Pengaruh Pernafasan active cycle of breathing terhadap peningkatan aliran ekspirasi maksimum pada penderita tuberkulosis paru Musik tembang kenangan (Harmayetty) MUSIK TEMBANG KENANGAN MENURUNKAN DEPRESI PASIEN STROKE (Memory Songs Decrease Depression for Stroke Patients) Harmayetty*, Ika Yuni Widyawati*, Anggun Perwita Sari* * Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031) 5913257. E-mail: zanno_yet@yahoo.com. ABSTRACT Introduction: Biological, physical and phsycosocial changes in stroke patient could be a stressor that induced a depression state. There would be an emotional disturbance in stroke patient and stroke attack would be recurrent, if it was not treated. One of the alternative techniques to reduce depression is musical therapy especially memory songs. Method: This study was used a quasy experimental pre-post test purposive sampling design. The population was stroke patients who treated in Neurological Ward A and Stroke Unit Dr Soetomo Hospital Surabaya. There were 12 respondents divided into 6 respondents for treatment group and 6 respondents for control group. The independent variable was music (memory song) and dependent variable was depression. Data were collected by using questionnaire which adapted from Hamilton Depression Rating Scale and Geriatric Depression Rating Scale, then analyzed by using Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with significance level α≤0.05. Result: The result showed that there was a difference between pre test and post test in depression (p=0.0196) and there was a difference in the depression between treatment group and control group (p=0.002). Discussion: It can be concluded that music (memory songs) has an effect to the depression of stroke patient. Further studies are needed to concerning other factors that may affect the relaxation technique especially in listening music. Keywords: stroke, depression, music (memory songs) _______________________________________________________________________________ PENDAHULUAN Musik sebagai bahasa universal dapat menjadi salah satu terapi relaksasi. Pada penelitian Cross, et al. (2002), pemberian musik pada penderita stroke di klinik rehabilitasi stroke di Amerika, didapatkan bahwa dari 40 penderita stroke yang diberi terapi musik terdapat penurunan gangguan stabilitas emosi, mobilitas dan sosialisasi dari skala berat menjadi sedang sebanyak 49% dan 26% dari skala sedang ke ringan. Stroke merupakan penyakit yang berdampak kompleks bagi kehidupan penderita baik berupa keterbatasan fisik, gangguan emosional maupun psikososial penderita. Serangan stroke yang dialami sering menimbulkan depresi bagi penderita yang ditandai dengan perasaan takut mati, tidak berguna atau takut mendapat serangan ulang (Misbach, 1999). Penderita yang mengalami gangguan emosional akibat stroke sebanyak 20-60% (Caplan, 1999). Pada penderita stroke angka kejadian depresi sebanyak 41% sedangkan untuk penderita yang mengalami serangan pertama sejumlah 33% (Shuaib, 1999). Penyebab depresi penderita stroke adalah berbagai tekanan akibat dampak yang dialami setelah serangan. Dampak stroke meliputi berbagai perubahan, baik keterbatasan fisik, emosional maupun perubahan regulasi neurotransmiter terutama GABA, serotonin dan norepineprin yang berpengaruh pada keadaan emosi penderita (Shuaib, 1999). Kasus stroke di negara berkembang cenderung terjadi pada usia semakin muda antara 30-40 tahun, termasuk di Indonesia (Siswono, 2001). Di ruang Saraf A RSU Dr Soetomo, angka kejadian stroke mulai bulan Januari sampai bulan Maret 2005 rerata pasien stroke per bulan sebanyak 187 pasien. Pemberian musik sebagai teknik relaksasi di tempat penelitian belum optimal sehingga perlu dilakukan penelitian dengan harapan dapat membantu menurunkan depresi pada pasien stroke. mailto:zanno_yet@yahoo.com Jurnal Ners Vol.3 No.1 April 2008 : 34-36 BAHAN DAN METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy experimental non randomized control group pre-post test design. Sampel diambil sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan, dengan sampel sebanyak 12 responden, dibagi menjadi kelompok perlakuan (diberikan intervensi musik tembang kenangan 1 kali per hari selama 7 hari, dengan durasi pertemuan 30 menit) dan kelompok kontrol (tanpa pemberian musik tembang kenangan) dengan jumlah sampel masing-masing 6 orang. Penelitian dilakukan selama bulan Januari sampai dengan Februari 2007. Variabel independen dalam penelitian ini adalah musik tembang kenangan, sedangkan variabel dependen adalah depresi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang diadaptasi dari Hamilton Depresion Rating Scale (7 pertanyaan) dan Geriatric depresion rating scale (9 pertanyaan). Data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Test, Mann Whitney U Test dan Wilcoxon Signed Rank Test dengan derajat kemaknaan α<0,05. HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa didapatkan perubahan nilai depresi yang signifikan pada kelompok perlakuan dengan hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test (p=0,0196), sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan perubahan pada nilai depresi dengan hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test (p=0,109). Pada hasil analisis statistik Mann Whitney U Test didapatkan perbedaan nilai depresi antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai sgnifikansi (p=0,002). PEMBAHASAN Berdasar hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat perubahan nilai depresi pada pasien stroke sebelum dan sesudah diberikan intervensi mendengarkan musik tembang kenangan. Depresi yang terjadi pada pasien stroke berkaitan dengan disregulasi neurotransmiter terutama GABA, glutamat, serotonin dan norepineprin yang mengakibatkan adanya perubahan emosional, dimana penderita lebih mengalami depresi. Perubahan disregulasi neurotransmiter akan berpengaruh pada emosi penderita stroke (Caplan, 1999). Rose, et al. dikutip dari Lumbantobing (2001), menyatakan terdapat kemungkinan perbedaan depresi pada pasien stroke antara gangguan di hemisfer kanan dengan kiri. Depresi yang disebabkan gangguan di hemisfer kanan lebih berespons terhadap farmakoterapi sedangkan depresi pada gangguan di hemisfer kiri walaupun kurang berespons terhadap farmakoterapi tetapi lebih berespons terhadap terapi psikologis. Menurut Lumbantobing (2001), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi kejadian dan berat depresi yang dialami penderita stroke yaitu tingkat intelektual, gangguan fungsi fisik, kualitas dukungan sosial yang tersedia, serta usia penderita. Penderita berusia muda mempunyai kemungkinan depresi yang lebih berat. Kemampuan penderita untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan bersosialisasi pun berpengaruh pada tingkat depresi yang dialami. Tabel 1. Nilai depresi pada pasien stroke di Ruang Saraf A dan Unit Stroke RSU Dr. Soetomo Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post Mean 11.00 5.67 8.67 9.83 SD 1.41 1.03 1.21 2.14 Hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank test (p=0,0196) Wilcoxon Signed Rank T test (p=0,109) Mann Whitney U Test (p=0,002) Keterangan: p = Derajat kemaknaan SD = Standar Deviasi Mean = Rerata Musik tembang kenangan (Harmayetty) Harmayetty Dalam rehabilitasi, stres dapat dikurangi dengan kesibukan penderita dalam mengikuti kegiatan program rehabilitasi, sehingga resiko untuk mengalami depresi berkurang (Shuaib, 1999). Mendengarkan musik merupakan salah satu kegiatan rehabilitasi psikologis yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi stres penderita. Terapi musik merupakan penggunaan musik dan elemennya untuk mengembangkan, mempertahankan dan memulihkan kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual, mempunyai sifat non verbal, kreatif, struktural, dan emosional dimana sifat-sifat ini digunakan dalam hubungan terapeutik untuk memudahkan kontak, interaksi, self awareness, proses belajar, ekspresi diri, komunikasi dan perkembangan pribadi (Siswono, 1999). Musik yang diberikan merupakan stimulus agar penderita stroke dapat merasa relaks dan dapat mengurangi gangguan emosional penderita. Musik yang didengar akan mempengaruhi kemampuan penderita untuk mencapai keadaan relaks, sehingga depresi yang dialami akan berkurang (Djohan, 2005). Penderita stroke yang mencapai keadaan relaks dan tenang maka hipotalamus akan menyesuaikan dengan menghasilkan respons yang berpengaruh pada penurunan aktivitas simpatis dan parasimpatis (Smeltzer dan Bare, 2002). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Musik tembang kenangan mampu menurunkan depresi pasien stroke. Pemberian musik tembang kenangan akan membuat pasien stroke menjadi lebih relaks dan menstimulasi hipothalamus untuk berespons dengan menurunkan aktivitas simpatis dan parasimpatis. Saran Peneliti menyarankan agar pemberian musik tembang kenangan dilakukan secara kontinyu pada perawatan pasien stroke yang tidak mengalami gangguan pada fungsi kognitif agar pasien lebih relaks dan mengurangi perubahan emosional yang dialami. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menilai kadar kortisol darah, hasil perekaman EKG dan jenis musik disesuaikan dengan keinginan responden. KEPUSTAKAAN Caplan. 1999. Stroke. New York: Marcel Dekker Inc., pp. 2-60, 529-539. Cross, et al. 2002. Effect on The Use of Music in Rehabilitations of Stroke Patients, (Online), (http://www.pubmed.gov., diakses tanggal 24 Desember 2006, jam 13.00 WIB). Djohan. 2005. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik, hlm. 223-224, 234. Lumbantobing. 2001. Neurogeriatri, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hlm. 93-171. Misbach. 1999. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, hlm. 77-80. Shuaib. 1999. Management of Acute Stroke. New York: Marcel Dekker Inc., pp. 120-121, 243-269. Siswono. 2001. Stroke: Si Pembunuh Nomor 1, (Online), (http://www.gizi.net/cgi- bin., diakses tanggal 25 Desember 2006, jam 11.00 WIB). Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Alih Bahasa oleh Monika Ester, Jakarta: EGC, pp. 123- 137, 295-296, 379. http://www.pubmed.gov/ http://www.gizi.net/cgi-bin. http://www.gizi.net/cgi-bin.