170 RESPONS FISIK, PSIKOLOGIS DAN SOSIAL PRIA AKSEPTOR KB VASECTOMY DI KARTASURA SUKOHARJO JAWA TENGAH (Meǹ s Physical, Psychological and Social Response to Vasectomy Acceptor of Family Planning Program in Sukoharjo Central Java) Winarsih Nur Ambarwati Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: ambarwati76@gmail.com ABSTRACT Introduction: Indonesia is on the fourth position in the world as the most populated nation in 2009. Great number of people with lack of skill would give potential burden in the nation development. Generally, the outcome of Indonesian Family Planing Program(FPP) acceptor to Indonesian women is suffi cient which is ranging to 59 percent of the total 60,3 percent of participants but if compared to men's participation in is still insignifi cant. Husband's participation as participant is still low 1.3% consisted of 0.9 percent condom user, 0.4 percent vasectomy user. To describe experiences of Indonesian men following vasectomy in relation to their physical, psychological and social responses to vasectomy. Method: The research design of this research uses descriptive qualitative study. The sample selection was done using theoretical sampling technique. The data collection instrument of grounded theory research is the researcher herself, while other instruments are namely fi eld report, audiotape, videotape, and notes. The data analysis is utilized Colaizzi`s method. Result: Numbers of participants were 7 persons. Physical change after the vasectomy surgery is on general physical change (there is no change felt, the body's stamina raises, healthier, less energy, or weary) and physical change on reproduction organ is none. Sexual ability has no change, it increases, it also decreases. The sexual satisfaction is the same, more satisfi ed, or less satisfi ed. The characteristic change of spermatid is the same, there is change (lesser quantity, more dissolved), and ignore it. All participants said that they feel more comfortable in doing sex after vasectomy surgery. Most participants feel confi dence of their sexual ability. The participants' perspective had no difference and feel difference, or there is a change. Most participants stated that vasectomy is the right decision, but few felt disappointed. The social environment response toward men as the acceptor of vasectomy is that the society support it and few contradict it. Discussion: vasectomy no hazard to physic, psycology, social, and wife. Vasectomy is a good one of methode contraception to men Keywords: men acceptor, vasectomy, physical, psychological, social PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia adalah 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki- laki dan 118.048.783 perempuan. Indonesia menduduki peringkat ke empat di dunia jumlah sebagai negara dengan penduduk terbanyak pada tahun 2009. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun. Rata- rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km². Penambahan jumlah penduduk yang besar mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap program pembangunan. Penduduk yang besar dengan kualitas yang relatif kurang memadai sangat ber potensi memberikan beban dalam pembangunan. Permasalahan kependudukan dan keluarga kecil di Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk, masih tingginya tingkat kelahiran pendudu k, k urang nya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur tentang hak-hak, reproduksi, masih rendahnya usia 171 Respons Fisik, Psikologis dan Sosial (Winarsih Nur Ambarwati) perkawinan