Vol 6 No 1 April 2011_Akreditasi 2013.indd 76 PENGALAMAN SEKSUALITAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS PONDOK AREN TANGERANG (Sexuality Experience in Pregnant Woman at Pondok Aren Tangerang Health Center) Vike Dwi Hapsari*, Sari Sudarmiati* *Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang E-mail: vike_sari@yahoo.co.id ABSTRACT Introduction: Pregnancy is an important event in women life. Various physical and psychological changes may affect pregnant women, particularly on sexuality. Along with the growing size of uterus in pregnant women, it can lead to discomfort and diffi culty for sexual intercourse. The aimed of this tudy was to understand sexuality experience among pregnant women. Method: This was qualitative research with phenomenological approach. Five participants involved in this study using purposive sampling. Data was collected with an indepth interview and then was analyzed with Colaizzi’s. This research was emerged six themes. The meaning of sexuality, changes of sexuality, cause of sexuality changes in intimate relationship, the reason for doing intercourse, partner caring, and myth about sexuallity in pregnan women. Result: The results showed pregnant women have difefrence sexuality experience from the step trimester. Discussion: This research concludes that a nurse needs to give information to women and their family especially her husband regarding sexuality changes in pregnant women. Keywords: sexuallity, pregnant women PENDAHULUAN Kehamilan merupakan salah satu peristiwa yang penting dalam kehidupan perempuan. Proses yang diawali dari konsepsi hingga pengeluaran bayi dari dalam rahim membawa perubahan-perubahan yang menuntut adanya adaptasi dari ibu hamil dan orang-orang terdekatnya. Berbagai perubahan fi sik dan psikis dapat memengaruhi kehidupan seorang ibu hamil, khususnya mengenai seksualitasnya. Seiring dengan membesarnya ukuran uterus pada ibu hamil dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan kesulitan dalam melakukan hubungan seks (Pangkala, 2001). Ibu hamil mungkin merasa lekas lelah, pusing, mual, muntah atau nyeri pada payudara sehingga libidonya menurun. Masalah dari perubahan fi sik yang sering menggangu ibu hamil saat berhubungan seksual adalah kesulitan untuk berbaring telentang pada saat hamil tua. Begitu pula dengan psikis ibu hamil yang berubah karena pengaruh dari kehamilannya. Faktor lain yang turut memengaruhi ketidaknyamanan ibu hamil untuk melakukan hubungan seksual adalah faktor psikologi. Beberapa ibu hamil memang mengalami variasi yang sangat berbeda dalam keinginan seksual. Faktor emosi merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan ini (De Judicibus dan McCabe, 2002). Bagi sebagian ibu hamil, kehamilan justru meningkatkan dorongan seksual, tetapi bagi sebagian lain tidak berpengaruh. Sementara bagi ibu hamil yang lain, kehamilan justru menekan atau menurunkan dorongan seksual (Alfiben, Wiknjosastro, dan Elvira, 2000). Perbedaan pengaruh terhadap dorongan seksual ini ditentukan oleh sejauh mana perubahan fi sik dan psikis yang terjadi selama kehamilan berpengaruh terhadap kesehatan dan fungsi seksual ibu hamil tersebut. Biasanya perbedaan dorongan seksual ini berdasarkan kehamilan pada berbagai trimester. Tiap-tiap trimester ibu hamil mempunyai gairah seksual yang berbeda- beda (Pangkahila, 2001). Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil (Vike Dwi Hapsari) 77 Pada trimester pertama gairah seksual ibu hamil umumnya menurun karena mengalami morning sickness, muntah, mual dan kelelahan, sehingga akan memengaruhi semangat, hasrat dan libido mereka untuk berhubungan seksual (Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005). Memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali, hal ini disebabkan tubuh telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga ibu hamil dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada trimester pertama. Berbeda pada trimester ketiga, libido dapat turun kembali. Data yang diperoleh di Puskesmas Pondok Aren Tangerang dari sebanyak 100 orang ibu hamil, 60% merupakan ibu hamil anak pertama. Hasil wawancara kepala puskesmas didapatkan pasangan muda yang suaminya kerja dari pagi hingga malam yang menjadikan ibu hamil datang untuk memeriksakan kehamilannya seorang diri. Ibu hamil juga banyak yang menanyakan tentang masalah hubungan seksualitas pada masa kehamilannya karena mereka tidak memiliki waktu untuk mendiskusikan masalah ini pada pasangannya masing-masing. Survei awal yang dilakukan peneliti dan dapat disimpulkan hasil yang memprihatinkan bahwa sekitar 50% ibu hamil tidak menemukan kebahagiaan saat berhubungan intim. Umumnya ibu hamil khawatir bahwa hubungan seksual selama kehamilan dapat melukai bayinya dan orgasme bisa menyebabkan keguguran. Data memaparkan banyaknya pengalaman hubungan seksualitas yang berbeda-beda dari ibu hamil dari tiap-tiap trimester di puskesmas tersebut, karena dengan banyaknya perubahan fi sik dan psikis yang terjadi pada ibu hamil. Fenomena tersebut merupakan suatu hal yang sangat menarik bagi peneliti karena walaupun sedang hamil dan mengalami perubahan fisik dan psikis ibu hamil tetap terpenuhi hubungan seksualitas. Dampak secara fi sik bila pasangaan tidak melakukan hubungan seksual akan mengalami perubahan fisik seperti lemah, lesu, tidak bersemangat dalam pekerjaan dan tidak bergairah Secara psikis, pasangan dapat mengalami stress, membawa dampak negatif pada rumah tangganya seperti perselingkuhan karena merasa istri tidak dapat melayani suaminya atau sebaliknya. Peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengalaman seksualitas ibu hamil dari persepsi ibu hamil tentang seksualitas, persepsi ibu hamil mengenai cara mengungkapkan kasih sayang, cinta, dan perhatian, persepsi pasangan mengenai hubungan seks selama kehamilan, persepsi ibu hamil mengenai posisi melakukan hubungan seks selama kehamilan, dan faktor- faktor yang memengaruhi pasangan khususnya ibu hamil dalam melakukan hubungan seks selama kehamilan. BAHAN DAN METODE Desain dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 5 responden, yaitu satu ibu hamil trimester pertama, dua orang ibu hamil trimester dua, dan dua orang ibu hamil trimester tiga yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Pondok Aren Tangerang. Prosedur pengumpulan data menggunakan in-depth interview dilengkapi dengan catatan lapangan. Analisa data menggunakan metode colaizzi’s. HASIL Penelitian ini menghasilkan enam (6) tema. Masing-masing tema dibentuk dari kategori dan kata kunci yang didapat dari pernyataan partisipan, yaitu: arti seksualitas, perubahan seksualitas, penyebab perubahan hasrat dalam melakukan hubungan seksual, suami lebih perhatian kepada istri saat hamil, alasan istri melakukan hubungan seksual saat hamil, dan mitos atau kepercayaan tentang hubungan seksual saat hamil dari Suku Jawa. Tema pertama yaitu arti seksualitas, seksualitas diartikan sebagai hubungan fi sik dan hubungan psikis. Pada katagori pertama yaitu hubungan fi sik, seluruh partisipan menyatakan bahwa hubungan seksualitas adalah hubungan suami istri, hubungan badan, hubungan yang dimulai dari berciuman sampai memasukan alat kelamin. Berikut pernyataan partisipan: "Hubungan badan antara saya dan suami" (P2) Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 76–84 78 Tabel 1. Proses pembentukan tema No. Kata Kunci Kategori Sub Tema Tema 1 Hubungan suami istri Hubungan fi sik Arti seksualitas2 Hubungan badan 3 Hubungan yang dimulai dari berciuman hingga memasukkan alat kelamin 4 Pembuktian cinta, kasih sayang Hubungan psikis 5 Seminggu 