Vol 9 No 1 April 2014.indd 133 ETHNONURSING PENGGUNAAN TERAPI KOMPLEMENTER PADA SUKU USING BANYUWANGI (Ethnonursing for Utilizing Complementary Therapy at Using Tribes in Banyuwangi) Hanny Rasny*, Tantut Susanto*, Erti Ikhtiarini Dewi* * Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Jember E-mail: hannyrasni@yahoo.co.id ABSTRAK Pendahuluan: Suku Using di Banyuwangi sampai saat ini masih mempertahankan tradisi pemanfaatan sumber daya alam sekitar sebagai pengobatan atau perawatan tradisional. Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran arti dan makna pengalaman Suku Using menggunakan terapi komplementer dalam praktik penyembuhan pengobatan tradisional. Metode: Metode kualitatif fenomenologi dengan model ethnonursing digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Sejumlah 13 responden diperoleh dengan teknik purposive sampling dari 3 komunitas Suku Using di Kecamatan Glagah, Rogojampi, dan Banyuwangi Kota. Data didapatkan dengan melakukan wawancara mendalam pada responden dan juga observasi lapangan, serta pengamatan saat wawancara. Analisa dilaksanakan dengan memilah dan memilih kata atau kalimat yang memiliki arti dan makna sesuai tujuan dengan dikelompokkan menjadi tema-subtema dan kategori. Hasil: Hasil yang didapatkan adalah Suku Using memiliki karakteristik keeratan sosial, apresiasi seni, melakukan aktifi tas sehari-hari di sungai, mengkonsumsi makanan dari sumber pangan hewani dan nabati, kurang dekat dengan pelayanan kesehatan, faktor mitos merupakan faktor yang kental dalam perilaku kesehatan dan perilaku pemeliharaan fi sik, perilaku penanganan masalah kesehatan fi sik dan psikis pada Suku Using adalah dengan penggunaan herbal dan pergi ke dukun. Kesimpulan dan Diskusi: Perilaku penggunaan tanaman herbal secara umum berkesesuaian dengan ilmu kesehatan modern sebagai terapi komplementer, tetapi pada saat ini hampir pudar karena cenderung jarang dilakukan, sehingga perlu adanya penguatan perilaku positif yang telah dimiliki masyarakat, sebagai upaya peningkatan status kesehatan masyarakat. Kata kunci: Ethnonursing, Terapi Komplementer, Suku Using ABSTRACT Introduction: Using Tribe in Banyuwangi untill today still using natural resources as a traditional treatment or care. This study was purposed to gain value and meaning of Using Tribe experience for utilizing complementary therapies in traditional healing practice. Method: Phenomenology study with qualitative methods based on ethnonursing models was used for this research. There were 13 respondents gathered by purposive sampling from three districs: Glagah, Rogojampi and Banyuwangi Kota. The data were obtained by conducting in-depth interviews on respondents and fi eld observations as well as observations while interview. The analysis carried out by sorting and selecting a word or phrase that has value and meaning to the goal related with subthemes grouped into themes and categories. Result: The results had showed that Using Tribe’s characteristic were social cohesion, appreciate arts, performing daily activities on the river, consume foods of animal and vegetable, not too close with health service, the myth factor was a strong factor in health and physical maintenance’s behavior, the the use of herbs and shaman to treat health problems. Conclusion and discussion: The use of herbs is suitable with modern health science as a complementary therapy, but this point almost faded because it tends to rarely performed. So, the Using Tribe need positive reinforcement from nurses, as an effort to improve their health status. Key words: Ethnonursing, Complementary Nursing, Using Tribe PENDAHULUAN P r a k t i k ke percaya a n ma sya r a k at t r a d isional me nya k i n i su at u pe nya k it disebabkan oleh sistem naturalistik dan sistem personalistik (Foster & Anderson, 2002). Masyarakat Suku Using masih meyakini penyebab penyakit dengan sistem tersebut. Suku Using secara personalistik meyakini penyakit disebabkan oleh sesuatu yang berada di luar si sakit seperti gangguan gaib dari orang lain (guna-guna), jin, makhluk halus, dan lain-lain. Secara naturalistik, suku tersebut mempercayai bahwa penyakit disebabkan oleh faktor alamiah, seperti cuaca ataupun gangguan keseimbangan tubuh. 