pertama, rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB dan masih kurangnya maksimalnya akses dan kualitas pelayanan KB, serta masih rendahnya institusi daerah dalam pelaksanaan KB (BKKBN, 2003). I ndonesia mer upa k a n sala h sat u negara yang meratifikasi hasil konferensi K e p e n d u d u k a n d a n P e m b a n g u n a n (Internasional Conference on Population and Development/ICPD) tahun 1994 di Kairo, disepakati paradigma baru program KB dari pendekatan pengendalian fertilitas menjadi lebih kepada pendekatan kesehatan reproduksi dengan lebih memperhatikan hak- hak reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender. Hal ini mengandung ar ti bahwa dalam pelaksanaan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi selalu diupayakan untuk memperhatikan kepentingan perempuan dan laki-laki secara seimbang. Pelaksanaan program KB oleh pemerintah belum mendapatkan hasil yang optimal, hal ini di antaranya ditunjukkan dari target KB nasional belum tercapai. Capaian akseptor KB perempuan di Indonesia secara umum cukup memuaskan yaitu mencapai 59 persen dari total 60,3 persen peserta KB, namun jika dibandingkan dengan keikutsertaan KB pria masih sangat jauh dari yang diharapkan. Partisipasi suami sebagai peserta KB masih sangat rendah yaitu 1,3% yang terdiri dari pemakai kondom 0,9 persen, vasectomi 0,4 persen. Banyak pemicu rendahnya partisipasi pria dalam KB. Beberapa penyebab utamanya adalah faktor kurang fokusnya program KB terhadap kaum pria, minimnya metode KB yang dapat dipilih oleh pria. Faktor-faktor lain yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi antara lain: pengetahuan, sikap dan paktek serta kebutuhan klien, faktor lingkungan: sosial, budaya masyarakat, agama dan keluarga/istri, keterbatasan informasi, dan aksesibilitas terhadap pelayanan kontrasepsi pria dan keterbatasan jenis kontrasepsi pria (BKKBN, 2003). Secara umum masyarakat di wilayah Kartasura dan khususnya para suami masih banyak menggangap bahwa KB adalah urusan perempuan. Para suami masih belum bisa menerima konsep KB dengan baik karena mereka belum mendapatkan bukti yang cukup bahwa KB tidak akan mempengaruhi kesehatan dan vitalitas pria serta pengaruh anggapan masyarakat yang masih meyakini mitos-mitos yang tidak benar. Ketakutan dan kekhawatiran akan efek samping KB pada pria khususnya metode operasi vasectomy, pandangan masyarakat dapat menyebabkan para suami ragu-ragu dan sulit mengambil keputusan yang tepat. Hal ini terjadi karena tidak adanya data atau infor masi yang jelas tentang dampak atau pengalaman menjadi akseptor KB vasektomi dan segala pengaruhnya terhadap fi sik dan psikologis serta sosial pria akseptor KB. Minimnya informasi tentang dampak KB vasektomi juga disebabkan sangat minimnya penelitian yang dilakukan khususnya dampak vasektomi terhadap fi sik, psikologis dan sosial pria. Peneliti ter tarik unt uk melakukan penelitian kualitatif tentang tentang respons fi sik, psikologis dan sosial pria yang menjadi akseptor KB. Peneliti memilih penelitian kualitatif dengan rancangan. Study Grounded theory sesuai digunakan untuk mengeksplorasi proses sosial yang terjadi dalam interaksi manusia (Speziale dan Car penter, 2003). Study Grounded theory menjelaskan kejadian yang ada dan mengeksplorasi data yang banyak ditemukan, sehingga memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi. Penggunaan metode ini sebagai usaha untuk mengurangi kesalahan yang diperoleh dari partisipan terhadap informasi yang diharapkan (Polit, Beck, dan Hungler, 2001). Penelitian dengan grounded theory bertujuan untuk menemukan suatu