*) Praktisi Bidan, **) STIKes Patria Husada Blitar 68 PENGARUH KONSELING TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PERILAKU MENYUSUI PADA IBU POST PARTUM (The Effect of Proper Breastfeeding Technique Counseling to Behavior of Lactating Post Partum Mothers) Nur Faridah Trisiyah *) , Dewi Novianty **) STIKes Patria Husada blitar e-mail: jurnalstikes@gmail.com ABSTRACT Introduction: Proper breastfeeding technique is a way to give milk to the baby with the mother's position and attachment of the baby in a proper way. Counseling is done so that mothers can open minded, realizing his own mistaken of perception that associated with breastfeeding, and then expected to change or correct the incorrect perception that breastfeeding can run more smoothly. The purpose of this research was to determine the effectiveness of proper breastfeeding technique counseling to the behavior of lactating mothers in post partum day 1-14. Method: Research design was pre- experimental design with one-group pre- post test design.. The sample was 16 post-partum mothers at BPS Eny Kustiyaningsih, Amd. Keb, who was collected using total sampling. The instrument used was a checklist. Result: The result used Wilcoxon Sign Rank Test showed ρ = 0.000 (α = 0.05). It could be concluded that there were significant effect proper breastfeeding technique counseling to the behavior of lactating mothers in post partum day 1-14. Discussion: It was expected that the results of the research could be use as reference for further research. Key word: Counseling, behavior of lactating mothers PENDAHULUAN Setiap manusia pada umumnya memiliki payudara, tetapi antara laki- laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya.Payudara yang matang adalah salah satu pertumbuhan sekunder dari seorang perempuan dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama kehidupan, karena ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan bayi yang paling penting, terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009:9). Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan, Payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit.Segera setelah terjadi kehamilan, maka korpus luteum berkembang terus dan mengeluarkan estrogen dan progesterone untuk mempersiapkan payudara agar pada waktunya dapat memberikan ASI. Proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi (Saleha, 2009:10). Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan Air Susu Ibu (ASI) dari payudara ibu Menyusui adalah suatu proses yang alamiah namun tetap harus dipelajari bagaimana cara menyusui yang baik dan benar, karena menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan kepada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik saja tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang stabil, perkembangan spiritual yang baik serta perkembangan sosial yang lebih baik. Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 DOI: 10.26699/jnk.v1i1.ART.p057-062 IT Typewritten text © 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan IT Typewritten text This is an Open Access article under the CC BY-SA license (http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/) https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ Nur Faridah Trisiyah, Dewi Novianty Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 69 seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi, karena ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 4 – 6 bulan (Khairunniyah, 2004). Dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan dari bayi 12.119.244 didapatkan data 95% bayi pernah diberi ASI, 44% bayi diberi ASI pada hari pertama kelahiran, sisanya sebanyak 51% diberikan setelah hari pertama kelahiran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Nursusanti Mahasiswi Akademi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo tahun 2006 pada 32 orang ibu post partum primipara di Puskesmas Sawoo Ponorogo Jawa Timur, didapatkan teknik menyusui buruk 19 orang (59,38%), teknik menyusui baik 13 orang (40,62%), sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Ria Puspita Mahasiswi Poltekkes Tanjung Karang Prodi Kebidanan Metro tahun 2006 pada 17 ibu primipara di BPS CH. Sudilah Ganjar Agung Metro Barat, ditemukan 11 orang yang masih salah dalam melakukan teknik menyusui (61,9). Kesalahan banyak terletak pada posisi menyusui dan langkah-langkah