PERAN TERAPI AL QUR’AN TERHADAP KECEMASAN DAN IMUNITAS PASIEN HOSPITALISASI 110 PERAN TERAPI AL QUR’AN TERHADAP KECEMASAN DAN IMUNITAS PASIEN HOSPITALISASI (The Role of The Koran Therapy on Anxiety and Immunity of Hospitalized Patients) Hammad* ABSTRACT Introduction: Patient in the hospital faced with anxiety, in feel stronge with the hospital, medicine and treatment action although unsure prognosis of desease. The anxiety will inflict a financial loss because it will influence the attitude of the patient and immunology respons that will effect on how long the patient stay in the hospital and how much cost of treatment. This study was aimed to explain the anxiety level and imunity of patient in the hospital before and after The Al Qur’an therapy. Method: This study used Pre experiment pre-posttest design involved 7 respondents, taken by accidental sampling. The independent variable was The Al Qur’an therapy and the dependent variable were anxiety level and imunity (basofil, eosinofil, monocyt, limfocyt and leucocyt). Anxiety level were collected by Hamilton Anxiey Rating Scale and the imunity were gotten from laboratory result of basofil, eosinofil, monocyt, limfocyt and leucocyt . Data were analyzed using Wilcoxon Sign Rank Test for anxiety level and Mc Nemar for imunity with level of significance α ≤ 0.05.Result: Results showed that The Al Qur’an therapy has an effect on decreasing anxiety level (p=0.016). In contrast, there was no effect on imunity after therapy (p = 0,625). incision. Analysis: It can be concluded that the Koran therapy was proven to reduce anxiety level and increased on imunity on patients hospitalized. Discussion: For future Further studies should be developed and include larger responden to obtain more accurate results. Keywords : anxiety level, immunity, The Al Qur’an theraphy * Poltekes Banjarmasin Kalimantan Selatan, E-mail: Hammad_mtp@yahoo.co.id PENDAHULUAN Kecemasan dapat menimbulkan perubahan secara fisik maupun psikologis. Kecemasan dapat mengaktifkan syaraf otonom yang berakibat detak jantung menjadi bertambah, tekanan darah naik, frekuensi nafas bertambah dan secara umum mengurangi tingkat energi pada klien, sehingga dapat merugikan individu (Rothrock, 1999). Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi, kecemasan merupakan stressor yang dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus, Pituitari dan Adrenal). Stress akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan produksi CRF (Corticotropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar pituitari anterior untuk meningkatkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin Hormon). Hormon ini akan merangsang kortek adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya menekan sistem imun tubuh (Ader, 1996). Banyak teori yang mengemukakan bahwa Noradrenalin, Asam Gamma Aminobutiric dan Sistem Seretonergicneuronal di Lobus Prontal dan Sistem Limbik mempengaruhi secara patobiologis menyebabkan timbulnya gangguan kecemasan, jantung dan pernafasan. Bagi umat Islam, Al Qur’an adalah sumber pengobatan tertinggi dan paling diyakini bahwa Al Qur’an adalah sebagai Asy Syifaa (obat) dan konsep bahwa tiap penyakit ada obatnya. Keyakinan yang kuat ini akan sangat membantu dalam memanfaatkan Al Qur’an dalam asuhan keperawatan pada pasien cemas. Bagi masyarakat Kalimantan Selatan yang religius, Terapi Al Qur’an merupakan terapi alternatif pertama yang dipilih. Ini berarti juga bahwa Al Qur’an mailto:Hammad_mtp@yahoo.co.id Manfaat Terapi Al-Qur’an (Hammad) 111 dapat dijadikan sumber rujukan bagi perawat dalam membantu penanganan kesehatan pasien. Tujuan umum penelitian mengidentifikasi pengaruh terapi Al Qur’an terhadap tingkat kecemasan dan respon imunitas pasien hospitalisasi. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Jenis penelitian digunakan Pra Eksperimen dengan hipotesis “ada pengaruh terapi Al Qur’an terhadap tingkat kecemasan dan respon imunitas pasien hospitalisasi”. Penelitian ini dilaksanakan bulan Juni 2006 sampai April 2007 di RSUD Ratu Zalecha Martapura Kabupaten Banjar. Populasi pada penelitian semua pasien rawat inap di ruang VIP Penyakit Dalam Rumah Sakit Ratu Zalecha yang beragama Islam dengan jumlah populasi 420 orang pasien. Proses pengambilan sampel menggunakan dengan teknik purposive sampling. Sampel diambil berdasar kriteria inklusi : 1) usia 15-65 tahun, 2) pasien baru, 3) non infection disease, 4) tidak menderita kanker/tumor, 5) sadar maupun post operasi dengan GCS 15, 6) tidak mengalami gangguan orientasi realita, 7) tidak cedera otak, 8) bebas dari pengaruh obat anastesi dan 9) tidak mendapat transfusi darah, terapi steroid, antibiotik dan supressan imun lainnya. Berdasarkan kontrol yang ketat terhadap sampel didapatkan hanya 7 orang pasien. Variabel independen dalam penelitian ini adalah terapi Al Qur’an (surat Al Fatihah dan Surat Yaasiin). Variabel dependen yaitu tingkat kecemasan dan imunitas pasien (nilai basofil, eosinofil, monosit, limfosit dan leukosit). Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar observasi kecemasan dengan skala Hamilton Anxiety Rating Scale. Instrumen Imunitas pasien menggunakan data hasil laboratorium pemeriksaan darah. Alat yang digunakan MP3 Player dg Merk A data yang diperdengarkan ke pasien. Sedangkan pengambilan darah dan pemeriksaannya dilakukan bekerja sama dengan pihak Laboratorium RSUD Ratu Zalecha Martapura Prosedur awal pasien diukur tingkat kecemasan berupa respon ketegangan fisik dan psikis yang dirasakan pasien selama dirawat di rumah sakit menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale.Nilai imunitas pasien sebelum memperdengarkan Al Qur’an juga diukur dengan melihat nilai basofil, eusinofil, monosit, limfosit dan leukosit. Kemudian pasien diperdengarkan ayat suci Al Qur’an (surat Al Fatihah dan Surat Yaasiin) sampai selesai melalui MP3 player. Terapi Al Qur’an dilakukan tiga kali sehari selama empat hari berturut-turut. Pada hari keempat tingkat kecemasan dan nilai basofil, eosinofil, monosit, limfosit dan leukosit pasien diukur kembali. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara deskriptif dan analitik dengan uji Wilcoxon sign Rank Test untuk tingkat kecemasan dan Mc. Nemar untuk imunitas dengan tingkat kemaknaan α≤ 0,05. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 7 orang pasien sebagai responden didapat hasil tingkat kecemasan pasien sebelum diterapi Al Qur’an dalam tingkat kecemasan ringan 1 orang (14,3%) dan pada tingkat sedang 6 orang (85,7%). Berdasarkan kerakteristik jenis kelamin responden perempuan mempunyai tingkat kecemasan sedang 4 orang (57,1 %) dan 2 orang (28,6%) laki-laki, sedangkan responden laki- laki masih ada yang mempunyai tingkat kecemasan ringan yaitu 1 orang (14,3 %). (tabel 1). Setelah diberi terapi Al Qur’an didapat hasil tingkat kecemasan pasien menurun menjadi tidak cemas 2 orang (2,86 %) dan 5 orang (71,4 %) pada tingkat ringan. Berdasarkan jenis kelamin setelah diberikan terapi Al Qur’an tingkat kecemasan pasien perempuan semuanya turun mejadi tingkat ringan 4 orang (57,1 %) sedangkan laki-laki menjadi tidak cemas sebanyak 2 orang (28,6 %) walaupun masih ada yang mempunyai tingkat kecemasan ringan yaitu 1 orang (14,3 %) Berdasar uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test di dapat p=0,016 yang berarti bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah terapi Al Qur’an (tabel 1). Jurnal Ners Vol.4 No.2: 110-115 112 Tabel 1. Tingkat