NERS Vol 5 No 1 April 2010_Akreditasi 2013.indd 1 UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN PERORANGAN PADA ANAK PRASEKOLAH MELALUI BUKU CERITA KONTEMPORER (Changing the Personal Hygiene Behavior of Preschool by reading stories from Contemporary Books) Yuni Sufyanti Arief*, Ifa Maftukhatin Farokha*, Ni Ketut Alit Armini* * Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp/Fax: (031) 5913257, E-mail: yuni_psik@ yahoo.com ABSTRACT Introduction: Personal hygiene is an action to maintain a hygiene and body health. This condition must be caring by everyone, because various of desease can happen in lack consequence of hygiene. This study was aimed to investigate the effect of health education with contemporary book story on preschool personal hygiene behaviour (knowledge, attitude, action) at RA Perwanida, Mojokerto. Method: Design use in this study was Quasy Experimental design. The population had taken from RA Perwanida, Mojokerto, in July 2009, whom deal directly with the preschool parents. Total sample was 22 respondents who met B class in RA Perwanida, Mojokerto. They were divided into 2 groups, treatment and control groups. Data were collected by using questionnaire and observation sheet. Data were analyzed by using Wilcoxon Signed Rank Test with signifi cance level of α ≤ 0.05 and Mann Whitney U Test with signifi cance level of α ≤ 0.05. Result: Results revealed the presence of effect in treatment and control groups. In treatment group the level of dependence due to preschool knowledge had signifi cance level of p = 0.002, while that in control group was p = 1.000, to preschool attitude p = 0.034 in treatment, and p = 0.014 in control group, to preschool action p=0.001, and p = 0.317 in control group. Discussion: It can be concluded that there are signifi cant infl uence of health education with contemporary book story on preschool personal hygiene behaviour. Further study should measure qualitation of understanding about personal hygiene behaviour for teacher in RA Perwanida, Mojokerto. Keywords: health education, contemporary book story, personal hygiene, preschool PENDAHULUAN Perilaku baik tidak bisa dipelajari dalam semalam, tetapi secara bertahap selama bertahun-tahun, seiring dengan pertumbuhan anak (Thomson dalam Toddlercare, 2003). Pembelajaran dini dapat dimulai selama masa prasekolah, di mana inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih banyak mengenai berbagai hal di sekitarnya. Menurut Havigrust, tugas dan fase perkembangan dalam masa ini adalah anak dapat membedakan hal yang baik/benar dengan yang buruk/salah. Oleh karena itu, anak prasekolah mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat (Nototoatmodjo, 2005). Kebiasaan hidup sehat meliputi personal hygiene, olahraga teratur dan tidak merokok. Lingkungan dan fasilitas rumah yang tidak memadai dalam pengajaran perilaku hidup sehat serta kebiasaan anak yang kurang memperhatikan kebersihan diri misalnya jarang mandi, tidak memotong kuku dan sikat gigi menjadi faktor risiko terjadinya penyakit. Menurut Gunarsa (2000) kebersihan perorangan yang terabaikan dalam aktivitas sehari-hari menjadi faktor risiko gangguan kesehatan pada anak. Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui cara memelihara kesehatan, mencegah hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain (Notoatmodjo, 2007). Alat bantu pembelajaran dalam pendidikan kesehatan meliputi alat bantu pandang (gambar), alat bantu dengar (suara), dan alat bantu pandang dengar (audio visual aid) yang dapat berupa Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 1–9 2 sederhana (buku cerita) maupun yang rumit (film). Buku cerita kontemporer mempunyai struktur penceritaan yang sesuai untuk anak, kemasan dirancang menarik untuk dilihat dan penuh kata, sehingga dapat digunakan untuk merangsang minat baca serta perkembangan bahasa anak. Di dalamnya juga terdapat berbagai pesan sertaan (hidden message), yang dapat berpengaruh pada perkembangan kognitif dan sosial anak. Penelitian di Amerika Serikat (2006) menunjukkan bahwa buku cerita anak dapat menjadi acuan dalam pembelajaran perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi saat ini belum dilakukan penelitian tentang sejauh mana pengaruh