PENINGKATAN KEPERCAYAAN IBU POSTPARTUM DALAM MERAWAT BAYINYA MELALUI BONDING ATTACHMENT (Bonding Attachment Enhances Postpartum Mother’s Confidence in Caring Her Baby) Ratna Hidayati* *Program Studi S1 Keperawatan STIKES Karya Husada Jl. Soekarno Hatta PO BOX 53 Pare Kediri Kode Pos 64277 Telp.: (0354) 395203, Fax.: (0354) 393888 Email: wildanss@yahoo.com (Hp: 081-359303299) ABSTRACT Introduction: Bonding attachment is one of the methods to support an excessively interaction between mother and her’s baby. This interaction may facilitate a mother to be more confident to take care of the baby. Method: This study was used a quasy-eksperimental design which is the objective of this study was to examine the influence of facilitated bonding attachment to mother’s confidence to take care of her baby at early postpartum period in Amelia Pare Kediri Hospital. There were 90 respondents who met to the inclusion criteria and taken by using purposive sampling technique, divided into control group and intervention group. Data were collected by using questionnaire, then it were analyzed by using Chi Square and t-Test. Result: The result showed that nurse behaviour had significance effect on facilitated bonding attachment to mother/women self confidence to take care of her baby at early postpartum period (p=0.000). Discussion: It can be concluded that nurses behaviour who facilitated bonding attachment influenced mother’s confidence to take care of her baby at early postpartum periode. Then family center nursing care plan should applied in all of health care setting to promote family empower and to obtain bonding attachment since newborn. Moreover, nursing companion during the care is also important to facilitate mother’s ability to take care of the baby. Keywords: nurse behaviour, bonding attachment, mother’s confidence, postpartum PENDAHULUAN Setelah melahirkan anak pertama, seorang perempuan akan mengalami perubahan peran yaitu menjadi ibu. Situasi ini merupakan periode ketidakstabilan yang menuntut perubahan perilaku untuk menjadi orang tua. Steele dan Pollack (1968) dalam Bobak and Jensen (1996) mengatakan bahwa tugas, tanggung jawab dan sikap yang membentuk peran sebagai orangtua merupakan fungsi menjadi ibu. Pencapaian peran tersebut memerlukan proses pendewasaan diri yang dapat dicapai salah satunya dengan mulai mengasuh bayinya. Kemampuan untuk menunjukkan kelembutan, ikatan kasih sayang dan meletakkan kepentingan orang lain diatas kepentingan diri sendiri merupakan karakteristik individu seorang ibu (Bobak and Jensen, 1996). Hubungan/kontak dini ibu dan bayi melalui tatap muka, suara, bau, sentuhan dan pelukan bertujuan untuk memberikan kehangatan pada bayi, memberi rasa nyaman, serta meningkatkan perkembangan emosi, intelektual dan fisik bayi sejak awal sampai dengan dewasa. Kekuatan dan kualitas ikatan cinta yang terbentuk antara ibu dan bayi dalam minggu pertama setelah persalinan mewarnai semua hubungan sang bayi kelak di masa depan, selain kemampuannya untuk mencintai (Klaus and Kennell, 1982, Mercer and Ferketich, 1994, Mercer, 1982 dalam Matteson, 2001). Mengingat pentingnya awal kehidupan tersebut bagi ibu dan bayi, maka peningkatan hubungan tali kasih dan keterikatan atau bonding attachment antara ibu dan bayi sangatlah bermakna. Ketidakpercayaan diri ibu terhadap kemampuannya merawat bayi disebabkan ibu tidak melakukan kontak awal dengan bayinya. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesejahteraan bayi dikemudian hari. Menurut Klaus and Kennell (1982), pemisahan yang lama akibat prematuritas atau sakit, dapat meningkatkan risiko kejadian penelantaran, kekerasan dan gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan yang dapat terjadi pada bayi adalah kondisi gagal tumbuh tanpa penyakit organik, mudah terserang penyakit, atau timbul masalah emosional yang dikarenakan perilaku kekerasan dan penelantaran ibu. Pola melalaikan dalam mengasuh bayi berkaitan erat dengan adanya kegelisahan, kecemasan dan penolakan ibu untuk dekat dengan bayinya (Shaw and Bell, 1993 dalam Wong, Perry and Hess, 1998). Manfaat lain bonding attachment antara lain memberikan kehangatan, menurunkan rasa sakit ibu, memberikan rasa nyaman, identitas peran bagi seorang ibu serta membantu ibu untuk segera menyusui, yang bermanfaat untuk merangsang oksitosin dan prolaktin hormon sehingga meningkatkan kontraksi uterus, mencegah perdarahan postpartum dan meningkatkan produksi ASI (Lowdermilk, Perry and Bobak, 1999). Bonding