogen. Pada kelompok perlakuan
mayoritas (60%) responden tidak bekerja (Ibu
Rumah Tangga), sedangkan pada kelompok
kontrol mayoritas adalah ibu yang bekerja
(40% swasta dan 40% TNI/PNS). Ibu yang
tidak bekerja cenderung mempunyai skala
breastfeeding self effi cacy yang tinggi karena
terus dapat bersama dengan bayinya tanpa
harus memikirkan cara bagaimana agar tetap
bisa memberikan ASI sewaktu ditinggal
bekerja. Hal tersebut dapat dilihat melalui
rerata skor item pernyataan pada BSES-
SF tentang keberlanjutan menyusui. Rerata
skor tersebut adalah: 1) Pernyataan no. 3:
“Saya selalu dapat menyusui bayi saya tanpa
menggunakan susu formula sebagai tambahan”
rerata skor posttest pada kelompok perlakuan
adalah 3,9 sedangkan pada kelompok kontrol
3,4; 2) Pernyataan no. 12: “Saya selalu bisa
terus menyusui bayi saya” rerata skor posttest
pada kelompok perlakuan adalah 4, sedangkan
pada kelompok kontrol 3,6; 3) Pernyataan no
13: “Saya bisa selalu memenuhi kebutuhan
bayi saya untuk menyusu” rerata skor posttest
pada kelompok perlakuan adalah 4 dan pada
kelompok kontrol 3,6.
Faktor lain yang juga mempengaruhi
hasil penelitian ini adalah intervensi paket
dukungan menyusui yang diberikan hanya satu
kali pada fase taking in periode postpartum.
Hal tersebut menjadi kurang efektif karena
pada fase taking in ibu masih fokus terhadap
kebutuhan dirinya karena dampak proses
persalinan ber upa nyer i dan keletihan,
sehingga ibu kurang dapat menyerap informasi
secara optimal. Intervensi yang diberikan
hanya satu kali dinilai kurang efektif untuk
merubah perilaku seseorang, hal tersebut
terbukti dengan adanya responden pada
kelompok kontrol yang menerima intervensi
dari ruangan dan edukasi dari mahasiswa
cenderung mempunyai self effi cacy yang lebih
tinggi. Kendala teknis lain saat pemberian
intervensi berupa bayi yang tiba-tiba menangis
27
Paket Dukungan terhadap Breastfeeding Self Effi cacy (Retnayu Pradanie)
atau adanya visite dokter juga diduga menjadi
penyebab penyerapan informasi yang kuran
optimal, sehingga sebaiknya intervensi untuk
meningkatkan breastfeeding self eff icacy
diberikan sejak periode antenatal.
Peneliti menduga breastfeeding self
effi cacy merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keefektifan tindakan menyusui
yang dilakukan oleh seorang ibu, oleh karena
itu peneliti juga melakukan observasi terhadap
tindakan menyusui yang dilakukan oleh
responden. Tindakan menyusui merupakan
data yang berskala ordinal dengan kategori
0-3 tidak efektif, 4–6 kurang efektif dan 7–10
efektif. Hasil observasi menunjukkan bahwa
selur uh responden telah dapat menyusui
secara efektif. Hanya ada 1 responden dari
kelompok perlakuan yang memiliki skor
tindakan menyusui kurang efektif dikarenakan
responden tersebut mempunyai bentuk puting
yang tenggelam pada kedua payudara dan sulit
untuk dikeluarkan walaupun telah distimulasi.
Observasi tindakan menyusui dilakukan sesaat
setelah posttest breastfeeding self efficacy
sehingga responden telah mendapatkan
intervensi.
Tindakan menyusui dikatakan efektif
jika terjadi perlekatan yang benar, bayi dapat
menghisap dan menelan ASI, serta posisi
menyusui yang nyaman. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tindakan menyusui antara lain
kondisi bayi pada saat ingin menyusu, rooting,
pengetahuan ibu tentang teknik laktasi, kondisi
fi sik dan mental ibu, anatomi dan fi siologi
payudara serta anatomi dan fisiologi bayi
(Mulder, 2006).
