*) Bidan Praktisi, **) STIKes Patria Husada Blitar 62 PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PIJAT BAYI TERHADAP PRAKTIK PIJAT BAYI (The Effect of Health Education to Baby Massage Skill ) Ajeng Mahardika Wati *) , Nevy Norma Renityas **) STIKes Patria Husada Blitar e-mail: nevy_syai@yahoo.com ABSTRACT Introduction:Massage baby was done to smooth the surface of the skin performed by the hand which aims to produce effects of neurons, the muscles, respiratory systems and circulating blood and limpha.The aim of this research is to find out about babies health is the educational practices massage ain on an infant by the baby. Method: Research design was pretest-postest without control group designs. Research sample was 20 mother who have babies age 0-12 months in the BPS kirana, Jatinom Village, it choosed with purposive sampling. Analysis using wilcoxon, with significant level ≤0.05 Result: The results showed that health education of baby massage influence baby massage skill, with wilcoxon signed rank test obtained p-value 0,000. Discuss: With education about the expected health massage parents babies have knowledge and skills of massage infants it can massaging her baby independently and right. Keywords: health education, baby massage practice PENDAHULUAN Angka kematian bayi di Indonesia paling tinggi di Asia Tenggara, yang mencapai 32/1.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian anak lebih disebabkan oleh kurangnya stimulus dan nutrisi, bukan karena keberadaan ekonomi kurang ( Ronald, 2011 : 208 ). Maka dari itu Johnson & Johnson telah secara aktif memperkenalkan program pijat bayi kepada profesional sejak tahun 1977. Johnson & johnson telah bekerjasama dengan profesional kesehatan untuk mentransfer konsep dan pengetahuan tentang pijat bayi kepada masyarakat ( Roesli, 2001 : 7 ). Pijat bayi adalah pemijatan yang dilakukan dengan usapan-usapan halus pada permukaan kulit bayi, dilakukan dengan menggunakan tangan yang bertujuan untuk menghasilkan efek terhadap syaraf, otot, sistem pernafasan serta sirkulasi darah dan limpha (Subakti dan Rizky, 2008 : 3 ). Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi ( Ronald, 2011 : 193 ). Studi tentang bayi telah menunjukkan bahwa sentuhan, gerakan dan juga suara akan merangsang jalan syaraf, selain itu juga akan mempercepat pertumbuhan jaringan syaraf. Penambahan berat badan akan semakin cepat dan aktifitas sel akan ditingkatkan bersamaan dengan meningkatnya fungsi endokrin ( Turner, 2011 : 6 ). Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi. Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman Mesir Kuno. Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 SM ) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olah Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 DOI: 10.26699/jnk.v1i1.ART.p052-056 mailto:nevy_syai@yahoo.com IT Typewritten text © 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ Ajeng Mahardika Wati, Nevy Norma Renityas Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 63 raga sebagai cara penyembuhan utamamasa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari 4 teknik pengobatan penting ( Roesli, 2009 : 2 ). Pemijatan tidak hanya bermanfaat untuk bayi tetapi juga untuk pemberi pijatan, ini adalah alat yang akan membebaskan diri dari stres dan merupakan alat untuk membangun ikatan antar orangtua dan juga ikatan antara orangtua dengan bayi. Manfaat lain dari pemijatan pada bayi adalah meningkatnya keyakinan pemberi pijatan dalam mengurus bayi itu (Turner, 2011 : 10). Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuhan dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila dilakukan sendiri oleh orangtua bayi. Penelitian tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16% sedangkan pada kelompok yang dipijat 9,44% ( Putri, 2009 : 6 ). Setelah melakukan studi pendahuluan pada tanggal 6 Juni 2012, di wilayah Kanigoro terdapat dua BPS yang membuka praktik pijat bayi. Sedangkan BPS yang paling sering didatangi oleh ibu bayi adalah BPS Kirana Desa Jatinom. Di BPS Kirana Desa Jatinom terdapat 10 ibu yang sedang memijatkan bayinya. Dari 10 ibu tersebut masih banyak ibu bayi yang belum mengetahui manfaat lebih jauh dari pijat bayi dan belum memahami bagaimana memijat bayi yang benar sehingga tidak bisa melakukan pemijatan secara mandiri. Alasan ibu memijatkan bayinya karena bayi sedang sakit batuk, rewel dan terjatuh. Maka, dari latar belakang tersebut penulis ingin meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat. bayi oleh ibu bayi di BPS Kirana Desa Jatinom. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi oleh ibu bayi di BPS Kirana Desa Jatinom. Tujuan umumnya adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi oleh ibu bayi. Sedangkan tujuan khususnya adalah (1) mengidentifikasi kemampuan ibu dalam memijat bayi sebelum diberikan pendidikan kesehatan, (2) mengidentifikasi kemampuan ibu dalam memijat bayi setelah diberikan pendidikan kesehatan, (3) menganalisa pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi oleh ibu bayi. Manfaat penelitian bagi institusi diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan informasi ilmiah tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi oleh ibu bayi. Manfaat bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan gambaran dan keterampilan tentang manfaat dari pijat bayi serta cara memijat bayi yang benar sehingga dapat memotivasi orangtua untuk meningkatkan kesehatan bayinya. BAHAN dan METODE Desain penelitian dengan pretest- postest without control group design. Subyek penelitian ini sebanyak 20 orang ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan. Subyek penelitian ini dipilih dengan purposive sampling. Variabel independen yang digunakan adalah pendidikan kesehatan tentang pijat bayi dan variabel dependen yang digunakan adalah praktik pijat bayi oleh ibu bayi. HASIL PENELITIAN Karakteristik responden di BPS Kirana Jatinom Tabel 1 Karakteristik responden No Karakteristik Subjek f % 1 Umur Ibu - ≤20 tahun 2 30 Tabel 1 Karakteristik responden  21-29 Tahun  30-39 Tahun  ≥ 40 Tahun 9 8 1 40 30 10 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Pengaruh pendidikan kesehatan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0 – 3 tahun terhadap pengetahuan dan sikap orang tua 64 Tabel 1 Karakteristik responden 2. Pendidikan terakhir Ibu  SD  SMP  SMA  PT/Akademi 1 3 12 4 5 15 60 20 3 Pekerjaan Ibu  IRT  PNS  Swasta 11 1 4 4 55 5 20 20 Tabel 1 Karakteristik responden  Lainnya 4 Informasi Tentang pijat bayi  Tidak pernah  Petugas Kesehatan  Teman/keluarga 10 5 5 50 25 25 Tabel 2 Karakteristik praktik pijat bayi oleh sampel sebelum dan sesudah penyuluhan Nilai Pre-test Praktik pijat bayi oleh ibu bayi % Post-test Praktik pijat bayi oleh ibu bayi % f f Baik Cukup Buruk 0 0 20 0 0 100% 7 10 3 35% 50% 15% Total 20 100% 20 100% Tabel 3. Hasil uji statistik pengaruh penyuluhan pijat bayi terhadap praktik pijat bayi Uji Statistik Test Statistik Z 3,793 Signifikansi T-Test p=0.000 PEMBAHASAN Kemampuan ibu dalam memijat bayi sebelum Pendidikan Kesehatan Tentang Pijat Bayi Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil pretest praktik pijat bayi sebagian besar responden tidak ada sama sekali yang memiliki kemampuan baik. Terdapat 20 (100%) responden yang memiliki nilai buruk. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah pula mereka menerima informasi. Pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi, dan nilai- nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak, 2009 : 257 ) Hal ini berdasarkan pendidikan terakhir ibu bayi yang sebagian besar adalah berpendidikan terakhir SMA, yaitu 60% ibu bayi. Meskipun pendidikan terakhir ibu sebagian besar SMA, tetapi pendidikan kesehatan tentang pijat bayi tidak diberikan pada saat SMA. Adanya faktor pendukung mencakup ketersediaan sumber-sumber dan fasilitas yang memadai misalkan fasilitas fisik yaitu