Pengaruh Pernafasan active cycle of breathing terhadap peningkatan aliran ekspirasi maksimum pada penderita tuberkulosis paru PEER GROUP SUPPORT MENINGKATKAN RESPON PENERIMAAN PSIKOLOGIS PEGAWAI MENGHADAPI MASA PERSIAPAN PENSIUN (MPP) (Peer Group Support Increase Psychological Responses Changes from Public Servant in Retirement Preparation Phase) Nursalam*, Ferry Efendi*, Ulfa Husnul Fata* * Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031) 5913257 E-mail: nursalam_psik@yahoo.com ABSTRACT Introduction :Retirement is separation process of individual from their work that is being paid from their position or occupation. Retirement may change psychological responses. The aimed of this study was to analyze the influence of peer group support in psychological responses changes from public servant in retirement preparation phase. Method : This study was used an quasy experimental pre-post test purposive sampling design. Population were 18 respondents who will retire on 2009 and 2010 in Mardiwaluyo General Hospital Blitar. Sample were 16 respondents divided into 8 respondents each for treatment and control group. The independent variable was peer group support and dependent variable was psychological responses. Data were collected by using questionnaire before and after peer group support intervention. Data then analyzed by using Mann Whitney U Test and Wilcoxon Signed Rank Test with significance level α≤0.05. Result: The result showed that peer group support didn’t have an influenced in denial respons (p=0.301), anger respons (p=0.317), bargaining respons (p=0.079) and depression respons (p=0.300). Otherwise peer group support have an influenced in acceptance respons (p=0.049). Discussion: The result of this study has enlightened the important of retirement preparation phase to provide positive psychological responses. Further studies are recommended to extend this recearch with considering biological and spiritual responses. Keywords: peer group support, retire, psychological responses PENDAHULUAN Pensiun merupakan keadaan dimana seseorang tidak bekerja lagi karena masa tugas sudah berakhir (Depdiknas, 2005). Batas usia pensiun merupakan batas usia Pegawai Negeri Sipil harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu usia 56 tahun (PP RI No 32 Tahun 1979). Seseorang yang merasa pekerjaannya sebagai hidup dan identitas diri, maka mereka akan merasa kehilangan saat pensiun tiba (Danko, 2002). Pensiun seharusnya membuat orang senang karena dapat menikmati hari tua, namun banyak orang bingung bahkan cemas ketika akan menghadapi pensiun. Memasuki masa pensiun, seseorang akan kehilangan peran sosial di masyarakat, prestige, kekuasaan, kontak sosial, bahkan harga diri akan mengalami perubahan karena kehilangan peran (Eliana, 2003). Dukungan sosial merupakan suatu jaringan keluarga, teman, rekan kerja dan kenalan lain untuk memberikan masukan pada saat terjadi krisis (Mayoclinic, 2005). Peer group support merupakan media yang memungkinkan seseorang melakukan interaksi sosial dan mendapatkan dukungan dari orang lain (Wikipedia, 2006). Di Indonesia, khususnya Rumah Sakit Daerah Mardiwaluyo Kota Blitar, metode peer group support maupun berbagai kegiatan yang melibatkan para pensiunan belum pernah dilakukan. Jumlah pegawai di Rumah Sakit Daerah (RSD) Mardiwaluyo Kota Blitar pada tahun 2008 tercatat 409 orang dengan jumlah pegawai yang pensiun tercatat 9 orang atau sekitar 2,07% dari total pegawai (2 orang pindah rumah). Respons psikologis yang didapatkan antara lain: 100% respons penyangkalan adaptif, 100% respons marah adaptif, 83,7% respons tawar menawar adaptif, 100% respons depresi adaptif dan 83,3% respons penerimaan adaptif. Faktor risiko yang paling utama yang dialami pekerja tua atau usia 50 tahun berhubungan dengan tekanan pekerjaan yang menghadapi masa tua adalah perilaku maladaptif (seperti mabuk berlebihan, berjudi, perilaku yang tidak baik seperti menembak atau melakukan kekerasan terhadap orang lain, penyalahgunaan alkohol dan perilaku agresif) (Gershon, Lin and Li Xian, 2002). Holmes dan Rahe (1967) dalam Eliana (2003) menyatakan bahwa pensiun menempati rangking 10 besar untuk posisi penyebab stres. Hasil penelitian Universitas Michigan yang meneliti para pensiunan menunjukkan bahwa sebanyak 75% pekerja yang mempersiapkan masa pensiun akan menikmati masa pensiun dengan lebih bahagia dibandingkan 25% lainnya yang tidak