4–7 kali Frekuensi sebelum hamil Perubahan frekuensi hubungan seksual Perubahan seksualitas 6 Awal kehamilan tidak melakukan hubungan seks sama sekali Frekuensi saat hamil trimester ke-1 7 Peningkatan frekuensi di trimester kedua dibandingkan dengan trimester pertama Frekuensi saat hamil trimester ke-2 8 Trimester kedua lancar 9 Absen mulai trimester ke-3 Frekuensi saat hamil trimester ke-3 10 Trimester ke-3, satu kali dalam seminggu 11 Menurunnya di awal kehamilan Penurunan hasrat diawal kehamilan Perubahan hasrat istri dalam melakukan hubungan seksual 12 Trimester ke-2 meningkat Peningkatan hasrat pada kehamilan lanjut 13 Tuanya kehamilan makin menurun Penurunan hasrat diakhir kehamilan 14 Hasrat suami meningkat Peningkatan hasrat suami pada saat istri hamil Perubahan hasrat suami dalam melakukan hubungan seksual 15 Posisi miring Jenis-jenis posisi saat berhubungan seksual Perubahan posisi dalam melakukan hubungan seksual 16 Istri di atas dan dipangku suami 17 Membelakangi suami 18 Mual pada saat hubungan seks Perubahan fi sik Penyebab perubahan hasrat dalam melakukan hubungan seksual 19 Pinggang pegal dan sakit 20 Tidak nyaman karena perut tertekan 21 Sesak nafas pada trimester ke-3 Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil (Vike Dwi Hapsari) 79 "Hubungan yang dimulai dari ketertarikan lalu berdekatan berpelukan, berciuman sampai memasukan alat kelamin" (P3) Kategori kedua yaitu hubungan psikis. Tiga dari lima informan juga mengatakan bahwa hubungan seksualitas adalah pembuktian cinta dan kasih saying. Berikut pernyataan partisipan: "Setelah hubungan seks kita sudah dapat membuktikan rasa cinta dan kasih sayang seberapa besarnya" (P3) Tema yang kedua adalah perubahan seksualitas, perubahan seksualitas terdiri dari empat subtema yaitu yang pertama perubahan frekuensi hubungan seksual, terdapat perubahan frekuensi hubungan seksual sebelum dan setelah kehamilan. Sebelum hamil, seluruh partisipan menyatakan melakukan hubungan seksual 4 hingga 7 kali dalam seminggu. Setelah hamil, terdapat penurunan frekuensi. Empat partisipan menyatakan tidak melakukan hubungan seksual sama sekali pada awal kehamilan. Empat partisipan menyatakan lancar melakukan hubungan seksual pada trimester ke- 2. Sedangkan pada trimester ke-3, 2 partisipan menyatakan absen melakukan hubungan seksual. Berikut pernyataan partisipan: "… bila tidak hamil sih setiap hari mba, 7 kali dalam seminggu" (P1) "… 2 hari sekali seminggu 4–5 kali…" (P2) “ Pas pertama-tama saya hamil tidak hubungan seks tuh mba" (P4) "… lancar mba, Trimester ke-2 ini" (P4) "… sudah absen pas masuk Trimester ke-3 ini untuk melakukan hubungan seksual" (P1) Hasrat istri melakukan hubungan seksual selama kehamilan mengalami perubahan. Menurun di awal kehamilan, meningkat di kehamilan lanjut serta penurunan kembali di kehamilan akhir (trimester III). Berikut pernyataan partisipan: " …hasrat tuh bener-bener menurun pas awal kehamilan… " (P2) "Kalau masalah hasrat atau kepengen yaitu mba, pas pertengahan Trimester ke-2" (P5) "… hamil tua gini mba, hasrat atau kepengen melakukan hubungan seksualnya menurun." (P1) No. Kata Kunci Kategori Sub Tema Tema 22 Perhatian suami bertambah Bentuk perhatian Suami lebih perhatian kepada istri saat hamil 23 Jarang mengambil lembur 24 Tiap malam cium-cium perut istri 25 Memuji istri saat hamil tambah cantik dan menarik 26 Melarang istri bepergian terlalu jauh 27 Melarang istri bekerja terlalu capek 28 Takut suami marah Ketakutan istri Alasan istri melakukan hubungan seksual saat hamil 29 Takut suami selingkuh 30 Takut suami mengira istri tidak mau melayani 31 Hamil tidak boleh melakukan hubungan seks sama sekali Alasan tidak melakukan hubungan seksual saat hamil Mitos atau kepercayaan tentang hubungan seksual saat hamil dari suku Jawa 32 Nanti bayinya kenapa-kenapa bila melakukan hubungan seks 33 Bayi bisa keguguran Lanjutan Tabel 1. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 76–84 80 Seluruh partisipan menyatakan hasrat suami semakin meningkat saat istri sedang hamil. Suami sering istri mengajak untuk melakukan hubungan seks setiap hari, merayu, dan membujuk istri untuk mau melakukan hubungan seks. Berikut pernyataan partisipan: "Suami … hasratnya meningkat deh mba, rayu- rayu saya terus." (P2) "Meningkat mba… kalau kepengen tiap ada kesempatan pasti mau hubungan terus." (P3) Seluruh partisipan menyatakan posisi dalam melakukan hubungan seksual saat hamil berubah. Sebelum hamil, rata-rata pasangan melakukan posisi konvensional/misionaris. Setelah hamil, terdapat perubahan posisi menjadi miring, membelakangi ataupun didepan suami. Berikut pernyataan partisipan: "Saya tuh lebih nyaman miring mba." (P1) "Biasanya kalau hamil gini saya diatas suami mba." (P1) "Waah kalau saya posisi dipangku suami." (P5) "Kalau membelakangi suami juga biasanya saya coba mba." (P2) Tema yang ketiga adalah penyebab perubahan hasrat dalam melakukan hubungan seksual, Perubahan hasrat disebabkan perubahan fisik dan psikologis. Seluruh partisipan menyatakan perubahan hasrat hubungan seksual disebabkan oleh perubahan fi sik yang dialami oleh ibu hamil seperti, pinggang terasa sakit, perut tertekan ataupun sesak nafas. Terdapat satu partisipan yang menyatakan hasrat hubungan seksual dipengaruhi alasan psikologis. Partisipan menyatakan merasa mual saat hendak melakukan hubungan seksual. Berikut pernyataan partisipan: "Mual rasanya mba kalau mau berhubungan sama suami…nggak tahu kenapa." (P3) "Tidak kuatnya dipinggang mba sakit, pegel macem-macem lah." (P5) "… perutnya tertekan…" (P1). "Sesak nafas…" (P5) Tema keempat yaitu suami lebih perhatian kepada istri saat hamil, seluruh partisipan menyatakan bahwa suami lebih memberikan perhatian kepada mereka. Perhatian yang diberikan seperti memanjakan istri, mengantar istri kemana saja, lebih sering menemani istri di rumah, lebih mengkhawatirkan kesehatan istri, serta memberikan pujian kepada istri. Berikut pernyataan partisipan: "… perhatian banget mba, kalau saya sedang hamil makanan apa yang saya mau dibeliin.. Suami jadi khawatir banget mba." (P1) "…tiap jam hubungi saya… mengantar saya kemana saja." (P2) "… tidak pernah ambil lembur lagi …" (P2) " …kata suami, saya tambah seksi… tambah cantik." (P1) Te m a k e l i m a a d a l a h a l a s a n i s t r i melakukan hubungan seksual saat hamil seluruh partisipan menyatakan takut suami marah ataupun selingkuh bila menolak melakukan hubungan seksual saat hamil. Selain itu, partisipan juga takut tidak dapat melakukan tugas sebagai istri dengan baik. Berikut pernyataan partisipan: "Suami marah mba… saya takut kalau dia marah gara-gara saya tidak mau melayani dia." (P5) "Takut kalau saya tidak melaksanakan tugas menjadi istri yang baik yaitu melayani suami." (P3) "Saya takut suami selingkuh…" (P4) Te m a k e e n a m a d a l a h m i t o s a t a u kepercayaan tentang hubungan seksual saat hamil dari Suku Jawa. Seluruh partisipan menyatakan bahwa terdapat kepercayaan bahwa hubungan seksual saat kehamilan dapat mengakibatkan keguguran. Berikut pernyataan Partisipan: "Kalau hubungan seks nanti bayinya bisa keguguran mba." (P1) PEMBAHASAN Tema pertama yaitu arti seksualitas, seluruh informan menjawab hubungan seksualitas dilakukan oleh suami istri. Arti hubungan seksualitas yang mereka maksudkan adalah hubungan yang wajib harus dilakukan oleh pasangan suami istri yang sudah menikah untuk memperoleh keturunan. Oruc, et al., (2003) menyatakan hubungan seksualitas diartikan sebagai sebuah indentitas masing-masing individu untuk membina Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil (Vike Dwi Hapsari) 81 rasa