134 PENINGKATAN PARENTING SELF EFFICACY PADA IBU PASCA SEKSIO SESARIA MELALUI KONSELING (Improving Parenting Self Efficacy after Caesarean Section through Counselling) Diah Astutiningrum*, Elsi Dwi Hapsari**, Purwanta** *Stikes Muhammadiyah Gombong **Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Email: diahashari@gmail.com ABSTRAK Pendahuluan: Parenting Self Efficacy (PSE) merupakan keyakinan orang tua terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melakukan tugas yang berhubungan dengan mengasuh anak. Rasa sakit setelah persalinan SC dapat mengurangi kemampuan dan menurunkan keyakinan ibu dalam merawat bayi. Konseling pada ibu postpartum merupakan upaya meningkatkan keyakinan diri dalam mengasuh bayi. Tujuan: menguji pengaruh konseling yang diberikan pada ibu postpartum dengan SC terhadap peningkatan PSE. Metode: Penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan pre-test and post-test with control group. Jumlah subjek penelitian sebanyak 66 subjek terbagi menjadi kelompok eksperimen 33 dan kontrol 33. Subjek yang sesuai kriteria inklusi, diberikan kuesioner dan dilakukan pre-test dengan parenting self efficacy scale (PSES), melakukan konseling dan memberi booklet pada kelompok eksperimen dan memberi booklet saja pada kelompok kontrol. Pengukuran dilakukan dengan instrumen parenting self efficacy scale (PSES). Uji statistik yang digunakan adalah paired t-test dan independent sample t-test. Hasil: Peningkatan skor PSE yang bermakna setelah dilakukan intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (6,19±0,93 Vs 7,54±0,71, P=0,001; 5,56±0,85 Vs 5,87±0,68, P=0,001). Perubahan skor setelah intervensi secara bermakna lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol (1,35±0,58 Vs 0,31±0,26, p= 0,000) . Kesimpulan: Konseling dengan menggunakan booklet berpengaruh terhadap parenting self efficacy pada ibu postpartum dengan SC. Kata kunci : Parenting Self Efficacy, konseling, postpartum, section caesarea ABSTRACT Introduction: Parenting Self Efficacy (PSE) is the conviction of parents for their ability to manage and perform tasks related to parenting. Pain after caesarean childbirth can reduce the ability and lower confidence in caring for the babies. Counseling on postpartum mother is an effort to increase confidence in caring for the baby. This study was aimed to test the effect of counseling given to mothers after caesarean section to increase PSE. Methods: The study used a quasi experimental with pre-test and post-test with control group. Number of research subjects were 66 divided into an experimental group and control group. Subject who pass the inclusion criteria, given the questionnaire and conducted pre-test with parenting self- efficacy scale (PSEs), given counseling and provide booklets in the experimental group, while the control group only given booklets. Measurements were made with instruments of parenting self-efficacy scale (PSEs). The statistical test used was paired t-test and independent sample t-test. Results: Increased PSE significant score after the intervention in the experimental group and the control group (6.19 ± 0.93 vs 7.54 ± 0.71, P = 0.001; 5.56 ± 0.85 vs 5.87 ± 0 , 68, P = 0.001). Changes in scores after the intervention were significantly higher in the experimental group than the control group (1.35 ± 0.58 vs 0.31 ± 0.26, p = 0.000). Discussion: Counseling by using booklets effect on parenting self-efficacy in women after caesarean section. Keywords: Parenting Self-Efficacy, counseling, postpartum, section caesarea ____________________________________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Periode postpartum merupakan krisis bagi seorang ibu, pasangan, dan keluarga akibat berbagai perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikologis, maupun struktur keluarga yang memerlukan proses adaptasi atau penyesuaian. Adaptasi secara fisik dimulai sejak bayi dilahirkan sampai kembalinya kondisi tubuh ibu pada kondisi seperti sebelum hamil, yaitu dalam kurun waktu 6 sampai 8 minggu (Piliteri, 2003: Murray & McKinney, 2007). Persalinan melalui pembedahan atau Seksio sesarea (SC) juga memerlukan proses adaptasi yang tidak mudah bagi ibu postpartum. Rasa sakit setelah persalinan dan keterbatasan fisik untuk bergerak dapat juga mengurangi kemampuan dalam merawat bayi karena ibu postpartum dengan SC biasanya akan merasa takut dan cemas terhadap kondisi kesehatannya sendiri. Hal ini juga dapat menurunkan keyakinan ibu dalam merawat bayi baru lahir. Parenting self efficacy merupakan keyakinan orang tua terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melakukan tugas yang berhubungan dengan mengasuh anak dalam kondisi tertentu (Bandura, 1997). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Potter dan Hui-Chin pada tahun Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 134-141 135 2003 membuktikan bahwa ibu yang memiliki PSE yang tinggi mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan tugas sebagai orang tua, lebih tanggap dalam merespon setiap isyarat dan kebutuhan bayi serta memiliki hubungan interaksi yang lebih baik dengan anak. Pendidikan kesehatan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik yang mendorong terjadinya pembelajaran sebagai upaya menambah pengetahuan baru, sikap, dan ketrampilan untuk menghasilkan perubahan perilaku (Notoatmodjo, 2007; Potter & Perry, 2009). Pendidikan kesehatan memiliki berbagai macam metode yang dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi dari penerima edukasi. Pengetahuan dan sikap yang baik akan meningkatkan kepercayaan diri, yang selanjutnya membantu ibu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan fisik, emosional, fungsi dan sosial setelah melahirkan (Wess, Fawcett, & Aber, 2009). Pemilihan metode pendidikan kesehatan yang diberikan secara individual yang disebut dengan konseling didasarkan pada keyakinan bahwa setiap individu itu unik serta memiliki minat dan kebutuhan yang berbeda, sehingga konseling menjadi pilihan yang tepat dalam metode pendidikan yang bersifat individual dan terstruktur. Hasil penelitian yang dilakukan Runiarti et al., (2005) menunjukkan bahwa metode pendidikan kesehatan yang efektif dan menjadi pilihan kebanyakan ibu postpartum adalah pendidikan kesehatan perorangan. Selain karena masalah yang dialami oleh setiap ibu berbeda metode perorangan juga lebih bersifat privasi. Konseling merupakan salah satu cara pendekatan dalam penyampaian informasi untuk menolong individu. Konseling adalah bentuk komunikasi interpersonal yang khusus, yaitu pemberian bantuan yang dilakukan pada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau m e m e c a h k a n s u a t u m a s a l a h m e l a l u i pemahaman terhadap klien meliputi fakta- fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien m e n u r u t B a d a n K o o r d i n a s i K e l u a r g a Berencana Nasional (BKKBN, 2011). BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen dengan pendekatan pre dan post test with control group design pemilihan sampel digunakan tehnik non probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Subjek penelitian berjumlah 66 subjek dan dibagi m e n j a d i d u a k e l o m p o k y a i t u k e l o m p o k eksperimen dan kelompok kontrol. Intervensi yang diberikan pada kelompok eksperimen berupa konseling dan pemberian booklet sedangkan pada kelompok kontrol berupa pemberian booklet saja. Pada kedua kelompok dilakukan pre test dan post test. Pengumpulan data menggunakan instrumen PSE Scale dan istrumen dukungan keluarga. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2014 diruang Rahma RSU PKU Muhammadiyah Gombong Kabupaten Kebumen. Teknik analisis data dengan menggunakan independen sample t-test dan paired t-test. HASIL Tabel 1. Analisis skor PSE pada aspek Kognitif, Afektif, Ketrampilan dan PSE pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Eksperimen Kontrol Mean±SD P (pre-pos) CI 95%  (n=33) Mean±SD P (pre-pos) CI 95%  (n=33) P  Kognitif pre 6,18±0,99 0,001 1,18-1,62 1,41±0,61 5,50±0,85 0,001 0,21-0,41 0,31±0,29 0,0 Kognitif pos 7,59±0,79 5,82±0,69 Afektif pre 6,03±0,92 0,001 1,13-1,61 1,37±0,67 5,57±0,89 0,001 0,21-0,42 0,32±0,29 0,0 Afektif pos 7,40±0,72 5,88±0,76 Ketrampilan pre 6,37±0,94 0,001 0,98-1,52 1,25±0,76 5,65±0,91 0,001 0,17-0,41 0,29±0,34 0,0 Ketrampilan pos 7,62±0,78 5,94±0,69 PSE pre 6,19±0,93 0,001 1,15-1,56 1,35±0,58 5,56±0,85 0,001 0,22-0,40 0,31±0,26 0,0 PSE pos 7,54±0,71 5,87±0,68  = selisih rerata Peningkatan