134 Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 April 2014: 133–137 Nilai-nilai budaya yang masih dianut Suku Using dalam pencarian pengobatan atau terapi memiliki keunikan dan karakter yang berbeda dari daerah lain di Jawa Timur. Terapi alter natif yang dilak u kan Su k u Using didasarkan pada alam sekitar, dengan penggunaan sumber hayati dan hewani, melalui suatu perantara pemimpin atau dukun dengan menggunakan sarana upacara tradisional. Sistem medis tradisional dalam kenyataannya masih tetap hidup, meskipun praktik-praktik biomedik kesehatan makin berkembang pesat dengan munculnya pusat-pusat pelayanan kesehatan, baik yang dikelola swasta ataupun pemerintah (Leininger, 2002). Keperawatan sebagai bagian dar i sistem medis modern dapat mengidentifi kasi keberagaman Suku Using dalam memandang penyakit dan mencari pertolongan melalui penggunaan terapi alternatif melalui kajian ethnonursing (Omeri & Mcfarland, 2008). St udi ethnonursing dalam pengg u naan terapi alternatif oleh Suku Using saat ini mulai dikembangkan sebagai bagian dari terapi komplementer keperawatan. Studi ethnonursing dalam terapi komplementer mencoba memahami dan membantu kelompok budaya berbeda dan anggota-anggotanya terhadap kebutuhan asuhan keperawatan dan kesehatan (Giger & Davidhizar, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu memperoleh gambaran ar ti dan mak na pengalaman Su k u Using mengg u nakan t e r a p i ko m pl e m e n t e r d a l a m p r a k t i k penyembuhan pengobatan tradisional, dengan mengidentifikasi karakteristik masyarakat using, faktor-faktor yang terkait dengan perilaku kesehatan, perilaku pemeliharaan kesehatan dan perilaku penanganan masalah kesehatan terkait pengobatan tradisional. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Pendekatan ethnonursing dapat digunakan untuk mengenali hubungan dan mengidentifi kasi serta mengembangkan pola-pola yang terkait dengan arti atau makna dari fenomena budaya yang diteliti. Jumlah responden dalam penelitian ini 13 orang, yang dipilih berdasarkan kriteria: 1) sebagai tokoh masyarakat yang memiliki pengalaman m e n d a p a t k a n p e l a y a n a n p e n g o b a t a n t radisional; dan 2) pember i pelayanan tradisional atau dukun dan masyarakat awam yang memili k i pengalaman mengakses pelayanan pengobatan tradisional. Responden b e r a sal d a r i Ke ca m at a n Ba ny uwa ng i Kota, Glagah, dan Rogojampi. Wawancara dilaksanakan di r u mah masing-masing respoden dan dukun yang digunakan oleh masyarakat awam untuk mengakses pelayanan pengobatan tradisional. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah pedoman wawancara, catatan lapangan (field notes), dan mobile phone dengan aplikasi perekam, serta tape recorder adapun alat perekam yang digunakan dibawa oleh pengumpul data. HASIL Su k u Usi ng me m i l i k i b eb e r a p a karakteristik, yaitu 1) memberikan apresiasi tinggi terhadap kesenian terutama musik; 2) memiliki hubungan sosial yang erat dengan melakukan interaksi sosial yang intens; 3) mengkonsumsi berbagai olahan dari berbagai sumber pangan: tanaman dan hewan (seperti kelor, boboan, pakis, tokek, jangk r ik); 4) memiliki perilaku konsumtif (seper ti kebiasaan mengumpulkan uang satu tahun dan dihabiskan beberapa hari saat perayaan Idul Fitri); 5) melakukan kegiatan sehari- hari tidak jauh dari sungai seperti: buang air, mandi, cuci baju, mususi (mencuci beras); dan 6) cenderung berjarak dengan pelayanan kesehatan modern. Pa d a fa k t or p e r i la k u ke seh at a n diketahui bahwa faktor mitos merupakan