menyusui. Berdasarkan data yang diambil dari Dinas Kesehatan Kota Blitar, pada tahun 2011 terdapat 1961 orang ibu nifas, dengan KN 1 murni sebanyak 93,90% yakni 1910 bayi dan KN lengkap sejumlah 83,92% yakni 1707 bayi dengan target pencapaian KN sebanyak 95% setiap tahunnya. Prinsip dasar dari menyusui adalah membuat bayi melekat dengan baik. Bayi yang melekat dengan baik akan mendapatkan ASI dengan baik pula. Bayi yang tidak melekat dengan baik akan lebih sulit mendapatkan ASI, terutama jika ASI sedikit. Produksi ASI di awal kelahiran memang sedikit; ini hal yang normal dan alamiah, akan tetapi apabila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Pada dasarnya, segera setelah melahirkan, secara naluri setiap ibu mampu menjalankan tugas untuk menyusui bayinya. Namun, untuk mempraktikkan bagaimana menyusui bayi yang baik dan benar, setiap ibu perlu mempelajarinya. Bukan saja ibu- ibu yang baru pertama kali hamil dan melahirkan, tetapi juga ibu-ibu yang baru melahirkan anak yang ke-2 dan seterusnya. Karena setiap bayi lahir merupakan individu tersendiri. Dengan demikian ibu perlu belajar berinteraksi dengan bayi yang baru lahir ini, agar dapat berhasil dalam menyusui. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di BPS. Eny Kustiyaningsih, 7 dari 10 orang ibu post partum masih belum bisa menyusui dengan benar, salah satu penyebab yang mengakibatkan permasalahan tersebut adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar dan ketidakefektifan konseling yang diberikan. Ketidakefektifan konseling ini disebabkan karena adanya beberapa syarat konseling yang tidak terpenuhi, seperti kurangnya pengutaraan masalah oleh ibu, kurangnya komunikasi antara konselor dan ibu serta pemahaman yang kurang dari ibu, sehingga konselor tidak bisa memberikan konseling yang terbaik untuk ibu. Sesuai dengan fungsi dari konseling guna memberikan pemahaman- pemahaman pada klien, maka terjadi dua respon stimulus pada klien ketika konseling itu diberikan, respon yang pertama yakni covert behavior, dimana respon ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Setelah respon tersebut diserap, maka respon yang terjadi selanjutnya adalah overt behavior, dimana respon tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice). Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 70 Dengan adanya konseling, konselor mengharapkan dapat membuat ibu untuk membuka diri, menyadari sendiri persepsi keliru yang selama ini mungkin dimilikinya terkait dengan kegiatan menyusui, serta kemudian berkeinginan untuk mengubah atau memperbaiki persepsi keliru tersebut sehingga kegiatan menyusui dapat berjalan lebih lancar. Data menyebutkan bahwa masalah yang seringkali terjadi adalah puting ibu yang lecet sehingga terasa sakit untuk disusui, bayi merasa tidak kenyang dan terus menerus menangis serta adanya pembengkakan pada payudara ibu. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis ingin melakukan sebuah penelitian untuk memberikan sebuah intervensi berupa konseling kepada responden untuk melihat adakah pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui pada ibu post partum hari ke 1-14. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui pada ibu post partum hari ke 1-14. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui adakah pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui ibu post partum. Sedakan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:1) Mengidentifikasi teknik menyusui yang benar pada ibu post partum sebelum dilakukan konseling. 2) Mengidentifikasi teknik menyusui yang benar pada ibu post partum setelah dilakukan konseling. 3) Menganalisis pengaruh konseling teknik meyusui yang benar terhadap perilaku menyusui pada ibu post partum Manfaat penelitian secara teoritis adalah untuk menambah wawasan tentang perilaku menyusui pada ibu post partum, serta Melatih berfikir dan bersikap kreatif mencari pemecahan masalah mengenai konseling teknik menyusui yang benar dan juga perilaku menyusui pada ibu post partum. Manfaat praktis penelitian adalah memberikan mengetahui teknik menyusui yang benar, sehingga dapat mengurangi masalah saat nifas BAHAN dan METODE Desain penelitianya adalah pra eksperimental dengan one group pra post test design yaitu untuk mengetahui adakah pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui ibu post partum yang diobservasi sebelum dilakukan teknik menyusui yang benar, kemudian di observasi lagi setelah diberikan konseling tentang teknik menyusui yang benar. