E:\Tita\D\Tita\Sep 16\Jurnal bl 101Rahmawati, Optimalisasi Peran “Ayah ASI” ... 101 OPTIMALISASI PERAN “AYAH ASI (BREASTFEEDING FATHER)” MELALUI PEMBERIAN EDUKASI AYAH PRENATAL (The Optimization Of Breastfeeding Father’s Role Through Father Prenatal Education) Anita Rahmawati Program Studi Pendidikan Ners, STIKES Patria Husada Blitar email: tata_zic18@yahoo.co.id Abstract: Father’s role strongly proved in increasing the success of breastfeeding process, but in reality many fathers are still not implementing its role in the process of breastfeeding (breastfeeding father’s role) because of father’s education and the assumption of breastfeeding is mother’s responsibilities. The purpose of this study was to analyze the effect of the father prenatal education toward breastfeeding father’s role. This study used post test only control group design. 30 samples were taken by purposive sampling which further divided into control and treatment groups by simple random. Breastfeeding father’s role was measured by a questionnaire and the data were analyzed by independent t test. The results showed breastfeeding father’s role rate and standard deviation in the treatment group was 15.40 ± 2.558, while in the control group 9.80 ± 4.212. Different test treatment and control group obtained the value p = 0,000 which means there was a significant effect of education toward breastfeeding father’s role between the treatment group and the control group. The nurse recommended to educate pregnant women prenatal classes which was devoted to the father (husband) as an alternative solution to im- prove the success of exclusive breastfeeding program. Keywords: breastfeeding, father’s role, prenatal, education for father Abstrak: Peran ayah mempunyai pengaruh kuat terhadap kesuksesan proses menyusui atau pemberian air susu ibu (ASI), tetapi pada kenyataannya banyak ayah yang masih belum menerapkan perannya dalam proses menyusui (peran “ayah ASI”) karena pengetahuan ayah yang masih kurang dan asumsi bahwa menyusui hanya menjadi tanggungjawab ibu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh edukasi ayah prenatal terhadap peran “ayah ASI”. Penelitian ini menggunakan rancangan post test only control group design. 30 orang sampel diambil dengan purposive sampling selanjutnya dibagi dua menjadi kelompok kontrol dan perlakuan dengan simple random. Peran “ayah ASI” diukur menggunakan kuesioner dan data dianalisa dengan independent t test. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata peran “ayah ASI” pada kelompok perlakuan 15,40 dan standar deviasi ±2,558 sedangkan pada kelompok kontrol 9,80 dan standar deviasi ±4,212. Uji beda kelompok perlakuan dan kontrol diperoleh nilai p=0,000 yang berarti ada pengaruh edukasi ayah yang signifikan terhadap peran ayah ASI antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Perawat direkomendasikan untuk memberikan edukasi prenatal di kelas ibu hamil yang ditujukan kepada ayah (suami) sebagai alternatif solusi dalam meningkatkan keberhasilan program pemberian ASI eksklusif. Kata Kunci: menyusui, peran ayah, prenatal, edukasi ayah Dewasa ini usaha untuk peningkatan pemberian air susu ibu (ASI) masih hanya terfokus pada ibu meski- pun telah banyak penelitian yang membuktikan bah- wa peran ayah merupakan faktor penting dalam mendukung kesuksesan menyusui/pemberian ASI (Februhartanty, 2008; Evareny et al., 2010; Arifah et al., 2014). Dampak dari kondisi tersebut adalah peran ayah dalam proses menyusui atau yang biasa disebut dengan peran “Ayah ASI” masih kurang. Pengetahuan yang baik seorang ayah dibutuhkan ACER Typewritten text Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, No. 2, Agustus 2016 DOI: 10.26699/jnk.v3i2.ART.p101-106 IT Typewritten text © 2016 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ 102 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 101–106 agar dapat menjalankan peran “ayah ASI atau breastfeedingfather”, oleh karena itu diperlukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan ayah (Destriatania et al., 2013). Pemberian antenatal education dan postnatal support kepada ayah di Perth, Western Australia dapat meningkatkan pemberian ASI 1,46 kali dan pemberian susu formula menjadi 0,68 kali (Maycock et al., 2013). Peran “ayah ASI” di Indonesia khususnya dalam mencari informasi tentang pemberian ASI hanya 16,2% (Arifah et al., 2014). Ayah yang masih mempunyai pengetahuan rendah tentang manaje- men laktasi sebanyak 83,6% (Destriatania et.al., 2013). Dampak dari peran “ayah ASI” rendah dapat terlihat dari angka cakupan pemberian ASI di Indonesia tahun 2013 hanya sebesar 54,3% (Riset Kesehatan Dasar, 2013) dan sampai tahun 2014 belum memenuhi target nasional 80% (Widiyani, 2014). Pemberian susu formula masih cukup tinggi yaitu 79,8% dan 74,1% ayah justru menunjukkan dukungan untuk memberikan susu formula kepada bayinya (Destriatania et al., 2013). World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan pemberian ASI eksklusif sampai bayi 6 bulan tetapi pola pemberian ASI di Indonesia sebagian besar (83,2%) masih parsial yaitu memberikan ASI tetapi disertai dengan makanan buatan selain ASI (Pusat Data Dan Informasi Kementer ian Keseha tan Republik Indonesia, 2014). Edukasi merupakan proses pembelajaran interaktif sebagai upaya penambahan pengetahuan baru, sikap dan ketrampilan (Potter & Perry, 2009). Edukasi direncanakan yang bertujuan untuk mem- pengaruhi orang lain sehingga melakukan apa yang diharapkan oleh educator (Notoatmojo, 2007). Edu- kasi ayah diharapkan akan meningkatkan pengetahuan ayah tentang ASI dan peran ayah dalam proses pemberian ASI sehingga ayah memahami dan me- nerima peran pentingnya dalam mencapai kesuk- sesan pemberian ASI selanjutnya dapat meningkat- kan kapasitas ayah dalam menerapkan peran “ayah ASI” (Picasane et.al., 2005). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ter- tarik melakukan penelitian tentang optimalisasi peran “ayah ASI” melalui pemberian edukasi ayah pre- natal. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifi- kasi peran “ayah ASI” pada kelompok yang tidak mendapatkan edukasi ayah prenatal, 2) mengidenti- fikasi peran “ayah ASI” pada kelompok setelah men- dapat edukasi ayah prenatal, 3) menganalisis penga- ruh edukasi ayah prenatal terhadap peran “ayah ASI”. BAHAN DAN METODE Rancangan penelitian menggunakan post test only control group design. Populasi adalah semua suami ibu hamil yang terdaftar di kelas ibu hamil di Puskesmas Sananwetan kota Blitar. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi usia kehamilan di atas 38 minggu, ibu hamil dengan risiko rendah/tidak terdapat kom- plikasi kehamilan (seperti letak sungsang/lintang, pernah terjadi perdarahan dalam kehamilan ini, preeklamsi, hamil kembar), ibu tinggal serumah dengan bayi dan suami, ibu dan suami pendidikan minimal SMA, suami mempunyai satu istri/pasangan, tidak sedang dalam proses perceraian atau KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Simple random dipilih untuk membagi sampel menjadi kelompok perlakuan dan kontrol. Pemberian edukasi ayah prenatal menggunakan metode indivi- dual education partners berdasarkan pada panduan edukasi disertai pemberian booklet. Peran “ayah ASI” diukur