penjelasan secara teori tentang suat u fenomena secara lengkap (Speziale dan Carpenter, 2003). Dari penelitian ini diharapkan didapatkan data yang valid tentang respons fi sik, psikologis dan sosial pria yang menjadi akseptor KB vasektomi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan grounded theory. Jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif 172 Jurnal Ners Vol. 7 No. 2 Oktober 2012: 170–176 adalah 7 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik theoretical sampling. Alat pengumpulan data dari penelitian grounded theory adalah peneliti sendiri sedangkan alat-alat lainnya seperti catatan lapangan, audiotape, videotape dan alat tulis. Validasi peneliti sebagai alat penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri meliputi pemahaman tent ang metode k ualit atif, peng uasa an wawasan terhadap bidang yang diteliti, dan kesiapan peneliti memasuki objek penelitian. Pertimbangan etik yang digunakan untuk mengatasi resiko atau dampak yang muncul pada penelitian adalah autonomy, privacy, confidentiality, anonymity, dan protection from discomfort. Analisis data dengan metode Colaizzi`s. HASIL Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang. Sebanyak 5 orang berpendidikan Sekolah Dasar dan dua orang berpendidikan SMA. Stat us sosial ekonomi dua orang menengah dan lima orang sosial ekonomi rendah. Lama vasektomi dua orang kurang dari satu tahun, satu orang 2 tahun dan empat orang lebih dari 5 tahun. Empat orang responden adalah mantan pamong desa tiga orang warga biasa, hal ini menunjukkan bahwa kepersertaan menjadi akseptor KB vasektomi dapat disebabkan karena peran sosial di masyarakat di mana sebagai tokoh masyarakat mempunyai kewajiban sebagai suri tauladan bagi masyarakatnya. Hampir seluruh partisipan alasan lain karena sebagai pamong desa juga karena alasan istri tidak cocok menggunakan KB perempuan enam partisipan istrinya gagal KB atau tidak cocok KB. Enam orang berdomisili di pedesaan dan satu orang di perkotaan. Perubahan Kondisi Fisik Perubahan fi sik yang dirasakan oleh par tisipan setelah operasi vasektomi di temukan dua tema yaitu perubahan fisik secara umum dan perubahan fi sik pada organ reproduksi. Perubahan fisik secara umum setelah operasi tidak ada perubahan yang dirasakan, badan stamina lebih meningkat, lebih sehat, tenaga kurang atau mudah lelah. Perubahan pada organ reproduksi setelah operasi semua partisipan mengatakan tidak ada perubahan. Kemampuan seksual setelah operasi ditemukan tiga tema yaitu tidak ada perubahan, kemampuan seksualnya meningkat, kemampuan seksualnya menurun. Kepuasan dalam hubungan seksual paska operasi vasektomi semua partisipan mengatakan lebih nyaman melakukan hubungan seksual setelah operasi vasektomi. Perubahan karakteristik air mani setelah operasi vasektomi ditemukan ada tiga yaitu sama saja, ada perubahan dan tidak memperhatikan. Satu partisipan yang menyatakan sama saja mengatakan tidak ada perubahan. Perubahan Kondisi Psikologis K e ny a m a n a n d a l a m m el a k u k a n hu bu ng a n s ek s u a l. S e mu a p a r t i sip a n me ngat a k a n lebi h nya ma n mela k u k a n hubungan seksual setelah operasi vasektomi. Keyakinan dalam melak u kan hubungan seksual, sebagian besar partisipan merasa yakin akan kemampuan seksualnya. Cara pandang terhadap diri sendiri. cara pandang partisipan ditemukan dua tema yaitu tidak ada perubahan dan merasa berbeda/ada perubahan dalam dirinya. Apakah vasektomi merupakan keputusan yang tepat ditemukan dua tema yaitu vasektomi adalah keputusan yang tepat dan menyesal telah melakukan