E:\Tita\D\Tita\Sep 16\Jurnal bl
101Rahmawati, Optimalisasi Peran “Ayah ASI” ...
101
OPTIMALISASI PERAN “AYAH ASI (BREASTFEEDING FATHER)”
MELALUI PEMBERIAN EDUKASI AYAH PRENATAL
(The Optimization Of Breastfeeding Father’s Role Through Father
Prenatal Education)
Anita Rahmawati
Program Studi Pendidikan Ners, STIKES Patria Husada Blitar
email: tata_zic18@yahoo.co.id
Abstract: Father’s role strongly proved in increasing the success of breastfeeding process, but in reality
many fathers are still not implementing its role in the process of breastfeeding (breastfeeding father’s
role) because of father’s education and the assumption of breastfeeding is mother’s responsibilities. The
purpose of this study was to analyze the effect of the father prenatal education toward breastfeeding
father’s role. This study used post test only control group design. 30 samples were taken by purposive
sampling which further divided into control and treatment groups by simple random. Breastfeeding
father’s role was measured by a questionnaire and the data were analyzed by independent t test. The
results showed breastfeeding father’s role rate and standard deviation in the treatment group was 15.40
± 2.558, while in the control group 9.80 ± 4.212. Different test treatment and control group obtained the
value p = 0,000 which means there was a significant effect of education toward breastfeeding father’s
role between the treatment group and the control group. The nurse recommended to educate pregnant
women prenatal classes which was devoted to the father (husband) as an alternative solution to im-
prove the success of exclusive breastfeeding program.
Keywords: breastfeeding, father’s role, prenatal, education for father
Abstrak: Peran ayah mempunyai pengaruh kuat terhadap kesuksesan proses menyusui atau pemberian
air susu ibu (ASI), tetapi pada kenyataannya banyak ayah yang masih belum menerapkan perannya dalam
proses menyusui (peran “ayah ASI”) karena pengetahuan ayah yang masih kurang dan asumsi bahwa
menyusui hanya menjadi tanggungjawab ibu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh edukasi
ayah prenatal terhadap peran “ayah ASI”. Penelitian ini menggunakan rancangan post test only control
group design. 30 orang sampel diambil dengan purposive sampling selanjutnya dibagi dua menjadi kelompok
kontrol dan perlakuan dengan simple random. Peran “ayah ASI” diukur menggunakan kuesioner dan data
dianalisa dengan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata peran “ayah ASI” pada
kelompok perlakuan 15,40 dan standar deviasi ±2,558 sedangkan pada kelompok kontrol 9,80 dan standar
deviasi ±4,212. Uji beda kelompok perlakuan dan kontrol diperoleh nilai p=0,000 yang berarti ada pengaruh
edukasi ayah yang signifikan terhadap peran ayah ASI antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Perawat direkomendasikan untuk memberikan edukasi prenatal di kelas ibu hamil yang ditujukan kepada
ayah (suami) sebagai alternatif solusi dalam meningkatkan keberhasilan program pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci: menyusui, peran ayah, prenatal, edukasi ayah
Dewasa ini usaha untuk peningkatan pemberian air
susu ibu (ASI) masih hanya terfokus pada ibu meski-
pun telah banyak penelitian yang membuktikan bah-
wa peran ayah merupakan faktor penting dalam
mendukung kesuksesan menyusui/pemberian ASI
(Februhartanty, 2008; Evareny et al., 2010; Arifah
et al., 2014). Dampak dari kondisi tersebut adalah
peran ayah dalam proses menyusui atau yang biasa
disebut dengan peran “Ayah ASI” masih kurang.
Pengetahuan yang baik seorang ayah dibutuhkan
ACER
Typewritten text
Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, No. 2, Agustus 2016
DOI: 10.26699/jnk.v3i2.ART.p101-106
IT
Typewritten text
© 2016 Jurnal Ners dan Kebidanan
IT
Typewritten text
This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
102 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 101–106
agar dapat menjalankan peran “ayah ASI atau
breastfeedingfather”, oleh karena itu diperlukan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan ayah
(Destriatania et al., 2013). Pemberian antenatal
education dan postnatal support kepada ayah di
Perth, Western Australia dapat meningkatkan
pemberian ASI 1,46 kali dan pemberian susu formula
menjadi 0,68 kali (Maycock et al., 2013).
