Vol 8 No 2 Oktober 2013.indd 190 PENGEMBANGAN MODEL SELF REGULATED LEARNING IN STUDYING NURSING (SRLSN) UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI BELAJAR MAHASISWA (Development of Self Regulated Learning Model in Studying Nursing (SRLSN) to Improve Student Learning Competence) Pepin Nahariani*, Nursalam, Mira Triharini, Ririn Probowati *Stikes Pemkab Jombang Jl. Dr. Soetomo 75–77 Jombang, kode pos 68155 Jawa Timur Email: pepin.nahariani@gmail.com ABSTRAK Pendahuluan: Mahasiswa baru di perguruan tinggi perlu menyesuaikan diri dengan proses pembelajaran dengan cara lebih mandiri, tidak bergantung pada para dosen, dan regulasi diri dalam belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model SRLSN terhadap peningkatan pencapaian kompetensi di kalangan mahasiswa sarjana ilmu keperawatan semester 4 di STIKES Pemkab Jombang. Metode: Desain yang digunakan adalah explanatory dan quasi eksperimen pre-post test dengan kelompok kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah 71 mahasiswa ilmu keperawatan semester 4 tahun akademik 2012–2013. Sampel yang digunakan 60 siswa dengan simple random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan FGD, observasi dan kuesioner, kemudian dianalisis dengan menggunakan hasil regresi. Hasil: Hasil SRLSN menunjukkan bahwa korelasi antara fase persiapan dan fase pelaksanaan sebesar 0,976, korelasi antara fase pelaksanaan dan fase refl eksi diri memiliki sebesar 0,374, hubungan antara fase persiapan dan fase refl eksi diri sebesar 0,576. Terdapat perbedaan yang signifi kan antara kelompok perlakuan dan kontrol pada aspek pencapaian kompetensi kognitif, kompetensi afektif, dan kompetensi psikomotor. Diskusi: Model SRLSN secara sistematis dibentuk oleh persiapan, pelaksanaan dan fase refl eksi diri. Penerapan model SRLSN akan meningkatkan pembelajaran siswa secara kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pencapaian kompetensi. Kompetensi psikomotor mempunyai nilai signifi kansi yang lebih besar dari kompetensi lainnya. Model SRLSN sebaiknya diberlakukan secara umum untuk semua proses pembelajaran terutama dalam mahasiswa keperawatan. Kata kunci: SRLSN, fase persiapan, fase pelaksanaan dan fase refl eksi diri, pencapaian kompetensi belajar siswa keperawatan ABSTRACT Introduction: New students at the college have to adjust to the learning process in a way more independent, not dependent on the lecturer, and self-regulation in learning. The purpose of this study is to develop a model of competence SRLSN to increased achievement among undergraduate students in the fourth semester of nursing STIKES Pemkab Jombang. Methods: The design used is explanatory and quasi-experimental pre-post test with control group. The population in this study were 71 nursing students of 4th semester of the academic year 2012–2013. The sample used 60 students with simple random sampling. Data was collected using focus group discussions, observation and questionnaires, then analyzed using regression results. Results: The results showed that the correlation between SRLSN preparation phase and implementation phase of 0.976, the correlation between the phase and the implementation phase has a self-refl ection of 0.374, the relationship between the phase of preparation and refl ection phase of 0.576. There are signifi cant differences between treatment and control groups on aspects of cognitive competence achievement, competence affective, and psychomotor competencies. Discussion: SRLSN models are systematically formed by the preparation, implementation and refl ection phase. The application of the model SRLSN will enhance student learning in the cognitive, affective, and psychomotor in achieving competence. Psychomotor competency has a value greater signifi cance than other competencies . SRLSN models should be generalized to all learning processes, especially in nursing students . Keywords: SRLSN, the preparation phase, the implementation phase and the phase of self-refl ection, achievement of learning competencies of nursing students PENDAHULUAN Mahasiswa ba r u ya ng memasu k i perg u r u a n t i ngg i d it u nt ut ber a d apt a si dalam belajar. Mahasiswa diharapkan dapat lebih mandiri dan tidak bergantung pada pengajar dan dapat mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Hal ini memerlukan pengaturan diri mahasiswa (Deasyanti, 2007). Namun, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa mengalami kesulitan dalam memenuhi belajar sehingga menyebabkan terjadinya cara belajar instant dan dalam jangka panjang proses pembelajaran menjadi kurang bermakna. Per masalahan tersebut diatas salah satu 191 Pengembangan Model Self Regulated Learning in Studying Nursing (Pepin Nahariani, dkk.) masih juga memiliki motivasi yang kurang, yang ditunjukkan oleh kurangnya persiapan penguasaan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran, mahasiswa lebih memilih kegiatan lain daripada proses belajar dan softskill mahasiswa yang kurang. P rog r a m St ud i S1 Ke p e r awat a n STIKES Pemkab Jombang telah melaksanakan penyelesaian bagi mahasiswa yang memiliki nilai IPK kurang dengan motivasi yang rendah melalui pemanggilan mahasiswa kepada bagian dosen kemahasiswaan, pemantapan