vasektomi. Perasaan terhadap pasangan ditemukan dua tema yaitu lebih sayang terhadap istri dan merasa bingung dengan perasaannya. Respons sosial Respons lingkungan sosial terhadap pria akseptor KB vasektomi ditemukan dua tema yaitu masyarakat mendukung dan menolak atau kurang setuju. PEMBAHASAN Perubahan fi sik yang dirasakan oleh par tisipan setelah operasi vasektomi di temukan dua tema yaitu perubahan fisik secara umum dan perubahan fi sik pada organ reproduksi. Perubahan fisik secara umum setelah operasi tidak ada perubahan yang 173 Respons Fisik, Psikologis dan Sosial (Winarsih Nur Ambarwati) dirasakan, badan stamina lebih meningkat, lebih sehat, tenaga kurang atau mudah lelah. Per ubahan pada organ reproduksi setelah operasi semua partisipan mengatakan tidak ada perubahan. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan perubahan patofi siologi pascaoperasi vasektomi, perubahan terjadi pada semua area saluran genital pada bagian proksimal. Dampak terhadap histolog y testicular setelah vasektomi dilaporkan pada semua binatang percobaan. Pathological histological ditemukan meliputi degerasi dari sperma, penebalan dari basement membranes dan meningkatnya phagocytosis oleh Sertoli cells. Quantitative morphometric analysis dari testicular histology dari pria setelah vasektomi menunjuk kan dilatasi dari seminiferous tubules, interstitial f ibrosis (Tandon dan Sabanegh Jr, 2008). McMahon et al. (1992) menemukan dalam penelitiannya chronic testicular pain dilaporkan pada 33% pria setelah vasektomi, dengan 5% datang ke petugas kesehatan untuk mencari bantuan. Choe dan Kirkemo (1996) mengidentifi kasi chronic scrotal pain sebanyak 18,7% pada pasien setelah vasektomi, di mana berdampak atau mempengar uhi kualitas hidupnya sebanyak 2,2%. Ha mpi r semu a responden d ala m penelitian ini menyatakan kurang begitu memperhatikan perubahan anatomi pada organ reproduksi secara detail hal ini disebabkan sebagia n responden tela h lupa ka rena vasektomi lebih dari 5 tahun, faktor lain dapat dipengaruhi oleh masyarakat Indonesia ter utama Jawa merasa k u rang nyaman membicarakan hal-hal yang dianggap kurang nyaman dibicarakan dengan orang lain. Keluhan nyeri punggung, perut, dan badan tidak enak dan tidak nyaman pada organ reproduksi sampai sekarang (empat bulan) dikeluhkan oleh satu partisipan. Ahmed et al., (1997) salah satu masalah yang dirasakan setelah vasektomi adalah chronic testicular pain, di mana nyeri dirasakan intermittend atau constant pada bagian unilateral atau bilateral selama sama dengan atau lebih tiga bulan setelah operasi vasektomi. Chronic testicular atau scrotal pain adalah salah satu komplikasi yang yang dapat terjadi setelah vasektomi dengan insiden yang tidak diketahui (Manikandan et al, 2003). Nyeri atau ketidaknyamanan setelah vasectomy merupakan salah satu alasan bagi pasien untuk mendatangi petugas kesehatan dan menjadi alasan untuk menolak vasektomi. Temuan ini menjadi penting diperhatikan oleh petugas kesehatan untuk selalu memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien mengenai efek samping dan kemungkinan yang terjadi setelah vasektomi agar pasien siap (McMahon, et al., 1992). Kemampuan Seksual Pria Kemampuan seksual setelah operasi d itemu ka n t iga tema yait u t id a k a d a perubahan, kemampuan seksualnya meningkat, kemampuan seksualnya menurun. Partisipan yang menyatakan tidak ada perubahan pada umumnya mereka kurang memperhatikan perubahan yang terjadi dan menganggap bahwa bila istri tidak komplain berarti tidak ada masalah dan tidak menganggap masalah seksual sebagai