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 16 orang ibu post partum hari 1- 14 di BPS. Eny Kustiyaningsih, Amd. Keb ., dilaksanakan pada bulan Juli 2012 dengan teknik sampling total sampling. Variabel bebasnya adalah konseling teknik menyusui yang benar. Pengumpulan data dengan observasi menggunakan checklist pre dan post tes. Analisis data menggunakan Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0,05. HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden ibu post partum pada 5 – 18 Juli 2012 Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur di BPS pada No Karakteristik Frekuensi % 1 Umur (tahun) 16-25 26-35 4 12 25 75 2 Pendidikan SMP SMA 3 13 18,8 81,2 3 Pekerjaan IRT Wiraswasta 13 3 81,2 18,8 4 Paritas Primipara Multipara 5 11 31,2 68,8 Tabel 2. Identifikasi teknik menyusui sebelum konseling No Kategori Frekuensi % 1 Baik 6,6 2 Cukup 37,5 3 Kurang 8 50 4 Tidak baik 6,2 Jurnal Ners dan Kebidanan Volume 1, No. 1, Maret 2014 *) Praktisi Bidan, **) STIKes Patria Husada Blitar 71 Tabel 2. Identifikasi teknik menyusui setelah konseling No Kategori Frekuensi % 1 Baik 3 18,8 2 Cukup 13 81,2 Tabel 3 Perilaku Menyusui Ibu Post Partum No Keterangan Perilaku Total Baik Cukup Kurang Tidak baik 1 Pre test 1 6 8 1 16 2 Post test 13 3 16 ρ = 0,000 α = 0,05 PEMBAHASAN Identifikasi teknik menyusui yang benar pada ibu post partum sebelum dilakukan konseling Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa 8 orang atau 50% ibu post partum hari ke 1-14 memiliki perilaku menyusui yang kurang sebelum dilakukan konseling, 6 orang atau 37,5% ibu post partum memiliki perilaku menyusui yang cukup, 1 orang atau 6,2% ibu post partum memiliki perilaku menyusui yang tidak baik serta 1 orang atau 6,2% ibu post partum lainnya memiliki perilaku menyusui yang baik. Menurut Suradi dan Hesti (2004), adanya tingkatan perilaku menyusui pada ibu post partum tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor perubahan sosial budaya, faktor psikologis, faktor fisik ibu, faktor kurangnya petugas kesehatan, meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, kurang atau salahnya informasi yang diterima oleh ibu. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, 8 orang atau 50% dari ibu post partum memiliki pengetahuan yang kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya informasi teknik menyusui yang benar yang di dapat oleh ibu post partum tersebut, sehingga berdampak pada perilaku menyusui ibu post partum. Selain itu, usia, , pendidikan dan juga paritas turut mempengaruhi perilaku menyusui ibu post partum sebelum dilakukan konseling. Pada usia 16-25 tahun, terdapat 1 orang ibu post partum dengan perilaku tidak baik dan 3 orang lainnya memiliki perilaku yang cukup. Hal ini disebabkan karena pada usia ibu yang masih relatif lebih muda, kesiapan wanita untuk menjadi seorang ibu masih kurang, sehingga akan mempengaruhi perilaku menyusui tesebut. Hal ini semakin dikuatkan dengan paritas yang ibu miliki, dari hasil penelitian, 4 orang responden ibu primipara memiliki perilaku menyusui yang kurang dan 1 orang responden memiliki perilaku menyusui yang cukup. Hal ini terjadi disebabkan karena ibu primipara belum mendapatkan pengalaman sebelumnya dalam menyusui bayinya. Pendidikan juga berpengaruh dalam perilaku menyusui ibu post partum sebelum dilakukan konseling. Dengan pendidikan yang relatif lebih tinggi, maka perilaku menyusuipun cenderung memiliki perilaku yang lebih baik pula. Dari hasil penelitian yang ada, hal yang sering tidak dilakukan oleh para ibu post partum dalam menyusui adalah persiapan dan prosedur setelah menyusui, selain itu masih terdapat ibu post partum yang belum bisa memposisikan bayi dengan benar dan melakukan perlekatan yang benar antara puting dan areola dalam mulut bayi. Sehingga perilaku menyusui pada ibu post partum itu masih kurang. Dalam teknik menyusui yang benar persiapan sebelum menyusui dibagi menjadi tiga tahap. Tahap yang pertama yakni ibu mencuci tangan sebelum menyusui. Tahap yang kedua Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 72 yakni payudara dibersihkan dengan menggunakan air hangat, kemudian dilap menggunakan handuk atau kain bersih, kemudian tahap ketiga adalah ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola. Pada posisi menyusui yang terdapat