Pengaruh Pernafasan active cycle of breathing terhadap peningkatan aliran ekspirasi maksimum pada penderita tuberkulosis paru Purwaningsih PEER GROUP SUPPORT MENGUBAH PERSEPSI GELANDANGAN DAN PENGEMIS (Peer Group Support Change Perception of Homeless and Beggar) Purwaningsih*, Eka Mishbahatul Mar’ah Has*, Lailatun Ni’mah* * Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031) 5913257. E-mail: jurnalners.psik@gmail.com ABSTRACT Introduction: Homeless and beggar are social problem in our society. The reason of people who becomes homeless and beggar can be influenced by internal factors such as lazy to work, mental and physical illness. Meanwhile, it also can be influenced by external factors, such as economy, geography, social, education, pshycology, culture and religion. The aimed of this study was to analyze the effect of peer group support to perception about the homeless and beggar. Method: A quasy experimental two group pre-post test purposive sampling design was used in this study. The subjects were homeless and beggar which stay at Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih- Surabaya for at least three day. There were 16 respondent who met to the inclusion criteria which divided into two group (controlled and treatment). Data were analyzed by using Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney U Test with significance level α≤0.05. Result: The result showed that controlled group has significance level p=0.109 and treatment group has significance level p=0.017, statistically by using Mann Whitney U Test showed p=0.021. Discussion: It can be concluded that peer group support can change the perception about the homeless and beggar who stayed at Liponsos Surabaya. Peer group support can used continuously as social activity at Liponsos. Keywords: peer group support, homeless, beggar PENDAHULUAN Peningkatan jumlah gelandangan dan pengemis (Gepeng) di daerah perkotaan merupakan masalah sosial yang sampai saat ini belum teratasi (Sundariningsih, 2006). Faktor internal penyebab terjadi gelandangan dan pengemis meliputi sifat malas bekerja dan kecacatan (baik fisik maupun psikis), serta faktor eksternal seperti kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, faktor geografi, psikologis, kultural, kurangnya dukungan sosial, pengaruh lingkungan dan agama (National Coalition for the Homeless, 1999). Peer group support merupakan sekelompok orang dengan latar belakang sama berkumpul secara teratur untuk saling mendukung, berdiskusi dan menyelesaikan masalah secara bersama (Training in Human Rights and Citizenship Education Council of Europe, 1997). Fakta yang ada sampai saat ini pengaruh peer group support terhadap persepsi tentang gelandangan dan pengemis belum diketahui. Data Dinas Sosial Kota Surabaya mencatat bahwa jumlah gepeng di Kabupaten Surabaya mencapai 313 orang pada tahun 2006 dengan kecenderungan yang terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Kota Surabaya, pada tahun 2008 jumlah gepeng yang menghuni Liponsos mencapai 175 orang selama bulan Februari, 183 orang masing-masing selama bulan Maret dan April. Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa sekitar 2-19 orang gepeng terkena razia petugas ketertiban setiap hari selama bulan Mei 2008. Masalah gepeng perlu mendapat penanganan sedini mungkin baik secara konseptual dan pragmatik agar tidak membawa dampak negatif dan mengganggu stabilitas politik, ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan ketertiban masyarakat, serta menimbulkan citra negatif terhadap upaya pembangunan nasional (Siregar, 2003). Berdasarkan Prosedur Penanganan Masalah di Liponsos Keputih Kota Surabaya (2007), klien atau Penyandang Masalah mailto:jurnalners.psik@gmail.com Jurnal Ners Vol.3 No.1 April 2008 : 77-80 Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu gepeng, pekerja seks, anak jalanan, gelandangan penderita psikotik terlantar yang terkena penertiban aparat, akan diidentifikasi dan ditempatkan di asrama untuk mendapatkan pelayanan sosial dasar, bimbingan dan seleksi keterampilan untuk melihat apakah gepeng tersebut dapat produktif atau tidak. Menurut Peraturan Pemerintah No. 31 tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis Bab II Pasal 2, penanggulangan gepeng dapat meliputi usaha preventif, represif dan rehabilitatif untuk mengurangi jumlah gepeng, mencegah pengaruh yang luas akibat gelandangan dan pengemis, mengembalikan gepeng ke masyarakat sehingga menjadi anggota masyarakat yang produktif, serta memungkinkan pengembangan gepeng untuk memiliki kembali kehidupan dan penghidupan yang layak sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Liponsos secara terpadu mengadakan kegiatan bimbingan dengan melibatkan Dinkes, Polwil, Depag dan LSM. Bimbingan yang diberikan untuk gepeng meliputi bimbingan sosial, bimbingan mental rohani dan bimbingan fisik. Upaya penanganan terhadap PMKS seringkali hanya berhenti pada pendekatan punitif represif yaitu sekedar melakukan razia untuk menangkap PMKS, tetapi tidak ditindaklanjuti dengan upaya pembinaan yang efektif karena tempat penampungan dan pelatihan bagi yang terkena razia yang kurang memadai (Soetrisno, 2001). Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Liponsos Keputih Kota Surabaya pada tanggal 14 Mei 2008, diketahui bahwa kegiatan bimbingan tidak dapat dilaksanakan secara kontinyu karena pelaksanaan penertiban yang tidak terjadwal dan jumlah penghuni yang melebihi daya tampung. Perubahan persepsi terhadap pekerjaan menjadi gepeng dapat dipengaruhi oleh dukungan sosial. Dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor. Dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental dan informasi. Pelaksanaan peer group support diharapkan merubah persepsi gepeng sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang produktif. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh peer group support terhadap persepsi gelandangan dan pengemis di Liponsos Keputih Kota Surabaya. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasy experimental two group pre- post test. Populasi adalah gepeng yang ditempatkan di Liponsos Keputih Kota Surabaya. Besar sampel 6 orang yang diperoleh dengan teknik purposive sampling dan mengeliminasi gepeng yang menderita gangguan kejiwaan. Sampel dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan di mana masing- masing kelompok terdiri atas 8 orang. Variabel independen dalam penelitian ini adalah peer group support, sedangkan variabel dependen adalah persepsi gepeng di Liponsos Keputih Kota Surabaya pada bulan Juni 2008 sampai dengan Juli 2008. Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok dilakukan pra tes dengan memberikan kuisioner untuk mengetahui persepsi awal mereka tentang gepeng. Kemudian pada kelompok perlakuan dilakukan intervensi berupa peer group support sesuai SAK tiga kali pertemuan (selama dilakukan penempatan di Liponsos). Pertemuan pertama dilakukan diskusi mengenai pendapat diri tentang menjadi gepeng, pertemuan kedua berdiskusi mengenai alasan menjadi gepeng dan pertemuan ketiga dilakukan penyelesaian masalah yaitu tentang pendapat diri, alasan dan alternatif pekerjaan lain selain menjadi gepeng. Pada kelompok kontrol diberikan intervensi rutin yang dilakukan di Liponsos. Di akhir pertemuan ketiga kedua kelompok dilakukan paska tes. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Satuan Acara Kegiatan (SAK) peer group support dan kuisioner. Data yang diperoleh dari dianalisis dan diteliti dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Withney U Test dengan derajat kemaknaan α≤0,05. HASIL Distribusi gepeng yang menjadi sampel pada kelompok perlakuan Peer Group Support Mengubah Persepsi (Purwaningsih) berdasarkan lama menjadi gepeng <1 tahun sebanyak 50%, 1-5 tahun sebanyak 25%, 5- 10 tahun sebanyak 12,5% dan > 10 tahun 12,5%. Distribusi gepeng berdasarkan frekuensi terkena penertiban 1-3 kali sebanyak 62,5%, 4-6 kali 37,5%, sementara distribusi gepeng yang menjadi sampel pada kelompok kontrol berdasarkan lama menjadi gepeng <1 tahun sebanyak 62,5%, 5-10 tahun sebanyak 25%, dan 1-5 tahun sebanyak 12,5%. Distribusi gepeng berdasarkan frekuensi terkena penertiban 1-3 kali 50% dan 4-6 kali sebanyak 50%. Pada tabel 1 dapat dilihat pengaruh peer group support terhadap perubahan persepsi gepeng. Dari 8 responden pada kelompok perlakuan menunjukkan 75% memiliki persepsi positif untuk tidak lagi menjadi gepeng dan 25% masih memiliki persepsi negatif. Persepsi tentang gepeng mengalami perubahan yang bermakna setelah dilakukan peer group support yang ditunjukkan dengan hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test p=0,017. Pada kelompok kontrol, dari 8 responden menunjukkan sebanyak 37,5% memiliki persepsi positif dan sebanyak 62,5% masih memiliki persepsi negatif. Persepsi tentang gepeng tidak mengalami perubahan yang bermakna pada kelompok kontrol yang ditunjukkan dengan hasil analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test p=0,109. Perbandingan perubahan persepsi tentang gelandangan dan pengemis antara kelompok perlakuan setelah diberikan peer group support dan kelompok kontrol, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh peer group support terhadap perubahan persepsi tentang gepeng yang ditunjukkan dengan hasil analisis statistik Mann Withney U-Test p=0,021. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tampak perbedaan yang signifikan pada persepsi tentang gepeng antara sebelum dan sesudah dilakukan peer group support pada kelompok perlakuan. Hal ini dikarenakan dalam peer group support responden bisa bertemu secara kontinyu untuk berdiskusi dan bertukar pendapat dengan rekan sesama gepeng mengenai pendapat pribadi tentang gepeng sebagai pekerjaan, penyebab menjadi gepeng, serta pekerjaan lain yang bisa dilakukan selain menjadi gepeng secara bersama-sama. Tahapan dalam peer group support seperti checking in, presentasi masalah, klarifikasi masalah, penyampaian berbagai usulan, perencanaan tindakan dan checking out (Training in Human Rights and Citizenship Education Council of Europe, 1997) dilakukan dengan baik. Hal ini memungkinkan individu untuk menerima masukan dari individu lain, menyeleksi rangsangan, mengorganisasikan, menafsirkan, memberi arti dan mengambil keputusan untuk merubah persepsi tentang gepeng. Sejumlah kecil responden dalam kelompok perlakuan tidak mengalami perubahan persepsi tentang gepeng setelah dilakukan peer group support. Menurut Alkatsar (1984), salah satu faktor penyebab seseorang menjadi gepeng adalah karena kondisi atau keterbatasan fisik yang membuat seseorang tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Responden yang cenderung tidak berubah persepsi adalah responden berusia lanjut. Penurunan kondisi biologis, kesehatan, psikologis, spiritualitas dan ekonomi mengakibatkan lansia merasa tidak memiliki alternatif pekerjaan yang lain, selain menjadi gepeng. Selain itu, usia dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam mempersepsikan sesuatu (Walgito, 2004). Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa responden dalam kelompok kontrol yang mengalami perubahan persepsi tentang gepeng tanpa dilakukan peer group support. Persepsi dapat dipengaruhi oleh pengalaman individu mengenai sesuatu (Walgito, 2003). Responden dengan berbagai pengalaman yang tidak menyenangkan ketika terkena razia ketertiban dan ditangkap secara paksa oleh Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) cenderung merubah persepsi tentang gepeng. Selain itu, peraturan di Liponsos yang menegaskan bahwa gepeng yang kembali terkena razia ketertiban akan ditempatkan lebih lama di penampungan juga menjadi stimulus bagi responden untuk merubah persepsi tentang gepeng sebagai pekerjaan. Jurnal Ners Vol.3 No.1 April 2008 : 77-80 Tabel 1. Hasil analisis statistik persepsi tentang gelandangan dan pengemis sebelum dan sesudah dilakukan peer group support di Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih Surabaya Juni-Juli 2008. Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post Post Post Mean 35,5 42,25 34,625 35,375 42,25 35,375 SD 2,72554 5,70088 4,03 3,93 5,70088 3,93 Hasil Analisis Statistik Wilcoxon Signed Rank Test (p=0,017) Wilcoxon Signed Rank Test (p=0,109) Mann Whitney U Test (p=0,021) Keterangan: Mean = Rerata SD = Standar Deviasi p = Derajat kemaknaan Kegiatan peer group support dapat diterapkan pada gepeng yang terkena penertiban aparat di samping pembinaan bimbingan sosial, bimbingan mental rohani dan bimbingan fisik yang sudah ada. Kegiatan peer group support dapat diterapkan dengan adanya dukungan fasilitas yang ada dan sesuai dengan tahapan peer group yaitu cheking in, presentasi masalah, klarifikasi masalah, berbagi usulan, perencanaan tindakan dan cheking out dengan bantuan fasilitator petugas Liponsos atau dari mantan gepeng yang sudah mendapatkan pekerjaan baru dengan taraf hidup yang lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan peer group support dapat merubah persepsi tentang gepeng di Liponsos Keputih Kota Surabaya tahun 2008. Anggota peer group support dapat memperoleh informasi tentang alternatif pekerjaan lain selain menjadi gelandangan dan pengemis serta dapat mengembangkan hubungan sosial, sehingga gepeng mampu menjadi anggota masyarakat yang produktif setelah dikeluarkan dari Liponsos Keputih Kota Surabaya. Saran Kegiatan peer group support merupakan salah satu kegiatan pembinaan sosial yang dapat dilakukan untuk gepeng yang terkena penertiban sesuai dengan SAK (Satuan Acara Kegiatan). Liponsos dapat menerapan kegiatan peer group support ini dengan mempersiapkan fasilitas pendukung yang sesuai dengan tahapan peer group. KEPUSTAKAAN Alkatsar. 1984. Gelandangan dan Pengemis di Daerah Rural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 27. National Coalition for The Homeless. 1999. Homeless People, (Online), (http://www.ncfh.org., diakses tanggal 14 Maret 2008, jam 11.25 WIB). Lingkungan Pondok Sosial. 2007. Prosedur Penanganan Masalah di Liponsos Keputih Kota Surabaya. Surabaya: Lingkungan Pondok Sosial, hlm. 77- 88. Siregar. 2003. Analisis Sosial Ekonomi Gelandangan dan Pengemis di Kota Medan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, (Online), (http://www.library.usu.ac.id., diakses tanggal 24 April 2008, jam 10.25 WIB). Soetrisno. 2001. Pemberdayaan Masyarakat dan Upaya Pembebasan Kemiskinan. Yogyakarta: Philosophy Press, hlm. 5. Training in Human Rights and Citizenship Education Council of Europe, 1997. Peer Group Support, (Online), (http://www.dadalos.org., diakses tanggal 11 Maret 2008, jam 11.00 WIB). Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, hlm. 2-4. Walgito. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar Cetakan Keempat. Yogyakarta: C.V Andi Offset, hlm. 16- 18. http://www.ncfh.org/ http://www.library.usu.ac.id/ http://www.dadalos.org/ Peer Group Support Mengubah Persepsi (Purwaningsih)