kuliah oleh dosen PJMK. Namun Program Studi S1 Keperawatan STIK ES Pemkab Jombang belum ada pengembangan perilaku pembelajaran mahasiswa sehingga diperlukan melalui pendekatan model Self Regulated Learning in the Studying of Nursing. Menurut Yulinawati (2007, hal 65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa untuk mencapai prestasi, yait u intelegensi, kepribadian, lingkungan kampus dan lingkungan rumah dan pengat u ran dir i mahasiswa dalam belajar. Zimmer man dan Mar tinez Pons (2002) menyebutkan bahwa individu yang memiliki SR L dan meyakini bahwa ia mampu mengatasi bahan-bahan akademik akan memiliki kesuksesan dan prestasi belajar yang tinggi dibanding individu yang tidak percaya pada kemampuan dirinya. Usaha individu untuk mencapai tujuan belajar dengan mengaktif kan dan mempertahankan pikiran, emosi dan perilaku disebut SRL. Penerapan model SRLSN dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa merupakan masalah yang secara umum dialami mahasiswa di Indonesia. Berbagai hasil penelitian menggambarkan pentingnya keterampilan SRL yang dimiliki oleh mahasiswa karena korelasinya dengan usaha belajar yang efektif dan ef isien. Selanjutnya akan diperoleh kepuasan akademik yang lebih tinggi (Desyanti, 2007). Pengaruh positif lain dari SRL adalah membentuk karakter yang memiliki motivasi untuk belajar sepanjang hayat (life long learning) dan juga menjadi mandiri dalam berbagai konteks kehidupan lainnya. Upaya untuk perbaikan pencapaian kompetensi mahasiswa keperawatan dalam faktor yang mempengaruhi adalah mahasiswa k u rang memili k i keterampilan tent ang bagaimana caranya belajar (how to learn) yang mencakup pemahaman tentang kemampuan berpikir, proses berpikir dan motivasi diri untuk mencapai tujuan belajar. Kemampuan tersebut dalam istilah psikologi pendidikan disebut dengan self regulated learning yang selanjutnya disebut SRL. Penerapan model self regulated learning dalam pendidikan keperawatan dikenal dengan model self regulated learning in studying of nursing yang selanjutnya dikenal dengan SRLSN. Peran perawat menduduki prioritas pertama dalam kategori tenaga kesehatan pasien d a n 80% perawat member i ka n pelayanan langsung kepada pasien (Nasrin, 2012). Dalam hal ini peran pendidikan penting sekali memperhatikan SRLSN mahasiswa perawat. Mahasiswa perawat memerlukan SRLSN sepanjang waktu untuk membantu orang lain dan pasien di masa depannya (Nasrin, 2012). Profesi perawat dituntut untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu, memiliki landasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang kuat, disertai sikap dan tingkah laku yang profesional dan berpegang kepada etika keperawatan (Pribadi, 2009). Hasil tr y out uji kompetensi Ners Indonesia tahun 2012 didapatkan bahwa dari seluruh peserta 358 yang melibatkan 90 instansi se-Indonesia, nilai rerata tertinggi 63.9 dan terendah 21. Berdasarkan nilai hasil uji kompetensi tahun 2012 oleh Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi (MTKP) wilayah Propinsi Jawa Timur, didapatkan angka pencapaian kategori lulus mencapai 95%. Terdapat 5% lulusan perawat yang memerlukan pembinaan secara lanjut. Permasalahan ditunjukkan hampir ditemukan rata-rata pada aspek kognitif dan psikomotor mahasiswa. Namun pada aspek sikap dan nilai etika keperawatan sudah menunjukkan hasil pencapaian secara umum memuaskan. Berd a sa rk a n St ud i pend a hu lu a n , didapatkan 57% mahasiswa kurang persiapan penguasaan materi yang akan dipelajari, 65% mahasiswa tidak memiliki tujuan jelas dalam belajar dan daya analisis dalam evaluasi belajar yang kurang. Selain itu, 54% mahasiswa 192 Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 190–201 masa pendidikan sehingga dapat menciptakan tenaga perawat profesional, maka dilakukan dengan model SRLSN. Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam kebutuhan u nt u k ber prestasi dalam pembelajaran, memiliki afiliasi belajar yang tinggi serta memiliki kekuatan dalam manajemen belajar. SRL merupakan strategi pembelajaran yang spesifi k yang berfungsi untuk merekam dan menyimpulkan bahan pelajaran yang penting dan bukan merupakan rencana di luar proses pembelajarannya, di mana mahasiswa mampu mengatur diri terhadap cara belajar akademik mereka sendiri (Zimmerman, 2002). Seorang pengajar berperan dalam membantu mahasiswa u nt u k SR L ya ng mel iput i me mba nt u mahasiswa dalam menemukan tujuan, strategi pembelajaran, persiapan evaluasi, membangun keyakinan diri, self effi cacy mahasiswa dalam belajar. BAHAN DAN METODE Penelitian menggunakan dua desain yaitu eksplanatip dan quasy eksperimen. Desain eksplanatip dilakukan terlebih dahulu untuk menemukan penjelasan tentang suatu kejadian atau gejala terjadi. Hasil akhirnya adalah gambaran mengenai hubungan sebab akibat antara subvariabel self regulated learning in studying nursing (SRLSN). Desain quasy experiment pre dan post test control group digunakan untuk melihat perbedaan hasil antara kelompok perlakuan dan kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang semester 4 tahun ajaran 2012– 2013 berjumlah 71 mahasiswa. Berdasarkan teknik simple random sampling diperoleh besar sampel sebanyak 20 responden. Variabel independen penelitian ini adalah