attachment yang dilakukan sejak dini juga meningkatkan keterikatan ibu dan bayi, sehingga akan mendorong ibu untuk kompeten dan lebih percaya diri dalam merawat bayinya (Rubin, 1974 dalam Bobak and Jensen, 1996). Fasilitas yang diberikan oleh pemberi asuhan untuk bonding attachment akan menciptakan lingkungan yang meningkatkan kontak orang tua dan bayi sejak di ruang persalinan sampai keluar dari rumah sakit, membantu orang tua untuk mengenal respons bayi dan kemampuan bayi untuk berkomunikasi, meningkatkan dan mendukung kepercayaan diri dan ego orang tua untuk menjadi kompeten dan mencintai perannya (Wong, Perry and Hess, 1998). Merujuk dari kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh dari perlakuan perawat yang memfasilitasi bonding attachment yang diberikan sejak kelahiran sampai dengan periode awal postpartum terhadap kepercayaan diri ibu untuk merawat bayinya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh dari perilaku perawat yang memfasilitasi bonding attachment terhadap peningkatan kepercayaan diri ibu postpartum dalam merawat bayinya. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasy eksperimental post test only, dengan populasi ibu primipara pada masa persalinan sampai dengan awal postpartum/nifas dengan persalinan spontan pervaginam tanpa komplikasi dan bayinya sehat. Sampel penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik quota sampling dengan besar sampel 90 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2006 di Rumah Sakit Amelia Pare Kediri. Variabel independen dalam penelitian ini adalah perilaku perawat memfasilitasi bonding attachment, sedangkan variabel dependen adalah kepercayaan diri ibu untuk merawat bayinya pada masa awal postpartum. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan Chi Square dan t-Test dengan nilai kemaknaan α≤0,05. HASIL Karakteristik responden antara kelompok kontrol dan intervensi tidak ada perbedaan bermakna menurut usia, pendidikan, pekerjaan, lama perkawinan, dan anak yang direncanakan (lihat tabel 1). Distribusi usia responden kelompok kontrol dan intervensi sebagian besar usia 20-34 tahun, berpendidikan SMA, tidak bekerja, lama perkawinan ≤ 2 tahun dan anak yang dilahirkan tersebut adalah anak yang direncanakan. Rerata kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada kelompok kontrol adalah 35,40 dan pada kelompok intervensi adalah 62,00. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000 artinya perilaku perawat yang memfasilitasi bonding attachment berpengaruh dalam meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya. Tabel 1. Distribusi Karakteristik dan Hasil Analisis Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat Bayinya Menurut Usia & Pendidikan Di RS Amelia Kediri bulan Juni 2006. Keterangan: p = Derajat kemaknaan Mean = Rerata SD = Standar Deviasi  = Jumlah PEMBAHASAN Sesuai dengan pendapat McCloskey and Bulechek (1996) serta Wong, Perry and Hess (1998), bahwa tindakan keperawatan yang memfasilitasi interaksi ibu-bayi selama periode awal postpartum, ditunjang dengan sikap profesional perawat yang ramah, asertif, suportif dan sikap yang positif dalam memberikan asuhan keperawatan kepada ibu, bayi baru lahir, dan keluarganya akan sangat berperan terhadap pengalaman yang positif bagi ibu selama berada di rumah sakit. Selain itu, tindakan tersebut dapat mencegah dan mengatasi munculnya gangguan psikologis seperti ketakutan, ketegangan yang tinggi, kelelahan, serta kualitas bonding attachment yang kurang, sehingga berpengaruh terhadap kepercayaan diri ibu akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan akan mengurangi sekresi ASI. Lamb et al. (1973) dalam Bullock and Pridham (1988) juga berpendapat bahwa ibu yang yakin akan merawat bayinya sendiri menjadikannya lebih competent dan terlihat nyaman ketika berinteraksi dengan bayinya. Sejalan dengan hasil penelitian Djuwitaningsih (2004) bahwa ibu yang dirawat dengan metode rawat gabung berpeluang lebih besar untuk berinteraksi dengan bayinya dibandingkan dengan rawat terpisah. Kondisi ini memungkinkan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya, sehingga terjalin bonding attachment yang efektif pada periode yang sensitif dan ibu berkesempatan memperoleh edukasi maupun role model dari perawat yang merawat ibu tersebut beserta bayinya, yang pada akhirnya meningkatkan pengetahuan ibu dan berdampak pada peningkatan kepercayaan diri untuk mampu merawat bayinya (Affonso, 1976 dan Zahr, 1991). Teori yang dikemukakan oleh Lowdermilk, Perry