kepercayaan kepada pasangannya masing- masing. Tiga partisipan mengatakan persepsi seksualitas adalah hubungan badan yang menggunakan badan atau anggota tubuh untuk mencapai suatu kepuasaan yang dirasakan para pasangan. Andrew (1998) mengatakan bahwa hubungan seksualitas adalah hubungan badan. Dua partisipan menyatakan seksualitas adalah hubungan yang dimulai dari berciuman sampai memasukan alat kelamin. Kelly (2001) dan Winkosastro menyatakan bahwa siklus respon seksual wanita dimulai dari fase gairah, terangsang, hingga fase resolusi. Sedangkan partisipan lain mengartikan seksualitas adalah cara pembuktian seberapa besar rasa cinta dan kasing sayang terdapat suaminya. Hubungan seksualitas bertujuan untuk membangun suatu kepercayaan, nilai, minat, daya tarik dan tingkah laku kepada pasangannya (Pangkahila, 2001). Te m a k e d u a t e n t a n g P e r u b a h a n Seksualitas, Selama kehamilan ibu hamil merasakan perubahan dengan hubungan seksnya yang meliputi: perubahan frekuensi seksualitas selama masa kehamilan, perubahan hasrat atau keinginan untuk berhubungan seks, perubahan posisi selama hamil yang dirasakan berhubungan dengan hubungan seks saat hamil yang dapat membawa dampak pada perubahan hubungan seks saat hamil. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat variasi frekuensi hubungan seksual ibu hamil selama masa kehamilan. Mayoritas ibu hamil dalam penelitian ini menyatakan bahwa penurunan frekuensi hubungan seksual semenjak awal kehamilan, meningkat pada pertengahan dan turun kembali bahkan semakin menurun dengan tuanya masa kehamilan. Hal tersebut bisa disebabkan karena kehamilan merupakan masa transisi dalam siklus kehidupan di mana terjadi perubahan baik secara fi sik dan psikis yang harus diadaptasikan oleh ibu hamil. Brelin dan Lucas (2003), menguatkan kondisi tersebut dengan menyatakan bahwa kehamilan merupakan suatu kondisi yang bisa menimbulkan perubahan dalam kehidupan seksual suami istri. Perubahan hasrat atau keinginan dalam berhubungan seks saat hamil sangat mengalami perubahan didukung dengan pernyataan tiga informan, mengatakan hasrat menurun, dan tidak ada keinginan untuk melakukan hubungan seks pada saat awal kehamilan. Pada Trimester pertama atau awal-awal kehamilan gairah seks memang menurun karena kondisi yang lemah dari ibu seperti mual-muntah, nafsu makan yang menurun akan membuat ibu hamil lemah dan keinginan seksualnya menurun (De Judicibus dan McCabe, 2002). Masuk ke trimester ke-2 ibu hamil mengalami peningkatan keinginan yang dinyatakan empat informan mengatakan mengalami peningkatan keinginan pada Trimester ke-2. Memasuki Trimester ke-2, umumnya libido yang sempat menurun atau bahkan hilang pada trimester ke-1 muncul kembali, hal ini disebabkan tubuh ibu hamil telah dapat menerima dan terbiasa dalam kondisi kehamilan, sehingga ibu dapat menikmati aktivitas seksualnya dengan lebih leluasa (Eisenberg, Murkof, dan Halloway, 2009). Pada kehamilan tua atau Trimester ke-3, dua informan menyatakan hasrat atau hubungan seks menurun. Libido turun kembali pada trimester ke-3 dikarenakan adanya faktor fi siologis yang sangat terlihat. Yaitu kehamilan yang sudah membesar, serta adanya peningkatan cairan tubuh, akibatnya cairan vagina juga bertambah, sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan. Hasrat atau keinginan istri yang berubah- ubah pada tiap trimester, ternyata tidak sebanding dengan hasrat atau keinginan suami pada saat istri hamil. Semua informan menjawab bahwa hasrat suami bertambah dilihat dari suami sering mengajak, merayu istri untuk melakukan hubungan intim setiap hari. Hasrat suami untuk melakukan hubungan intim tidak mengalami perubahan ketika istri hamil. Para suami merasa lebih bergairah melihat istri yang sedang hamil sehingga motivasi dan hasrat untuk hubungan intim