dari pembelajaran dengan buku cerita terhadap perilaku kebersihan perorangan anak prasekolah. Televisi menyuguhkan berita atau tayangan kekerasan, kejahatan, kemaksiatan, dan berbagai program acara yang tidak sesuai bagi anak kecil hampir setiap hari (Diah, 2008). Menurut Murray, rerata anak prasekolah menghabiskan setengah dari waktu kerja orang dewasa selama seminggu untuk duduk di depan layar televisi (Hurlock, 2005). Menonton televisi terlalu sering terutama pada masa balita, berpengaruh pada sistem kontrol eksekutif otak, atau prefrontral cortex, yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, pengorganisasian, dan perilaku sekuensing untuk kendali diri, penilaian akhlak (moral judgment), dan perhatian (Adhim, 2004). Dunia pendidikan dianggap seharusnya berperan besar dalam mengurangi dampak negatif media. Oleh karena itu, hal yang sangat penting diperhatikan oleh guru adalah menciptakan pendidikan yang mampu membina watak siswa. Keadaan hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan merupakan masalah yang cukup berat di Indonesia, karenanya diperlukan partisipasi masyarakat secara menyeluruh dalam usaha peningkatannya (Entjang, 1997). Anak prasekolah mempunyai aktivitas kebersihan perorangan yang rendah, sehingga mudah terserang penyakit (Obeng, 2008). 1191 anak prasekolah di Korea (dari 25 unit pelayanan kesehatan), terinfeksi Enterobius vermicularis (Enterobiasis) yang dikarenakan kebersihan tempat tidur dan frekuensi mandi yang kurang. Angka kematian yang dikarenakan Enterobiasis sangat signifikan (Song et al., 2003). Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Mei yang dilakukan peneliti di RA Perwanida, 3 penyakit tersering yang diderita siswa adalah penyakit ISPA, diare dan sakit gigi. Tiga belas siswa dari 24 siswa kelas B, atau sekitar 54,17% siswa tetap mempunyai kuku panjang dan kotor, walaupun setiap hari Sabtu terdapat pemeriksaan kuku rutin. Para pengajar mengatakan telah memberikan pembelajaran mengenai kebersihan, namun keadaan di sekitar sekolah tidak mendukung terciptanya kebersihan. Salah satu bukti yang terlihat adalah terdapat banyak tong sampah tetapi masih banyak juga sampah yang berserakan di mana-mana. Para siswa juga tidak pernah mencuci tangan setelah bermain di luar kelas, padahal telah tersedia tempat cuci tangan. Lingkungan sekolah dan perilaku anak yang kurang bersih dapat memengaruhi terjadinya penyakit. Membacakan cerita, jika dilihat dari aspek perkembangan kognitif untuk anak merupakan sarana yang tepat untuk pembelajaran tanpa harus menyebabkan anak merasa terbebani. Membacakan cerita untuk anak sangat efektif sebagai media menanamkan nilai keimanan, akidah, dan akhlaqul–karimah secara mantap. Ucapan dan tindakan tokoh utama sebuah cerita yang sedang dibaca merupakan sebuah kepastian nilai kebenaran bagi anak (Adhim, 2004). Cerita juga mengandung ide pemikiran, pesan, imajinasi, dan bahasa tertentu. Setiap unsur ini akan membekas dalam membentuk pribadi seorang anak (Madjid, 2003). Awal masa kanak-kanak merupakan saat yang tepat untuk belajar mencapai berbagai keterampilan. Anak mempunyai ciri senang mengulang-ulang, berani dan senang mencoba sesuatu yang baru, di mana semua hal tersebut mempunyai arti penting bagi anak dalam belajar keterampilan (Alisuf, 1993). Keterampilan baru ini dapat berupa perilaku sehat, seperti personal hygiene. Kebersihan perorangan yang perlu diperhatikan antara lain kebersihan kulit, kuku, rambut, telinga, hidung, mulut dan gigi, kebersihan pakaian, dan lain-lain (Notoatmodjo, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Hani Istiqomah (2007) yang dikutip oleh Upaya Meningkatkan Kebersihan Perorangan pada Anak (Yuni Sufyanti Arief) 3 Muscari (2005), kondisi sanitasi rumah, sekolah dan kebersihan perseorangan siswa merupakan faktor risiko terhadap kejadian penyakit berbasis lingkungan antara lain diare, cacingan, demam berdarah, infeksi saluran nafas atas. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan secara umum dan psikis seseorang (Tarwoto–Wartonah, 2004). Masalah kesehatan bukan satu-satunya akibat yang dapat ditimbulkan dari kebersihan perorangan yang kurang tetapi juga akan memengaruhi pada prestasi belajar (Muscari, 2005). Menurut Diah (2008) mendongeng adalah salah satu metode membina watak siswa. Sebagian besar anak senang mendengar dongeng karena banyak hal menarik dalam dongeng tersebut. Hal menarik itu terletak pada perubahan nasib pelaku cerita, konflik yang terjadi, dan amanat yang diambil sebagai suatu nilai didik (Atikah, 2008). Walaupun dongeng sering bersifat khayal, kehadirannya tetap diperlukan di tengah arus modernisasi saat ini, sebab dongeng mengandung berbagai nilai moral dan didik yang patut diteladani. Berbagai nilai didik ini dapat berupa pembelajaran perilaku hidup sehat, termasuk pendidikan tentang kebersihan perorangan. Menurut Robert (2008) pendidikan kesehatan sebaiknya d i m u l a i s e d i n i m u n g k i n k a r e n a a k a n menimbulkan kebiasaan dan berpengaruh p a d a p e r i l a k u s e h a t l a i n n y a . P r o s e s pengenalan dan pembelajaran perilaku kebersihan perorangan ini bisa dilakukan melalui buku bacaan atau buku cerita anak yang kontemporer (modern). Sosialisasi melalui buku cerita kontemporer ini akan m e n j a d i s a r a n a p e m b e l a j a r a n p e r i l a k u kebersihan perorangan yang sangat baik jika sudah dimulai sejak usia dini karena hal ini akan tertanam dalam pemahaman anak dan dibawa hingga mereka dewasa. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan pembelajaran buku cerita kontemporer terhadap perilaku kebersihan perorangan anak prasekolah. BAHAN DAN METODE Penelitian ini bersifat quasy experiment dengan pre–post test control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa- siswi kelas B, RA Perwanida Mojokerto. Sampel sebanyak 22 anak diperoleh melalui teknik simple random sampling pada bulan Juli 2009. Sampel tersebut kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok control. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku kebersihan perorangan anak prasekolah. Buku cerita kontemporer yang digunakan berisi 4 cerita pendek dengan judul: “Menjaga Kesehatan dengan Mencuci Tangan”, “Aku Bisa Gosok Gigi Sendiri”, “Aku Bisa Mandi Sendiri” dan “Aku Bisa Keramas Sendiri”. Perilaku kebersihan perorangan pada anak meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan anak tentang kebersihan perorangan. Instrumen yang digunakan adalah closed ended multiple choice questioner untuk pengetahuan, sikap menggunakan kuesioner skala data likert, tindakan menggunakan observasi yang dilakukan oleh guru dan peneliti, dengan menggunakan lembar observasi yang dibuat peneliti. Pengetahuan, sikap, dan tindakan menggunakan data ordinal. Semua instrumen yang digunakan adalah modifikasi dari Hurlock (2005) dan Potter Perry (2005). Data yang didapat kemudian diolah menggunakan uji wilcoxon signed rank test untuk mengetahui perbedaan variabel sebelum dan sesudah perlakuan dan mann–whitney u-test untuk mengetahui perbedaan post-test antara kelompok perlakuan dan control dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. HASIL P e n g e t a h u a n r e s p o n d e n s e b e l u m diberikan intervensi berupa membaca buku cerita kontemporer sebagian besar mempunyai kriteria kurang yaitu 9 orang (81,8%) pada kelompok perlakuan dan 10 orang (90,9%) pada kelompok kontrol. Setelah dilakukan intervensi pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan yaitu sebagian besar responden Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 1–9 4 mempunyai pengetahuan dengan kriteria baik yaitu sebanyak 10 orang (90%). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan. Terdapat perbedaan pengetahuan pada nilai post-test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Tabel 1). Hasil pengumpulan data tentang sikap anak dalam kebersihan perorangan anak prasekolah pada kelompok perlakuan sebelum diberikan intervensi sebagian besar responden bersikap negatif yaitu sebesar 10 orang (90,9%) dan mengalami perubahan setelah diberikan intervensi yaitu sebesar 7 orang (63,6%) bersikap positif. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi sebagian besar responden bersikap positif yaitu sebesar 7 orang (63,6%) dan sesudah intervensi sebesar 90,9% responden bersikap negatif yaitu sebesar 10 orang. Uji wilcoxon signed rank test menunjukan perbedaan sikap antara pre-test dan post test pada kelompok perlakuan. Uji mann–whitney u-test menunjukkan perbedaan sikap pada nilai post-test antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (Tabel 2). Tindakan sebelum diberikan intervensi pada kelompok perlakuan sebagian besar responden yaitu 10 orang (90,9%) dengan praktik kurang dan sisanya 1 orang (9,1%) dengan praktik cukup. Pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan intervensi sebagian besar responden yaitu 9 orang (81,8%) dengan praktik kurang dan 2 orang (18,2%) dengan praktik cukup. Setelah dilakukan intervensi pada kelompok perlakuan mengalami peningkatan yaitu sebagian besar responden dengan Tabel 1. Tingkat pengetahuan anak dalam kebersihan perorangan anak prasekolah di RA Perwanida, Mojokerto pada Juli 2009 Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post Mean 9,18 23,18 12,18 12,09 SD 3,28 2,48 1,54 1,92 Wilcoxon Signed Rank Test p = 0,002 p = 1,000 Mann–Whitney U-Test p = 0,000 Tabel 2. Tingkat sikap anak dalam kebersihan perorangan anak prasekolah di RA Perwanida, Mojokerto pada Juli 2009 Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post Mean 49,98 49,99 49,99 49,98 SD 10,02 10,005 10,013 10,0176 Wilcoxon Signed Rank Test p = 0,034 p = 0,014 Mann Whitney U-Test p = 0,009 Tabel 3. Tingkat tindakan anak dalam kebersihan perorangan anak prasekolah di RA Perwanida, Mojokerto pada Juli 2009 Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post Mean 5,45 9,55 6,00 6,18 SD 1,29 0,93 1,84 1,94 Wilcoxon Signed Rank Test p = 0,001 p = 0,317 Mann Whitney U-Test p = 0,001 Keterangan: Mean = rerata SD = Standar Deviasi p = signifi kansi Upaya Meningkatkan Kebersihan Perorangan pada Anak (Yuni Sufyanti Arief) 5 kriteria praktik cukup yaitu sebanyak yaitu 9 orang (81,8%) dan sisanya 2 orang (18,2%) dengan kriteria praktik baik. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan, yaitu sebagian besar responden 8 orang (72,7%) dengan kriteria praktik kurang dan 3 orang (27,3%) dengan kriteria praktik cukup. Perbedaan terlihat antara tindakan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan perbedaan nilai post-test antara kelompok perlakuan dan kontrol (Tabel 3). PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) anak prasekolah tentang kebersihan diri perorangan dengan membaca buku cerita kontemporer. Hal tersebut disebabkan karena pemberian informasi melalui suatu proses pembelajaran dengan buku cerita kontemporer yang diberikan secara kelompok merupakan media yang tepat bagi anak prasekolah, di mana perkembangan kognitif anak prasekolah masih bersifat simple, yang termasuk pada tahap praoperasional, sehingga semakin mudah dalam menguasai materi. Pendidikan kesehatan (penyuluhan) merupakan proses belajar pada individu, kelompok, dan masyarakat dari tidak tahu berbagai nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah menjadi mampu mengatasi sendiri, dengan pemberian informasi (Notoatmodjo, 2007). Buku cerita kontemporer terdapat berbagai informasi mengenai perilaku kebersihan perorangan. Pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer ini tidak diberikan pada kelompok kontrol, sehingga mereka tidak mendapatkan informasi dan akhirnya pengetahuan mengenai perilaku kebersihan perorangan pun tidak mengalami perubahan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Tingkat p e n g e t a h u a n d i p e n g a r u h i o l e h p r o s e s pembelajaran. Pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan pada anak sehingga terjadi perubahan perilaku. Proses kontrol kognator berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi terhadap proses informasi, pengambilan keputusan, dan emosi, sehingga mekanisme belajar merupakan suatu proses di dalam system adaptasi (cognator) yang mencakup mempersepsikan suatu informasi (Nursalam, 2003). Dengan kata lain, sebelum terjadi perubahan perilaku, seseorang akan mempunyai persepsi terhadap apa yang akan dijalaninya. Persepsi yang tercipta berhubungan dengan tingkat pengetahuan yang diperoleh, sehingga bila informasi yang diterima kurang jelas, hasil pembelajaran yang didapat juga tidak optimal. Pembelajaran yang tidak optimal akan memengaruhi persepsi seseorang sehingga perubahan perilaku akan sulit didapatkan. Persepsi proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode, dan ingatan (Nursalam, 2003). Perubahan pengetahuan terjadi melalui 4 tahap yaitu tahu (know), m e m a h a m i ( c o m p re h e n s i o n ) , a n a l i s i s (analysis), sinesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation). Perubahan pengetahuan yang diperoleh merupakan hasil dari pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer. Buku merupakan jendela dunia, pintu gerbang masuk untuk memperoleh ilmu. Berinteraksi dengan buku akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama aspek intelegensia, sosial budaya, agama dan aspek lainnya. Semua proses belajar sangat tergantung pada aktivitas membaca buku. Seorang anak mempunyai potensi untuk menyerap segala hal lebih cepat sehingga lebih mudah membentuk dan mengarahkan dirinya (Madjid, 2003). Pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer dapat menjadi salah satu metode untuk mengubah tingkat pengetahuan anak tentang kebersihan perorangan. Cerita mengandung ide pemikiran, pesan, imajinasi, dan bahasa tertentu. Setiap unsur ini akan membekas dan membentuk pribadi seorang anak. Semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal dan moral seorang anak, baik dari segi budi, imajinasi, maupun bahasa keseharian. Buku cerita kontemporer juga memudahkan proses masuknya informasi tentang kebersihan perorangan karena selain berisi huruf dan Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 1–9 6 kata juga disertai berbagai gambar yang menarik serta menggunakan kekayaan warna untuk menarik minat baca anak. Fasilitator yang membantu anak menangkap informasi melalui diskusi menyebabkan anak dapat menerima informasi dengan jelas dan benar. Penerimaan informasi yang jelas dan benar memengaruhi proses pembelajaran anak sehingga meningkatkan pengetahuan anak tentang kebersihan perorangan. B u k u c e r i t a k o n t e m p o r e r d a p a t meningkatkan pengetahuan anak melalui tahap tahu, memahami, analisis, sintesis, bahkan hingga tahap evaluasi, di mana anak sudah dapat melakukan penilaian terhadap suatu materi tentang objek mana yang benar dan salah. Pembelajaran tentang kebersihan perorangan melalui pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer dapat memberi kesempatan pada anak untuk lebih dini memahami tentang berbagai perilaku yang menguntungkan bagi kesehatan. Perubahan sikap menjadi lebih positif juga terlihat setelah anak mendapatkan intervensi berupa membaca buku cerita kontemporer. Hal tersebut dipengaruhi oleh informasi atau stimulus dari luar sehingga pengetahuan dan pemahaman anak tentang kebersihan perorangan meningkat. Tugas perkembangan anak prasekolah yang mulai dapat mengidentifikasi dan membedakan antara perilaku yang baik dan yang buruk atau yang benar dan yang salah, memicu timbulnya proses stimulus dari luar dalam ranah kognitif anak. Terdapat 4 responden yang mengalami penurunan sikap pada kelompok perlakuan antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer. Perubahan sikap tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain pendidikan orang tua. Keempat responden tersebut memiliki ibu dengan pendidikan terakhir SMP. Padahal dengan pendidikan yang tinggi tentu akan lebih dapat menyeleksi berbagai buku cerita kontemporer yang baik dan mengandung pelajaran moral yang positif, begitu pula jika sebaliknya. Masa muda merupakan masa stabilitas sikap yang masih sangat rendah sehingga lebih mudah menerima persuasi (Krosnick & Alwin, 1989 dalam Baron & Byrne, 1991, yang dikutip oleh Azwar, 2007). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki usia relatif muda sehingga memiliki tingkat penerimaan/persuasi yang baik dan cepat menerima informasi namun tingkat pemahaman kurang baik, sehingga sikap belum mengakar kuat dan belum stabil pada responden. Menurut Piaget anak prasekolah termasuk pada tahap praoperasional dalam perkembangan ranah kognitif, di mana perkembangan anak masih bersifat egosentris. Egosentris di sini bukan berarti egois, namun merupakan ketidakmampuan anak untuk menempatkan diri di posisi orang lain. Pada masa ini pikiran anak bersifat transduktif, yaitu jika dua peristiwa terjadi bersamaan, maka yang satu menjadi penyebab yang lain, atau menyamakan pengetahuan tentang suatu karakteristik ke hal yang lain. Hal tersebut pula yang mendasari perubahan sikap pada beberapa responden pada kelompok kontrol yang diawal mempunyai sikap positif menjadi bersikap negatif pada saat post-test. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan reaksi tertutup terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007). Pembentukan sikap dapat terjadi karena pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga moral maupun faktor emosional (Azwar, 2007). Pendidikan kesehatan melalui kegiatan pembelajaran sebagai sarana perubahan perilaku terutama domain afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (tindakan). Impressionable– years hypothesis menyatakan bahwa sikap akan terbentuk kuat dan stabil untuk jangka waktu lama, sedangkan increasing–persistance hypothesis yang mengatakan bahwa orang akan lebih rawan terhadap persuasi sewaktu masih muda (Azwar, 2007). Diharapkan setelah diberikan pendidikan kesehatan anak mampu membangun suatu kepercayaan sehingga dapat melakukan tindakan yang benar mengenai kebersihan perorangan. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Faktor Upaya Meningkatkan Kebersihan Perorangan pada Anak (Yuni Sufyanti Arief) 7 pendidikan orang tua juga sangat berperan dalam pembelajaran anak tentang kebersihan perorangan karena orang tua sebagai sumber belajar anak yang pertama. Proses perubahan pengetahuan yang terjadi pada anak melalui buku cerita kontemporer, akan menghasilkan perubahan dalam sikap anak tentang kebersihan perorangan. Setelah anak mampu membedakan yang benar dan yang salah, kemudian anak akan menerima (receiving) pilihan yang menurutnya baik, kemudian merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggungjawab (responsible) terhadap pilihannya. Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam bentuk sikap positif. Menurut peneliti kebiasaan kebersihan perorangan yang dilakukan oleh orang tua menjadi salah satu faktor dalam memotivasi anak untuk melakukan kebersihan anak. Latar belakang pendidikan orang tua secara tidak langsung memengaruhi tingkat pengetahuan anak. Pengetahuan orang tua tentang penyakit dapat memberikan pemahaman kepada anak untuk melakukan kebersihan sehingga dapat terhindar dari penyakit. Pendidikan yang tinggi dari orang tua memengaruhi wawasan, pola pikir, dan pola komunikasi, terutama dalam mengasuh anak. Posisi anak yang sebagian besar anak terakhir dapat memengaruhi tindakan keluarga dalam stimulasi. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Suganda (2002) menyatakan bahwa perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi khususnya dalam keluarga misalnya keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak meskipun secara alamiah manusia akan tumbuh dan berkembang sejak lahir sampai batas-batas tertentu mengikuti kaidah pertumbuhan dan perkembangan yang lazim. Anak terkecil yang termuda usianya dalam keluarga biasanya mendapat perhatian penuh dari semua anggota keluarga termasuk pemberian stimulasi yang lebih daripada anak sulung (Supartini, 2004). Menurut Notoatmodjo (2007) setelah orang mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya. Proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya dengan baik. Inilah yang disebut tindakan (practice). Proses tindakan melalui tahapan-tahapan persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Dalam setiap proses perubahan ini, peran orang tua sangat penting dalam mengarahkan persepsi anak, membimbing respon, dan proses adopsi. Persepsi anak tentang kebersihan perorangan yang bersumber pada informasi yang tercantum dalam buku cerita kontemporer, membuat anak menilai apa yang diyakininya. Selanjutnya anak akan mengaplikasikannya dalam bentuk tindakan (practice) yang kemudian diadopsi anak. Dengan memberikan pengajaran baru yang bersumber dari pengetahuan, maka diharapkan praktik/tindakan anak yang sudah diadopsi, tetap terpelihara (Notoatmodjo, 2007). Tindakan yang benar mengenai kesehatannya sendiri akan menciptakan suasana yang nyaman tentang perilaku hidup sehat. Suatu sikap belum selalu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor-faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti faktor lingkungan, pendidikan orang tua, dan pekerjaan ibu. Pendidikan orang tua yang tinggi pada mayoritas responden akan