mempersiapkan masa pensiun (Sutarto dan Ismulcokro, 2008). Bagi mereka yang memiliki persiapan, masa pensiun justru menjadi masa paling bahagia dalam menikmati hidup (Eliana, 2003). Bagi para pensiunan yang tidak memiliki persiapan yang matang, tidak menutup kemungkinan akan mengalami tekanan psikologis. Tekanan psikologis diawali sebagai akibat dari Post Power Syndrome (PPS) atau sindrom hilangnya kekuatan. Apabila dibiarkan berlarut-larut, tekanan psikologis tersebut bertambah berat dan dapat menyebabkan ganguan jiwa (Sutarto dan Ismulcokro, 2008). Masa pensiun dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari kegiatan rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama (Offord, 1992 dalam Eliana, 2003). Memasuki masa pensiun seseorang kehilangan pekerjaan, status sosial, fasilitas, materi, anak-anak sudah besar dan pergi dari rumah. Teman dan relasi tidak lagi mengunjungi dan berakhir dalam kesepian. Seseorang yang memasuki masa pensiun sering kali merasa malu karena menganggap diri sebagai pengangguran sehingga menimbulkan perasaan minder, rasa tidak berguna, tidak dikehendaki, dilupakan, tersisihkan, tanpa tempat berpijak dan seperti tanpa rumah. Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin dan Schooler, 1978 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007). Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan melalui kedekatan sosial (Gottlieb, 1983 dikutip Smet, 1994 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007). Berdasarkan penelitian Gitawati (2007), peer group support mempunyai pengaruh tehadap harga diri lanjut usia (lansia). Peer group support merupakan salah satu terapi kelompok yang memberikan kesempatan pada lansia untuk mendapatkan dukungan yang saling menguntungkan dan suatu bantuan yang dapat menolong lansia menghadapi stres dalam beradaptasi dengan penurunan kekuatan. Anggota kelompok memberikan dukungan saat terjadi masalah dan memiliki kesempatan untuk membantu satu sama lain (Kapplan and Saddock, 1997 dalam Gitawati, 2007). BAHAN DAN METODE Design yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy experimental (pre-post test). Populasi penelitian ini adalah semua pegawai yang akan pensiun tahun 2009 dan tahun 2010 di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar sebanyak 18 orang. Subyek dalam penelitian ini adalah pegawai yang akan pensiun tahun 2009 dan tahun 2010 di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar dan bersedia menjadi responden dengan besar sampel 16 responden yang ditentukan menggunakan tehnik purposive sampling. Sampel tersebut dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masing-masing dengan 8 sampel. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2008 sampai dengan Januari 2009. Variabel independen penelitian ini adalah peer group support, dan variabel dependen adalah respons psikologis. Data respons psikologis diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diberikan Nursalam sebelum dan sesudah tindakan peer group support dilakukan. Kuesioner respons psikologis terdiri dari fase pengingkaran (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (bergaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptence) merupakan modifikasi dari kuesioner respons psikologis Kubler Ross (1969 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007). Data dianalisis menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney U Test dengan derajat kemaknaan α<0,05. Peneliti mempergunakan metode content analyze untuk memperkuat hasil yang diperoleh. HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa respons psikologis responden berada dalam kategori adaptif dan terjadi perubahan yang tidak signifikan pada masing-masing fase dari respons psikologis (gambar 1). Kelompok perlakuan untuk respons penyangkalan menunjukkan kategori adaptif baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan peer group support. Perubahan respons penyangkalan ditunjukkan dengan rerata 31,2% (sebelum perlakuan) menjadi 30% (sesudah perlakuan). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai signifikansi p=0,465, yang berarti tidak ada perubahan respons penyangkalan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan respons penyangkalan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan hasil analisis statistik Mann Whitney U Test p=0,301 (tabel 1). Analisis isi (content analysis) dari hasil wawancara yang memperkuat hasil data kuantitatif adalah jawaban dari pertanyaan: Bagaimana perasaan Anda setelah mengetahui bahwa Anda akan pensiun? Sebelum intervensi responden menjawab: “Biasa saja mas, insya Allah ya siap, waktunya pensiun ya pensiun, siap tidak siap ya harus siap” (A1) Sesudah intervensi responden menjawab: “Perasaan saya lebih baik, saya lebih siap menghadapi masa pensiun” (A1) Kelompok perlakuan untuk respons marah menunjukkan kategori adaptif baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan peer group support. Perubahan respons marah ditunjukkan dengan rerata 25,6% (sebelum perlakuan) menjadi 26,8% (sesudah perlakuan). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai signifikansi p=0,655, berarti tidak ada perubahan respons marah sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan respons marah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan hasil analisis statistik Mann Whitney U Test p=0,317 (tabel 2). Analisis isi (content analysis) dari hasil wawancara yang memperkuat hasil data kuantitatif adalah jawaban dari pertanyaan: Menurut Anda, karena salah siapa Anda pensiun? Berikut adalah kutipan jawaban salah satu responden sebelum intervensi: “Pensiun ya bukan salah salah siapa- siapa, masak mau menyalahkan orang lain?“ (A5) Sesudah intervensi responden menjawab: “Kalau pensiun ya bukan salah siapa- siapa, khan memang sudah waktunya” (A5) Kelompok perlakuan untuk respons tawar-menawar menunjukkan kategori adaptif baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan peer group support. Perubahan respons tawar-menawar ditunjukkan dengan rerata 38,1% (sebelum perlakuan) menjadi 28,1% (sesudah perlakuan). Analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai signifikansi p=0,068, berarti tidak ada perubahan respons tawar- menawar sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan respons tawar-menawar pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan analisis statistik Mann Whitney U Test p=0,079 (tabel 3). Analisis isi (content analysis) dari hasil wawancara yang memperkuat hasil data kuantitatif adalah jawaban dari pertanyaan: Seandainya Anda tidak pensiun, apa yang akan Anda lakukan? Jawaban responden sebelum intervensi: “Apa iya.....? khan sudah waktunya pensiun, tentunya saya akan bekerja lebih baik lagi” (A1) Nursalam Sesudah intervensi jawaban responden: “Kalau tidak pensiun ya saya akan bekerja lagi, lebih giat lagi” (A1) Kelompok perlakuan untuk respons depresi menunjukkan kategori adaptif baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan peer group support. Perubahan respons depresi ditunjukkan dengan rerata 35% (sebelum perlakuan) menjadi 27,9% (sesudah perlakuan). Analisis data dengan menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai dengan signifikansi p=0,128, berarti tidak ada perubahan respons depresi sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan respons depresi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan hasil analisis statistik Mann Whitney U Test p=0,300 (tabel 4). Analisis isi (content analysis) dari hasil wawancara yang memperkuat hasil data kuantitatif adalah jawaban dari pertanyaan: Bagaimana tanggapan Anda terhadap pensiun yang Anda alami? Jawaban responden sebelum intervensi: “Pensiun biasa-biasa saja” (A6) Jawaban sesudah intervensi: “Kalau pensiun ya biasa saja, tidak ada masalah” (A6) Kelompok perlakuan untuk respons penerimaan menunjukkan kategori adaptif baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan peer group support. Perubahan respons penerimaan ditunjukkan dengan rerata 41,25% (sebelum perlakuan) menjadi 52,5% (sesudah perlakuan). Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan nilai dengan signifikansi p=0,798, yang berarti tidak ada perubahan respons penerimaan sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan respons penerimaan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan hasil analisis statistik Mann Whitney U Test p=0,049 (tabel 5). Analisis isi (content analysis) dari hasil wawancara yang memperkuat hasil data kuantitatif adalah jawaban dari pertanyaan: Apakah Anda bisa menerima pensiun Anda saat ini? Jawaban sebelum intervensi: “Saya agak sedih karena saya akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan saya berkurang” (A3) Jawaban sesudah mendapat intervensi: “Yah namanya saja sudah pensiun, saya ya harus menerima” (A3) PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perubahan