dengan kuesioner bentuk peran ayah ASI yang dikembangkan oleh peneliti. Analisa des- kriptif dengan menghitung mean, dan standar deviasi. Analisis bivariat menggunakan independent t test untuk uji beda antara kelompok perlakuan dan kontrol dengan nilai signifikan  = 0,05. HASIL PENELITIAN Data Umum Responden di dalam penelitian ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: Karakteristik Suami dan Istri Berdasarkan Usia Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Suami dan Istri di wilayah kerja Puskesmas Sananwetan Kota Blitar Karakteristik Perlakuan Kontrol ? % ? % Usia suami 2 1-30 th 13 86,7 14 93,3 3 1-40 th 2 13,3 1 6 ,7 Usia istri < 21 th - - 2 13,3 2 1-30 th 14 93,3 12 80,0 3 1-40 th 1 6,7 1 6 ,7   Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar usia suami antara 21-30 tahun baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. 103Rahmawati, Optimalisasi Peran “Ayah ASI” ... Pada kelompok perlakuan usia suami 21-30 tahun sebanyak 13 orang (86,7%) dan terdapat 14 orang (93,3%) pada kelompok kontrol. Sebagian besar ibu hamil (istri) juga berada pada rentang usia 21-30 tahun yaitu terdapat 14 orang (93,3%) pada kelom- pok perlakuan, dan 12 orang (80,0%) pada kelompok kontrol. Karakteristik Suami dan Istri Berdasarkan Pendidikan perlakuan dan 9 orang (60,0%) pada kelompok kontrol dengan lama kerja paling banyak 7-9 jam sebanyak 10 orang (66,7%) pada kelompok perla- kuan dan 9 orang (60,0%) pada kelompok kontrol. Karakteristik Keluarga Berdasarkan Pendapatan dan Tipe Keluarga Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Suami dan Istri di wilayah kerja Puskesmas Sananwetan Kota Blitar Perlakuan Ko ntrol ? % ? % Pendidika n suami SMA 9 60,0 8 53 ,3 Diploma Sarjana 2 4 13,3 26,7 4 3 26 ,7 20 ,0 Pendidika n istri SMA 10 66,7 8 53 ,3 Diploma 1 6,7 4 26 ,7 Sarjana 4 26,7 3 20 ,0   Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar pendidikan terakhir suami adalah SMA yaitu sebanyak 9 orang (60,0%) pada kelom- pok perlakuan dan 8 orang (53,3%) pada kelompok kontrol. Hasil yang sama juga didapatkan pada pendidikan istri yaitu sebanyak 10 orang (66,7%) pada kelompok perlakuan dan 8 orang (53,3 %) pada kelompok kontrol. Karakteristik Suami Berdasarkan Pekerjaan dan Lama Kerja Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Dan Lama Kerja Suami di wilayah kerja Puskesmas Sananwetan Kota Blitar Perlakuan Ko ntrol ? % ? % Pekerja an suami Pegawai tetap 6 40,0 5 33 ,3 Wiraswasta 8 53,3 9 60 ,0 So pir 1 6,7 1 6,7 Lama Kerja suami < 7 jam 3 20,0 1 6,7 7-9 jam 10 66,7 9 60 ,0 >9 jam 1 6,7 2 13 ,3 T idak tentu 1 6,7 3 20 ,0   Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan suami paling banyak didapatkan sebagai wiraswasta sebanyak 8 orang (53,3%) pada kelompok Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pendapatan dan Tipe Kel uarga di wilayah ke rja Puskesmas Sananwetan Kota Blitar Perlakuan Ko ntrol ? % ? % Pendapatan Keluarga < 1 juta 4 26,7 5 33 ,3 1 juta – 2 juta 7 46,7 7 46,7 >2 juta 4 26,7 3 9,7 Tipe Keluarga Keluarga inti 9 60,0 6 40 ,0 Keluarga besar 6 40,0 9 60 ,0   Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bah- wa Pendapatan terbanyak adalah pada rentang nominal Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 sebanyak 7 orang (46,7%), baik pada kelompok perlakuan mau- pun kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan keluarga inti didapatkan sebagai tipe keluarga terba- nyak yaitu sebanyak 9 orang (60,0%). Hasil tersebut berbanding terbalik dengan kelompok kontrol di mana didapatkan keluarga besar sebagai tipe keluarga terbanyak sebanyak 9 orang (60,0%). Data Khusus