kecemasan pasien sebelum dan sesudah diberikan terapi Al Qur’an di RSUD Ratu Zalecha Martapura Tingkat cemas Sebelum Sesudah Wanita Laki-laki Jumlah Wanita Laki-laki Jumlah ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Tidak Cemas 2 28,6 2 28,6 Ringan 1 14,3 1 14,3 4 57,1 1 14,3 5 71,4 Sedang 4 57,1 2 28,6 6 85,7 Berat Jumlah 4 57,1 2 42,9 7 100 4 57,1 3 24,9 7 100 Uji Wilcoxon Signed Rank Test p=0,019 Keterangan : ∑= jumlah %= prosentase p= signifikansi Imunitas pasien dalam penelitian ini didasarkan pada hasil pemeriksaan Basofil, Eosinofil, Monosit, Limfosit dan Leukosit dengan menggunakan sampel darah pasien dan dicek ke laborarorium RS Ratu Zalecha. Hasil pemeriksaan pada pasien yang menjadi responden sebelum diberi terapi Al qur’an adalah Limfosit dalam keadaan tidak normal ada 5 orang (71,5%) terdiri dari 2 orang laki- laki dan 3 orang perempuan. Leukosit dalam keadaan tidak normal ada 2 orang (28,6 %) yaitu1 orang perempuan dan 1orang laki-laki. Hasil pemeriksaan pada Eosinofil, basofil dan monosit sebelum terapi Al Qur’an dalam keadaan normal semua (tabel 2). Setelah responden diberi terapi Al Qur’an hasil pemeriksaan Limfosit dalam keadaan yang normal 4 orang (57,1 %) yaitu 2 orang perempuan dan 2 orang laki-laki dan tidak normal ada 3 orang (42,9 %) yaitu 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Kadar Leukosit setelah terapi dalam keadaan normal 5 orang (71,5%) yaitu 3 orang laki- laki dan 3 orang perempuan, namun masih ada kadar leukosit yang tidak normal sebanyak 2 orang (28,6%). Melalui uji Mc Nemar didapat hasil p=0,625 pada limfosit dan p=0,5 pada leukosit. Hal ini menujukkan tidak terdapat perbedaan signifikan sebelum dan sesudah terapi Al Qur’an (tabel 3). Sedangkan pada pemeriksaan limfosit, eosinofil dan basofil tidak bisa dilakukan pengujian Mc Nemar karena tidak ada variasi nilainya. Keadaan pasien hospitalisasi sebelum diberi terapi Al Qur’an sebagian besar pada tingkat kecemasan sedang dan ada 1 orang dengan tingkat ringan. Kecemasan adalah pengalaman emosi yang tidak menyenangkan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor (Stuart and Sundeen, 1998). setelah diberi terapi Al Qur’an ditemui penurunan tingkat kecemasan pasien hospitalisasi menjadi tidak cemas sebanyak 2 orang (2,86 %) dan menjadi cemas ringan 5 orang (71,4 %) dan tidak ada lagi yang memiliki tingkat kecemasan sedang. Penggunaan pendekatan spiritual dalam hal ini memperdengarkan ayat-ayat Al Qur’an pada saat memberikan asuhan keperawatan ternyata mampu menurunkan kecemasan pasien. mendengarkan ayat-ayat Al Qur’an dapat memberikan ketenangan dan kepasrahan pada Yang Maha Kuasa. Keyakinan yang kuat bahwa setiap penyakit ada obatnya dan Al Qur’an sebagai Asy Syifaa (obat) adalah sumber pengobatan tertinggi dan paling diyakini sangat membantu dalam menurunkan kecemasan pasien. Situasi ini didukung oleh beberapa pendapat diantaranya adalah Sharon Wyatt, seorang peneliti Pusat Kesehatan Universitas Mississippi Amerika Serikat melakukan riset selama berbulan-bulan ke pusat-pusat peribadatan di Mississipi. Dia melakukan riset untuk menjawab sebuah pertanyaan : “ untuk apa berdoa, sembahyang dan ritual?”