intervensi penerapan model SRLSN dengan pemberian modul. Variabel dependen yang diukur meliputi pencapaian kompetensi mahasiswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Inst r umen yang dig u nakan u nt u k meng uk ur SR LSN ini adalah k uisioner yang dibuat berdasarkan konsep SRL oleh Zimmerman (2002). Kuesioner terdiri dari 45 per t anyaan dengan k uesioner skala likert dengan pilihan jawaban tidak pernah mela k u ka n, ja ra ng, sa ngat ser i ng d a n selalu. Instrumen untuk fase persiapan, fase pelaksanaan dan fase refl eksi diri masing- masing terdiri dari 15 pertanyaan. Total skor dikategorikan menjadi baik (nilai 45–60 atau 75–100%), cukup (nilai 30–44 atau 50-74%), dan kurang (nilai 0–29 atau 0–49%). Instrumen lain yang digunakan adalah untuk 3 ranah penilaian yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Pertanyaan ranah kognitif bertujuan untuk menilai kemampuan kognitif mahasiswa terhadap mater i yang telah disampaikan dalam satu kompetensi dasar. Hasil penilaian dikategorikan menjadi Baik (Nilai 76–100), Cukup (Nilai 66–75), dan Kurang (Nilai 0–65). Pertanyaan ranah afektif bertujuan untuk menilai softskill mahasiswa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung dalam satu kompetensi dasar. Penilaian ranah psikomotor untuk menilai kemampuan mahasiswa diutamakan skill lab yang telah dilakukan mahasiswa dalam satu kompetensi dasar. Penelitian dilaksanakan di STIKES Pemkab Jombang Prodi S1 Keperawatan selama bulan 13 Maret–25 April 2013. Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan surat laik etik dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Airlangga. Tahap pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi tiga. Tahap pertama, peneliti melakukan pengambilan data dengan menilai data dari karakteristik responden. Kemudian dilakukan pengukuran variabel SRLSN dan uji model SRL untuk mendapatkan isu strategis yang akan didiskusikan melalui kegiatan Focus Groups Discussion (FGD). FGD merupakan langkah penetapan solusi sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi dalam pengembangan model SRLSN. FGD dilaksanakan di STIKES Pemkab Jombang sebanyak 3 kali dengan kelompok yang berbeda, yaitu FGD kelompok mahasiswa, FGD kelompok dosen, dan FGD kelompok pengambil kebijakan. Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan pengembangan model SRLSN. Pada tahap ini disusun berdasarkan hasil FGD dan 193 Pengembangan Model Self Regulated Learning in Studying Nursing (Pepin Nahariani, dkk.) didiskusikan bersama empat pakar yaitu dari pakar kurikulum keperawatan, pakar pendidikan dan pakar psikologi. Tahap ketiga adalah tahap penerapan model SRLSN. Pada tahap ini memerlukan waktu 2 minggu dalam satu kompetensi dasar dan dibagi menjadi enam kali tatap muka. Terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapat SLRSN. HASIL Tabel 1 menunjuk kan bahwa jenis ke l a m i n m a h a s i s w a p a d a ke l o m p o k perlakuan dan kelompok kontrol adalah sama. Keseluruhan responden berusia 19–21 tahun. Nilai rerata IPK pada kelompok perlakuan adalah sebagian besar dengan nilai 2–2,74 dan IPK kelompok kontrol sebagian besar 2,75–3,4. Status pendidikan orang tua pada kelompok perlakuan sebagian besar adalah SMA. Kelompok kontrol hampir setengahnya memiliki pendidikan SD dan PT. Status pekerjaan orang tua pada kelompok perlakuan adalah setengahnya petani dan kelompok kontrol setengahnya memiliki pekerjaan swasta. Status penghasilan orang tua pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol sama yaitu setengahnya memiliki penghasilan Rp750.000 –1.500.000. Jarak tempat tinggal dengan kampus yang ditempuh pada kelompok perlakuan dan kontrol sama yaitu setengahnya memiliki jarak rumah dengan kampus lebih dari 10 meter. Tempat tinggal responden pada kelompok perlakuan dan kontrol sama yaitu sebagian besar tinggal bersama orang tua. Fa se p e r siapa n t e rd i r i d a r i du a subvariabel yaitu analisis tugas dan motivasi diri. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada analisis tugas fase persiapan kurang optimal. Sebagian Tabel 1. Distribusi karakteristik responden No Karakteristik Kategori Kelompok perlakuan Kelompok kontrol f (%) f (%) 1 Jenis kelamin Laki-laki 50 50 Perempuan 50 50 2 Umur responden 16–18 tahun 0 0 19–21 tahun 100 100 3 Rentang IPK Lebih dari 3,5 10 0 2,75–3,45 30 60 2–2,745 60 40 4 Status pendidikan orang tua Tidak sekolah 0 0 SD/sederajad 0 40 SMP 30 0 SMA 60 20 PT 10 40 5 Status pekerjaan orang tua Tidak bekerja 10 0 PNS 30 20 Swasta 50 50 Petani 10 10 Wiraswasta 0 20 6 Status penghasilan orang tua Kurang dari Rp750.000 20 10 Rp750.000–1.500.000 50 50 Lebih dari Rp1.500.000 30 40 7 Jarak tempuh Kurang dari 5 m 40 20 5–10 meter 10 20 Lebih dari 10 m 50 60 8 Jenis tempat tinggal Rumah orang tua 80 70 Asrama/kos 20 30 Total 100 100 194 Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 190–201 besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan rencana strategi pembelajaran dan penetapan tujuan pembelajaran. Pada subvariabel motivasi diri, sebagian besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan orientasi tujuan pembelajaran, kriteria harapan pembelajaran dan tidak melakukan dan jarang memiliki self effi cacy belajar. Fase pelaksanaan terdiri dari dua sub variabel yaitu self control dan self observation. Tabel 3 memperlihatkan bahwa pada subvariabel self control fase pelaksanaan sebagian besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan imagery pembelajaran, sebagian besar tidak melakukan dan jarang melakukan self instruction, sebagian besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan strategi tugas. Pada subvariabel self observation, sebagian besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan self experiment. Sebaliknya, sebagian besar mahasiswa sudah sangat sering dan selalu melakukan self recording. Fase refl eksi diri pada model SRLSN ini meliputi dua subvariabel, yaitu: self judment dan self reaction. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada self judgment fase refl eksi diri mahasiswa kurang optimal, hal ini dapat dilihat sebagian besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan self evaluation pembelajaran dan sebagian besar mahasiswa tidak melakukan dan jarang melakukan self attribution. Pada subvariabel self reaction, mahasiswa tidak Tabel 2. Fase persiapan pada model SRLSN No Fase persiapan SRLSN Kategori Tdk melakukan Jarang Sangat sering Selalu Total f (%) f (%) f (%) f (%) f (%) Analisis Tugas 1 Penetapan tujuan 47 45 7 2 100 2 Rencana strategi 52 42 5 2 100 Motivasi diri 3 Orientasi tujuan pembelajaran 22 38 18 22 100 4 Kriteria harapan pembelajaran 10 52 28 10 100 5 Self effi cacy mahasiswa 7 45 25 28 100 Total 27 43 17 13 100 Tabel 3. Fase pelaksanaan pada model SRLSN No Fase pelaksanaan SRLSN Kategori Tdk melakukan Jarang Sangat sering Selalu Total f (%) f (%) f (%) f (%) f (%) Self Control 1 Imagery 8 52 23 17 100 2 Self instruction 15 50 25 10 100 3 Strategi tugas 40 22 0 38 100 4 Focus 2 40 32 27 100 Self observation 5 Self experiment 25 50 15 10 100 6 Self recording 5 42 20 33 100 Total 16 43 19 22 100 195 Pengembangan Model Self Regulated Learning in Studying Nursing (Pepin Nahariani, dkk.) melakukan dan jarang melakukan sikap adaptive dalam pembelajaran. Sebaliknya, mahasiswa sebagian besar sudah sangat sering dan selalu puas pada pembelajaran. Berdasarkan Tabel 5, tabulasi silang hubungan antara kedua fase yait u fase persiapan dan fase pelaksanaan memiliki nilai keduanya sebagian besar memiliki nilai cukup dan sebagian kecil memiliki nilai baik dan sebagian kecil memiliki nilai kurang. Berdasarkan hasil uji jalur menunjukkan bahwa terdapat hubungan fase persiapan terhadap fase pelaksanaan pada model SRLSN mahasiswa. Berdasarkan Tabel 6 tabulasi silang hubungan antara kedua fase yait u fase pelaksanaan dengan fase refl eksi diri memiliki nilai keduanya hampir setengahnya memiliki nilai cukup, memiliki nilai keduanya sebagian kecil baik dan memiliki nilai keduanya sebagian kecil kurang. Berdasarkan hasil uji jalur menunjukkan bahwa terdapat hubungan fase pelaksanaan dengan fase refl eksi diri pada model SRLSN. Berdasarkan Tabel 7 tabulasi silang hubungan antara kedua fase yaitu fase refl eksi diri dengan fase persiapan memiliki nilai keduanya yaitu setengahnya memiliki nilai cukup, memiliki nilai keduanya sebagian kecil baik dan memiliki nilai keduanya sebagian kecil kurang. Berdasarkan hasil uji jalur menunjukkan bahwa terdapat hubungan fase persiapan dengan fase refl eksi diri pada model SRLSN Ta b e l 8 m e n u n j u k k a n b a h w a berdasarkan uji statistik wilcoxon sign Tabel 4. Fase refl eksi diri pada model SRLSN No Fase refl eksi diri SRLSN Kategori Tdk melakukan Jarang Sangat sering Selalu Total f (%) f (%) f (%) f (%) f (%) Self Judgment 1 Self evaluation 20 48 23 8 100 2 Causal attribution 15 45 28 12 100 Self reaction 3 Adaptive 12 53 20 15 100 4 Satisfaction 2 15 30 53 100 Total 12 40 20 22 100 Tabel 5. Hasil tabulasi silang hubungan fase persiapan dengan fase pelaksanaan pada model SRLSN Fase Persiapan Fase pelaksanaan Kurang Cukup Baik Total Kurang 3,3 5 0 8,3 Cukup 5 66,7 10 81,7 Baik 0 5 5 10 Total 8,3 76,7 15 100 Hasil uji jalur = T-Statistik = 2,971, Path coef = 0,976 Tabel 6. Hasil tabulasi silang hubungan fase pelaksanaan dengan fase refl eksi diri pada model SRLSN Fase Pelaksanaan Fase refl eksi diri Total Kurang Cukup Baik Kurang 3,3 5 0 8,3 Cukup 8,3 48,3 20 76,7 Baik 0 5 10 15 Total 11,7 58,3 30 100 Hasil uji T-Statistik = 2,969, Path coef = 0,374 jalur Tabel 7 Hasil tabulasi silang hubungan fase persiapan dengan fase refl eksi diri pada model SRLSN Fase refl eksi diri Fase persiapan TotalKurang Cukup Baik Kurang 3,3 8,3 0 11,7 Cukup 5 50 3,3 58,3 Baik 0 23,3 6,7 30 Total 8,3 81,7 10 100 Hasil uji jalurT-Statistik = 3,073, Path coef = 0,576 196 Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 190–201 rank test ada perbedaan yang nyata pada kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor mahasiswa jika diberikan perlakuan SRLSN. Pada kelompok kontrol didapatkan hasil tidak ada perubahan yang signifi kan sebelum dan sesudah test pada kemampuan afektif mahasiswa. Lebih dari setengah mahasiswa memiliki pencapaian di ranah psikomotor pada uji statistik ada perbedaan nyata pada kemampuan psikomotor mahasiswa sebelum dan sesudah perlakuan SRLSN. Kelompok kontrol menunjukkan perbedaan kemampuan psikomotor antara sebelum dan sesudah