Pencapaian Peran “Ayah ASI” Setelah Pemberian Edukasi Ayah Prenatal Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pencapaian Peran “Ayah ASI” Setelah Pemberian Edukasi Ayah Prenatal di wilayah kerja Puskesmas Sananwetan Kota Blitar Pencapaian peran”ayah ASI” Peran “a ya h ASI” Perlakuan Kontrol ? % ? % > 50 % 14 93,33 6 40,00 < 50 % 1 6,77 9 60,00 Jumlah 15 100 15 100 Mean±SD 15,40±2,558 9,80±4,212 Hasil Perhitungan Statistika Independent t-test p = 0,000   Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan perbe- daan nilai rata-rata peran “ayah ASI” antara kelompok 104 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 101–106 kontrol dan kelompok perlakuan. Dari hasil uji statis- tika dengan independent t-test menunjukkan nilai p= 0,000 artinya ada pengaruh edukasi ayah yang signifikan terhadap peran ayah ASI antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. PEMBAHASAN Peran “Ayah ASI” Pada Kelompok yang Tidak Mendapatkan Edukasi Ayah Prenatal Sebagian besar suami pada kelompok yang tidak mendapatkan edukasi ayah prenatal (kelompok kontrol) hanya menjalankan bentuk peran “ayah ASI” antara 20% sampai dengan 50%. Peran yang paling kurang dijalankan adalah peran keterlibatan pengambilan keputusan dalam pemberian nutrisi bayi. Edukasi yang diberikan kepada ayah menjelas- kan tentang besarnya manfaat ASI dan mekanisme produksi ASI sehingga ayah berupaya agar bayinya selalu mendapatkan ASI. Upaya ayah tersebut meru- pakan bentuk peran keterlibatan pengambilan kepu- tusan dalam pemberian nutrisi bayi seperti mence- gah pemberian susu formula, meningkatkan rasa percaya diri ibu akan kecukupan ASI, dan meli- batkan diri dalam mengatasi masalah yang muncul dalam proses menyusui. Bentuk peran yang paling sering dilakukan pada kelompok kontrol adalah peran keterlibatan dalam proses persalinan dan keterlibatan selama pemerik- saan ibu dan bayi pasca melahirkan/imunisasi. Memilih tempat persalinan atau tempat pemeriksaan postpartum/imunisasi dan mendampingi istri saat persalinan telah menjadi kebiasaan umum dalam masyarakat juga didorong oleh rasa kekhawatiran suami terhadap peristiwa penting yang menyangkut nyawa ibu dan bayi. Februhartanty (2008) menyata- kan bahwa mendampingi istri saat bersalin menjadi tanggungjawab yang telah dipahami oleh para suami. Sebagian suami pada kelompok kontrol ada yang mencapai lebih dari 50% bentuk peran “ayah ASI” yaitu sebanyak 6 orang (40%). Dari tingkat pendidikannya terlihat keenam ayah tersebut ber- pendidikan minimal diploma. Pendidikan tinggi memungkinkan responden lebih mudah menyerap informasi dari berbagai sumber sehingga meskipun tidak diberikan perlakuan berupa edukasi ayah tetapi ayah tetap bisa menjalankan perannya. Kemudahan akses untuk mendapatkan informasi saat ini sangat mudah, tidak hanya melalui media buku, majalah, televisi tetapi juga melalui berbagai situs jejaring so- sial yang khusus membahas tentang ASI, menyusui dan peran ayah. Paparan media massa dan komunikasi interpersonal meningkatkan pengetahuan ayah terha- dap perannya dalam praktik menyusui (Februhartanty, 2008). Peran “Ayah ASI” Pada Kelompok Setelah Mendapatkan Edukasi Ayah Prenatal Sebagian besar suami pada kelompok perlakuan telah menjalankan peran “ayah ASI” dengan bentuk peran yang telah dijalankan di atas 50%. Bentuk peran “ayah ASI” yang dijalankan oleh ayah pada kelompok perlakuan telah mencakup semua dimensi peran, tetapi ada satu dimensi yang kurang dijalan- kan oleh ayah yaitu peran mencari informasi tentang pemberian ASI. Belum adanya kelompok ayah me- rupakan salah satu faktor penyebab ayah tidak aktif