. Akhirnya dia menyatakan bahwa agama dan spiritualitas tidak harus padam oleh silau modernitas. Seperti dikutip oleh Harian Health Day News, Wyatt menyatakan “ Agama dan Spiritualitas, dalam banyak hal terbukti berguna untuk kesehatan. Ia memiliki efek positif terhadap tekanan darah (Republika, 2006). Manfaat Terapi Al-Qur’an (Hammad) 113 Tabel 2. Imunitas pasien hospitalisasi sebelum diberi terapi Al-Qur’an berdasarkan jenis kelamin di RSUD Ratu Zalecha Martapura Tabel 3. Imunitas pasien hospitalisasi sesudah diberi terapi ayat Al-Qur’an di RSUD Ratu Zalecha Martapura Jenis kelamin Limfosit Eosinofil Monosit Basofil Leukosit N Ab N Ab N Ab N Ab N Ab ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Lk 2 28,6 1 14,3 3 42,9 - - 3 42,9 - - 3 42,9 - - 3 42,9 1 14,3 Pr 2 28,6 2 28,6 3 42,9 1 14,2 4 57,2 - - 4 57,2 - - 2 28,6 1 14,3 Jumlah 4 57,2 3 42,9 6 85,8 1 14,2 7 100 - - 7 100 - - 5 71,5 2 28,6 Uji Mc Nemar Test p=0,625 - - - p=0,5 Keterangan: p = signifikansi Ab = Abnormal N = Normal Pr = Perempuan ∑= Jumlah % = Prosentase Lk = Laki-laki National Center for Health Statistics tahun 2004 meneliti 31000 mantan pasien dewasa di AS menunjukkan 62% pasien mengombinasikan perawatannya dengan pengobatan alternatif yang memasukkan unsur spiritualitas (doa dan kepasrahan). “Doa sebagai terapi diyakini banyak warga AS kini,“ tutur direktur National Center for Complementary and Alternative Medicine (Stephen E Strauss MD, 2004). Nilai Limfosit pasien sebelum diberi terapi Al Qur’an 2 orang (28,6 %) dalam keadaan normal 1 orang perempuan dan 1 orang laki-laki dan 5 orang (71,4 %) mempunyai nilai abnormal. Nilai Limfosit pasien sesudah diberi terapi Al Qur’an menjadi normal 4 orang (57,1 %) yaitu perempuan 2 orang dan laki-laki 2 orang, tetapi masih ada yang mempunyai nilai tidak normal 3 orang (42,9 %) yaitu 2 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Limfosit merupakan 20% dari semua leukosit dalam sirkulasi darah orang dewasa yang terdiri dari sel T dan sel B yang merupakan kunci pengontrol system imun. Sel-sel tersebut dapat mengenal benda asing dan membedakannya dari sel jaringan sendiri. Biasanya sel limfosit hanya memberikan reaksi terhadap benda asing, tetapi tidak terhadap sel sendiri. Kemampuan mengenal limfosit tersebut disebabkan adanya reseptor permukaan (TCR). Nilai monosit pasien sebelum dan sesudah terapi Al Qur’an masih dalam batas normal. Sel monosit ini akan bermigrasi dari peredaran darah ke jaringan dan disana akan berdifferensiasi sebagai makrofag. Makrofag masih membelah diri membentuk protein yang menempati jaringan/organ-organ tertentu. Menurut fungsinya, makrofag dibagi menjadi 2 yaitu fagosit professional (berperan membunuh kuman dengan organ lisosom dan sebagai reseptor MIF dan MAF dan melepaskan komplemen, interferon dan monokin) dan sebagai APC (Antigen Presenting Cell) yang berperan memakan antigen dan mempresentasikannya kepada sel limfosit dalam bentuk yang dapat dikenalnya. Nilai basofil pasien sebelum dan sesudah terapi Al Qur’an tetap berada pada Jenis kelamin Limfosit Eosinofil Monosit Basofil Leukosit N Ab N Ab N Ab N Ab N Ab ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % ∑ % Laki- laki 1 14,3 2 28,6 3 42,9 - - 3 42,9 - - 3 42,9 - - 2 28,6 1 14,3 Wanita 1 14,3 3 42,9 4 57,2 - - 4 57,2 - - 4 57,2 - - 3 42,9 1 14,3 Jumlah 2 28,6 5 71,5 1 100 - - 7 100 - - 7 100 - - 5 71.5 2 28,6 Jurnal Ners Vol.4 No.2: 110-115 114 rentang normal. Jumlah sel basofil yang ditemukan dalam sirkulasi darah sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,5 % seluruh sel darah putih. Sel Basofl diduga berfungsi sebagai sel fagosit, tetapi yang jelas sel tersebut berfungsi sebagai sel mediator. Bersama sel mastosit, keduanya melepaskan bahan-bahan yang mempunyai aktivitas biologik, antara lain : meningkatkan permeabilitas vaskuler dan respon inflamasi serta mengerutkan otot polos bronkus. Butir– butir kedua sel tersebut mengandung histamine, heparin, SRS-A, dan ECF. Degranulasi disebabkan antara lain terjadinya ikatan antara antigen dan Ig E. Hal ini biasa ditemui pada reaksi alergi. Selain ditemukan imunitas dengan parasit. Nilai eosinofil pasien sebelum dan sesudah terapi Al Qur’an tetap berada pada rentang normal. Merupakan 2-5 % dari sel darah putih orang sehat tanpa