test, namun perbedaan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan. PEMBAHASAN Fase persiapan merupakan fase pertama dari ketiga fase yang ada dalam Self Regulated Learning (SRL) di mana mahasiswa dituntut untuk menyiapkan materi sebelum proses pembelajaran. Fase persiapan ini penting Tabel 8. Hasil pencapaian kompetensi mahasiswa pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor sebelum dan sesudah penerapan SRLSN No Pencapaian kompetensi Kelompok perlakuan Kelompok kontrol Selisih p value Pretest Posttest Pretest Posttest 1 Ranah kognitif Baik 10 60 0 10 0,043 Cukup 10 30 20 30 Kurang 80 10 80 60 Mean 54,10 70,70 68,7 73,8 SD 15,3 7,58 11,4 5,37 Uji Wilcoxon Sign Rank Test p value = 0.007 p value = 0.05 2 Ranah afektif Baik 20 100 20 30 0,077 Cukup 50 0 60 70 Kurang 30 0 20 0 Mean 73,8 77,7 73,7 72,9 SD 7,64 5,07 4,19 4,7 Uji Wilcoxon Sign Rank Test p value = 0.006 p value = 0.083 3 Ranah psikomotor Terampil 10 60 20 30 0.013 Cukup Terampil 70 40 70 70 Kurang Terampil 20 0 10 0 Mean SD 3,22 0,76 4,14 0,26 3,56 0,72 3,98 0,56 Uji Wilcoxon Sign Rank Test p value = 0.005 p value = 0.018 dalam siklus pembelajaran SR L karena dengan fase ini, mahasiswa akan menyiapkan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, mengenal jadwal perkuliahan, mendapatkan pilihan terbaik tindakan dan mengembangkan kesu ksesan sebuah kar ir (Zim mer man, 2012). Pembelajaran yang efektif dimulai perencanaan mahasiswa memasuki ruang kelas. Fasilitator yang baik akan merencanakan tujuan pembelajaran yang mer ujuk pada kompetensi k husus yang ingin dicapai. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk menemukan cara terbaik membagi topik-topik dan keterampilan untuk memudahkan dalam memahaminya. (Ormrod, 2012). Nursalam & Effendi (2008) menyebutkan bahwa dalam teori Herzberg teori motivasi dua faktor menyebutkan pula bahwa terdapat dua faktor yang mendasari seseorang dalam bekerja, yait u faktor pemeliharaan dan faktor pemotivasi. Faktor pemeliharaan adalah meliputi dissatisffi ers, hygiene factor, 197 Pengembangan Model Self Regulated Learning in Studying Nursing (Pepin Nahariani, dkk.) job context dan factor eksternal. Faktor pemotivasi meliputi satifi er, motivators, job contect dan instrinsic factor. Mahasiswa belum memiliki motivasi akan berdampak pada hasil pelaksanaan tugas sehingga dalam mempersiapkan perkuliahan kurang optimal pula. Pe r m a s a l a h a n f a k t o r e k s t e r n a l yang mempengar u hi mahasiswa dalam mempersiapkan pembelajaran, hal ini sejalan denga n liter at u r pendekat a n psi kolog i pend id i k a n ya ng menyebut k a n ba hwa perkembangan self regulated learning tidak hanya berkembang dengan sendirinya namun diperlukan lingkungan yang kondusif untuk memenuhinya (Woods, 2011). Mahasiswa dalam menetapkan t ujuan pembelajaran masih belum optimal, hal ini dikarenakan selain faktor motivasi juga dipengar uhi oleh komitmen mahasiswa dan dosen dalam persiapan pembelajaran. Peningkatan prestasi mahasiswa di kelas, tidak hanya diperlukan strategi, tujuan dan self effi cacy yang baik, namun juga diperlukan performa mahasiswa yang baik di kelas. Standard dan tujuan yang telah ditetapkan oleh seorang mahasiswa sendiri yang selanjutkan melakukan kegiatan monitor diri dan proses evaluasi proses kognitif dan konsekuensi yang ditetapkan sendiri, semua merupakan aspek pengaturan diri (self regulation). Mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi akan memiliki penilaian metacognisi dan self control yang lebih baik daripada mahasiswa yang memiliki prestasi rendah (Zimmerman, 2012). Pada penelitian ini, mahasiswa masih memiliki self control dan self observation rendah. Hal ini dikarenakan mahasiswa sebag ia n b e s a r b elu m me nge n a l d a n menerapkan self regulated learning dengan baik. Hal ini dibuktikan dalam hasil FGD sebagian mahasiswa menyebutkan bahwa mereka tidak memiliki pengendalian diri dan instruksi diri yang jelas. Salah satu penyebabnya mereka tidak memiliki persiapan pembelajaran yang baik sebelum perkuliahan. Salah satu cara untuk melaksanakan adalah minimal mahasiswa mencari bantuan teman, menilai kekuatan pribadi dalam menyusun strategi pembelajaran dan mengevaluasi tujuan pembelajaran. Mahasiswa yang sukses mengatur diri dalam proses belajar adalah mereka yang berusaha untuk memfokuskan perhatian mereka pada pembelajaran yang sedang berlangsung dan menghilangkan dari pikiran yang mengganggu (Schunk, 2001). Fase ref leksi diri merupakan fase di mana mahasiswa menetapkan suatu standar evaluasi diri, mampu menetapkan penyebab atribut suatu kejadian/masalah pada proses pembelajaran yang berlangsung. Mahasiswa pada akhirnya mampu melakukan pertahanan diri dan koping adaptasi untuk menetapkan strategi pembelajaran yang lebih efektif bagi di r i nya sendi r i. Mahasiswa yang memiliki prestasi tinggi lebih cenderung mem ili k i at r ibu si d i r i d ala m st r ateg i pelaksanaan SRLSN yang lebih baik sehingga menimbulkan kepuasan belajar dan respons adaptif dalam mencapai tujuan pembelajaran daripada mahasiswa yang berprestasi rendah (Zimmerman, 2012). Pada refl eksi diri ini, mahasiswa masih memiliki self judgment dan self reaction rendah. Hal ini dikarenakan mahasiswa sebag ia n b