Parenting Self Efficacy (Diah Astutiningrum, dkk.) 136 Tabel 2. Perbedaan Tingkat PSE Sebelum dan Setelah Intervensi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol Sebelum Setelah p Eksperimen Rendah 2 (6,1%) 0 (0,0%) 0,500 Cukup 28 (84,8%) 20 (60,6%) 0,312 Tinggi 3 (9,1%) 13 (39,4%) 0,021 Kontrol Rendah 4 (12,1%) 0 (0,0%) 0,125 Cukup 29 (87,9%) 33 (100,0%) 0,704 Tinggi 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1,000 Karakteristik subjek penelitian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama. Sehingga kedua kelompok bisa dikatakan homogen. Namun, setelah dilakukan konseling didapatkan peningkatan skor PSE yang bermakna pada kelompok eksperimen, dibanding kelompok kontrol. Aspek tersebut dibedakan menjadi aspek kognitif, aspek afektif, aspek ketrampilan, dan parenting self efficacy (Tabel 1). Perbedaan PSE antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disjikan dalam tabel 2. Pada kelompok eksperimen tidak terdapat perbedaan proporsi PSE kategori rendah dan cukup antara sebelum dan setelah intervensi (p>0,05) sedangkan pada kategori tinggi terdapat perbedaan bermakna proporsi PSE antara sebelum dan setelah intervensi (p<0,05). Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan proporsi PSE kategori rendah, cukup, maupun tinggi antara sebelum dengan setelah intervensi (p>0,05). PEMBAHASAN Perubahan PSE pada aspek kognitif Dalam penelitian ini tindakan konseling dengan menggunakan demonstrasi dan booklet yang dilakukan pada kelompok eksperimen berpengaruh signifikan terhadap peningkatan skor PSE pada aspek kognitif. Dengan menggunakan metode demonstrasi dan pemberian booklet pada kelompok eksperimen menjadi faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan tersebut. Selama proses konseling ibu mendapat kesempatan untuk mendengarkan informasi yang diberikan oleh petugas, bertanya secara langsung, terlibat dalam diskusi maupun melakukan praktek secara langsung dengan menggunakan alat peraga sehingga semakin banyak indera yang digunakan dalam menangkap materi akan semakin baik penyerapanya. Berdasarkan The learning pyramid oleh Edgar Dale bahwa penyerapan materi pada metode melihat demonstrasi sebesar 30%, terlibat dalam diskusi 50% dan mempraktekkan kembali cara merawat bayi sebesar 75%. Fokus perawatan postpartum menempatkan ibu sebagai individu yang sehat dan memiliki kemampuan, namun memerlukan dukungan baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri. Dukungan dan nasehat dari orang yang tepat dan dapat dipercaya akan meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada manfaat perilaku tersebut dan membantu pasien dalam mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut, meningkatkan level efficacy dan pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feedback yang positif (Pender, 2002). Melalui konseling secara individual, perawat dapat menjadi system pendukung bagi ibu karena informasi yang disampaikan oleh perawat dirasa tepat dan jelas serta sesuai dengan kebutuhan ibu. Artinya bahwa metode konseling secara individu terbukti dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam menerima dan mengolah informasi yang disampaikan sehingga mempengaruhi pengetahuan ibu. Sesuai dengan temuan Runiarti et al.,(2005) bahwa ibu dan keluarga lebih memilih metode edukasi perorangan karena metode ini bersifat privacy dan memberikan kemudahan bagi ibu memahami informasi yang disampaikan. Dalam teori The learning pyramid Edgar Dale hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin keatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Pembelajaran yang dikembangkan dengan merujuk pada piramida Edgar Dale, penguatannya pada bagian piramida terbawah yaitu benda tiruan dan pengalaman langsung, melalui praktek Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 134-141 137 pengalaman langsung akan memberikan informasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, karena melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Studi yang dilakukan oleh Bloomfield dan Kendall (2007) yang mengembangkan intervensi dengan metode diskusi kelompok dan pemberian booklet, intervensi ini terbukti dapat meningkatkan PSE pada orang tua. Perawat dapat menjadi fasilitator dalam sebuah diskusi kelompok dimana setiap individu dapat berbagi pengalaman menjadi orang tua. Pemberian boo klet p ad a kelompo k ko ntro l juga m emp engaruhi p eningkatan P SE, boo klet merupakan sumber informasi yang menarik dan dapat digunakan sewaktu-waktu sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Perubahan PSE pada aspek afektif Perubahan rata-rata skor PSE juga terlihat pada aspek afektif. Perbedaan skor sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan perbedaan yang bermakna. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemberian informasi dalam bentuk konseling dan pemberian booklet serta dukungan sesuai dengan prioritas kebutuhan ibu dapat meningkatkan reaksi emosional. Secara umum bahwa faktor yang dapat mempengaruhi reaksi emosional adalah jenis persalinan yaitu ibu yang menjalani persalinan secara SC. Kurangnya persiapan terhadap proses persalinan menjadi trauma psikologis bagi ibu terutama primipara. Proses penyembuhan luka dan pemulihan fungsi tubuh yang lebih lama menyebabkan ketidaknyamanan secara fisik dan psikologis sesuai dengan pernyataan dari Bandura (1977) bahwa kondisi psikologis dan emosional yang tidak stabil misalnya stress dan kecemasan akan mengancam kemampuan diri seseorang. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Salonen et al., (2008) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan internet sebagai media belajar adalah jenis persalinan dengan SC, ketidaknyamanan fisik dan psikologis membuat ibu tidak mau untuk beraktifitas. Pemberian dukungan dan informasi melalui konseling postpartum terbukti dapat meningkatkan penilaian positif ibu terhadap dirinya dalam melakukan pengasuhan bayi baru lahir. Kesiapan belajar dan kondisi emosional ibu yang stabil menjadi faktor penentu dari keberhasilan konseling. Pendampingan selama proses penelitian merupakan kesempatan bagi perawat untuk menilai kebutuhan dan kemampuan belajar setiap ibu, baik secara fisik maupun secara psikologis. Mercer dan Walker (2006) menegaskan bahwa kualitas interaksi dan dukungan sosial perawat secara langsung mempengaruhi kepercayaan diri ibu. Interaksi positif yang telah terbina menjadi hal yang penting bagi ibu untuk bersedia mendengar dan mengikuti apa yang disampaikan oleh perawat, karena bagi pasien tenaga kesehatan adalah sebagai role model yang layak untuk ditiru. Sesuai dengan pernyataan Bandura (2005) bahwa seseorang akan cenderung mengikuti dan meniru orang yang dianggap sebagai model. Dalam penelitian sebelumnya (Salonen et al., 2011) juga ditemukan perubahan aspek afektif yang signifikan. Perubahan ini terjadi karena adanya penambahan topik yang dibutuhkan oleh ibu postpartum dan tersedianya media interakif dalam bentuk website sehingga ibu mendapatkan dukungan yang cukup setelah melahirkan bayinya. Perubahan PSE pada aspek ketrampilan. Ketrampilan merupakan aspek nyata dari perubahan perilaku menurut Bloom dalam Maulana (2009) kemampuan seseorang dalam melakukan tindakan tertentu biasanya terbentuk dari pengetahuan dan sikap sebelumnya. Peningkatan skor pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan sangat berpengaruh terhadap peningkatan ketrampilan dalam merawat bayi baru lahir. Hal ini disebabkan selama proses konseling pada kelompok eksperimen, subjek dapat lebih leluasa dalam berdiskusi dengan petugas kesehatan dan melakukan demonstrasi untuk melatih tindakan perawatan bayi baru lahir dengan pengawasan sehingga apabila terdapat kesalahan dalam tindakan akan lebih cepat untuk dikoreksi oleh petugas. Kegiatan ini merupakan aktifitas yang membutuhkan keberanian dan pengalaman karena bayi baru lahir memiliki kondisi yang lemah. Kurangnya pengalaman dalam merawat bayi sebelumnya menjadi salah satu faktor penyebab karena ketrampilan ini dapat ditingkatkan dengan latihan dan mencoba melakukan tindakan tersebut secara berulang-ulang. Aktifitas perawatan dasar terhadap bayi baru lahir merupakan suatu ketrampilan sehingga ibu perlu latihan dan pendampingan agar ibu memiliki pengalaman melakukan tindakan tersebut, pendidikan kesehatan secara individual dengan metode konseling dan demonstrasi merupakan interaksi antara pendidik dan Peningkatan Parenting Self Efficacy (Diah Astutiningrum, dkk.) 138 peserta didik. Metode ini sangat tepat