yang signifikan pada masing- masing fase dalam respons psikologis (penyangkalan, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan). Respons penerimaan menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, berarti peer group support dapat meningkatkan respons psikologis (respons penerimaan dibandingkan dengan kelompok yang tidak terlibat peer group support. Mayoritas reponden baik setelah maupun sebelum dilakukan peer group support tidak menunjukkan respons penyangkalan terhadap datangnya masa pensiun. Kenyataannya pada hasil analisis didapatkan responden tidak menunjukkan respons penyangkalan. Hal ini terjadi karena mayoritas responden memang telah mempunyai persiapan dalam menghadapi masa pensiun, sehingga mereka tidak mengalami respons penyangkalan menjelang masa pensiun. Adanya Masa Persiapan Pensiun (MPP) memungkinkan responden beradaptasi menjelang kehilangan (pekerjaan). Menyangkal merupakan mekanisme pertahanan individu di mana seseorang menghadapi fakta yang sangat tidak nyaman untuk diterima dan cenderung untuk menolak (Davidhizar et al., 1998). Pada tahap ini seseorang tidak mampu berpikir apa yang seharusnya dia lakukan untuk keluar dari masalah. Masa Persiapan Pensiun (MPP) memfasilitasi lanjut usia agar lebih mudah beradaptasi ketika menghadapi fase pensiun. Oleh karena itu untuk selanjutnya perlu diidentifikasi dampak kehilangan (pensiun) yang lainnya seperti post power syndrom dan lain-lain terhadap respons penyangkalan. Nursalam Respons marah pada kelompok kontrol dan perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sesudah diberikan tindakan peer group support. Hal ini dimungkinkan karena adanya rasa kebersamaan yang sudah terbentuk secara kolektif. Faktor lain yang memungkinkan tidak berpengaruhnya peer group support terhadap perubahan respons marah adalah faktor pertemuan dalam kegiatan peer group support yang seharusnya dilaksanakan minimal tiga kali pertemuan, namun dalam pelaksanaannya hanya dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, sehingga didapatkan hasil yang kurang maksimal. Peer group support memungkinkan seseorang yang mengalami masalah akan bisa menerima masalah tersebut. Pada umumnya seseorang yang akan dan sedang mengalami kehilangan yang tidak dapat melewati fase penyangkalan atau penyangkalan, akan jatuh pada fase berikut yaitu marah. Marah dapat dipandang sebagai keadaan emosi yang dirasakan oleh manusia dalam rentang hidupnya yang berfungsi untuk pertahanan. Marah dapat mendorong mekanisme psikologis untuk melakukan tindakan yang bersifat evaluasi diri (Kemp, 1995). Terlewatinya fase marah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu terlewatinya fase pengingkaran secara asertif dan menuju fase marah dan fase penyangkalan yang maladaptif yang berlanjut pada fase marah. Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan (Suliswati et al., 2005). Setiap orang yang akan atau sedang mengalami kehilangan menunjukkan respons psikologis yang secara umum sama. Secara hirarki fase kehilangan akan saling berhubungan antara fase satu dengan fase berikutnya, ketika fase penolakan dan marah terlewati seseorang akan jatuh pada fase tawar-menawar. Kubler-Ross (1969) dalam Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa dalam tahap tawar-menawar terjadi penundaan kehilangan. Individu mungkin berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Teori kepribadian dalam tawar- menawar menekankan bahwa jenis-jenis kepribadian menentukan proses tawar- menawar dan hasil. Pada analisis didapatkan bahwa tidak ada perbedaan respon tawar- menawar sebelum dan sesudah peer group support. Hal tersebut dapat disebabkan karena mayoritas responden menerima datangnya masa pensiun, sehingga individu tidak melawan kehilangan (pekerjaan) tersebut. Mayoritas responden sudah memikirkan kegiatan apa yang akan dilakukan untuk mengisi masa pensiun. Responden juga tidak terbebani oleh masa pensiun yang segera datang. Berbagai faktor yang menyebabkan para pegawai tidak menunjukkan fase tawar-menawar pada masa menjelang pensiun, antara lain adanya tukar pendapat dalam kehidupan sehari-hari, status ekonomi yang sudah mapan dan penerimaan keluarga serta tingkat partisipatif di masyaraat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peer group support tidak berpengaruh terhadap respons psikologis depresi. Kubler- Ross (1969) dalam Potter dan Perry (2005) menyatakan bahwa tahap depresi terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan tersebut, realitas dan sifat ketetapan dari kehilangan telah dikenali dan dirasa sangat menyakitkan dan mengecewakan. Seseorang merasa terlalu sangat kesepian dan menarik diri. Tetapi tahap depresi memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan masalah. Goodman (1999 dalam Nurachmah, 1999) menyatakan bahwa kelompok pendukung berfungsi sebagai kelompok pengobat sejawat (peer therapy group/peer group support), tukar pendapat antar sejawat yang mempunyai masalah yang sama cukup efektif dalam mengatasi dampak masalah terutama masalah psikologis dan sosial. Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu dalam memanfaatkannya menghadapi stress yang disebabkan situasi dan lingkungan (Pearlin dan Schooler, 1978 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kubbler Ross (1998) dalam Potter dan Perry (2005) bahwa seseorang yang mampu memahami atau memaknai tidak akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan penyebab depresi dan meredakan perasaan bersalah atau malu yang tidak realistis yang menyertai depresi. Peer group support dapat memberikan dukungan kepada kelompok sebaya, menumbuhkan rasa optimisme dan menumbuhkan pikiran positif dalam menghadapi suatu permasalahan. Hal ini memungkinkan seseorang tetap produktif secara psikologis dan sosial setelah pensiun. Kegiatan ini dapat menjadi wadah untuk berdiskusi, memecahkan atau mencari solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi. Disamping itu, mayoritas responden berstatus menikah. Hal ini menyebabkan responden masih memiliki tempat untuk berbagi dengan orang yang disayangi, merasa masih ada teman atau pendamping yang sangat dekat. Faktor inilah yang menyebabkan responden tidak mengalami depresi walaupun terjadi kehilangan (pekerjaan). Fase terakhir yang menentukan seseorang jatuh pada exshaution distress atau eustress terhadap kehilangan adalah fase penerimaan akan kehilangan yang dihadapi. Individu menerima kehilangan dan mulai merencanakan untuk mengatasi hal tersebut. Reaksi fisiologis menurun dan interaksi sosial berlanjut. Individu mulai berbagi perasaan tentang kehilangan, mengenang kejadian masa lalu dan hidup mulai menjadi stabil. Pada analisis didapatkan bahwa tidak ada pengaruh yang bermakna sebelum dan sesudah peer group support terhadap respons penerimaan. Penerimaan merupakan kondisi atau situasi yang dialami oleh seseorang (sering situasi yang tidak nyaman atau negatif tanpa suatu usaha untuk merubah, menyangkal atau mencari solusi). Seseorang menentukan untuk mengambil tindakan apapun dalam melawan situasi yang dirasakan pada fase ini (Friedman & James, 2008). Gitawati (2007) menyatakan bahwa peer group support mempunyai pengaruh pada harga diri lanjut usia (lansia). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah peer group support terhadap respons penerimaan, namun terdapat perbedaan antara kelompok yang melakukan peer group support dengan kelompok yang tidak melakukan. Hal ini disebabkan karena pegawai sudah saling beradaptasi menjelang pensiun. Respons penerimaan yang positif dikarenakan responden menerima datangnya masa pensiun dengan persiapan yang matang dan juga telah melewati fase psikologis secara adaptif. Tabel 1. Respons psikologis penyangkalan (denial) pegawai pada masa persiapan pensiun di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar, Desember 2008 sampai dengan Januari 2009. Perlakuan Kontrol Skor (%) Skor (%) Pre Post Pre Post Mean 31,25 30 41,88 37,50 SD 14,14 25,91 28,28 25,91 Hasil Analisis Statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,465) Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,655) Mann Whitney U Test (p=0,301) Tabel 2. Respons psikologis marah (anger) pegawai pada masa persiapan pensiun di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar, pada Desember 2008 sampai dengan Januari 2009. Perlakuan Kontrol Skor (%) Skor (%) Pre Post Pre Post Mean 25,63 26,88 26,25 25 SD 1,77 5,30 3,54 0,00 Hasil Analisis Statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,655) Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,317) Mann Whitney U Test (p=0,317) Nursalam Tabel 3. Respons psikologis tawar-menawar (bargaining) pegawai pada masa persiapan pensiun di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar, pada Desember 2008 sampai dengan Januari 2009. Perlakuan