memengaruhi proses perubahan tindakan karena menunjukkan tingginya kemampuan orang tua dalam mengarahkan proses perubahan tindakan yang akan terjadi. Pekerjaan ibu juga berpengaruh terhadap peningkatan tindakan anak dalam melaksanakan kebersihan perorangan. Menurut Notoatmodjo (2003), ibu yang mempunyai karier memiliki waktu yang sangat sedikit dalam pengasuhan anak, sehingga peran pengasuhan anak diserahkan kepada saudara atau pelayan. Dengan demikian, ibu yang tidak bekerja memiliki cukup waktu dalam pengasuhan anak. Pendidikan kesehatan dengan buku cerita kontemporer mempunyai pengaruh terhadap perilaku kebersihan perorangan anak prasekolah. Upaya peningkatan kesehatan dengan cara preventif dan promotif oleh perawat hanya dilakukan dalam 2 bulan sekali. Hal ini dapat dilihat dari data gambaran umum lokasi penelitian yang didapatkan oleh Jurnal Ners Vol. 5 No. 1 April 2010: 1–9 8 peneliti. Menurut Herawani (2002), pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah minimal dilakukan 1 kali dalam seminggu. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu dari upaya preventif dan promotif untuk peningkatan kesehatan. Selama ini, upaya peningkatan kesehatan di RA Perwanida, Mojokerto hanya dilakukan dengan cara kuratif saja. Setiap hari Jumat, ada perawat atau dokter yang datang ke sekolah tersebut. Upaya preventif dan promotif jarang dilakukan. Hal ini juga merupakan faktor pendukung yang memengaruhi tingkat pengetahuan yang kurang pada responden. Cara kuratif saja tidak dapat mengurangi angka kesakitan secara signifikan. Menurut Herawani (2002), selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Sedangkan jumlah kelompok orang sehat ini di suatu komunitas sekitar 80–85% dari populasi. Jumlah kelompok orang sehat dibandingkan dengan kelompok orang yang tidak sehat sungguh jauh berbeda. Derajat kesehatan adalah dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang telah dalam kondisi sehat tetapi perlu ditingkatkan dan dibina lagi kesehatannya, misalnya dengan pendidikan kesehatan (promotif dan preventif). Slogan ‘mencegah lebih baik daripada mengobati’ adalah salah satu simbol pelaksanaan program di Puskesmas Kutorejo. Tetapi pada kenyataannya, para petugas kesehatan (perawat dan dokter) hanya melakukannya dalam 2 bulan sekali. Kalaupun ada pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan, diberikan hanya secara lisan saja, tanpa ada alat/media secara visual seperti leaflet dan booklet. Buku bacaan di RA Perwanida Mojokerto hanya terdapat sekitar 15 buku bacaan saja. Judul buku yang ada misalnya tentang baju adat daerah, rumah adat daerah, jenis buah- buahan, tempat peribadatan umat beragama, dan lainnya. Dari ke-15 buku tersebut tidak ada yang mencantumkan tentang kebersihan perorangan maupun kesehatan tubuh. Perilaku kesehatan yang diajarkan sedini mungkin akan menimbulkan kebiasaan dan perubahan perilaku yang terjadi akan langgeng karena merupakan suatu pemahaman bukan paksaan (Robert, 2008). Buku cerita kontemporer yang peneliti berikan dapat dijadikan acuan dalam pemilihan buku-buku cerita yang bermanfaat bagi pertumbuhan anak. Buku cerita kontemporer yang dibagikan oleh peneliti terdapat berbagai materi tentang kebersihan perorangan. Materi tersebut dijelaskan tentang pengertian kebersihan perorangan, tujuan kebersihan perorangan, macam-macam kebersihan perorangan, cara- cara perawatan kebersihan perorangan yang meliputi cara gosok gigi, cara keramas, cara cuci tangan, dan cara mandi, beserta alat-alat yang dibutuhkan dalam perawatan tersebut. Sedangkan akibat apabila tidak melakukan kebersihan perorangan juga dijelaskan di dalam buku cerita. Semua informasi yang dijelaskan di dalam buku cerita kontemporer, akan menambah pengetahuan tentang perilaku kebersihan perorangan yang masih kurang pada anak prasekolah. Suatu pembentukan perilaku kebersihan perorangan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya body image, praktik sosial, status sosio–ekonomi, budaya, kebiasaan seseorang, kondisi fisik, dan pengetahuan. Pengetahuan dapat diperoleh dari berbagai sumber. Salah satu sumber informasi perilaku kebersihan perorangan adalah buku cerita kontemporer. Media ini sangat sesuai dengan usia anak yang masih prasekolah, di mana pola