digunakan dan terbukti dapat lebih meningkatkan keyakinan dalam melakukan tindakan perawatan dasar pada bayi baru lahir. Demonstrasi dilakukan untuk memperagakan tindakan yang membutuhkan ketrampilan dan kecakapan. Alat bantu peraga dibutuhkan sebagai perumpamaan objek yang dicontohkan. Sesuai dengan pernyataan Setiawati dan Dermawan (2008) bahwa metode demonstrasi melibatkan lebih banyak indera yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman dan peraba sehingga mempermudah penerimaan informasi. Metode redemonstrasi juga dilakukan sebagai upaya melatih ibu melakukan tindakan dengan pangawasan dan pendampingan perawat. Penilaian dan koreksi dapat diberikan saat ibu menunjukkan tindakan yang kurang tepat. Metode ini dapat bermanfaat untuk menurunkan kecemasan dan kekhawatiran ibu terhadap kesalahan yang mungkin terjadi. Redemonstrasi juga terbukti efektif untuk melihat dan menilai ketrampilan ibu dalam melakukan tindakan tertentu. Selain itu konseling dan demonstrasi selama di rumah sakit dan follow up setelah lebih dari tujuh hari setelah ibu dipulangkan dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Peningkatan pada kelompok kontrol relative lebih rendah dibandingkan pada kelompok eksperimen karena pada kelompok kontrol hanya diberikan booklet saja dan tidak ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu. Metode demonstrasi dan redemonstrasi tidak dapat dilakukan pada intervensi berbasis internet karena intervensi ini dibatasi ruang dan waktu seperti hasil temuan Salonen et al., (2011) menunjukkan peningkatan 0,11 poin. hal ini disebabkan tidak adanya kontak secara langsung antara penyedia informasi dengan ibu postpartum sehingga interaksi dan latihan tidak dapat dilakukan. Rekaman video yang disediakan tentang tindakan perawatan bayi baru lahir dianggap kurang efektif karena seringkali ibu merasa takut dan khawatir melakukan kesalahan karena tidak ada yang mengawasi. Konseling yang dilakukan terhadap ibu postpartum mempengaruhi peningkatan PSE, dengan faktor yang menjadi penentu adalah waktu, materi, metode dan media pendidikan kesehatan yang sesuai. Semua komponen tersebut menentukan kualitas konseling yang diberikan dan mempengaruhi kepuasan ibu terhadap perawatan yang diterimanya. Sesuai dengan temuan Davidson (2011) bahwa ibu yang mendapatkan edukasi yang berkualitas memiliki kepuasan yang lebih besar terhadap perawatan yang diterimanya. Beberapa penelitian lain membuktikan pendidikan kesehatan postpartum dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan ibu dalam melakukan perawatan bayi baru lahir (Mutmaina et al., 2006). Pengetahuan, sikap dan kemampuan ibu akan berpengaruh terhadap kesiapan, kepercayaan diri dan kemampuan ibu dalam menjalankan peran sebagai orang tua (Weiss & Lokken, 2009). Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa konseling yang dilakukan pada ibu postpartum merupakan salah satu upaya yang baik untuk mempersiapkan ibu menjadi orang tua, yaitu masa transisi yang sangat penting bagi kehidupan seorang wanita (Mercer, 2006). Pengalaman pada periode ini bersifat permanen yang akan mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Proses transisi menjadi orang tua dikatakan sehat dan berhasil apabila ibu mampu beradaptasi dan melaksanakan peran baru, mempertahankan hubungan dengan pasangan dan mampu membentuk kepuasan hubungan dengan anak (Elek, Hudson & Flek, 2002). Persiapan fisik dan psikologis menjadi hal yang penting dalam mencapai keberhasilan transisi peran sebagai seorang ibu, terutama yang baru pertama kali melahirkan dan mengalami operasi SC. Fokus asuhan perawatan pada ibu postpartum yaitu tidak hanya pemulihan secara fisik tetapi juga menyiapkan ibu secara psikologis dan emosional agar mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa PSE berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anak yang optimal. Ibu yang memiliki PSE yang tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan tugas sebagai orang tua. Semua hasil penelitian memberikan dukungan tentang pentingnya pendidikan kesehatan dengan berbagai metode dalam meningkatkan PSE. Pengaruh konseling terhadap PSE pada ibu postpartum dengan SC Peningkatan skor pada aspek kognitif, afektif dan