Mayoritas responden mempunyai faktor
predisposisi tindakan menyusui yang baik.
Mayoritas ibu berusaha menyusui bayinya
ketika menangis. Responden pada kelompok
perlakuan dan kontrol juga telah cukup
mempunyai pengetahuan tentang tek nik
menyusui, melalui edukasi yang diberikan
oleh petugas kesehatan. Pengalaman menyusui
selama 1 minggu sebelum posttest juga ikut
menambah pengetahuan dan pengalaman
meny usui sehingga besar kemungkinan
ibu sudah mulai terbiasa dengan kegiatan
meny usui bayi nya. Selu r u h responden
juga berbahagia dengan kelahiran bayinya,
sehingga kemungkinan ibu tidak mengalami
postpartum blues. Seluruh bayi yang dilahirkan
oleh responden juga dalam usia gestasi yang
aterm, sehingga tidak ada faktor kelainan
anatomi dan fi siologi pada bayi. Hanya saja
beberapa responden ada yang mengalami
kelainan anatomi payudara berupa puting
yang tenggelam, sehingga dapat mempersulit
tindakan menyusui. Responden tersebut antara
lain responden perlakuan no. 1, 9 dan 10 serta
responden kelompok kontrol no. 12, 13 dan
18. Hal tersebut yang menjadi alasan skor
tindakan menyusui yang belum optimal pada
beberapa responden tersebut.
Hasil uji korelasi antara breastfeeding
self ef f ica c y d a n t i nd a k a n me ny u su i
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifi kan. Alasan secara statistik dari hal
tersebut adalah adanya beberapa responden
dengan skala breastfeeding self effi cacy yang
cukup tinggi namun memiliki skor tindakan
menyusui yang belum optimal (responden
no. 1, 12 dan 20). Sebaliknya, ada beberapa
responden dengan skala breastfeeding self
effi cacy yang cukup rendah namun memiliki
skor ti nd a kan meny usui yang optimal
(responden no 5, 13 dan 18). Hal tersebut
diperkuat oleh Standar Deviasi (SD) yang
besar pada skala breastfeeding self effi cacy
(SD = 7,633) dan SD yang kecil pada tindakan
menyusui efektif (SD = 1,447).
Secara teori, memang tidak ada yang
menyebutkan bahwa breastfeeding self
effi cacy merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tindakan menyusui. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, self effi cacy
merupakan keyakinan seseorang terhadap
suatu hal yang belum dilakukan (Bandura,
1997) sedangkan tindakan menyusui efektif
merupakan proses interaktif antara ibu dan
bayi dalam rangka pemberian ASI secara
langsung dari payudara ibu dengan cara yang
benar dan kuantitas yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Mulder,
2006). Berdasarkan konsep, setiap tindakan
seseorang selalu dipengaruhi oleh self effi cacy,
namun self effi cacy yang tinggi belum tentu
mengindikasikan keberhasilan tindakan
meny usui yang efektif karena tindakan
menyusui sangat dipengaruhi oleh perlekatan,
28
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 20–29
posisi dan milk transfer, di mana hal tersebut
sangat berkaitan erat dengan anatomi dan
fi siologi payudara.
A n at om i p ay u d a r a ya ng s a ng at
mempengaruhi tindakan menyusui adalah
bent uk puting susu sedangkan f isiologi
pay ud a r a ya ng sa ngat mempe nga r u h i
adalah laktogenesis (proses produksi ASI)
dan galaktopoiesis (pemeliharaan produksi
dan pengeluaran ASI). Bentuk puting yang
tidak sempurna (datar atau tenggelam) akan
menjadi penyulit bagi bayi untuk melakukan
perlekatan secara sempurna, sehingga bayi
sulit untuk menghisap ASI. Gangguan pada
proses laktogenesis dan galaktopoiesis aka
menyebabkan produksi dan pengeluaran ASI
yang tidak lancar, sehingga dapat menganggu
milk transfer (Machfuddin, 2004 dan Riordan,
2005).
