OKSIGENASI DENGAN BAG AND MASK 10 LPM MEMPERBAIKI ASIDOSIS RESPIRATORIK (Oxygenation by Using 10 lpm Bag and Mask Improves Respiratory Acidosis) Sunarko Setyawan*, Tintin Sukartini**, Sriyono**, Kusmiati** * Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ** Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya. Telp/Fax: (031) 5012496, E-mail: sriyono_70@yahoo.com ABSTRACT Introduction: ALO (Acute Lung Oedema) is the most common and remarkably life threatening medical emergency. It is not unusual that clients come to the hospital in critical condition. ALO occurs due to fluid accumulation in the alveoly, thereby impairing gas exchange and the client will experience respiratory acidosis and hypoxemia. The ALO management that must be urgently carried out is high concentration oxygenation with PEEP (Positive End Expiratory Pressure) to prevent alveolar collapse by means of Bag and Mask oxygenation, CPAP (Continous Positive Airway Pressure) mask and mechanical ventilation. The objective of this study was to explain the effect of oxygenation by using 10 lpm (liters per minute) bag and mask on respiratory acidosis improvement in ALO client. Method: A pre-experimental one group pre post test design was used in this study. The population were all ALO clients in ICU (Intensive Care Unit), Adi Husada Kapasari Hospital. There were 12 respondents which taken by using total sampling. Data were collected by using observation on the blood gas analyze (pH, PaCO2 and PaO2) then analyzed by using Paired t-Test with significance level ≤0.05. Result: The result showed that 12 respondents experienced respiratory acidosis and hypoxemia before intervention with 10 lpm bag and mask oxygenation was gave to them. After intervention for 1 hour, the result showed that pH increased (p=0.003), PaCO2 reduced (p=0.004) and PaO2 increased (p=0.005). Discussion: It can be concluded that 10 lpm bag and mask oxygenation had significance effect on the improvement of respiratory acidosis in ALO clients. Further studies should involve more respondents and more reliable measurement tools to obtain better accuracy. Keywords: bag and mask oxygenation, acute lung oedema, respiratory acidosis, hypoxemia PENDAHULUAN Edema paru akut merupakan medical emergency yang paling sering dan sangat mengancam jiwa. Edema paru akut terjadi karena adanya penumpukan cairan di alveolar dan mengakibatkan alveoli kolaps sehingga terjadi gangguan pertukaran gas dan proses difusi tidak berjalan dengan normal. Apabila hal tersebut berlanjut maka akan terjadi asidosis respiratorik (peningkatan PaCO2 dan penurunan pH). Asidosis respiratorik selalu diikuti oleh hipoksemia atau penurunan PaO2 (Anderson, 2005). Pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan tekanan positif sangat dibutuhkan untuk mengatasi keluhan edema paru akut, diantaranya dengan ventilator, Bag and Mask dan Continous Positive Airway Pressure (CPAP) mask (Bersten, et al., 1991dalam Bidang Diklat RSUD Dr Soetomo, 2005). Terapi medis diberikan berdasarkan penyebab dari penyakit dasarnya, namun efek atau respons obat tidak selalu segera terlihat, memerlukan beberapa menit bahkan beberapa jam. Pemakaian ventilator membutuhkan biaya yang cukup besar dan dalam pelaksanaannya memerlukan seorang ahli anastesi yang tidak selalu standby di rumah sakit Adi Husada Kapasari, sehingga membutuhkan waktu ± 1-2 jam, disamping itu untuk mendapatkan persetujuan keluarga klien juga membutuhkan waktu antara 1-2 jam. Dalam waktu yang cukup lama, oksigenasi mutlak harus tetap diberikan untuk mencegah klien jatuh dalam kondisi yang lebih buruk. Bag and Mask 10 lpm (liter per menit) merupakan oksigenasi dosis tinggi dengan closed system (masker ketat) yang paling mudah dan dapat segera dilakukan pada saat klien masuk rumah sakit. Bag and Mask dilengkapi dengan reservoir untuk memberi tekanan positif pada edema paru akut, namun pengaruhnya terhadap perbaikan asidosis respiratorik belum diketahui secara pasti. Angka kejadian edema paru belum dapat secara pasti dihitung karena banyaknya variasi