masalah yang perlu dibahas, yang penting melakukan hubungan seksual antara suami dan istri adalah menunaikan kewajiban. Pasangan suami dan istri dalam budaya Jawa kurang terbuka dalam urusan kepuasan seksual dan jarang mengangkat pembicaraan hubungan seksual antara suami dan istri. Melakukan hubungan seksual dalam budaya Jawa adalah melaksanakan kewajiban melayani suami, bahkan ketika istri tidak berkeinginan melakukan hubungan seksual, bahkan istri kurang memperhatikan kebutuhan seksualnya. Partisipan yang menyatakan kemampuan seksualnya lebih baik diartikan sebagai kemampuan melakukan hubungan seksual mampu bertahan lebih lama daripada sebelum operasi, melakukan hubungan lebih sering. Kemampuan seksual yang meningkat dapat dipengaruhi oleh kesehatan secara umum yang baik. Partisipan yang menyatakan kemampuan seksualnya banyak turun terjadi sampai saat ini (empat bulan). Partisipan yang mengalami penurunan kemampuan seksual ini menjadi akseptor KB vasektomi karena terpaksa, karena kondisi sosial ekonomi yang sangat kurang, takut anak-anaknya tidak dapat membiayai, 174 Jurnal Ners Vol. 7 No. 2 Oktober 2012: 170–176 tidak punya pekerjaan pasti, sehingga terpaksa ikut KB vasektomi karena istri tidak cocok menggunakan pilihan KB perempuan. Kepuasan Seksual Pria Kepuasan seksual pria setelah operasi vasektomi ditemukan tiga tema yaitu sama saja, lebih puas dan kurang puas. Partisipan yang merasa sama saja pada umumnya menganggap hubungan seksual antara pasangan suami istri adalah menunaikan kewajiban. Mereka tidak memperhatikan perubahan dalam hal kepuasan seksual karena dianggap tidak penting. Budaya masyarakat Jawa kurang lazim membicarakan tentang hubungan seksual antara pasangan. Partisipan yang paling banyak menyatakan lebih puas, lebih akrab, lebih mesra, lebih dekat. Satu partisipan yang yang menyatakan kurang puas karena kemampuan seksualnya menurun. Perubahan Karakteristik Air Mani Per ubahan karakter istik air mani setelah operasi vasektomi ditemukan ada tiga yaitu sama saja, ada perubahan dan tidak memperhatikan. Satu partisipan yang menyatakan sama saja mengatakan tidak ada perubahan. Partisipan yang paling banyak mengatakan ada perubahan yaitu jumlah lebih sedikit, lebih encer. Studi literatur menyarankan bahwa tidak ada kesepakatan waktu yang pasti untuk melakukan pemeriksaan semen analysis. Semua ejakulasi potensial fertile spermatozoa segera setelah vasektomi, di mana dengan cepat sperma menjadi immobile dalam beberapa hari, biasanya tiga minggu setelah prosedur pembedahan (Edwards, 1993). Dua par tisipan mengatakan tidak memperhatikan sampai sejauh it u yang penting bagi mereka sudah diniati, sehingga apapun perubahannya diterima, sehingga tidak memperhatikan jika tidak menyebabkan masalah. Perubahan psikologis pria setelah operasi vasektomi Kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual Semua partisipan mengatakan lebih nyaman melakukan hubungan seksual setelah operasi vasektomi. Gambaran kenyamanan yang dirasakan adalah merasa lebih semangat, lebih enjoy, lebih aman, sangat menikmati, lebih bebas, lebih tenang. Perasaan bebas dan aman menurut partisipan disebabkan karena resiko terjadinya kehamilan sudah tidak ada lagi, sehingga lebih nyaman dan menikmati dan dapat melakukan hubungan lebih sering tanpa disertai kekhawatiran terjadi hamil. Semua par tisipan mengatakan menu r ut pengetahuannya setelah operasi vasektomi tidak mungkin hamil lagi. Penelitian De Knijff et al (1997) nonmotile sperm 33% pada pasien setelah 12 minggu pasca vasektomi, dengan waktu rata-rata azoospermia adalah 