Lebih lanjut Dennis (2010) menyebutkan
bahwa konsekuensi dari breastfeeding self
eff icacy adalah apakah seorang ibu akan
menyusui (choice of behavior), seberapa besar
usaha yang akan dilakukan untuk menyusui
(effort and persistence), apakah mempunyai
pola pikir yang mambangun (thought patterns)
dan bagaimana secara emosional merespon
berbagai kesulitan yang ditemui selama
menyusui (emotional reactions). Berbagai
konsekuensi tersebut akan berdampak pada
tindakan menyusui seseorang yang meliputi
brea st feeding initiation , per for mance,
maintenance.
Pada penelitian ini, hasil uji statistik
memang menunjuk kan bahwa tidak ada
hubu nga n brea st fe e d ing self ef f ica c y
dengan tindakan menyusui efektif. Namun
berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap
responden tentang keberlanjutan pemberian
ASI pada bayi menunjukkan bahwa mayoritas
responden pada kelompok perlakuan berusaha
untuk memberikan ASI secara eksklusif tanpa
menggunakan susu formula (seluruh responden
kecuali responden no. 5). Responden no. 5
merupakan Ibu Rumah Tangga yang berusia
34 tahun, mengatakan bahwa sebenarnya
bayinya sudah pintar menyusui sejak awal.
Namun responden mengalami hambatan
dalam produksi ASI. Responden merasa
bahwa produksi ASI sangat sedikit, sehingga
bayi masih terus menangis jika tidak diberikan
tambahan susu formula.
Berdasarkan uraian tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa breastfeeding self
efficacy secara teori berhubungan dengan
tindakan menyusui efektif. Namun secara
statistik dan empiris lebih berhubungan dengan
tindakan pemberian ASI secara eksklusif
tanpa memperhatikan efektif atau tidaknya
tindakan menyusui yang dilakukan. Implikasi
dari temuan ini adalah perlu dilakukannya
penelitian lebih lanjut tentang hubungan
breastfeeding self effi cacy dengan perilaku
pemberian ASI secara eksklusif.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ibu postpartum primipara di Rumkital
Dr. Ramelan Su rabaya telah memili k i
breastfeeding self effi cacy yang tinggi. Paket
dukungan menyusui dapat meningkatkan
brea st fe e d ing self ef f ica c y walaupu n
efektivitasnya tidak berbeda dengan intervensi
standar berupa edukasi perorangan yang
diberikan oleh petugas di ruangan. Mayoritas
responden telah dapat melakukan tindakan
menyusui yang efektif. Breastfeeding self
efficacy bukan merupakan anteceden dari
tindakan menyusui efektif sehingga kedua hal
tersebut tidak saling berhubungan.
Saran
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
meneliti variabel tingkat pendidikan dan
pekerjaan serta pengalaman tidak langsung
ya ng d i m i l i k i oleh r e s p onde n u nt u k
mengetahui efek paket dukungan menyusui
terhadap breastfeeding self effi cacy. Responden
dengan breastfeeding self effi cacy yang tinggi
mempunyai kecenderungan untuk menyusui
seca r a ek sk lu sif, seh i ngga d iperlu ka n
penelitian lebih lanjut tentang hal tersebut.
Bagi institusi pelayanan, intervensi
unt u k meningkatkan breastfeeding self
effi cacy termasuk paket dukungan menyusui
perlu diberikan sejak periode antenatal untuk
membantu kesiapan ibu ketika memasuki
periode postpartum. Paket dukungan menyusui
29
Paket Dukungan terhadap Breastfeeding Self Effi cacy (Retnayu Pradanie)
sebagai salah sat u inter vensi yang bisa
dilakukan oleh perawat hendaknya dikemas
dalam bentuk yang lebih sederhana sehingga
dapat diaplikasikan oleh petugas kesehatan
di tatanan pelayanan tanpa harus menambah
beban kerja petugas.