e s a r b elu m me nge n a l d a n menerapkan self regulated learning dengan baik. Hal ini dibuktikan dalam hasil FGD sebagian mahasiswa menyebutkan bahwa mereka tidak memiliki evaluasi diri dan hasil tindak lanjut pembelajaran yang baik. Salah satu penyebab mereka menyatakan bahwa fase persiapan dan pelaksanaan sebelumnya yang tidak berhasil pula sehingga mempengaruhi hasil evaluasi diri mahasiswa. Mahasiswa kurang dapat memanajemen wakt u belajar dengan baik dan strategi kontrak pembelajaran yang kurang efektif dalam feedback evaluasi yang secara ideal harus lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa dalam sebuah evaluasi penerapan SRLSN, harus dilaksanakan feedback lebih dari satu kali (Zimmerman, 2012). Walaupun ketidakpuasan hasil belajar akan timbul di fase refl eksi diri SRL, hal ini dapat dicegah dengan keyakinan seseorang dapat sukses dan dengan menggunakan perubahan strategi pencapaian tujuan pembelajaran (Schunk, 2010). 198 Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 190–201 S e l f e f f i c a c y m a h a s i s w a a k a n mempengaruhi dalam aktivitas belajar, tujuan dan usaha serta persistensi mahasiswa dalam aktivitas di kelas, dengan demikian self effi cacy akan mempengaruhi pembelajaran dan prestasi akademik mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki self effi cacy yang tinggi cenderung lebih banyak belajar dan berprestasi daripada mahasiswa yang memiliki self effi cacy rendah. Penerimaan self effi cacy membantu mengubah perbedaan kejadian sehingga menjadi perilaku koping yang dipengaruhi oleh reaksi stress psikologi, gambaran perilaku self regulated learning (Bandura, 1982). Konsep self regulated learning bahwa fase persiapan memiliki peran yang penting dalam keberhasilan proses pembelajaran selanjutnya. Peningkatan fase persiapan sebagai bahan dasar untuk mencetak prestasi belajar yang lebih baik lagi di kelas (Bandura, 1982). Persepsi mahasiswa mengenai persiapan belajar yang tidak dianggap penting akan berdampak pada hasil pembelajaran. Penelitian sebelumnya didapatkan bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dipengaruhi oleh persepsi mahasiswa dalam proses belajar (Anthoby, 2012). Pencapaian sebuah kompetensi dapat diraih dengan mencoba meniru orang yang dapat melakukan dengan baik dan dengan mengadopsi prosedur pemecahan masalah yang dihadapi dalam belajar dari fasilitator yang baik dilakukan. Pada fase pelaksanaan ini, memerlukan sebuah strategi dalam pengendalian diri dalam proses pelaksanaan belajar, meliputi instruksi diri, focus, imagery dan strategi penyelesaian tugas. Pada tahap pelaksanaan ini jika dilaksanakan secara konsisten dan efektif akan menghasilkan kemampuan keahlian tertentu. (Ormrod, 2012). Di dalam fase ref leksi diri, terdapat kemampuan evaluasi diri, atribusi diri, memiliki sikap puas dan mampu beradaptasi. Evaluasi diri lebih cenderung dipengaruhi oleh performa teman lain yang memiliki standard tertentu dan tingkat penilaian sebelumnya. Atribusi diri dipengaruhi oleh latar belakang keyakinan seseorang mengenai kesuksesan dan kegagalan. Hal ini penting untuk meraih sebuah kesuksesan belajar (Schunk, 2004). Adaptasi yang dialami bagi mahasiswa yang sering mengalami kegagalan adalah sikap defensif dalam pembelajaran, seperti sikap menghindari tugas, ketidakpahaman materi yang diterima dan sikap apatis. (Or mrod, 2012). Pada penelitian sebelumnya juga disebutkan bahwa fase persiapan SRLSN akan mempengaruhi fase ref leksi diri. Disebutkan pula bahwa dengan memiliki metakognisi yang baik akan meningkatkan evaluasi diri mahasiswa yang didasarkan pada hasil pencapaian kompetensi mahasiswa (Zimmerman 2002). Self evaluation pada SRL mengarah pada upaya untuk membandingkan informasi yang diperolehnya melalui self monitoring dengan standar atau tujuan yang telah ditetapkan pada fase persiapan. Selain self evaluation, pada fase refl eksi diri ini juga memiliki kegiatan self reaction. Self reaction yang terus-menerus dilakukan akan mempengaruhi fase persiapan belajar mahasiswa dan seringkali berdampak pada fase pelaksanaan yang ditampilkan di masa mendatang terhadap tujuan yang ditetapkan (Susanto, 2006). Proses self regulated learning akan menyesuaikan informasi di dalam tubuh selama waktu yang lama. Dalam setiap harinya, individu akan melakukan pengaturan diri dengan mengomunikasikan diri untuk menginformasikan kebutuhan kerja anggota tubuh, proses pemikiran ini akan berlangsung secara teratur sehingga menghasilkan sebuah perilaku yang mengantarkan pada kemampuan psi komotor ( Beth, 2003). Pad a proses pencapaian suatu tujuan kegiatan, kognitif sangat penting peranannya dalam keputusan diri secara rasional. Kemampuan kognitif dalam waktu yang cepat akan melakukan sebuah proses pengolahan persepsi, identifi kasi dan simbolisasi di dalam informasi tubuh tergantung dari rangsangan baik dari dalam maupun luar. Hal ini berarti bahwa di dalam proses transformasi penyelesaian masalah, secara sadar akan terjadi proses pengaturan diri meliputi biopsikososial. Aspirasi yang dimiliki mahasiswa menurut bukan ingin menguasai materi secara mendalam, melainkan sekedar asal lulus kompetensi semata. Oleh karenanya mahasiswa lebih memusatkan 199 Pengembangan Model