alaergi. Berfungsi dalam fagositosis. Dapat dirangsang untuk degranulasi seperti halnya mastosit dan basofil. Mediator–mediator yang dilepas pada degranulasi tersebut dapat menginaktifkan mediator-mediator yang dilepas oleh sel mastosit/basofil pada reaksi alergi. Eosinofil mengandung berbagai granul seperti MBP, ECP, EDN, dan Eosinofil Peroksidase yang bersifat toksik dan dapat menghancurkan sel sasaran bila dilepas. Eosinofil diduga juga berperan pada imunitas cacing. Eosinofil dapat mengikat skistosoma yang dilapisi Ig G untuk kemudian melalui degranulasi melepaskan protein yang toksik. Leukosit pasien sebelum terapi Al Qur’an dalam keadaan tidak normal ada 3 orang (42,9 %) kemudian setalah terapi Al Qur’an menjadi normal sebanyak 5 orang (71,5%), walaupun masih ada kadar leukosit yang tidak normal sebanyak 2 orang (28,6%). Leukosit merupakan golongan sel asal II yang terdiri dari sel imun non spesifik (fagosit Mono dan Polimorfonuklear, sel NK, sel K dan sel mediator/basofil mastosit) dan sel –sel imun spesifik yang terdiri atas Sel T dan sel B. Leukosit ini penting menilai terjadinya SIRS (Systemic Inflammatoric Respon Syndrome) dan terjadinya sepsis dimana biasanya Leukosit lebih dari 12.000 atau kurang dari 4000 mm³ (Sholeh, M., 2006). Respon emosional positif atau coping sangat penting dalam menjaga daya tahan tubuh. Dengan kata lain, sistem imun tidak bisa hanya ditinjau dari fatkor fisik, materiil ataupun hanya ditinjau dari segi biologis saja. Tetapi faktor psikologis, atau dalam hal ini pendekatan religius merupakan salah satu faktor penting yang sangat berperan dan tidak bisa diabaikan begitu saja dalam membantu meningkatkan status kesehatan pasien. Secara Psikoneuro Imunologi interaksi demikian akan memicu proses adaptasi yang menghasilkan ketahanan tubuh yang lebih baik.Keadaan ini akan mempercepat penyembuhan pasien. Putra, ST., 2002). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Terapi Al Qur’an dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan imunitas pasien yang sedang menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Melalui diperdengarkannya Al Qur’an pasien menjadi lebih tenang dan mendapatkan respon emosional positif (coping) yang dapat menghindarkan diri dari stress. Saran Peneliti memberikan saran : 1) diharapkan perawat pada layanan kesehatan dapat menerapkan asuhan keperawatan melalui pendekatan spiritual sebagai alternatif perawatan pasien, 2) kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian dengan restriksi yang lebih ketat terhadap faktor perancu dan indikator yang lebih mendalam, serta sampel yang lebih banyak sehingga didapatkan pengaruh yang signifikan dari terapi ini. KEPUSTAKAAN Catherine Stoney, 2006. Sehat Dengan spiritualitas. Republika, Diakses tanggal 20 Mei 2006. Chitty, Kay K., 1997. Professional Nursing, Concepts and Challenge. 2nd edition, Philadelphia : W.B Saunders Co. Manfaat Terapi Al-Qur’an (Hammad) 115 Garna Baratawidjaja, Karnen, 2001. Imunologi Dasar. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Kozier, B &; Erb, Glenora, 1991, Fundamentals Of Nursing, Concepts, Proccess and Practice. Philadelphia: Addison-Wesley Co. Inc. Latif, Abdul, 2003. Studi Deskriptif tentang Tindakan Perawatan Pre Operatif dan Tingkat Kecemasan Pasien di Ruang Bedah RSUD Ratu Zalecha Martapura. Maramis, W.F., 2004. Catatan Kedokteran Jiwa. Edisi 8. Jakarta. Pratiknya, A.W., 2000. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta. Putra, Suhartono Taat, 2002. Pengantar Psikoneuroimunologi. Bahan Ajar PNI. Surabaya. Sholeh, Moh., 2006. Terapi Sholat Tahajut. Jakarta : Hikmah. Stuart & Sundeen, 1998. Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa Achir Yani. Edisi III. Cetakan I. Jakarta : EGC.