KEPUSTAKAAN
Bandura, A 1994, Emory university, dilihat 21
Februari 2012, http://www.des.emody.
edu/mfp/Bandura1994EHB.pdf
Bandura, A. 1997, ‘Self-effi cacy: toward a
univying theory of behavioral change’,
Psichologycal Review, vol 84, no.2, hal.
191–215.
Blyth, R, Creedy, DK, Dennis, C-L, Moyle,
W, Pratt, J & Vries, SMD 2002. ‘effect
of maternal confi dence on breastfeeding
duration: an application of breastfeeding
self-effi cacy theory’, birth: Issues in
Prenatal Care, vol 29, no. 4, hal. 278–
284.
Dennis, CL & McQueen, K 2009, ‘The
relationship between infant-feeding
outcomes and postpartum depression:
a qu alit at ive systemat ic rev iew’,
Pediatrics, vol. 123, no. 4, pp. e736–
e751.
De n n is, CL 2010, Brea st fee ding S elf
Effi cacy, dilihat 2 Maret 2012, .
Dharma, KK 2011, Metodologi Penelitian
keperawatan: panduan melaksanakan
dan menerapkan hasil penelitian, CV
Trans Info Media, Jakarta.
Handayani, L, Kosnin, AM, Jiar YK 2010,
’Social support, knowledge, attitude
and self eff icacy as predictors on
breastfeeding practice’, Universiti
Teknologi Malaysia, Kuala Lumpur
dilihat 15 Februari 2012,
Keemer, F 2011, ‘Breastfeeding self effi cacy
and alternative techniques to overcome
mater nal or i n fa nt breastfeed i ng
chalengges: a retrospective descriptive
study’, Master of Applied Science
(T hesis), School of Nu rsi ng a nd
Midwiver y, Queensland University
of Technology, ID Code 47144, QUT
Digital Repository, Brisbane Australia.
M a c h f u d d i n , E 2 0 0 4. ‘Pa t of i siolog i
pembentukan ASI’, Refrat, Bagian/
Departemen Obstetri dan Ginekologi,
Fa k u lt as Kedok tera n Un iversit a s
Sriwijaya/RS Dr. Mohammad Hoesin
Palembang, Palembang.
McQueen, KA, Dennis, CL, Stremler, R,
Norman,CD 2011. ‘A pilot randomized
controlled trial of a breastfeeding self
effi cacy intervention with primiparous
mothers’, JOGNN, vol 40, hal. 35–46.
Minarto, 2011. Rencana aksi pembinaan
gizi masyarakat (R APGM) Tahun
2010–2014, dilihat 13 Februari 2012,
.
Mulder, Pamela J 2006. ‘A Concept analysis
of effective breastfeeding’, JOGNN, vol.
35, hal. 332–339.
Poon , K KY, 2011. ‘Doe s i n hospit al
breastfeeding self ef iicacy predict
breastfeeding duration?’, Thesis of
Master of Science, Depar tment of
Community Health and Epidemiology,
Queen’s University, Q Space, Kingston,
Ontario, Canada.
Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI, 2005.
‘Kebijakan depar temen kesehatan
tentang peningkatan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) pekerja wanita’, Depkes
RI, Jakarta
Riordan, J. 2005. Breastfeeding and human
lactation, 3rd edition, Jones and Barlett
Publishers, Canada.
Siregar, DMA, 2004. library.usu.ac.id, dilihat
13 Februari 2012, .
Torres, MM, Torres, RRD, Rodríguez, AMP
& Dennis, C-L 2003. ‘Translation and
validation of the breastfeeding self-
effi cacy scale into spanish: Data From
a puerto rican population’, Journal of
Human Lactation, vol. 19, no. 1, hal.
35–42.