derajat dan penyebab edema paru. Di Rumah Sakit Adi Husada Kapasari (RSAHK) Surabaya pasien edema paru akut yang masuk ruang ICU dari tahun 2005 sampai tahun 2006 rerata ± 9-11 kasus per bulan dan 80% dari kasus tersebut mengalami asidosis respiratorik. Edema paru akut merupakan penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa secara berlebihan dalam ruang interstisial dan alveolus paru-paru secara mendadak karena adanya tekanan hidrostatik kapiler meningkat dan penurunan tekanan koloid osmotik serta kerusakan dinding kapiler, sehingga dapat menyebabkan kebocoran kapiler ke ruang interstisial dan menjadi edema alveolar. Apabila berlanjut maka akan terjadi kerusakan pertukaran gas atau proses difusi tidak berjalan normal, respiration rate (RR) meningkat, perfusi dingin, sianosis dan gelisah akibat terjadi peningkatan CO2 dan penurunan O2. Penyebab terbanyak edema paru akut adalah kardiogenik, yang disebabkan karena kegagalan ventrikel kiri, seperti mitral stenosis, infark miokard akut dan berbagai penyakit jantung bawaan (Pikir, 2006). Penanganan yang tidak adekuat dapat menyebabkan kematian (Hudak dan Gallo, 1990). Penatalaksanaan edema paru sangat kompleks disamping mengobati keluhan klinis juga mengatasi penyakit dasar, seperti pemberian diuretik, morphin dan oksigen (Paul, L. Marino, 1997). Pemberian oksigen dengan tekanan positif merupakan hal utama yang harus dilakukan bila klien mengalami gangguan pertukaran gas untuk memperbaiki proses difusi (Mims, et al., 2004). Ventilator sangat efektif untuk oksigenasi pada edema paru akut yang berat, namun karena biaya yang cukup mahal dan dalam pelaksanaan memerlukan waktu maka Bag and Mask 10 lpm merupakan alternatif untuk mengatasi keluhan pada edema paru akut, namun pengaruh oksigenasi Bag and Mask 10 lpm belum diketahui secara pasti. Merujuk pada kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh oksigenasi dengan bag and mask 10 lpm terhadap perbaikan asidosis respiratorik pada klien edema paru akut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm terhadap perbaikan asidosis respiratorik pada klien edema paru akut. BAHAN DAN METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experimental one-group pre-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien edema paru akut kardiogenik di ICU Rumah Sakit Adi Husada Kapasari Surabaya. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dengan besar sampel 12 responden. Penelitian dilakukan mulai 29 November 2006 sampai dengan 10 Januari 2007. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian oksigen dengan Bag and Mask 10 lpm, sedangkan variabel dependen adalah kondisi asidosis respiratorik. Parameter untuk asidosis respiratorik adalah hasil pemeriksaan AGD yang meliputi pH, PaCO2 dan PaO2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk lembar observasi untuk menuliskan perubahan tanda-tanda vital dan saturasi oksigen, dimulai saat pasien baru masuk rumah sakit dengan menggunakan alat pulse oxymetri (Hewlett Packard) dan pemeriksaan AGD. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan AGD pada saat klien baru masuk sebelum intervensi dilakukan dan setelah 1 jam setelah intervensi diberikan. Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik Paired t- Test dengan derajat kemaknaan <0,05. HASIL Tabel 1 menunjukkan bahwa 10 responden (83%) terjadi peningkatan PaO2 dan 2 responden (17%) tidak mengalami peningkatan PaO2. Hasil PaO2 menunjukkan rerata PaO2 78.05 mmHg sebelum oksigenasi dan rerata 110.27 mmHg setelah oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm. Terdapat peningkatan PaO2 yang signifikan sebelum dam sesudah oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm pada klien edema paru akut yang ditunjukkan dengan hasil analisis statistik Paired t-Test p=0,005. Pada pH didapatkan hasil rerata pH 7.280 sebelum oksigenasi dan rerata 7.343 setelah oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm. Sepuluh responden (83%) mengalami peningkatan pH dan 2 responden (17%) tidak terjadi peningkatan pH. Terdapat peningkatan pH yang signifikan sebelum dan sesudah oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm pada klien edema paru akut dengan hasil analisis statistik Paired t-Test diperoleh p=0,003. Hasil PaCO2 didapatkan hasil rerata PaCO2 53,6 mmHg sebelum oksigenasi dan 49,5 mmHg setelah oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm. Delapan responden (67%) mengalami penurunan PaCO2 dan 4 responden (33%) tidak terjadi penurunan PaCO2. Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil PaCO2 antara sebelum dan sesudah oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm, pada klien edema paru akut yang ditunjukkan dengan hasil analisis statistik Paired t-Test p=0,004. PEMBAHASAN Menurut Djayanegara (2006) oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm merupakan metode pemberian oksigen dengan closed system (masker ketat) dimana tidak boleh ada kebocoran untuk mendapatkan FiO2 100% dan berfungsi sebagai Continous Positive Airway Pressure (CPAP) manual untuk mendapatkan PEEP. Dalam keadaan normal udara yang dihirup akan dikeluarkan seluruhnya dan sebagai hasilnya aliran udara yang dikeluarkan akan berhenti pada saat akhir ekspirasi diatas tekanan atmosfir, keadaan inilah yang disebut PEEP. PEEP bermanfaat untuk mempertahankan alveoli agar tetap terbuka dan dapat mendorong cairan dari intra alveolar ke interstisial (Sandhi, 2006), agar dapat menjamin terjadinya pertukaran gas yang efektif, hal ini akan meningkatkan PaO2 dan menurunkan PaCO2. Oksigenasi akan berhasil apabila tidak ada faktor penghambat seperti klien gelisah (bernafas melawan atau tidak seirama dengan bantuan nafas), hipoksemia yang terlalu lama, tahanan jalan nafas, compliance paru menurun dan metode pemberian oksigen yang tidak sesuai (Djayanegara, 2006). Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan CO2. Proses oksigenasi melibatkan sistim pernafasan dan sistim kardiovaskuler. Dalam proses oksigenasi terdiri dari 3 tahapan yaitu ventilasi, difusi gas dan transportasi gas. Pada edema paru akut yang terganggu adalah proses difusi gas yaitu pertukaran O2 dan CO2 di alveoli dengan kapiler paru, yang disebabkan adanya penumpukan cairan di alveoli (Price dan Wilson, 2005). Oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm bertujuan untuk meningkatkan tekanan partial oksigen pada inspirasi yang dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kadar FiO2 maupun meningkatkan tekanan O2 (Sandhi, 2006). Tabel 1. Perubahan PaO2, pH dan PaCO2 pre dan post oksigenasi Bag and Mask 10 lpm pada klien edema paru akut di RS Adi Husada Kapasari No PaO2 pH PaCO2 Pre Post Pre Post Pre Post Mean 78.05 110.27 7,280 7,344 53.6 49,5 SD 14.777 39,418 6.27E-02 6.98E-02 4.366 9.480 Hasil Analisis Statistik (Paired t-Test) p=0,005 p=0,003 p=0,004 Keterangan: p = Derajat kemaknaan SD = Standar Deviasi Mean = Rerata Pemberian oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm dapat menurunkan pH. pH yang konstan secara bersama dipelihara oleh sistim penyangga tubuh, ginjal dan paru- paru. Melalui paru-paru kadar CO2 dikendalikan dalam cairan tubuh melalui ventilasi alveolar (Guyton dan Hall, 1996). Dalam persamaan Henderson-Hasselbach dikatakan bahwa peningkatan PaCO2 akan menurunkan pH, oleh karena itu paru secara efektif dapat mengatur konsentrasi ion H + cairan ekstraseluler (Price dan Wilson, 2005). Penurunan pH pada klien edema paru akut disebabkan adanya metabolisme anaerobik akibat hipoksemia sehingga asam laktat meningkat dan meningkatkan ion hidrogen (pH menurun). Perbaikan ventilasi dengan oksigenasi dapat mengurangi asam laktat sebagai penyebab asidosis, karena metabolisme akan berubah menjadi aerobik, sehingga pH akan meningkat (Guyton dan Hall, 1996). CO2 adalah hasil metabolisme aerob dalam jaringan perifer. Dalam darah 70% CO2 diangkut dan diubah menjadi asam karbonat (HCO3 - ) dengan bantuan enzim Carbamic Anhidrase (CA), 23% CO2 larut dalam plasma dan sisanya 7% diikat oleh Hb dalam sel eritrosit (Said, 2002). Pembuangan CO2 melalui 2 cara, yang pertama perubahan gas CO2 menjadi asam karbonat yang