ketrampilan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah mendapat intervensi, menggambarkan bahwa tindakan yang diberikan pada ibu berpengaruh Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 134-141 139 terhadap PSE. Perbedaan skor pada kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol sebelum perlakuan dipengaruhi oleh adanya kegiatan antenatal care yang diikuti oleh ibu selama masa kehamilan baik di Rumah Sakit, Puskesmas maupun bidan setempat. Pada saat dilakukan penelitian terjadi peningkatan hasil pengukuran sesudah intervensi baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bermakna secara statistik. Temuan ini membuktikan bahwa PSE ibu postpartum mengalami perubahan positif. Konseling yang diberikan kepada ibu postpartum pada kelompok eksperimen meningkatkan skor PSE. Hasil ini lebih tinggi signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol baik dari aspek kognitif, afektif, maupun ketrampilan. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada orang yang memiliki kemampuan kognitif, afektif dan ketrampilan yang baik akan lebih muda diserap dan diaplikasikan dibanding pendidikan kesehatan yang diberikan pada orang kemampuan kognitif , afektif dan ketrampilan yang lebih rendah. Perubahan PSE pada ibu postpartum berdasarkan kategori yang terjadi kelompok eksperimen sebelum dan setelah dilakukan intervensi terlihat signifikan pada kategori tinggi. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak signifikan disemua kategori . Perlakuan yang menekankan pada hubungan dan interaksi yang baik antara perawat dan klien menjadi pilihan yang tepat. Kontak yang rutin dan keberlanjutan selama perawatan di Rumah Sakit memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengamati serta menilai kebutuhan fisik dan psikologis setiap ibu. Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu merupakan usaha meningkatkan motivasi dan minat belajar ibu. Berdasarkan teori keperawatan yang dikemukakan Reva Rubin bahwa perawatan menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu. Untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktivitas atau latihan. Dengan demikian, seorang wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan di alaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan psikologis dalam kehamilan dan setelah persalinan. Pendampingan dan rasa empati yang ditunjukkan oleh perawat sebagai bentuk persuasi untuk mempengaruhi orang lain dalam merubah perilaku positif (Bandura, 2005). Sesuai dengan hasil temuan Schmied et al., (2008) bahwa usaha meningkatkan perawatan postpartum dapat dilakukan dengan membina hubungan baik dengan klien serta memenuhi kebutuhan setiap ibu secara individual. Studi yang dilakukan oleh Salonen (2008) mengembangkan sebuah intervensi berbasis internet untuk memberikan dukungan dan informasi bagi ibu postpartum. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan rerata skor PSE ibu sebelum dan sesudah perlakuan tidak bermakna secara statistik p>0.005 namun perlakuan tersebut terbukti meningkatkan PSE ibu sebesar 0.30 poin. Intervensi yang sama juga dikembangkan oleh Hudson et al., (2003) sebagai bentuk penyediaan dukungan sosial dan informasi bagi pria yang baru pertama kali menjadi ayah. Temuan pada penelitian tersebut menunjukkan PSE ayah kelompok perlakuan meningkat signifikan p<0.001 pada dua kali pengukuran, yaitu 2.79 (SD 0.73) ketika bayi berusia 4 minggu, dan 3.66 (SD 0.53) ketika bayi berusia 8 minggu. Perbedaan hasil penelitian ini dengan temuan sebelumnya dapat disebabkan bentuk perlakuan yang disediakan. Dukungan dan informasi berbasis internet efektif dan tepat digunakan pada masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi terhadap kebutuhan informasi. Keterbatasan fisik selama masa pemulihan setelah melahirkan dan tugas perawatan bayi tidak menjadi penghalang bagi ibu dalam menggunakan internet karena akses internet tersedia kapan saja dan dimana saja. Pengembangan informasi berbasis internet sangat efektif digunakan pada populasi di negara maju dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, memiliki kemampuan menggunakan komputer dan internet, serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Konseling pada ibu postpartum merupakan salah satu upaya menyediakan