dalam mencari informasi. Bentuk peran yang banyak dijalankan para ayah pada kelompok perlakuan tetapi tidak dijalan- kan oleh ayah pada kelompok kontrol adalah mence- gah pemberian makanan atau susu formula kepada bayi, meningkatkan rasa percaya diri ibu dalam menyusui dan memberikan pujian saat ibu berhasil menyusui. Ayah/suami pada kelompok perlakuan diberikan edukasi ayah yang pada intinya berisi ten- tang pentingnya peran ayah dalam proses menyu- sui dan bentuk peran yang harus diterapkan oleh ayah dalam memperlancar proses pemberian ASI. Sampai saat ini masalah menyusui atau pemberian ASI eksklusif belum menjadi fokus perhatian bagi masyarakat di kota kecil seperti pada tempat peneli- tian ini, sehingga masih banyak informasi tentang ASI yang belum diketahui oleh masyarakat terutama para suami/ayah. Program penyuluhan tentang me- nyusui juga masih kurang dan hanya sebatas diikuti oleh ibu saja tanpa didampingi oleh suami/keluarga. Dalam Arifah, et al. (2014) mengemukakan bahwa dengan pengetahuan ayah yang kurang menyebab- kan ayah cenderung meminta ibu memberikan susu formula sebagai pendamping ASI karena khawatir produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi. Pada kelompok perlakuan ada 1 (6,7%) ayah yang tidak menjalankan peran sebagai “ayah ASI” dengan baik, terlihat dari nilai perannya hanya 10 yang berarti hanya 47,61% bentuk peran “ayah ASI” yang bisa dijalankan. Dalam hal ini, ayah tidak dapat menjalankan peran dengan baik meskipun telah men- dapatkan edukasi ayah disebabkan adanya keterba- tasan waktu ayah di rumah. Dengan pekerjaan seba- gai sopir antar propinsi sehingga lama kerja ayah > 9 jam per hari dan terkadang baru bisa pulang setelah 2 hari. Menurut Azwar, 2005 dalam Evareny, et al. 105Rahmawati, Optimalisasi Peran “Ayah ASI” ... (2010) dan Pohlman (2005) menyatakan bahwa kesibukan pekerjaan ayah menjadi hambatan keter- libatan ayah dalam keluarga. Pengaruh Edukasi Ayah Prenatal Terhadap Peran “Ayah ASI” Peran “Ayah ASI” pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ada perbedaan yang signifikan terlihat dari nilai rata-rata peran pada kelompok perlakuan 15,40 sedangkan pada kelompok kontrol 9,80 dan dari hasil uji independent t test diperoleh nilai p = 0,000 (p>  = 0,05). Edukasi ayah yang diberikan kepada kelompok perlakuan menjelaskan tentang pengertian “ayah ASI”, alasan kenapa menjadi “ayah ASI” itu penting dan panduan cara menjadi ayah ASI. Metode edukasi yang diberikan secara individu dengan guidance and councelling memberikan perubahan perilaku yang lebih efektif karena berdasarkan pa da kesadaran individu (Notoatmodjo, 2007). Edukasi individu secara face to face juga lebih diperhatikan dan dipahami oleh responden karena jika ada hal yang kurang dime- ngerti, responden dapat langsung menanyakannya kepada edukator secara mudah tanpa ada rasa malu dengan audien yang lain. Edukasi ayah yang diberikan juga disertai dengan pemberian booklet yang berjudul “Panduan Menjadi Ayah ASI” yang disusun secara rinci dan step by step untuk membentuk kesadaran respon- den. Booklet dapat dibaca sewaktu-waktu oleh responden sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami dan diingat. Pemberian printed material (leaflet, booklet atau handout) adalah komponen kunci dalam edukasi (Mitchell-Box, 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa infor- masi yang diberikan kepada ayah melalui edukasi dapat meningkatkan peran ayah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Maycock, et al. (2013) bahwa dengan edukasi prenatal dan support postna- tal kepada ayah dapat meningkatkan peran ayah dalam