Kontrol Skor (%) Skor (%) Pre Post Pre Post Mean 38,13 28,13 40,63 37,50 SD 15,10 8,84 17,27 12,25 Hasil Analisis Statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,068) Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,593) Mann Whitney U Test (p=0,079) Tabel 4. Respons psikologis depresi (depression) pegawai pada masa persiapan pensiun di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar, pada Desember 2008 sampai dengan Januari 2009. Perlakuan Kontrol Skor (%) Skor (%) Pre Post Pre Post Mean 35,05 27,98 39,03 26,79 SD 8,61 8,42 14,94 8,74 Hasil Analisis Statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,128) Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,138) Mann Whitney U Test (p=0,300) Tabel 5. Respons psikologis penerimaan (acceptance) pegawai pada masa persiapan pensiun di RSD Mardiwaluyo Kota Blitar, pada Desember 2008 sampai dengan Januari 2009. Perlakuan Kontrol Skor (%) Skor (%) Pre Post Pre Post Mean 41,25 52,50 58,75 62,50 SD 8,35 8,84 16,64 21,21 Hasil Analisis Statistik Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,798) Wilcoxon Signed Ranks Test (p=0,734) Mann Whitney U Test (p=0,049) Keterangan: 76-100% = Maladaptif 56-75% = Menuju Maladaptif <56% = Adaptif p = Derajat kemaknaan SD = Standar Deviasi Mean = Rerata SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan peer group support berperan dalam perubahan respons psikologis yang ditunjukkan pada respons penerimaan pegawai dalam menghadapi Masa Persiapan Pensiun (MPP). Saran Peneliti menyarankan supaya kegiatan peer group support dilakukan dapat dijadikan salah satu kegiatan di instansi Rumah Sakit sebagai pembekalan psikologis kepada pegawai dalam mempersiapkan masa pensiun, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi serta dapat diaplikasikan dalam bentuk ceramah atau diskusi bersama untuk mencegah dampak dari kehilangan dalam menghadapi masa pensiun dan kegiatan peer group support dapat dijadikan sebagai teknik baru dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada lansia yang mengalami kehilangan dan berduka pada fase Masa Persiapan Pensiun (MPP). KEPUSTAKAAN Danko, J.M. 2002. Effect of Retirement on family Relatianship and health, (Online), (http://www.serpage.umbc.edu., diakses tanggal 10 Oktober 2008, jam 22.15 WIB). Davidhizar, R. et al. 1998. The Journal of Geriatrical Nursing, 48(2), 4-10. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 850. Eliana, R. 2003. Konsep Diri Pensiunan, (Online), (http://www.library.usu.ac.id., diakses tanggal 2 Nopember 2008, jam 11.42 WIB). Friedman, R. and James, J.W. 2008. The Myth of the Stages of Dying, Death and Grief. Skeptic Magazine, 14(2). Gershon, R.R.M., Lin, S., and Li, X. 2002. Work Stress in Aging Police Officers. Journal of Occupational and Environmental Medicine, (Online), (http://www.joem.org., diakses tanggal 10 Desember 2008, jam 13.30 WIB). Gitawati, D.S. 2007. Pengaruh Peer Group Support Terhadap Harga Diri Manula di Panti Sosial Tresna Werdha Waluyo Husodo Tulungagung. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Studi Keperawatan Fakultas Keperwatan Universitas Airlangga. Google Search. Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecemasan Menghadapi Pensiun Pada Pegawai, (Online), (http://www.Skripsi- Tesis.com.htm., diakses tanggal 28 Oktober 2008, jam 21.18 WIB). Sutarto, T.J. dan Ismulcokro, C. 2008. Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 11. Kemp, S.K.T.S. 1995. Anger Theory and Management a Historical Analysis. The American Journal of Psychology, 108 (3), 417-497. Mayoclinique staff. 2005. Depression, (Online), (http://www.kidshealth.org/., diakses tanggal 22 November 2008, jam 23.00 WIB). Nurachmah, E. 1999. Jurnal Keperawatan Indonesia II, hlm. 189-194. Nursalam dan Kurniawati, N.D. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika, hlm. 15-16, 28-29. Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC, hlm. 482, pp 585-587, 590. Suliswati, et al. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: EGC, hlm. 123-125. Wikipedia. 2006. Peer Support, (Online), (http://wikipedia.org/wiki/peer_suppor t., diakses tanggal 10 Oktober 2008, jam 22.13 WIB). http://www.serpage.umbc.edu/ http://www.library.usu.ac.id/ http://www.joem.org/ http://www.skripsi-tesis.com.htm/ http://www.skripsi-tesis.com.htm/ http://www.kidshealth.org/ http://wikipedia.org/wiki/peer_support http://wikipedia.org/wiki/peer_support