di teknik menyusui yang benar, kebanyakan ibu post partum tidak memegang bayinya dengan benar. Masih terdapat ibu yang tidak memegang bayi dengan benar, justru hanya memegang bantal yang berada di bawah bayi saat menyusui, sehingga perlekatan posisi untuk badan ibu dan bayi tidak dapat melekat secara sempurna. Posisi kepala yang seharusnya berada di pertengahan antara siku dan lengan pun kebanyakan tidak dilakukan dengan benar oleh ibu, sedangkan bokong bayi yang seharusnya berada di telapak tangan ibu, kebanyakan tidak berada di telapak tangan dan ibu biasanya hanya memegang kepala bayi saat menyusui. Pada prosedur menyusui dalam teknik menyusui yang benar pun terdapat beberapa kesalahan yang dilakukan oleh ibu post partum. Kebanyakan kesalahan terletak pada perlekatan antara puting dan areola ibu dengan mulut bayi. Puting dan areola ibu yang seharusnya masuk secara menyeluruh, hanya masuk sebagian, sehingga bayi tidak akan puas meskipun sudah menyusui secara lama karena ASI yang didapatkan dengan perlekatan yang tidak benar, maka hanya sedikit ASI yang didapat dan kejadian ini menyebabkan puting lecet. Sedangkan dalam prosedur setelah menyusui terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama yakni melepas hisapan bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah. Tahap kedua yakni Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya dan tahap terakhir yakni Bayi disendawakan dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau bayi ditengkurapkan di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. Kebanyakan dari ibu post partum tidak melakukan prosedur ini. Dari beberapa kesalahan yang terdapat pada teknik menyusui yang benar maupun prosedur yang tidak dilakukan, maka kebanyakan dari ibu post partum memeliki tingkat perilaku menyusui yang kurang dan cukup. Identifikasi teknik menyusui yang benar pada ibu post partum setelah dilakukan konseling Berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan bahwa 13 orang atau 81,2% ibu post partum memiliki perialku menyusui yang baik serta 3 orang atau 18,8% ibu post partum memiliki perilaku menyusui yang cukup setelah diberikan konseling. Menurut Division of conseling psychology konseling merupakan suatu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk mecapai perkembangan optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu. Dari hasil konseling tersebut dapat membuat ibu untuk membuka diri, menyadari sendiri persepsi keliru yang selama ini mungkin dimilikinya terkait dengan kegiatan menyusui, serta kemudian berkeinginan untuk mengubah atau memperbaiki persepsi keliru tersebut sehingga kegiatan menyusui dapat berjalan lebih lancar. Dari hasil penelitian yang dilakukan, perilaku menyusui ibu post partum setelah diberikan konseling mengalami kenaikan. Pada perilaku menyusui ibu post partum sebelum dilakukan konseling, terdapat1 orang dengan perilaku baik, sedangkan setelah diberikan konseling, perilaku menyusui ibu post partum yang baik mengalami peningkatan menjadi 13 orang. Terdapat pula 6 orang ibu post partum 6 oramg ibu post partum Nur Faridah Trisiyah, Dewi Novianty Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 73 sebelum dilakukan konseling memiliki perilaku yang cukup menjadi perilaku yang baik setelah dilakukan konseling. Sedangkan 1 orang ibu post partum yang memiliki perilaku tidak baik sebelum konseling, menjadi perilaku yang cukup setelah dilakukan konseling. Menurut peneliti, hal ini disebabkan oleh intervensi yang dilakukan oleh peneliti baik secara verbal maupun non verbal untuk memberikan konseling teknik menyusui yang benar kepada ibu postpartum, konseling tersebut berupa pemberian pengetahuan yang benar dengan metode roll play, peneliti memberikan pengetahuan kepada ibu tentang teknik menyusui yang benar dan ibu mengadopsi pengetahuan tersebut dengan cara mempraktikkan langsung kepada bayinya, pemberian konseling ini juga ditunjang dengan alat bantu yakni leaflet dan lembar balik, sehingga ibu dapat mempelajari lebih lanjut tentang teknik menyusui yang benar, peneliti juga memberikan pengarahan langsung terhadap ibu post partum apabila ibu salah dalam teknik menyusuinya, sehingga ibu post partum dapat mengubah perilaku menyusui ibu post partum menjadi lebih baik. Dari hasil konseling tersebut, ibu post partum yang sebelumnya tidak melakukan prosedur sebelum dan sesudah menyusui, salah dalam