pikir anak masih simple, dan perkembangan kognitifnya masih dalam tahap praoperasional. Buku cerita kontemporer memiliki banyak keunggulan antara lain warna-warni yang mencolok akan merangsang minat membaca anak, sekaligus menggugah rasa ingin tahu anak. Selain itu penggambaran tokoh yang mudah dipahami anak. Citra tokoh akan berpengaruh pada proses identifikasi pembaca (anak) pada tokohnya. Kemasan buku cerita yang penuh warna memudahkan anak untuk belajar lebih cepat dan buku cerita anak mempunyai ilustrasi yang dapat menarik minat membaca, baik ilustrasi melalui kekuatan gambar, kemampuan merancang karakter, serta kecerdasan menggunakan kekayaan warna (Adhim, 2004). Selain itu, di dalam buku cerita kontemporer dapat diambil beberapa nilai cerita yang sesuai dengan perkembangan anak. Nilai cerita pada perkembangan anak Upaya Meningkatkan Kebersihan Perorangan pada Anak (Yuni Sufyanti Arief) 9 meliputi perkembangan holistik, emosional, kognitif, moral, bahasa, dan sosial. Melalui cerita anak akan mengalami perkembangan ranah kognitif karena cerita adalah cerminan berbagai macam kebudayaan, keterampilan dan perilaku kehidupan sehari-hari, misalnya perilaku hidup bersih dan sehat (perilaku kebersihan perorangan). Perubahan perilaku yang diinginkan atau diharapkan pada proses pembelajaran, dapat terjadi melalui perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Proses perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor intern yang mencakup pengetahuan/pendidikan orang tua, persepsi dan emosi anak dan motivasi baik dari orang tua, saudara, guru, maupun peer group. Sedangkan faktor ekstern meliputi keadaan lingkungan seperti status sosial ekonomi, kebudayaan, praktik sosial, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Buku cerita kontemporer merupakan alternatif media pembelajaran yang sesuai untuk anak prasekolah dalam meningkatkan perilaku kebersihan perorangan pada anak melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan anak. Saran Materi mengenai kebersihan diri perorangan pada anak prasekolah perlu ditingkatkan untuk mengajarkan mengenai tindakan kesehatan sejak dini. Tenaga pengajar (guru) dan orang tua sebaiknya lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran pada anak, misalnya dengan buku cerita kontemporer. Untuk mempertahankan perilaku kebersihan perorangan yang telah terbentuk pada anak diperlukan pemantauan dari support system antara lain guru, orang tua dan peer group. KEPUSTAKAAN Adhim, M.F., 2004. Membuat Anak Gila Membaca. Bandung: Al–Bayan Mizan. Alisuf, M.S., 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. A n i e s , 2 0 0 5 . S e r i K e s e h a t a n U m u m : Pencegahan Dini Gangguan Kesehatan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Azwar, S., 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Diah, P., 2008. Nilai Didik Dongeng Membangun Watak Siswa. Surabaya: Jawa Pos. Tanggal 24 Desember 2008. Entjang, I., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti. Gunarsa dan Gunarsa, 2000. Psikologi praktis: anak, remaja dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Herawani, dkk., 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta:EGC. Hurlock, E.B., 2005a. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga. Hurlock, E.B., 2005b. Perkembangan Anak jilid 2 edisi 6. Jakarta: Erlangga. Madjid, A.A.A., 2003. Mendidik Anak Lewat Cerita: dilengkapi 30 cerita pilihan. Jakarta: Mustaqim. Muscari, M.E., 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S., 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip–Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam, Rekawati dan Utami, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika. Obeng, C.S., 2008. Personal Cleanliness Activities in Preschool Classroom. Journal of Springer: Early Childhood Education J, 36th; 93–99. Potter, P.A. dan Perry, A.G., 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. vol. 1 ed. 4. Jakarta: EGC. Song, et al., 2003. Prevalence and Risk Factors for Enterobiasis Among Preschool Children in a Metropolitan City in Korea. Journal of Springer: Parasitol Res, 91th; 46–50. Tarwoto dan Wartonah, 2004. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan edisi 1. Jakarta: Salemba Medika.