meningkat (Pangkahila, 2001). Berdasarkan pernyataan yang dituturkan diatas tentang perubahan hasrat, penelitian ini menunjukkan adanya variasi hasrat atau gairah ibu hamil dalam melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil mengalami penurunan hasrat melakukan hubungan seksual selama masa kehamilan. Keadaan ini menggambarkan bahwa perubahan Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 76–84 82 diri selama masa kehamilan berdampak besar terhadap keinginan ibu hamil untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Kondisi hamil, posisi sangat berpengaruh dalam melakukan hubungan intim. Didapat dua pernyataan informan yang mengatakan posisi miring kesamping atau menyamping. Posisi yang dimaksudkan informan adalah posisi yang memberikan peluang untuk melakukan penetrasi yang dangkal. Suami dapat melakukan penetrasi dari belakang yang tidak menyebabkan tekanan pada perut (Kelly, 2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seiring peningkatan usia kehamilan ibu hamil memilih untuk merubah posisi hubungan seksual menjadi miring, ataupun berada di atas. Posisi “ man on top “ yang sering kali digunakan sebelum masa kehamilan, pada masa kehamilan mengalami penurunan. Posisi miring dan posisi ibu hamil di atas memberikan lebih banyak keuntungan bagi ibu hamil. Ibu hamil akan merasakan lebih nyaman dalam melakukan hubungan seksual karena perut yang sudah membesar akan terbebas dari penekanan. Selain itu dengan posisi membelakangi suami ibu hamil akan mampu untuk mengatur kenyamanannya sendiri. Tema ketiga adalah Penyebab perubahan hasrat dalam melakukan hubungan seksual. Keluhan-keluhan fisik yang dirasakan ibu hamil sangat memegang peranan penting dalam melakukan hubungan seks. Dua pernyataan informan mengatakan mual saat mau memulai hubungan seks. Dua informan yang masih dalam tahap awal kehamilan memang masih risiko mendapatkan serangan mual yang terjadi pada waktu tertentu. Pada waktu yang tidak tenang atau masih ada keluhan mual tidak bisa ibu hamil dipaksakan untuk melakukan hubungan seks (Bobak dan Jensen, 2005). Hasil penelitian menunjukan beberapa kondisi yang bisa menurunkan hubungan seksual ibu hamil. Kondisi tersebut di antaranya mual muntah, pinggang terasa sakit sampai perut tertekan dan merasakan sesak nafas. Hasil penelitian ini sejalan dengan studi literatur yang menyatakan bahwa terdapat berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya penurunan hasrat seksual pada ibu hamil di antaranya faktor biomedis. Faktor biomedis berupa kondisi fi sik ibu hamil yang kurang optimal seperti mual, muntah, pusing pada trimester pertama serta perubahan ukuran perut dan meningkatnya kelelahan di akhir trimester ke-3. Tema keempat yaitu perhatian suami kepada istri saat hamil. Saat istri hamil kepedulian suami menjadi peran yang sangat penting, istri hamil yang mengalami banyak perubahan menjadi sangat sensitif. Lima informan menyatakan bahwa perhatian suami terhadap istri hamil bertambah dilihat dari seringnya memanjakan istri, menuruti semua keinginan istri, menghubungi istri setiap waktu dan mengantar istri kemana saja. Pernyataan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa suami ibu hamil tersebut sangat memperhatikan kondisi istri, kewajiban suami harus peduli pada istri apalagi istri yang sedang hamil karena efek bila keinginan istri dan perhatian suami yang kurang dapat berefek samping pada janin yang dikandungnya. Kepedulian suami, perhatian suami merupakan salah satu ekspresi kasih sayang yang penting selama kehamilan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perhatian tersebut ditunjukkan suami dalam bentuk peduli kondisi istri, pemenuhan nutrisi, memanjakan istri, sentuhan mesra suami. Berbagai bentuk perhatian tersebut sering dipilih suami untuk mengekspresikan