faktor yang paling mempengaruhi Suku Using. Selain faktor tersebut, faktor keeratan sosial (keluarga) merupakan salah satu penentu untuk pilihan perilaku kesehatan, faktor persepsi masyarakat mengenai jenis penyakit tertentu tidak dapat ditangani di pelayanan kesehatan modern dan sebaliknya, dan persepsi bahwa pelayanan kesehatan tradisional dan moder n saling melengkapi. Faktor jarak pelayanan kesehatan modern yang masih cukup jauh (sulit dijangkau) atau sulit untuk 135 Ethnonursing Penggunaan Terapi Komplementer (Hanny Rasny, dkk.) mengakses tenaga kesehatan karena jumlah yang terbatas merupakan faktor yang masih ada, tetapi cenderung sudah berubah lebih baik. Faktor tindakan pelayanan kesehatan moder n ya ng asi ng at au menya k it ka n (seperti disuntik) menjadi satu pemberat untuk memilih pelayanan kesehatan modern dan faktor perbandingan biaya pelayanan kesehatan modern terbilang mahal (khususnya pada masa lampau sebelum Jamkesmas). Sedangkan pelayanan kesehatan tradisional tidak menentukan tarif. Faktor pendidikan juga turut sebagai penentu pilihan perilaku kesehatan tetapi terkait dengan siapa yang sakit (misalnya, anak atau orangtua yang tidak dapat memutuskan pilihan oleh diri sendiri dan keputusan pilihan merupakan rembukan sosial) menjadikan faktor pendidikan ada di urutan selanjutnya. Gambaran per ilak u pemeliharaan kesehatan, diketahui adanya perilaku perawatan (upaya untuk tetap sehat atau bertambah sehat) dan perilaku pencegahan. Perilaku perawatan tubuh terbagi dalam perawatan tubuh bagian luar dan dalam. Perawatan tubuh bagian luar, sebagai berikut: 1) perempuan (atau laki-laki) melakukan wuwung keramas dengan menggunakan merang padi untuk mendapatkan rambut yang bersih, tidak bau (cender ung masa lampau); 2) perempuan melakukan lulur badan dengan menggunakan mangini lulur untuk mendapatkan tubuh yang cantik dan halus (cenderung masa lampau, 27 berinteraksi dengan sungai dalam ADL,apresiasi tinggi pada kesenian, keeratan sosial, suka makan olahan berbagai sumber pangan nabati dan hewani, konsumtif dan berjarak dengan pelayanan kesehatan modern Faktor internal: Mitos Persepsi Sejarah alam Ikatan sosial pendidikan Faktor ekternal: Jarak pelayanan Jenis pelayanan Biaya pelayanan: tarif Perilaku perawatan: a.tubuh bagian dalam b. Tubuh bagian luar Perilaku pencegahan Perilaku penanganan masalah kesehatan fisik bagian luar Perilaku penanganan masalah kesehatan fisik bagian dalam Perilaku penanganan masalah kesehatan psikis MODEL: SUNRISE OF JAVA (USING BANYUWANGI) Gambar 1. Model Sunrise of Java (Using Tribes, Banyuwangi) pada saat ini lulur dengan membeli bahan lulur kemasan). Sementara tubuh bagian dalam, sebagai berikut: 1) melaksanakan pantangan makan (misalnya, pada keluarga tertentu yang diturunkan pesan dari orang tua untuk berpantang makan-makanan tertentu (seperti terong), maka tidak berani untuk melanggar walaupun laki-laki); 2) perilaku konsumsi nutrisi: makan ikan laut, makan berbagai jenis sayuran: sayur kelor, pakis, klentang, boboan, makan berbagai jenis rujak: janganan, kecut/ cemplung, pasrah, ramonan, montor, iris/letok (khusus: rujak mengkudu untuk meningkatkan nafsu makan); 3) perilaku minum jamu, seperti pada perempuan bermaksud untuk menghilangkan bau badan, pada laki-laki bermaksud untuk memelihara vitalitas tubuh, nama jamu: jamu kuat; dan 4) perilaku khusus, pada saat tertentu (tidak rutin) pada laki-laki dengan bermaksud menjaga vitalitas maka memakan langsung (dalam keadaan mentah) atau olahan, seperti empedu Kambing, bayi Mencit, janin Rusa. G a mb a r a n p e r i la k u p e n a ng a n a n masalah kesehatan diketahui bahwa ada perilaku penanganan masalah kesehatan fi sik dan perilaku penanganan masalah kesehatan psikis. Perilaku penanganan masalah kesehatan fi sik terbagi menjadi: 1) penanganan masalah kesehatan bagian tubuh luar (misalnya, luka disembuhkan dengan menendang