pemilihan nutrisi bayi dengan mencegah pem- berian susu formula sebelum 6 bulan. Susin, et al. (2008) dan Pisacane, et al. (2005) juga menyatakan intervensi edukasi yang melibatkan ayah berdampak pada peran ayah dalam proses menyusui. Fathering program yang diselenggarakan oleh Los Angeles Department of Water and Power (LA DWP) merupakan program yang memberikan edukasi lak- tasi kepada ayah dalam kelas edukasi dan konseling individu juga telah sukses meningkatkan partisipasi ayah dalam program laktasi (Cohen et al., 2002 dalam Destriatania, et al., 2013). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan Pemberian edukasi ayah meningkatkan peran “ayah ASI (breastfeeding- father)” terutama peran keterlibatan pengambilan keputusan dalam pemberian nutrisi bayi dan berbagai kegiatan perawatan bayi. Saran Perawat agar mempertimbangkan pemberian edukasi prenatal di kelas ibu hamil ditujukan juga kepada ayah (suami) sebagai alternatif solusi dalam meningkatkan keberhasilan program pemberian ASI eksklusif. Responden agar meningkatkan peran yang telah dilakukan dan memberikan informasi yang telah didapat kepada orang lain. DAFTAR RUJUKAN Arifah, I., D. Rahayuning, & M.Z. Zahfiludin. 2014. Father’s roles on the exclusive breastfeeding prac- tice. KESMAS, 8(2), 83-92. Azwar, S. 2005. Sikap manusia: teori dan pengukuran- nya. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Cohen, R., L. Lange, & W. Slusser. 2002. A Description of a Male-Focused Breastfeeding Promotion Corpo- rate Lactation Program. Journal of Human Lac- tation. 18(1), 61-65, diakses 26 November 2014, Destriatania, S., J. Februhartanty, & Fatmah. 2013. Sikap Ayah dan Jumlah Anak serta Praktik Air Susu Ibu Ekskl usif. Jurnal Ke se hat an Masy arak at Nasional, 8(5), 229-234. Evareny, L., M. Hakimi, & R. Padmawati. 2010. Peran ayah dalam praktik menyusui. Berita Kedokteran Masyarakat, 26(4). 187-195. Februhartanty, J. 2008. Strategic roles of fathers in opti- mizing breastfeeding practice: a study in an ur- ban setting of Jakarta. Disertasi. Jakarta: Univer- sitas Indonesia Press. Maycock, B., C.W. Binns, S. Dhaliwal, J. Tohotoa, Y. Hauck, S. Burn, & P. Howat. 2013. Education and support for fathers improves breastfeeding rates: A randomized controlled trial. Journal of Human Lactation, 29(4), 484-490. diakses 13 November 2014. Mitchell-Box, K.M., & Braun, K.L. 2013. Impact of Male- Partner-Focused Interventions on Breastfeeding Initiation, Exclusivity, and Continuation. Journal 106 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 3, Nomor 2, Agustus 2016, hlm. 101–106 of Human Lactation. 29(4), 473-479. diakses 13 November 2014. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Picasane, A.,G.I. Continisio, M. Aldinucci, S. D’amora, & P. Continisio. 2005. A Controlled Trial of the Father’s Role in Breastfeeding Promotion. Pedi- atric, 116(4), 494-498. diakses 21 januari 2015. Pohlman, S. 2005. The primacy of work and fathering preterm infants: Findings from an interpretive phenomenological study. Adv Neonat Care, 5(4), 204-216. Potter, P.A., & Perry, A.G. 2009. Fundamental Kepe- rawatan. Edisi 7 buku 1 & 2. Jakarta: Salemba Medika. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Pen elit ian dan Pengemba ngan Kesehat an Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Susin, L.R.O., & E.R.J. Giugliani. 2008. Inclusion of Fa- thers in an Intervention to Promote Breastfeeding: Impact on Breastfeeding Rates. Journal of Hu- man Lactation, 24(4), 386-392. diakses 13 Novem- ber 2014. Widiyani, R. 2013. Cakupan ASI 42% Ibu menyusui butuh dukungan. Kompas. diakses 10 Desember 2014.