berdisosiasi menjadi H + dan HCO3 - . H + dikeluarkan oleh ginjal terutama dalam bentuk NH4 + . Cara yang kedua adalah pelepasan CO2 oleh paru-paru (Guyton & Hall, 1996). Pembuangan gas CO2 adalah fungsi utama paru dan adanya hubungan yang sangat penting antara jumlah ventilasi dan jumlah PCO2 dalam darah terlalu tinggi, ini berarti bahwa paru tidak cukup memberikan ventilasi (Carolyne, 1997). Perbaikan ventilasi dengan oksigenasi Bag and Mask 10 lpm dapat meningkatkan kadar PaO2, sehingga pertukaran gas kembali efektif dan CO2 dapat dibuang kembali melalui paru-paru, karena pembuangan melalui ginjal kurang efektif apabila terjadi gangguan diuresis. Responden yang tidak mengalami penurunan PaCO2 disebabkan sebelum intervensi menunjukkan hasil PaCO2 yang tinggi (> 60 mmHg). Perbaikan ventilasi dan eliminasi CO2 membutuhkan PEEP > 5 cmH2O yang hanya bisa didapatkan dari alat ventilasi mekanik. Responden dengan hasil PaCO2 < 60 mmHg setelah intervensi dengan Bag and Mask 10 lpm PaCO2 tidak bisa turun, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi klien yang mengalami hipoksemia (PaO2 52 mmHg), klien gelisah dan tidak ada respons terhadap terapi morphin, sehingga oksigenasi tidak efektif. Morphin berguna untuk mengurangi kecemasan dan menurunkan tekanan perifer, sehingga darah dapat didistribusikan dari sirkulasi paru ke bagian tubuh lain. Hal tersebut akan menurunkan tekanan dalam kapiler paru dan mengurangi perembesan cairan ke jaringan paru. Edema paru akut terjadi karena adanya penumpukan cairan di alveolar dan menyebabkan alveoli kolaps sehingga terjadi gangguan pertukaran gas yang berlanjut pada terjadinya hipoksemia yang apabila berlanjut klien akan mengalami asidosis respiratorik. Asidosis respiratorik ditandai dengan peningkatan primer PaCO2 dan penurunan pH, sedang hipoksemia (PaO2 rendah) selalu menyertai asidosis respiratorik (Price dan Wilson, 2005). Peningkatan PaO2 dan perbaikan ventilasi akan menyebabkan eliminasi CO2 melalui paru efektif, sehingga hipoksemia dan asidosis respiratorik pada klien edema paru akut teratasi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian oksigen dengan Bag and Mask 10 lpm mencegah hipoksemia dan perbaikan asidosis pada klien edema paru akut. Saran Berdasar hasil penelitian, maka peneliti menyarankan agar pemberian oksigen dengan Bag and Mask 10 lpm diberikan oleh perawat terlatih dan mempunyai kemampuan tentang oksigenasi dan didasarkan dari hasil pemeriksaan AGD atau minimal mengacu pada hasil SpO2 dan gejala klinis. Klien yang dicurigai edema paru akut sebaiknya segera diberikan oksigen konsentrasi tinggi dengan Bag and Mask 10 lpm dengan tetap berdasarkan pada hasil SpO2 dan gejala klinis, karena oksigenasi dengan Bag and Mask 10 lpm efektif untuk mengatasi hipoksemia dan asidosis respiratorik pada edema paru akut. KEPUSTAKAAN Bersten, et al. 1991. Treatment of Severe Cardiogenic Pulmonary Edema with CPAP Delivered Fase Mask, J Med. England, 1825-1830. Bidang Diklat RSUD Dr Soetomo. 2005. Materi pelatihan ICU Tingkat Dasar. Surabaya, hlm. 39-42. Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol. 1. Jakarta: EGC, hlm. 798-802. Guyton dan Hall. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, hlm. 292- 302. Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi. Edisi 4. Jakarta: EGC, hlm.652-660. Carolyne, M.H. 1997. Keperawatan Kritis. alih bahasa oleh Allenidekania dkk. Jakarta: EGC. Djayanegara, I.D.G.N. 2006. Pemeriksaan Gas Darah 1 Jam Pasca Ventilator. Surabaya: Lab Anastesiologi dan Reanimasi FK UNAIR. Hudak and Gallo, 1990. Critical of Nursing. Philadelphia: JB Lippincort Company, pp. 452-461. Mims, et al. 2004. Critical care skills: A Clinical Handbook. USA: WB Saunders, pp.143-157. Marino, P.L. 1997. ICU Book. California: William and Wilkins, pp. 441-445. Pikir, S.B. 2006. Diagnosis dan Pengelolaan Edema Paru Kardiogenik Akut. Surabaya: Lab Kardiologi FK UNAIR, hlm.1-6. Sandhi, C. 2006. Perubahan AaDO2 pasien Edema Paru Akut Sebelum dan Sesudah Pemberian PEEP. Surabaya: Lab Anastesiologi dan Reanimasi FK UNAIR.