kepong (kotoran kuda/sapi) atau getah daun yodium); 2) penanganan masalah kesehatan f isik 136 Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 April 2014: 133–137 pada tubuh bagian dalam (misalnya, batuk diobati dengan Jeruk Jawa dibakar diberi njet, diperas dan diminum atau Jeruk Nipis dibakar dan airnya diminum; diare diobati dengan pucuk daun Jambu Klutuk/Sawo Manila dan diminum; panas diobati dengan mengoleskan bawang putih ke pusar atau diminumkan air dari dukun kepada anak yang panas; sakit kuning diobati dengan Pisang Mas ditambah 7 ekor Pediculus capitis; dan lain-lain). Sedangkan, 1) perilaku penanganan masalah kesehatan psikis, antara lain: 1) kesurupan, diobati dengan mengoleskan Bawang Putih di pusar atau minum air pemberian dukun; 2) stres akibat tekanan hidup sehari-hari disarankan untuk melakukan midang (melihat- lihat ke jalan raya); dan 3) ditenung, disihir, disantet, dicekek disarankan untuk mencari dukun yang dapat mengembalikan kiriman. PEMBAHASAN “Jika anda berharap untuk membantu satu komunitas untuk mencapai kesehatan, anda harus belajar untuk berpikir seperti orang- orang yang berada di komunitas tersebut. Sebelum menanyakan sekelompok orang untuk mengasumsikan kebiasaan kesehatan yang baru, adalah bijak untuk menyadari kebiasaan yang ada, bagaimana kebiasaan tersebut berhubungan satu dengan yang lain, apa fungsinya dari yang mereka lakukan, apa makna bagi mereka melakukan hal tersebut” (Andrews dan Boyle, 1995; Rasni, 2008). Sehat adalah keadaan lengkap dari sehat jasmani, rohani, dan sosial, ser ta tidak hanya mengenai bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga dapat bekerja secara produktif (WHO, 1975). Sehat pada masyarakat terkait dengan adanya status sehat pada individu-individu di wilayah, adanya perilaku-ketrampilan yang mengupayakan sehat dan adanya lingkungan fi sik serta sosial (termasuk sistem-struktur masyarakat) yang bergerak untuk mengupayakan sehat. Sehat pada masyarakat tidak akan pernah terwujud jika hanya dari tenaga kesehatan profesional yang mengupayakan hal tersebut, tanpa ada kesertaan atau kemandirian dari masyarakat, dan adanya persepsi nilai-indikator sehat pada masyarakat yang sesuai dengan indikator yang digunakan dalam menentukan status sehat pada masyarakat. Keperawatan sebagai bagian dar i sistem medis modern dapat mengidentifi kasi ke b e r a g a m a n m a s y a r a k a t t r a d i sio n a l dalam memandang penyakit dan mencari per tolongan melalui pengg unaan terapi alternatif dapat diidentifi kasi melalui kajian ethnonursing (Omeri & Mcfarland, 2008). Studi ethnonursing dalam terapi komplementer mencoba memahami dan membantu kelompok budaya berbeda dan anggota-anggotanya dengan kebutuhan asuhan keperawatan dan kesehatan (Giger & Davidhizar, 2004). Cara- cara memfasilitasi suatu budaya masyarakat dalam penggunaan terapi alter natif atau komplemeter dalam asuhan keperawatan perlu ditekankan pada tindakan keperawatan terkait dengan transcultural nursing model (Leininger, 1978; dalam Omeri & Mc.Farland, 2008), yaitu: cultural preservation, cultural care accomodation, dan cultural care repattering. Cultural preservation mencoba membantu budaya tertentu untuk memper tahankan nilai care yang berhubungan, sehingga sehat. Cultural accommodation membantu budaya tertentu untuk bernegosiasi untuk manfaat dan sehat yang memuaskan bersama tim kesehatan. Cultural repattering membantu budaya tertentu untuk berubah, memodifi kai gaya hidup mereka untuk kesehatan yang memuaskan daripada sebelumnya. Gambaran mengenai pengalaman Suku Using dalam pemeliharaan atau penanganan masalah kesehatan yang didapatkan dari hasil analisa data penelitian tersebut, menunjukkan bahwa banyak perilaku yang sesuai dan dapat digunakan dalam adaptasi perilaku kesehatan modern. Seperti pengobatan herbal pada saat ini banyak dianjurkan oleh pengobatan kesehatan modern dikarenakan