Peran “ayah ASI” di Indonesia khususnya
dalam mencari informasi tentang pemberian ASI
hanya 16,2% (Arifah et al., 2014). Ayah yang masih
mempunyai pengetahuan rendah tentang manaje-
men laktasi sebanyak 83,6% (Destriatania et.al.,
2013). Dampak dari peran “ayah ASI” rendah dapat
terlihat dari angka cakupan pemberian ASI di
Indonesia tahun 2013 hanya sebesar 54,3% (Riset
Kesehatan Dasar, 2013) dan sampai tahun 2014
belum memenuhi target nasional 80% (Widiyani,
2014). Pemberian susu formula masih cukup tinggi
yaitu 79,8% dan 74,1% ayah justru menunjukkan
dukungan untuk memberikan susu formula kepada
bayinya (Destriatania et al., 2013). World Health
Organization (WHO) telah merekomendasikan
pemberian ASI eksklusif sampai bayi 6 bulan tetapi
pola pemberian ASI di Indonesia sebagian besar
(83,2%) masih parsial yaitu memberikan ASI tetapi
disertai dengan makanan buatan selain ASI (Pusat
Data Dan Informasi Kementer ian Keseha tan
Republik Indonesia, 2014).
Edukasi merupakan proses pembelajaran
interaktif sebagai upaya penambahan pengetahuan
baru, sikap dan ketrampilan (Potter & Perry, 2009).
Edukasi direncanakan yang bertujuan untuk mem-
pengaruhi orang lain sehingga melakukan apa yang
diharapkan oleh educator (Notoatmojo, 2007). Edu-
kasi ayah diharapkan akan meningkatkan pengetahuan
ayah tentang ASI dan peran ayah dalam proses
pemberian ASI sehingga ayah memahami dan me-
nerima peran pentingnya dalam mencapai kesuk-
sesan pemberian ASI selanjutnya dapat meningkat-
kan kapasitas ayah dalam menerapkan peran “ayah
ASI” (Picasane et.al., 2005).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ter-
tarik melakukan penelitian tentang optimalisasi peran
“ayah ASI” melalui pemberian edukasi ayah pre-
natal. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifi-
kasi peran “ayah ASI” pada kelompok yang tidak
mendapatkan edukasi ayah prenatal, 2) mengidenti-
fikasi peran “ayah ASI” pada kelompok setelah men-
dapat edukasi ayah prenatal, 3) menganalisis penga-
ruh edukasi ayah prenatal terhadap peran “ayah
ASI”.
BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian menggunakan post test
only control group design. Populasi adalah semua
suami ibu hamil yang terdaftar di kelas ibu hamil di
Puskesmas Sananwetan kota Blitar. Pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling dengan
kriteria inklusi usia kehamilan di atas 38 minggu,
ibu hamil dengan risiko rendah/tidak terdapat kom-
plikasi kehamilan (seperti letak sungsang/lintang,
pernah terjadi perdarahan dalam kehamilan ini,
preeklamsi, hamil kembar), ibu tinggal serumah
dengan bayi dan suami, ibu dan suami pendidikan
minimal SMA, suami mempunyai satu istri/pasangan,
tidak sedang dalam proses perceraian atau KDRT
(kekerasan dalam rumah tangga).
Simple random dipilih untuk membagi sampel
menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pemberian
edukasi ayah prenatal menggunakan metode indivi-
dual education partners berdasarkan pada panduan
edukasi disertai pemberian booklet. Peran “ayah
ASI” diukur dengan kuesioner bentuk peran ayah
ASI yang dikembangkan oleh peneliti. Analisa des-
kriptif dengan menghitung mean, dan standar
deviasi. Analisis bivariat menggunakan independent
t test untuk uji beda antara kelompok perlakuan dan
kontrol dengan nilai signifikan = 0,05.