seksualitasnya karena sering kali ibu hamil merasa tidak nyaman dalam melakukan hubungan seksualitasnya. Ketakutan suami pada istri hamil, kekhawatiran suami akan terjadi apa-apa pada istri saat suami tidak bersamanya. Semua informan mengatakan suami melarang istri berpergian terlalu jauh tanpa didampinginya. Maksud dari pernyataan semua informan ini adalah suami tidak mau istri yang sedang hamil berpergian sendiri karena sangat bahaya. Suami melarang istri yang sedang hamil adalah tindakan yang wajar karena suami tidak ingin istrinya yang sedang hamil terancam jiwanya. Diperkuat juga dengan pernyataan dua informan yang takut bila istri terjatuh dan tiga pernyataan yang melarang istri beres-beres rumah yang akan menyebabkan istri kecapekan. Kecemasan suami saat istri hamil akan mengalami perasaan yang bercampur aduk ketakutan dan kepedulian suami, pemikiran tentang tanggung jawab akan membuat suami cemas bila terjadi musibah Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil (Vike Dwi Hapsari) 83 yang mengancam istri dan calon anaknya (Bitzer dan Alder, 2000). Hasil penelitian tersebut menjawab ketakutan suami akan kondisi istri pada saat hamil sangat besar. Sangat bervarian perubahan yang diperlihatkan suami dari mulai melarang istri pergi terlalu jauh tanpa didampinginya, takut istri terjatuh dari tangga, dan tidak ingin istri kecapean dalam mengurus rumah tangga. Tema kelima yaitu alasan istri melakukan hubungan seksual saat hamil. Kondisi psikis seorang ibu hamil memang tidak menentu. Hal ini disebabkan adanya ketakutan yang dialami ibu hamil, yaitu ketakutan seorang istri yang sedang hamil pada sangat wajar. Dilihat dari penelitian ini didapat semua informan mengatakan takut bila suami akan marah bila istri tidak mau melayaninya diperkuat dengan tiga informan yang mengatakannya, takut suami menyangka istri sengaja mencari alasan pada saat hamil untuk tidak melayani suami diperkuat dari dua pernyataannya, dan terakhir ketakutan istri suami akan melirik wanita lain saat istri tidak bisa melayaninya atau selingkuh yang diperkuat dari dua pernyataan informan. Pernyataan informan di atas membawa hasil penelitian ini pada perubahan psikis, emosi ibu hamil masih dalam rentang yang berubah-ubah. Ibu hamil seharusnya selalu berpikir positif karena bila berpikir negatif akan membahayakan kondisi janin yang ada didalam kandungannya. Dari lima informan yang bervarian didapat data ibu hamil pada tiap-tiap trimester mengalami kecemasaan dan kemarahan yang tidak didasari alasan yang jelas. Te m a k e e n a m a d a l a h M i t o s a t a u kepercayaan tentang hubungan seksual saat hamil. Hasil mitos atau kepercayaan berdasarkan wawancara ke-5 informan berbeda dengan literatur yang didapat peneliti. Literatur yang didapat bahwa mitos atau kepercayaan suku jawa berhubungan seksual saat hamil harus sering dilakukan, sedangkan informan menjawab tidak boleh dilakukan. Mitos atau kepercayaan informan tersebut tidak dilakukan karena dilihat dari beberapa pernyataan, bahwa walaupun mitos atau kepercayaan mereka melarang untuk berhubungan seksual tapi mereka tetap melakukannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Persepsi seksualitas ibu hamil di Puskesmas Pondok Aren Tanggerang sudah cukup baik. Hal ini didapat dari data semua informan mengatakan bahwa hubungan seksualitas adalah hubungan yang dilakukan suami istri, hubungan badan yang menggunakan badan atau anggota tubuh untuk mencapai suatu kepuasaan yang dirasakan para pasangan. Perubahan hubungan seks saat hamil meliputi perubahan frekuensi hubungan seks saat hamil, perubahan hasrat keinginan ibu hamil hingga hasrat suami, dan sampai keluhan fi sik yang dirasakan ibu hamil yang berdampak pada hubungan seksnya. Pada trimester pertama atau awal-awal kehamilan umumnya tidak melakukan hubungan