and Bobak (1999) menyebutkan bahwa dengan terjalinnya bonding attachment sejak dini, selain bermanfaat meningkatkan pengeluaran oksitosin yang dapat mencegah perdarahan postpartum, meningkatkan produksi ASI, juga menurunkan kecemasan pada ibu dan meningkatkan partisipasi ibu dalam memberikan asuhan pada bayinya. Partisipasi ibu dalam hal ini ditunjang oleh adanya rasa percaya diri ibu untuk mampu melakukan Variabel Kel. Kontrol (n=45) Kel. Intervensi (n=45) Σ Mean SD Σ Mean SD Usia  < 20 th  20 – 34 th  > 34 th 5 35 5 32,60 36,29 32,00 9,29 8,25 4,90 3 34 8 60,00 62,56 60,38 5,57 5,14 5,73 Pendidikan  SD  SMP  SMA  PT 2 20 21 2 32,00 36,85 34,67 32,00 12,73 8,51 7,88 0,00 1 10 28 6 55,00 62,80 62,25 60,67 - 5,88 4,86 6,19 Pekerjaan  Tidak bekerja  Bekerja 24 21 35,04 35,81 8,45 7,85 29 16 61,52 62,88 4,95 5,78 Lama Perkawinan  ≤ 2 th  > 2 th 34 11 35,00 36,64 8,32 7,57 30 15 62,10 61,80 5,24 5,41 Anak yang direncanakan  Tidak direncanakan  Direncanakan 8 37 30,63 36,43 8,48 7,74 12 33 62,08 91,97 5,85 5,09 35,40 8,09 62,00 5,24 p=0,000 perawatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan perawat yang memfasilitasi bonding attachment yang didalamnya juga termasuk adanya rawat gabung, dapat memberikan dampak ibu lebih percaya diri, merasa lebih kompeten dalam perawatan bayinya dan tampak lebih sensitif terhadap tangisan bayi. Peningkatan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal postpartum ini dikarenakan responden mendapatkan manfaat yang besar dalam membantu proses adaptasi parental dengan memperoleh pendidikan cara merawat bayi dan cara memberikan ASI. Hal tersebut diperoleh melalui komunikasi langsung, demonstrasi, role model, maupun keterlibatan ibu bersama perawat disaat merawat bayinya ketika masih berada di rumah sakit. Pendapat ini sesuai juga dengan prinsip belajar yang dikemukakan Notoatmodjo (2002), pada proses emosional dan intelektual yang sesuai dengan kondisi ibu pada fase letting hold, dimana ibu ingin mencari informasi yang sebanyak-banyaknya dalam cara perawatan bayi dan dirinya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tindakan keperawatan dalam memfasilitasi bonding attachment meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayinya pada masa awal postpartum. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan kepercayaan diri yang baik dari ibu dengan meningkatnya keinginan untuk merawat bayinya sedini mungkin pada masa awal postpartum. 1. Saran Peneliti menyarankan agar penerapan asuhan keperawatan yang berbasis family centered care di semua tatanan pelayanan kesehatan untuk memfasilitasi keberadaan keluarga dan terjalinnya bonding attachment sejak proses kelahiran. Pendampingan oleh perawat pada saat ibu belajar merawat bayi dengan memulai dari tahap awal seperti memberikan penjelasan, demonstrasi, memotivasi ibu untuk mencoba merawat bayinya, sekaligus mengenalkan karakteristik masing-masing bayi pada ibunya untuk meningkatkan kemampuan ibu dalam merawat bayinya. KEPUSTAKAAN Affonso, D. 1976. The newborn’s potential for interaction. Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 5 (6), 9-14. Bobak and Jensen, 1996. Essentials of Maternity Nursing. St. Louis: Mosby Company. Bobak, et al. 1995. Maternity Nursing. 4 th edition. St. Louis: Mosby Year Book Inc. Bullock and Pridham. 1988. Sources of maternal confidence and uncertain and perceptions of problem-solving competence. Journal of Advanced Nursing, Vol. 13, 321-329. Djuwitaningsih, S. 2004. Hubungan dukungan suami dan pelayanan keperawatan dengan interaksi ibu-bayi pada periode awal nifas dalam konteks keperawatan maternitas, Tesis tidak dipublikasikan, Jakarta: FIK-UI. Klaus and Kennel, 1982. Parent infant bonding, St. Louis: Mosby Co. Lowdermilk, Perry and Bobak, 1999. Maternity Nursing. 5 th edition. St. Louis: Mosby Inc. Matteson, P.S. 2001. Women’s Health During The Chllidbearing Years: A Community Based Approach. St. Louis: Mosby Inc. McCloskey and Bulechek, 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). St.Louis: Mosby Year Book Inc. Mercer and Ferketich. 1994. Maternal-Infant Attachment of Experienced and Inexperienced Mother During Infancy, Nursing Research, 43(6), 344-351. Notoatmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Wong, Perry and Hess. 1998. Maternal Child Nursing Care. St.Louis: Mosby Inc. Zahr, L.K. 1991. The Relationship between maternal confidence and mother-infant behaviors in prematur infant. Research in Nursing and Health, Vol. 14, 279- 286.