puskesmas, fasilitas umum yaitu TV, radio, majalah. Fasilitas-fasilitas tersebut sangat mendukung untuk merealisasikan tentang pijat bayi kepada masyarakat ( Mubarak, 2009 : 255 ) Hal ini berdasarkan informasi tentang pijat bayi yang diperoleh ibu masih kurang. Terdapat 50% ibu bayi yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang adanya pijat bayi. Hanya 25% ibu bayi yang mendapatkan informasi pijat bayi dari tenaga kesehatan. Hal ini disebabkan karena kurangnya kemauan ibu untuk mencari informasi tentang pijat bayi, serta Ajeng Mahardika Wati, Nevy Norma Renityas Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 65 kurangnya kepedulian ibu terhadap pertumbuhan bayinya. Faktor penguat meliputi perilaku petugas kesehatan dan tokoh masyarakat. Semua petugas kesehatan dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidik kesehatan. Jadi petugas kesehatan dan tokoh masyarakat harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dengan memberi contoh kepada masyarakat.( Mubarak, 2009 : 256 ). Hal ini berdasarkan data yang menunjukkan bahwa seluruhnya 100% tokoh masyarakat peduli adanya praktik pijat bayi. Tokoh masyarakat yang peduli dengan adanya praktik pijat bayi, tetapi tidak didukung adanya partisipasi ibu untuk memijatkan bayinya di petugas kesehatan. Sehingga dapat menyebabkan ibu bayi tidak bisa memijat bayinya secara mandiri. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketidak mampuan ibu bayi dalam praktik pijat bayi sebelum pendidikan kesehatan dikarenakan faktor pendukung, yaitu sebagian besar ibu bayi tidak pernah mendapatkan informasi tentang pijat bayi dikarenakan ketidak mauan ibu bayi dalam mencari informasi, serta tidak diajarkannya pendidikan kesehatan tentang pijat bayi di SMA. Hal ini diperkuat dengan kurangnya minat ibu bayi terhadap pijat bayi di instansi kesehatan. Kemampuan ibu memijat bayi setelah pendidikan kesehatan tentang pijat bayi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai praktik pada tiap ibu bayi yaitu 50% dengan nilai cukup dan 35% dengan nilai baik. Sedangkan hanya sebagian kecil ibu bayi yang memiliki nilai buruk, yaitu 15% ibu bayi. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek dengan sesuatu cara yang menyatakan adanya tanda – tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut ( Mubarak, 2009 : 255 ). Hal ini berdasarkan data bahwa sikap ibu bayi dalam pemberian pendidikan kesehatan pijat bayi hampir seluruhnya menerima dengan positif yaitu 95%. Sikap positif ibu terhadap praktik pijat bayi menyebabkan materi yang diberikan saat pendidikan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh ibu bayi. Sikap mempunyai komponen yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. Komponen tersebut secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh ( Mubarak, 2009 : 258 ). Hal ini berdasarkan data keyakinan ibu bayi untuk dapat mempraktikan pijat bayi yaitu 50%. Ibu bayi sangat yakin untuk dapat mempraktikan pijat bayi sehingga kemauan untuk mempelajari cara memijat bayi sangat besar. Kebudayaan lingkungan sekitar atau sosial budaya dimana manusia hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk menjaga lingkungan. Hal ini berdasarkan data sosial budaya disekitar ibu bayi sebagian besar 85% adalah cukup modern. Sosial budaya yang cukup modern berpengaruh dalam mengubah sikap dan gaya hidup ibu bayi dalam merawat bayinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan kemampuan praktik pijat bayi oleh ibu bayi disebabkan oleh persepsi ibu bayi yang menunjukkan keyakinan dapat mempraktikan pijat bayi secara mandiri, serta sikap positif ibu dalam menerima praktik pijat bayi. Pendidikan kesehatan tentang pijat bayi merupakan aspek penting dalam meningkatkan ketrampilan masyarakat karena dengan melakukan pijat bayi secara rutin akan mendapatkan manfaat yang cukup besar terutama dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak sehingga dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Pengaruh pendidikan kesehatan tentang stimulasi perkembangan anak usia 0 – 3 tahun terhadap pengetahuan dan sikap orang tua 66 Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil postest lebih baik daripada hasil pretest. Sebagian besar ibu bayi mendapatkan nilai cukup yaitu 50% ibu bayi. Ibu bayi yang memiliki nilai baik ada 35%. Sedangkan sebagian kecil ibu bayi memiliki nilai buruk, yaitu 15% ibu bayi. Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal – hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain (Notoadmodjo, 2003 ). Hal ini berdasarkan data dari hasil posttest yang meningkat setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pijat bayi setelah pretest. Nilai praktik pijat bayi yang semula seluruhnya buruk 100% naik setengahnya menjadi cukup yaitu 50% dan hampir setengahnya menjadi baik yaitu 35%. Setelah seseorang mengalami stimulus atau obyek kesehatan, kemudian orang tersebut mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui dan disikapinya. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Setelah mengetahui stimulus tersebut bagaimana ketertarikan dalam stimulasi atau objek yang diberikan. Kemudian dilanjutkan dengan menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya ( Mubarak, 2005 : 144 ). Hasil penelitian menunjukkan masih adanya sebagian kecil ibu bayi yang memiliki nilai buruk yaitu 15%. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian stimulus masih ditimbang – timbang oleh ibu bayi terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan kesehatan karena alat – alat tersebut merupakan saluran untuk menyampaikan informasi kesehatan dank arena alat – alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan – pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien (Notoadmodjo, 2003 : 71 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0.000 dan nilai α < 0.005. Sehingga pada penelitian dapat disimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi oleh ibu bayi. Hal ini di dukung oleh metode yang dipakai dalam memberikan pendidikan kesehatan ini menggunakan metode ceramah dan mendemonstrasikan atau mempraktikkan secara langsung langkah memijat bayi yang baik dan benar. Materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan responden dan dalam penyampaian pendidikan kesehatan menggunakan alat bantu berupa leaflet dan audio visual berupa rekaman video dalam bentuk compact disc tentang cara memijat bayi yang baik dan benar. SIMPULAN dan SARAN SIMPULAN Kemampuan ibu dalam memijat bayi sebelum dilakukan pendidikan kesehatan seluruhnya memiliki nilai buruk (100%). Terdapat peningkatan kemampuan ibu dalam memijat bayi setelah diberikan pendidikan kesehatan setengah dari ibu bayi memiliki nilai cukup (50%), dengan nilai signifikasi nilai p = 0.000 dan lebih kecil dari nilai α (0.005).Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang pijat bayi terhadap praktik pijat bayi oleh ibu bayi. SARAN Untuk institusi kesehatan terkait dapat memberikan ilmu baru tentang cara memijat bayi dengan cara menambah wacana pendidikan kesehatan tentang pijat bayi. Masyarakat, khususnya orang tua bayi diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan tentang pijat Ajeng Mahardika Wati, Nevy Norma Renityas Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 67 bayi sehingga dapat memijat bayinya secara mandiri dan benar. REFERENSI Mubarak, WI 2006, Ilmu Keperawatan Komunitas 2, Sagung Seto, Jakarta . Mubarak, WI 2009, Ilmu Keperawatan Komunitas, Salemba Medika, Jakarta. Notoatmodjo, S 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S 2010, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Putri, A 2009, Pijat dan Senam untuk Bayi & Balita, Deniua Publisher, Yogyakarta. Roesli. U 2009, Pedoman Pijat Bayi, Trubus Agriwidya, Jakarta. Ronald, HS 2011, Pedoman & Perawatan Balita Agar Tumbuh Sehat dan Cerdas, Nuansa Aulia, Bandung. Turner, R 2010, Pedoman Praktis Pemijatan Bayi, Kharisma, Tangerang.