seks karena libido menurun, tubuh belum dapat beradaptasi dengan perubahan fi sik yang dirasakan. Pada trimester ke-2, umumnya frekuensi hubungan seks naik kembali karena libido mulai muncul kembali, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan perubahan yang dialaminya. Dan pada trimester ke-3 umumnya turun kembali karena ibu hamil sudah merasakan kelelahan pada perut yang sudah membesar. Posisi hubungan seks dipengaruhi oleh tuanya usia kehamilan, bila usia tua umumnya ibu hamil lebih memilih posisi di atas suami agar dapat mengontrol kedalaman penetrasi. Keluhan fisik sangat berpengaruh dalam melakukan hubungan seksnya seperti mual pada saat hubungan seks, pinggang terasa pegal dan sakit, tidak nyaman karena perut tertekan dan menjadi sesak nafas. Perhatian suami pada saat istri hamil ditunjukkan dalam bentuk peduli kondisi istri, pemenuhan nutrisi, memanjakan istri, sentuhan mesra suami. Perubahan yang diperlihatkan suami dari mulai melarang istri pergi terlalu jauh tanpa didampinginya, takut istri terjatuh dari tangga, dan tidak ingin istri kecapean dalam mengurus rumah tangga. Mitos atau kepercayaan para informan yang bervarian dan sangat membawa anggapan bahwa ibu hamil di Puskesmas Pondok Aren Tanggerang masih menjujung tinggi nilai leluhur dari suku jawa. Ibu hamil yang Jurnal Ners Vol. 6 No. 1 April 2011: 76–84 84 mempercayai bahwa bila sedang hamil tidak boleh melakukan hubungan karena akan terjadi hal yang dapat membahayakan bayi. Saran Belum banyak penelitian di Indonesia tentang aspek seksualitas terutama di masa kehamilan, sehingga perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut. Seksualitas dari sisi suami belum tergali banyak dalam penelitian ini, sehingga implikasi penelitian selanjutnya agar mengeksplorasi lebih jauh tentang pengalaman seksualitas suami saat istri hamil. Diharapkan penelitian yang terus dikembangkan akan meningkatkan khasanah keilmuan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Alfi ben, Wiknjosastro, dan Elvira, S.D., 2000. Efektivitas peningkatan dukungan suami dalam menurunkan terjadinya depresip postpartum. Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia. Bitzer, J., dan Alder, J., 2000. Sexuality during pregnancy and the postpartum period. Journal of Sex Education and Therapy. Bobak, Lowdermilk, dan Jensen, 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. De Judicibus, M.A., dan Mccabe, M.P., 2002. Psychological factors and sexuality of pregnant and postpartum women. The Journal of Sex Research. Eisenberg, A., Murkoff, H.E., dan Halloway, S.E., 2009. Kehamilan Apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan. Edisi ke-4. Jakarta: EGC. 2009. Fogel, C.I., dan Lauver, D., 2000. Sexual health promotion. Philadelphia: Saunders. Kelly, G.F., 2001. Sexuality today the Human Perspective. New York: The Dushkin Publishing Group Inc. Holloway, Immy, dan Stephanic, 2004. Qualitative Research for Nurses. United kingdom: Blackwell Science. Harvey, H., Wenzel, A., dan Sprecher, S., 2004. The Handbook of Sexuality in Closerelationship. Now. Jersey: Law rence Eribaum Associates, Inc Publisher. Lestari, S., dan Anganthi, N., 2008. Pola komunikasi seksualitas pada pasangan suami istri. Journal Ilmiah Psikologis Indigeneous. Pangkahila, W., 2001. Seks yang Indah. Jakarta: Penerbit buku kompas. Saifudin, A.B., 2002. Diagnosa Kehamilan, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Stoppard, M., 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan Modern. Yogyakarta: KDT. Sukri, S.S., dan Sofwan, R., 2001. Perempuan dan Seksualitas dalam Tradisi Jawa. Yogyakarta: Gama media. Walsh, I.P., 2001. Midwifery Community Based Care During the Childbearing. London: WB Sauders Company. Wiknjosatro, H., et al., 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.