dukungan dan informasi bagi ibu untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuan ibu dalam melakukan tugas dan tanggungjawab sebagai seorang ibu. Sesuai dengan penelitian terdahulu, perlakuan konseling pada ibu postpartum dalam penelitian ini dikembangkan mengacu pada teori belajar sosial kognitif oleh Bandura. Edukasi dikemas dalam satu paket yang meliputi empat sumber informasi yang dapat meningkatkan PSE (Bandura, 2005) yaitu enactive mastery experience (pengalaman penguasaan tindakan), vicarious experience (pengalaman pemodelan), persuasi verbal serta pemulihan kondisi fisik dan psikologis. Menurut Bandura bahwa teori sosial kognitif sangat tepat digunakan pada intervensi-intervensi yang bertujuan untuk merubah perilaku dan promosi kesehatan, misalnya edukasi kesehatan. Menurut teori self Peningkatan Parenting Self Efficacy (Diah Astutiningrum, dkk.) 140 efficacy oleh Bandura (1997), pengalaman merawat anak sebelumnya merupakan sumber informasi utama yang mempengaruhi PSE. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pemberian konseling dengan demonstrasi dan pemberian booklet meningkatkan pengetahuan dan keyakinan ibu terhadap kemampuannya dalam melakukan tugas mengasuh anak seperti: menyusui, mengganti popok, memandikan, menidurkan dan menenangkan bayi. Semua tugas- tugas dalam merawat bayi baru lahir membutuhkan pemahaman, penguasaan dan keberanian ibu dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan ketrampilan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konseling dengan menggunakan booklet berpengaruh terhadap peningkatan PSE pada ibu post partum dengan SC Saran P ihak R um ah Sakit agar dap at meningkatkan mutu pelayanan kepada ibu postpartum dengan melatih petugas kesehatan perawat dan bidan untuk dapat melakukan konseling secara individu sebelum pasien pulang agar dapat meningkatkan keyakinan diri dalam merawat bayi baru lahir, melakukan d isch a rg e p lan in g d engan p eng ka jia n menggunakan instrumen parenting self efficacy scale untuk mengetahui keyakinan ibu dalam merawat bayi sebelum ibu pulang, melakukan pengkajian kebutuhan belajar pasien dan menyediakan media informasi bagi pasien tentang perawatan bayi dalam bentuk booklet atau leaflet yang dapat dipelajari selama ibu merawat bayi baru lahir. Pihak institusi pendidikan kesehatan agar dapat mengembangkan metode pembelajaran yang menekankan pada family centre nursing dan mengembangkan metode pendidikan kesehatan agar dapat meningkatkan self efficacy. KEPUSTAKAAN Ansara, D., Cohen, M. M., Gallop, R., Kung, R., & Schei, B. (2005). Predictors of women’s physical health problems after childbirth. Journal of Psychosomatic Obstetrics & Gynecology Aisyah., Setyowati., & Rekawati, E. (2010). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan perwatan ibu nifas (PK-PIN) yang dimodifikasi terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu postpartum primipara dalam merawat diri di Palembang. Program pascasarjana FIK UI. Tesis Ardinasari, E. (2013). Panduan lengkap bayi 1 tahun pertama, klikbayi.com. All Right Reserved Bandura, A. (1997). Social learning theory. New Jersey : Prentice Hall, Englewood Billek-Sawhney, B., & Reicherter, A. (2004). Social Cognitive Theory use by Physical Therapist in education of The Older Adult Clien. Topic in Geriatric Rehabilitation, BKKBN. (2007). Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Jakarta Bloomfield, L., & Kendall, S. (2007). Testing a parenting programme evaluation tool as a pre and post course measure of PSE. Journal of advanced nursing Corwin, E. J., et al (2005). The impact of fatique on the development of postpartum depression. Journal of obstetric, gynecology and neonatal nursing. Dahlan, S., (2008). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Salemba Medika. Jakarta Dharma, K., (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Trans Info Media. Elek, S. M., Hudson, D. B., & Fleck, M. (2002). Couple’s experiences with fatique during the transision to parenthood. Journal of family nursing. Elek, S.M., Hudson, D.B., & Boufard, C. (2003). Marital and Parenting Satisfaction and infant Care Self Efficacy During The Transition to Parenhood: The Effect of infant sex. Issues in Comprehensive Pediatric Nursing. Emmanuel, E., Creedy, D.K., John, W. St., Gamble, J., & Brown, C. (2008) Maternal role development following childbirth among Australian women. Journal of advanced nursing. Handy, F. (2011). Panduan cerdas perawatan bayi. Jakarta : Pustaka Bunda. Hudson, D.B et al., (2003). Effects of The New Fathers Network on First Time Fathers PSE and Parenting Satisfaction during the Transition to Parenthood: Issue in Comprehensive Pediatric Nursing. Hurlock, E.B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Jones, T., & Prinz, R., (2005). Potential roles of parental self efficacy in parent and Jurnal Ners Vol. 11 No. 1 April 2016: 134-141 141 child adjustment: A review. Clinical Physichology review Leahy-Warren, P.,(2005). First time mothers : Social support and confidence in infant care. Journal of advanced nursing Leveno et al.,(2009). Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Edisi 21. Jakarta: EGC Logsdon, M.C., Wisner, K.L.,& Pinto-Foltz. M.D (2006), The Impact of Postpartum Depression on Mothering. JOGNN Maulana Heri, D.J. (2009). Promosi Ksehatan. Jakarta: EGC McQueen, K.A., Dennis, C.L.,Stremler, R., & Norman, C.D. (2011). A Pilot Randomized Controlled trial of a Breastfeeding Self efficacy intervention with Primiparous Mothers. JOGNN, 40: 35-46. Mercer, R., T. (2006). Nursing support of the proses of Bicoming a Mother. JOGNN Murray, S. S & Mc Kinney, E.S. (2007). Foundations of maternal-newborn nursing. Vol 1. 4ᵗ ed. Philipines:Elsevier Mutmainah, M. Rustinah, Y. & Besral. (2006). Efektifitas pendidikan kesehatan pada periode awal postpartum dengan metode CPDL terhadap kemampuan ibu primipara merawat bayi di propinsi Jambi. Program pascasarjana UI. Tesis Notoatmojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi. Jakarta : Rineka cipta. Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Lowdermilk, D.L. & Wilson, D. (2002). Maternal and child nursing care. Vol 1. 4 ed. Missoury: Mosby Elsivier. Pillitteri, A. (2003). Maternal and child health nursing. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins Porter, C. H., & Hui-chin. (2003). First-time mothers perceptions of efficacy during the transition to motherhood: links to infant temperament. Journal of family psychology. Potter, P.A., & Perry, A.G., (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7 buku 1&2. Jakarta: Salemba Medika. Rahmawati., Allenidekania., & Wijarini. (2001). Identifikasi kebutuhan perawatan mandiri ibu nifas. Journal keperawatan indonesia. Fakultas ilmu Keperawatan UI. Redman, B.K., (2007). The Practice Patient Education. 10 th ed. St. Louis: Mosby Reeder, S.J. Martin, L. L. & Koniak-Griffin, D. (2011). Keperawatan maternitas : Kesehatan wanita, Bayi dan keluarga ( terjemahan) edisi 18, Jakarta. EGC. Runiarti, N., Hamid, A.Y.S., & Sabri, L. (2005). Persepsi perawat, ibu postpartum dan keluarga tentang matri yang prioritas dan metode pemberian edukasi ibu postpartum di RSUP Fatmawati tahun 2005. Program Pascasarjana FIK UI. Tesis. Tidak dipublikasikan Salonen, A., Kaunonen, M., Astedt-kurki, P., Jarvenpaa, A-L., Isoaho, H., &Tarkka, M. (2008). Development of an internet- based interventian for parents infants. Journal of Advanced Nursing, 64, 1:60- 72 Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2010). Dasar- dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto. Setiawati, S. & Dermawan, A.C.,(2008). Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media Silalahi, Y. F. (2012). Efektivitas intervensi edukasi postpartum terhadap perubahan PSE pada periode awal postpartum. Program Pascasarjana FIK UI. Tesis Sugiyono, .Prof., Dr. (2012). Metode penelitian kuantitatif dn kualitatif dan R & D. edisi 15. Bandung. Alfabet. Sulihah, (2001). Metode Pendidikan Kesehatan, Jakarta: EGC Tomey A. M., Alligood M. R., (2006). Nursing Theorists and Their Work, 6 th edition, St. Louis, Misouri, CV. Mosby Company. Wagner, D.L., Bear, M., & Davidson, N.S. (2011). Measuring Patient Satisfaction With Postpartum Teaching Methods Use by Nurses Within the Interaction Model of Client Health Behavior. Research and Theory for Nursing Practice: An International Journal, 25, no. 3 Wong et al. (2009). Buku keperawatan pediatrik. Edisi 6, Alih bahasa. Jakarta : EGC