adanya obat- obat herbal yang minim efek samping, contoh adanya pelayanan kesehatan modern dengan mengadopsi dari cara tradisional adalah pemijatan. Pelayanan pemijatan (khusunya pada bayi-anak) saat ini berkembang menjadi satu jasa pelayanan di r umah sakit atau klinik kesehatan modern, atau pengenalan- pengenalan oleh tenaga kesehatan kepada 137 Ethnonursing Penggunaan Terapi Komplementer (Hanny Rasny, dkk.) keluarga-keluarga saat ini untuk menggunakan obat-obat herbal sebagai tindakan awal dalam penanganan masalah kesehatan, seper ti meminum jer uk nipis untuk menangani batuk, meminum jamu Kunyit, Temulawak, Beras Kencur, atau mengkonsumsi Bawang Putih. Interaksi sosial yang erat pada Suku Using merupakan salah satu potensi yang menjadi sistem pendukung untuk keberdayaan masyarakat yang dapat menjadi landasan untuk terwujudnya masyarakat sehat dengan tentunya individu-individu yang ada pada masyarakat akan memiliki status sehat. “Culturally congruent (nursing) care is defi ned as ‘those cognitively based assistive, supportive, facilitative or enabling acts or decisions that are tailor-made to fi t with individual, group or institutional cultural values, beliefs and lifeways in order to provide or support meaningful, benefi cial and satisfying health care or well-being services” (George, 2008) Hasil penelitian ini merupakan awal dari upaya untuk mengenal Suku Using dan berharap untuk lebih lanjut dapat mengenal dan mendokumentasikan potensi-potensi Suku Using, yang kemudian dapat bersama mewujudkan kesehatan masyarakat, bahkan mengadopsi potensi Suku Using untuk dapat terus dilakukan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Suku Using memiliki karakteristik: interaksi sosial yang erat, memberikan apresiasi tinggi pada kesenian, menyukai makanan olahan dari sumber hewani dan nabati, memiliki perilaku konsumtif, tetapi juga masyarakat yang ber jarak dengan pelayanan kesehatan, dan kegiatan sehari- hari masih banyak dilakukan di sungai. Suku Using memiliki mitos, persepsi, pengalaman sejarah, keadaan alam, keterikatan sosial, tingkat pendidikan, jarak dengan pelayanan, jenis pelayanan kesehatan dan tarif pelayanan menjadi penentu untuk pilihan pelayanan kesehatan. Suku Using memiliki perilaku perawatan kesehatan, perilaku pencegahan masalah kesehatan dan perilaku penanganan masalah kesehatan secara fisik dan psikis yang sudah lama ada pada masyarakat yang cenderung mulai memudar. Secara umum, pengalaman Suku Using dalam perilaku kesehat a n ba nya k ya ng berkesesu aia n dengan ilmu kesehatan modern dan perlu adanya penguatan potensi dari yang pernah dimiliki masyarakat, sehingga tidak hilang dari masyarakat dan justru dapat digunakan sebagai penyelesaian masalah yang ada pada saat ini. Saran Peran dari berbagai pihak, pemerintah kabupaten, akademisi, tokoh masyarakat, profesi kesehatan dan keterlibatan aktif masyarakat diperlu kan u nt u k membuat kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang mengikutsertakan masyarakat secara aktif dari pengenalan masalah yang ada sampai dengan penyelesaian masalah yang ada dengan menggunakan potensi-potensi yang dimiliki menjadi suatu keadaan yang dibutuhkan pada Suku Using saat ini. KEPUSTAKAAN Foster & Anderson. (1999). Antropologi Kesehatan. UI Press: Jakarta. Giger & Davidhizar. (2001). Transcultural Nursing: Assessment and Intervention 2nd ed. St Louis: Mosby A Times Miror Company. George & Julia ( 2008). Nursing Theories: The Base for Professional Nursing Practice. Fifth Edition. Prentice Hall: New Jersey. Leininger & McFarland. (2002). Transcultural Nursing Concepts, Theories, Research, and Practice. 3rd ed. The McGraw-Hill Companies, Inc: US of America. Omeri & Mcfarland. (2008). Advances in Competar y Transcultural Nursing Second Edition. Content Management: Sydney. Rasni. (2008). Laporan Aplikasi Keperawatan Komunitas II. FIK-UI. Depok Jawa Barat.