HASIL PENELITIAN
Data Umum
Responden di dalam penelitian ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
Karakteristik Suami dan Istri Berdasarkan
Usia
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Suami dan Istri di
wilayah kerja Puskesmas Sananwetan Kota
Blitar
Karakteristik Perlakuan Kontrol
? % ? %
Usia suami
2 1-30 th 13 86,7 14 93,3
3 1-40 th 2 13,3 1 6 ,7
Usia istri
< 21 th - - 2 13,3
2 1-30 th 14 93,3 12 80,0
3 1-40 th 1 6,7 1 6 ,7
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar usia suami antara 21-30 tahun baik
pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol.
103Rahmawati, Optimalisasi Peran “Ayah ASI” ...
Pada kelompok perlakuan usia suami 21-30 tahun
sebanyak 13 orang (86,7%) dan terdapat 14 orang
(93,3%) pada kelompok kontrol. Sebagian besar ibu
hamil (istri) juga berada pada rentang usia 21-30
tahun yaitu terdapat 14 orang (93,3%) pada kelom-
pok perlakuan, dan 12 orang (80,0%) pada kelompok
kontrol.
Karakteristik Suami dan Istri Berdasarkan
Pendidikan
perlakuan dan 9 orang (60,0%) pada kelompok
kontrol dengan lama kerja paling banyak 7-9 jam
sebanyak 10 orang (66,7%) pada kelompok perla-
kuan dan 9 orang (60,0%) pada kelompok kontrol.
Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan
dan Tipe Keluarga
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami dan
Istri di wilayah kerja Puskesmas Sananwetan
Kota Blitar
Perlakuan Ko ntrol
? % ? %
Pendidika n suami
SMA 9 60,0 8 53 ,3
Diploma
Sarjana
2
4
13,3
26,7
4
3
26 ,7
20 ,0
Pendidika n istri
SMA 10 66,7 8 53 ,3
Diploma 1 6,7 4 26 ,7
Sarjana 4 26,7 3 20 ,0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar pendidikan terakhir suami adalah
SMA yaitu sebanyak 9 orang (60,0%) pada kelom-
pok perlakuan dan 8 orang (53,3%) pada kelompok
kontrol. Hasil yang sama juga didapatkan pada
pendidikan istri yaitu sebanyak 10 orang (66,7%)
pada kelompok perlakuan dan 8 orang (53,3 %) pada
kelompok kontrol.
Karakteristik Suami Berdasarkan Pekerjaan
dan Lama Kerja
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Dan Lama
Kerja Suami di wilayah kerja Puskesmas
Sananwetan Kota Blitar
Perlakuan Ko ntrol
? % ? %
Pekerja an suami
Pegawai tetap 6 40,0 5 33 ,3
Wiraswasta 8 53,3 9 60 ,0
So pir 1 6,7 1 6,7
Lama Kerja
suami
< 7 jam 3 20,0 1 6,7
7-9 jam 10 66,7 9 60 ,0
>9 jam 1 6,7 2 13 ,3
T idak tentu 1 6,7 3 20 ,0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
pekerjaan suami paling banyak didapatkan sebagai
wiraswasta sebanyak 8 orang (53,3%) pada kelompok
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendapatan dan Tipe
Kel uarga di wilayah ke rja Puskesmas
Sananwetan Kota Blitar
Perlakuan Ko ntrol
? % ? %
Pendapatan
Keluarga
< 1 juta 4 26,7 5 33 ,3
1 juta – 2 juta 7 46,7 7 46,7
>2 juta 4 26,7 3 9,7
Tipe Keluarga
Keluarga inti 9 60,0 6 40 ,0
Keluarga besar 6 40,0 9 60 ,0
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bah-
wa Pendapatan terbanyak adalah pada rentang
nominal Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 7
orang (46,7%), baik pada kelompok perlakuan mau-
pun kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan
keluarga inti didapatkan sebagai tipe keluarga terba-
nyak yaitu sebanyak 9 orang (60,0%). Hasil tersebut
berbanding terbalik dengan kelompok kontrol di
mana didapatkan keluarga besar sebagai tipe
keluarga terbanyak sebanyak 9 orang (60,0%).