Self Regulated Learning in Studying Nursing (Pepin Nahariani, dkk.) perhatiannya untuk benar-benar memahami dan juga memikirkan cara menerapkannya (Syah, 2007). SRLSN merupakan proses kegiatan met akog nisi dan motivasi di r i. Proses belajar merupakan rencana strategi dengan pendekatan aktivitas dan tugas, di mana metakognisi di sini berperan dalam menilai kebutuhan belajar dengan menilai kelemahan dan kekuatan belajar dan beradaptasi terhadap proses pembelajaran selanjutnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada perubahan pember ian perlak uan SR LSN terhadap peningkatan kognitif bahwa terdapat nilai signifi kan yang kuat pada kelompok perlakuan daripada kelompok kontrol dalam peningkatan proses berpikir mahasiswa dalam pengaturan belajar. Pada kelompok perlakuan memiliki nilai signifi kan daripada kelompok kontrol, hal ini dikarenakan di dalam proses SRL, fasilitator/dosen membangun motivasi diri mahasiswa dan memberikan pengetahuan kepada mahasiswa secara sistematis fase persiapan, pelaksanaan dan refl eksi diri. Pada keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kemampuan kecakapan kognitif saja, namun juga akan menghasilkan kecakapan ranah afek t if. Seca ra pema hama n mend alam terhadap arti penting materi dalam pencapaian kognitif, mahasiswa juga akan meningkatkan kemampuan ranah afektif (Syah, 2007). Dampak lain dari kompetensi afektif ini, mahasiswa memiliki sikap mental dan sosial yang lebih tegas dan lugas. Kondisi psikologis ini SRLSN berfungsi untuk mengatur emosi belajar (emotional regulation) agar tidak menghasilkan respons yang kontra produktif. Peran SRLSN dalam afektif juga berperan dalam meningkatkan performa mahasiswa di kelas, self effi cacy yang tinggi. Selain meningkatkan self eff icacy pribadi, dan membangun self effi cacy kolektif yang dapat meningkatkan suasana akademik di kelas dan membangun strategi-strategi pembelajaran kerja kelompok yang efektif dalam pembelajaran (cooperative learning). Pemecahan masalah yang di atur diri sendiri (self reg ulated problem solving) dapat melibatkan komponen pembelajaran yang diatur oleh dirinya sendiri, hal ini mahasiswa dapat melakukan pelatihan mediasi teman sebaya ( peer mediation) di mana mahasiswa dapat saling membantu memecahkan masalah inter personal antar mahasiswa (Or mrot, 2009). Penilaian afektif lebih menekankan area softskill pembelajaran dengan evaluasi sikap. Bloom menunjukkan kompetensi ranah afektif dapat dijelaskan melalui pengenalan, me re spon s, r a sa me ng ha rgai se sa ma , pengorganisasian dan pengalaman. Hoge (2003) menyampaikan bahwa pendidikan berkarakter adalah suatu usaha yang didasari dan terencana untuk mempengaruhi berkembangnya sikap yang diinginkan (Nursalam & Effendi, 2008). Pengaruh SRLSN pada kelompok perlakuan memberikan perbaikan kemampuan afektif mahasiswa yang memiliki uji signifi kan pada sebelum dan sesudah perlakuan. Penyelesaian analisa t ugas pada fase per tama dapat meningkatkan performance mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi baik secara kognitif dan afektif. Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala kegiatan yang konkret dan mudah diamati baik kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifat yang terbuka. Namun, di samping kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif yang juga terikat pada kecakapan afektif. Jadi kecakapan psikomotor mahasiswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya (Syah, 2007). Ericson dalam Zimmer man (2002) menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu maka akan menghasilkan skill/keterampilan praktik lapangan. Dalam hal ini, tujuan dari model penerapan SRLSN adalah untuk memantapkan t uj u a n p e m b el aja r a n d a n m e m b a n t u mahasiswa untuk mencapai suatu kompetensi pembelajaran yang diinginkan. Penerapan model SRLSN pada kelompok perlakuan untuk kompetensi psikomotor menunjukkan nilai yang signifikan daripada kelompok kontrol. Hal ini dikarenakan di dalam proses pembelajaran, mahasiswa dikenalkan dan 200 Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 Oktober 2013: 190–201 sekaligus menerapkan konsep model SRLSN mulai fase persiapan, pelaksanaan dan refl eksi diri dan menghasilkan nilai keterampilan skill yang lebih baik daripada kelompok kontrol.. Strategi SRL secara tepat dapat meningkatkan performance dengan mengembangkan kognitif, mengontrol afektif dan mengarahkan pada motorik. (Santoso, 2006). Gagne (1976) dalam Nursalam (2008) menyebutkan bahwa kondisi yang mempelajari keterampilan memerlukan petunjuk dari pengajar yang menciptakan pengalaman praktik agar mahasiswa tau apa yang akan dilakukan, tahu bagaimana melakukan dan latihan keterampilan serta tercapainya hasil belajar. Hal ini sejalan bahwa dengan usaha yang optimal dari SRL yang memiliki siklus yang saling berkaitan antara fase persiapan akan meningkatkan performance mahasiswa di kelas dan akan berdampak dalam pencapaian kompetensi aspek psikomotor). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengembangan model SRLSN pada pembelajaran dibentuk dari fase persiapan, fase pelaksanaan dan fase refl eksi diri di mana fase persiapan sangat menentukan keberhasilan fase pelaksanaan dan fase ref leksi diri. Penerapan model SRLSN dapat meningkatkan pencapaian kompetensi pembelajaran mata kuliah keperawatan khususnya pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pencapaian kompetensi afektif lebih menunjukkan nilai yang paling signifi kan dari ranah kognitif dan psikomotor. Hal ini dikarenakan afektif lebih mudah dibangun melalui SRLSN daripada ranah yang lain. Saran SRLSN secara umum bisa diterapkan pada pendidikan keperawatan khususnya pada pendidikan strata satu dalam meningkatkan pencapaian kompetensi mahasiswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Evaluasi pada setiap ranah hendaknya dilakukan lebih satu kali. Pihak instansi pendidikan keperawatan diharapkan dapat menerapkan SRLSN ini u nt u k pen i ng kat an kompetensi belajar mahasiswa. Penelitian selanjutnya hendaknya mengkaji lebih lanjut fase persiapan SRLSN dengan mempertimbangkan faktor ekstrinsik yang mempengaruhi proses pembelajaran seperti kepuasan sarana prasarana, metode pembelajaran, dukungan keluarga dan aspek psikososial mahasiswa. KEPUSTAKAAN Anthoby, A.R. & friends, 2012. Achievement Goal Structure and Self-Regulated Learning: Relationship and Changes in Medical School. Academic Medicine, Vol 87, no. 107. Bandura, A., 1982. Self Effi cacy Mechanism in Human Agency. America Psichologist. Vol. 37 No. 2. Stanford University USA. Hal 122–147. Beth T. Stalvey and Cynthia Owsley, 2003. The development and eff icacy of a Theory-Based educational curriculum to promote self regulation among high risk older driver. Health Promotion Practice, (Online), (http://www.sagepub. com, diakses pada tanggal 21 Maret 2013, jam 12.00 WIB). Deasyanti. & Ar meini, R.A., 2007. Self Regulation Learning pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Ja k a r ta . Per spek t if I l mu Pendidikan-Vol 16, hal 1–12. Desyanti, A.A., 2007. Self Regulated Learning p a d a M a h a si s wa Fa k u lt a s I l mu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Penelitian. di Publikasikan dalam Jurnal Perspektif Ilmu Pendidikan Vol. 16 Th. VIII Oktober 2007. .Nicol, D. J., 2006. Formative assessment and self regulated learning: A Model and Seven Principles of Good Feedback Practice. Glasgow: Studies In Higher Education. Nasrin, K.E.L. & Stomberg., Margareta,I., Wa r ren , 2012. Nu rsing S t ud ents Motivation Toward their Studies-a Survey Study. Sweden: BMC Nursing 2008, 7: 6. Nu rsalam, 2008. Standard Kompetensi Perawat. Disampaikan dalam Seminar Nasional, tidak dipublikasikan. 201 Pengembangan Model Self Regulated Learning in Studying Nursing (Pepin Nahariani, dkk.) Nursalam. & Effendi, F., 2008. Pendidikan D a l a m K e p e r a w a t a n . S a l e m b a , Jakarta. Ormrod, J.E., 2002. Psikologi Pendidikan. Surabaya: Erlangga. Pribadi, 2009. The Relationship between f lexible and self regulated learning in open and distance University. The International review of research in open and distance learning. Research article. Vol. 13 No. 2. Pintrich, P.R., 2004. A Conceptual Framework for Assessing Motivation and Self- Regulated Learning in College Students. Educational Psychology review, Vol 16, No. 4, December 2004. Hal 385–407, (Online), (http://www.spinger.science. com, diakses pada tanggal 15 Maret, jam 17.00) Schunk, D.H., 2001. Self Regulated learning: the Educational Legacy of Paul R. Pintrich. Educational Psichologist, 40. Hal 84–94, (Online), (http://www.tandf. co.uk/journals/, diakses pada tanggal 13 Maret 2013, jam 09.00 WIB). Su s a nt o, H., 20 0 6. Me nge mb a ng k a n kemampuan self reg ulation unt u k meningkatkan keberhasilan akademik siswa. Jurnal pendidikan penabur no 07/th. V/Desember 2006. Syah, M., 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rajagrafi ndo Persada. Woods, Nicole, N., Mylopoulus., Maria., Brydges., Ryan., 2011. Informal Self- regulated Learning on a surgical in context. Adv in health Sci Educ. Springer sci-Business Media B.V. Yulinawarti, I. & Hartati, D.R.S, 2007. Self Regulated Learning Mahasiswa Fast Tract. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Zimmerman, B.J., 2002. Becoming A Self Regulation Learner: An Overview. Theor y Into Practice. Volume 41, Nu r mb e r 2 . S p r i n g. Col lege of Education. The Ohio State University. Zimmerman, B.J., Timthy, J., Cleary., 2004. Self Regulation Empowerment Program : A School Based Program to Enhance Self Regulated and Self Motivated Cycles of Student Learning. Cit y Univercity of New York. Psychology in the schools. Vol. 41 (5). Published online in Wiley Inter Scieence, (Online), (http://www.interscience.wiley.com, diakses pada tanggal 12 Maret 2013, jam 17.00 WIB). Zim mer man, B.J., Kitsantas, A., 2012. Comparing Self Regulateory Processes Among Novice, Non Expert, and Expert Volleyball Players : A Microanalytic Stud y. T he g rad uate school and University Center The University of New York. Journal of applied psychology, 14: 91–105 Zim mer man B. J., Maria, K.D., 2011. D i f fe r e nc e s I n Sel f Reg u l at or y Processes Among Student Studying Science : A Microanalytic Investigation. Cit y Universit y of New York, The Graduate school and university center Cit y Universit y of New York. The International Journal of educational and psychological assessment. Vol. 5