6,36 bulan. Azoospermia adalah kriteria untuk dikatakan sterile. Berdasarkan literatur ini dapat kita simpulkan bahwa seorang laki- laki dengan jumlah sperma sedikit (<1×106) dengan nonmotile sperm setelah vasectomy sangat sedikit resiko terjadinya kehamilan. Jamiesson et al. (2004) dalam penelitiannya menemukan dan merekomendasikan tiga bulan setelah vasektomi sebaiknya atau setelah 20 kali ejakulasi supaya menghindari intercourse atau sebaiknya menggunakan temporary contraception sampai azoospermia terbukti secara hasil dokumentasi pemeriksaan hasil laboratorium. Pasangan sebaiknya diberikan informasi bahwa kondisi steril tidak langsung terjadi dalam waktu yang singkat setelah vasektomi. Keyakinan dalam melakukan hubungan seksual Sebagian besar partisipan merasa yakin akan kemampuan seksualnya. Satu partisipan merasa tidak yakin karena kemampuan seksualnya menurun. Cara pandang terhadap diri sendiri Cara pandang partisipan ditemukan dua tema yaitu tidak ada perubahan dan merasa berbeda/ada perubahan dalam dirinya. Sebagian besar partisipan merasa tidak ada perubahan dalam memandang dirinya sendiri. Merasa yakin dan percaya bahwa tidak ada yang berubah dalam dirinya setelah operasi vasektomi. Satu partisipan merasa dirinya 175 Respons Fisik, Psikologis dan Sosial (Winarsih Nur Ambarwati) berubah karena merasa tidak lagi seperti dulu kemampuan seksualnya. Kelu han yang dilaporkan partisipan sebagian bukan merupakan komplikasi dari vasectomy. Hal ini dapat muncul akibat depresi atau perubahan yang dirasakan dalam dirinya seperti perasaan imoptensi. Hal ini sesuai dengan penelitian Nigam et al. (1997) gangguan psikosomatis, depresi perasaan impotensi dapat muncul pada orang yang mengalami komplikasi. Apakah vasektomi merupakan keputusan yang tepat A p a k a h v a s e k t o m i m e r u p a k a n keputusan yang tepat ditemukan dua tema yaitu vasektomi adalah keputusan yang tepat dan menyesal telah melakukan vasektomi. Sebagian besar par tisipan menyat akan vasektomi adalah keputusan yang tepat karena merasa tidak ada masalah setelah vasektomi hasil penelitian ini sesuai dengan Cristensen dan Maples jr (2005) di mana pasien yang vasektomi selama satu tahun sedikit sekali yang mengadukan keluhan. Hampir semua hasil penelitian fokus pada konsekuensi vasektomi terhadap kondisi psikososial dengan hasil kesejahteraan secara psikologis sangat baik untuk kedua pasangan baik suami maupun istri. Para suami melaporkan sangat senang dengan keputusan vasektomi yang diambil (Wiest dan Janke, 1974). Partisipan yang menyesal melakukan vasektomi karena merasakan per ubahan kemampuan seksual dan sering sakit secara umum. Dalam interview yang lebih dalam pasangan suami istri partisipan ini terdapat konfl ik karena keputusan untuk vasektomi adalah cender ung kemauan ist r i suami melakukan vasectomy karena terpaksa. Setelah operasi karena banyak keluhan menyebabkan partisipan merasa menyesal. Penolakan pada suami biasanya diketahui dari keluhan istri. Konfl ik yang terjadi di antara pasangan yang terjadi sebelumnya biasanya menjadi faktor resiko penolakan dan penyesalan (Jamieson et al., 2002). Perasaan terhadap pasangan Perasaan terhadap pasangan ditemukan dua tema yaitu lebih sayang terhadap istri dan merasa bingung dengan perasaannya. Sebagian besar partisipan merasa lebih sayang, lebih dekat, lebih bagus hubungannya, kualitas hubungan meningkat. Respons sosial Respons lingkungan sosial terhadap pria akseptor KB vasektomi ditemukan dua tema yait u masyarakat mendukung dan menolakatau kurang setuju. Sebagian besar partisipan tinggal di daerah pedesaan di mana bentuk respons masyarakat yang mendukung ber upa t id a k mengejek at au menola k keputusan partisipan, menjadi tempat bertanya bagi yang ingin tahu, menjadi contoh atau publik fi gur sebagai akseptor KB pria teladan tingkat daerah. Bagi masyarakat yang kurang setuju menyoroti cara yang digunakan sebagai metode KB. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebagian besar pria yang menjadi akseptor KB vasektomi tidak merasakan perubahan fi sik secara umum dan pada organ repproduksi yang merugikan. Reaksi psikologis sangat dipengaruhi respons fi sik dan pasangan yang dialami, sehingga memberikan reaksi psikologis yang berbeda-beda. Secara umum masyarakat memberikan dukungan terhadap program KB pria khususnya vasektomi. Saran Vasektomi dapat menjadi salah satu pilihan metode kontrasepsi yang aman bagi suami. Sebelum melakukan vasektomi sebaiknya petugas kesehatan memberikan konsultasi yang cukup kepada pasangan, sehingga pasangan menjadi memahami dan siap. KEPUSTAKAAN Ahmed, I., Rasheed, S., White, C., Shaikh, N.A., 1997. The incidence of post- vasectomy chronic testicular pain and the role of nerve stripping (denervation) of the spermatic cord in its management, British Journal of Urology, 79: 269– 270. 176 Jurnal Ners Vol. 7 No. 2 Oktober 2012: 170–176 BKKBN, 2003. Peningkatan partisipasi pria dalam keluarga berenana da kesehatan reproduksi di Indonesia, Cukilan Data Program Keluarga Berencana Nasional, Nomor: 252 - Tahun XXX. C h o e , J. M ., K i r k e m o , A . K ., 19 9 6 . Questionnairebased outcomes study of nononcological post-vasectomy complications. J Urol, 155: 1284–6 Christensen, R.E., Maples, Jr. D.C., 2005. Postvasectomy Semen Analysis: Are Men Following Up?: Evidence-Based Clinical Practice, J Am Board Fam Pract, 18: 44–7. De Knijff, D.W.W., Vrijhof, H.J.E.J., Arends, J., Janknegt, R.A., 1997 Persistence or reappearance of nonmotile sperm after vasectomy: does it have clinical consequences?. Fertile Steril, 67: 332–5. Edwards, I.S. 1993. Earlier testing after vasectomy, based on the absence of motile sperm. Fertil Steril, 59: 431– 6. Indonesia Demographic and Health Survey, 2002/3. National Family Plan ning Coordinating Board, Ministry of Health, Jakarta, Indonesia, and ORC Macro, Calverton, Maryland USA. Jamieson, D.J., Costello, C., Tussell, J., Hillis, S.D., Marchbanks, P.A., Peterson, H.B., 2004. The Risk of pregnancy after vasectomy. The American College of Obstetrians and Gynecologists, 103(5). McMahon, A.J., Buckley, J., Taylor, A., Lloyd, S.N., Deane, R.F., Kirk, D., 1992. Chronic testicular pain following vasectomy. Br J Urol, 69: 188–91. Manikandan, R., Srirangam, S.J., Perason, E, Collins, G.N., 2003. Early and late morbidity after vasectomy: a comparison of ch ronic scrot al pain at 1 and 10 yers, B J U I N T E R N A T I O N A L, 93: 571–574. Nigam, P., Goyal, B.M., Kumar, R., Sri Vasta, R.P., 1997. Post vasectomy sex-disorder. The Medicine and Surgery, 6: 10. Polit, D.F. dan Hungler, B.P., 1999. Nursing research: principles and metods. (6th ED0. Philadelpia: lippincott Williams and Wilkins. Speziale, H.J.S. dan Carpenter, D.R., 2003. Q ualitative research in n ursing, advancing the humanistic imperative, 3th ed, Lippincot William and Wilkins. Tandon, S., Sabanegh, Jr. E., 2008. Chronic pain after vasectomy: a diagnostic and treatment dilemma. B J U I N T E R N A T I O N A L, 102, 166–169. Wiest, W.M., Janke, L.D., 1974. Review artikle: A Methodological Critique of Research on Psychological Effects of Vasectomy. Psychosomatic Medicine, 36(5).