Data Khusus
Pencapaian Peran “Ayah ASI” Setelah Pemberian
Edukasi Ayah Prenatal
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pencapaian Peran
“Ayah ASI” Setelah Pemberian Edukasi Ayah
Prenatal di wilayah kerja Puskesmas
Sananwetan Kota Blitar
Pencapaian
peran”ayah
ASI”
Peran “a ya h ASI”
Perlakuan Kontrol
? % ? %
> 50 % 14 93,33 6 40,00
< 50 % 1 6,77 9 60,00
Jumlah 15 100 15 100
Mean±SD 15,40±2,558 9,80±4,212
Hasil
Perhitungan
Statistika
Independent t-test
p = 0,000
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan perbe-
daan nilai rata-rata peran “ayah ASI” antara kelompok
104 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 101–106
kontrol dan kelompok perlakuan. Dari hasil uji statis-
tika dengan independent t-test menunjukkan nilai
p= 0,000 artinya ada pengaruh edukasi ayah yang
signifikan terhadap peran ayah ASI antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
PEMBAHASAN
Peran “Ayah ASI” Pada Kelompok yang Tidak
Mendapatkan Edukasi Ayah Prenatal
Sebagian besar suami pada kelompok yang
tidak mendapatkan edukasi ayah prenatal (kelompok
kontrol) hanya menjalankan bentuk peran “ayah
ASI” antara 20% sampai dengan 50%. Peran yang
paling kurang dijalankan adalah peran keterlibatan
pengambilan keputusan dalam pemberian nutrisi
bayi. Edukasi yang diberikan kepada ayah menjelas-
kan tentang besarnya manfaat ASI dan mekanisme
produksi ASI sehingga ayah berupaya agar bayinya
selalu mendapatkan ASI. Upaya ayah tersebut meru-
pakan bentuk peran keterlibatan pengambilan kepu-
tusan dalam pemberian nutrisi bayi seperti mence-
gah pemberian susu formula, meningkatkan rasa
percaya diri ibu akan kecukupan ASI, dan meli-
batkan diri dalam mengatasi masalah yang muncul
dalam proses menyusui.
Bentuk peran yang paling sering dilakukan pada
kelompok kontrol adalah peran keterlibatan dalam
proses persalinan dan keterlibatan selama pemerik-
saan ibu dan bayi pasca melahirkan/imunisasi.
Memilih tempat persalinan atau tempat pemeriksaan
postpartum/imunisasi dan mendampingi istri saat
persalinan telah menjadi kebiasaan umum dalam
masyarakat juga didorong oleh rasa kekhawatiran
suami terhadap peristiwa penting yang menyangkut
nyawa ibu dan bayi. Februhartanty (2008) menyata-
kan bahwa mendampingi istri saat bersalin menjadi
tanggungjawab yang telah dipahami oleh para suami.
Sebagian suami pada kelompok kontrol ada
yang mencapai lebih dari 50% bentuk peran “ayah
ASI” yaitu sebanyak 6 orang (40%). Dari tingkat
pendidikannya terlihat keenam ayah tersebut ber-
pendidikan minimal diploma. Pendidikan tinggi
memungkinkan responden lebih mudah menyerap
informasi dari berbagai sumber sehingga meskipun
tidak diberikan perlakuan berupa edukasi ayah tetapi
ayah tetap bisa menjalankan perannya. Kemudahan
akses untuk mendapatkan informasi saat ini sangat
mudah, tidak hanya melalui media buku, majalah,
televisi tetapi juga melalui berbagai situs jejaring so-
sial yang khusus membahas tentang ASI, menyusui
dan peran ayah. Paparan media massa dan komunikasi
interpersonal meningkatkan pengetahuan ayah terha-
dap perannya dalam praktik menyusui (Februhartanty,
2008).
Peran “Ayah ASI” Pada Kelompok Setelah
Mendapatkan Edukasi Ayah Prenatal
Sebagian besar suami pada kelompok perlakuan
telah menjalankan peran “ayah ASI” dengan bentuk
peran yang telah dijalankan di atas 50%. Bentuk
peran “ayah ASI” yang dijalankan oleh ayah pada
kelompok perlakuan telah mencakup semua dimensi
peran, tetapi ada satu dimensi yang kurang dijalan-
kan oleh ayah yaitu peran mencari informasi tentang
pemberian ASI. Belum adanya kelompok ayah me-
rupakan salah satu faktor penyebab ayah tidak aktif
dalam mencari informasi.
Bentuk peran yang banyak dijalankan para
ayah pada kelompok perlakuan tetapi tidak dijalan-
kan oleh ayah pada kelompok kontrol adalah mence-
gah pemberian makanan atau susu formula kepada
bayi, meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam
menyusui dan memberikan pujian saat ibu berhasil
menyusui. Ayah/suami pada kelompok perlakuan
diberikan edukasi ayah yang pada intinya berisi ten-
tang pentingnya peran ayah dalam proses menyu-
sui dan bentuk peran yang harus diterapkan oleh
ayah dalam memperlancar proses pemberian ASI.
Sampai saat ini masalah menyusui atau pemberian
ASI eksklusif belum menjadi fokus perhatian bagi
masyarakat di kota kecil seperti pada tempat peneli-
tian ini, sehingga masih banyak informasi tentang
ASI yang belum diketahui oleh masyarakat terutama
para suami/ayah. Program penyuluhan tentang me-
nyusui juga masih kurang dan hanya sebatas diikuti
oleh ibu saja tanpa didampingi oleh suami/keluarga.
Dalam Arifah, et al. (2014) mengemukakan bahwa
dengan pengetahuan ayah yang kurang menyebab-
kan ayah cenderung meminta ibu memberikan susu
formula sebagai pendamping ASI karena khawatir
produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi.
Pada kelompok perlakuan ada 1 (6,7%) ayah
yang tidak menjalankan peran sebagai “ayah ASI”
dengan baik, terlihat dari nilai perannya hanya 10
yang berarti hanya 47,61% bentuk peran “ayah ASI”
yang bisa dijalankan. Dalam hal ini, ayah tidak dapat
menjalankan peran dengan baik meskipun telah men-
dapatkan edukasi ayah disebabkan adanya keterba-
tasan waktu ayah di rumah. Dengan pekerjaan seba-
gai sopir antar propinsi sehingga lama kerja ayah >
9 jam per hari dan terkadang baru bisa pulang setelah
2 hari. Menurut Azwar, 2005 dalam Evareny, et al.
105Rahmawati, Optimalisasi Peran “Ayah ASI” ...
(2010) dan Pohlman (2005) menyatakan bahwa
kesibukan pekerjaan ayah menjadi hambatan keter-
libatan ayah dalam keluarga.
Pengaruh Edukasi Ayah Prenatal Terhadap
Peran “Ayah ASI”
Peran “Ayah ASI” pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol ada perbedaan yang signifikan
terlihat dari nilai rata-rata peran pada kelompok
perlakuan 15,40 sedangkan pada kelompok kontrol
9,80 dan dari hasil uji independent t test diperoleh
nilai p = 0,000 (p> = 0,05). Edukasi ayah yang
diberikan kepada kelompok perlakuan menjelaskan
tentang pengertian “ayah ASI”, alasan kenapa
menjadi “ayah ASI” itu penting dan panduan cara
menjadi ayah ASI. Metode edukasi yang diberikan
secara individu dengan guidance and councelling
memberikan perubahan perilaku yang lebih efektif
karena berdasarkan pa da kesadaran individu
(Notoatmodjo, 2007). Edukasi individu secara face
to face juga lebih diperhatikan dan dipahami oleh
responden karena jika ada hal yang kurang dime-
ngerti, responden dapat langsung menanyakannya
kepada edukator secara mudah tanpa ada rasa malu
dengan audien yang lain.
Edukasi ayah yang diberikan juga disertai
dengan pemberian booklet yang berjudul “Panduan
Menjadi Ayah ASI” yang disusun secara rinci dan
step by step untuk membentuk kesadaran respon-
den. Booklet dapat dibaca sewaktu-waktu oleh
responden sehingga materi yang disampaikan lebih
mudah dipahami dan diingat. Pemberian printed
material (leaflet, booklet atau handout) adalah
komponen kunci dalam edukasi (Mitchell-Box,
2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infor-
masi yang diberikan kepada ayah melalui edukasi
dapat meningkatkan peran ayah. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian oleh Maycock, et al. (2013)
bahwa dengan edukasi prenatal dan support postna-
tal kepada ayah dapat meningkatkan peran ayah
dalam pemilihan nutrisi bayi dengan mencegah pem-
berian susu formula sebelum 6 bulan. Susin, et al.
(2008) dan Pisacane, et al. (2005) juga menyatakan
intervensi edukasi yang melibatkan ayah berdampak
pada peran ayah dalam proses menyusui. Fathering
program yang diselenggarakan oleh Los Angeles
Department of Water and Power (LA DWP)
merupakan program yang memberikan edukasi lak-
tasi kepada ayah dalam kelas edukasi dan konseling
individu juga telah sukses meningkatkan partisipasi
ayah dalam program laktasi (Cohen et al., 2002
dalam Destriatania, et al., 2013).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
didapatkan kesimpulan Pemberian edukasi ayah
meningkatkan peran “ayah ASI (breastfeeding-
father)” terutama peran keterlibatan pengambilan
keputusan dalam pemberian nutrisi bayi dan berbagai
kegiatan perawatan bayi.
Saran
Perawat agar mempertimbangkan pemberian
edukasi prenatal di kelas ibu hamil ditujukan juga
kepada ayah (suami) sebagai alternatif solusi dalam
meningkatkan keberhasilan program pemberian ASI
eksklusif. Responden agar meningkatkan peran yang
telah dilakukan dan memberikan informasi yang
telah didapat kepada orang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Arifah, I., D. Rahayuning, & M.Z. Zahfiludin. 2014.
Father’s roles on the exclusive breastfeeding prac-
tice. KESMAS, 8(2), 83-92.
Azwar, S. 2005. Sikap manusia: teori dan pengukuran-
nya. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Cohen, R., L. Lange, & W. Slusser. 2002. A Description of
a Male-Focused Breastfeeding Promotion Corpo-
rate Lactation Program. Journal of Human Lac-
tation. 18(1), 61-65, diakses 26 November 2014,
Destriatania, S., J. Februhartanty, & Fatmah. 2013. Sikap
Ayah dan Jumlah Anak serta Praktik Air Susu Ibu
Ekskl usif. Jurnal Ke se hat an Masy arak at
Nasional, 8(5), 229-234.
Evareny, L., M. Hakimi, & R. Padmawati. 2010. Peran ayah
dalam praktik menyusui. Berita Kedokteran
Masyarakat, 26(4). 187-195.
Februhartanty, J. 2008. Strategic roles of fathers in opti-
mizing breastfeeding practice: a study in an ur-
ban setting of Jakarta. Disertasi. Jakarta: Univer-
sitas Indonesia Press.
Maycock, B., C.W. Binns, S. Dhaliwal, J. Tohotoa, Y.
Hauck, S. Burn, & P. Howat. 2013. Education and
support for fathers improves breastfeeding rates:
A randomized controlled trial. Journal of Human
Lactation, 29(4), 484-490. diakses 13 November
2014.
Mitchell-Box, K.M., & Braun, K.L. 2013. Impact of Male-
Partner-Focused Interventions on Breastfeeding
Initiation, Exclusivity, and Continuation. Journal
106 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 101–106
of Human Lactation. 29(4), 473-479. diakses 13
November 2014.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Picasane, A.,G.I. Continisio, M. Aldinucci, S. D’amora, &
P. Continisio. 2005. A Controlled Trial of the
Father’s Role in Breastfeeding Promotion. Pedi-
atric, 116(4), 494-498. diakses 21 januari 2015.
Pohlman, S. 2005. The primacy of work and fathering
preterm infants: Findings from an interpretive
phenomenological study. Adv Neonat Care, 5(4),
204-216.
Potter, P.A., & Perry, A.G. 2009. Fundamental Kepe-
rawatan. Edisi 7 buku 1 & 2. Jakarta: Salemba
Medika.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014. Situasi dan Analisis
ASI Eksklusif. Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan
Pen elit ian dan Pengemba ngan Kesehat an
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Susin, L.R.O., & E.R.J. Giugliani. 2008. Inclusion of Fa-
thers in an Intervention to Promote Breastfeeding:
Impact on Breastfeeding Rates. Journal of Hu-
man Lactation, 24(4), 386-392. diakses 13 Novem-
ber 2014.
Widiyani, R. 2013. Cakupan ASI 42% Ibu menyusui butuh
dukungan. Kompas. diakses 10 Desember 2014.