posisi duduk, salah dalam posisi menggendong, salah dalam melakukan perlekatan antara badan bayi dengan ibu, salah dalam melakukan perlekatan antara areola dan puting terhadap mulut bayi menjadi melakukan prosedur tersebut dengan lebih baik. Sehingga nilai yang dihasilkan ibupun menjadi semakin baik. Hal inilah yang menyababkan terjadi penigngkatan yang signifikan antara perilaku menyusui ibu sebelum dengan sesudah diberikan konseling. Dari hasil penelitian yang ada, terdapat kecenderungan bahwa ibu primipara memiliki tingkat perilaku menyusui yang cukup setelah dilakukan konseling, hal ini disebabkan karena ibu primipara masih belum memiliki pengalaman dalam memberikan ASI kepada bayinya. Pendidikan juga berpengaruh dalam penyerapan proses konseling yang diberikan, dengan pendidikan yang lebih tinggi, proses konseling tersebut berjalan lebih baik dengan hasil konseling yang berupa perilaku menyusui cenderung lebih baik pula. Analisis pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui pada ibu post partum. Berdasarkan pada penghitungan statistik dengan menggunakan Wilcoxon Test dengan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ value = 0,000. Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui ibu post partum hari ke 1-14 di BPS Eny Kustiyaningsih, Amd. Keb. Dalam penelitian ini, perilaku menyusui ibu post partum mengalami kenaikan akibat pemberian konseling yang dilakukan. Terdapat 15 orang ibu post partum yang mengalami kenaikan dalam perilaku menyusuinya, sedangkan 1 orang ibu post partum memiliki perilaku yang tetap. Menurut skinner 1938 seorang ahli psikologi (Notoatmodjo, 2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus- Organisme-Respons. Konseling yang diberikan kepada responden merupakan sebuah stimulus untuk responden, dan kemudian responden tersebut merespon konseling yang diberikan, sehingga dari respon tersebut akan di dapatkan dua respon yakni respondent respons atau reflexive dan operant respons atau instrumental respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku pertama yang dilakukan responden Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 1, No. 1, Maret 2014 74 adalah covert behavior atau perilaku tertutup yakni respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Dari perilaku tertutup ini, responden memberikan perhatian terhadap konseling teknik menyusui yang benar yang diberikan oleh peneliti. Persepsi dan pengetahuan yang selama ini dimiliki oleh responden tentang teknik menyusui yang benar akan bertambah atau sedikit tergantikan dengan konseling yang diberikan. Sesuai dengan gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003) yakni pengamatan,perhatian, tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir dan motif, maka respon selanjutnya yang dilakukan oleh responden adalah perilaku terbuka (overt behavior) dimana respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Dalam penelitian ini, praktik yang dilakukan oleh responden adalah perilaku menyusui pada ibu post partum, sehingga peneliti dapat mengamati perilaku tersebut dan memberikan penilaian terhadap perilaku tersebut. SIMPULAN dan SARAN SIMPULAN Berdasarkan pada hasil penelitian yang ada, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu perilaku menyusui ibu post partum sebelum dilakukan konseling teknik menyusui yang benar adalah 50% dalam kategori perilaku kurang, setelah dilakukan konseling teknik menyusui yang benar, 81% dalam kategori perilaku baik, konseling teknik menyusui yang benar berpengaruh terhadap perilaku menyusui ibu post partum hari ke 1-14 ρ = 0,000, sedangkan α = 0,05. SARAN Dari hasil penelitian tentang pengaruh konseling teknik menyusui yang benar terhadap perilaku menyusui ibu post partum hari ke 1-14, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: bagi BPS dapat memberikan dan memperbanyak konseling teknik menyusui yang benar pada ibu post partum serta melengkapi yang peraga yang belum tersedia yakni panthom payudara dan bayi, bagi peneliti selanjutnya sebagai sumber data penelitian lain. REFERENSI Khairunniyah 2004, Cara Menyusui yang Baik, Arcan, Jakarta. Notoatmodjo, S 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S 2010, Metodologi Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Saleha, S 2009, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Salemba Medika, Jakarta. Suradi dan Hesti 2004, Manajemen Laktasi, Salemba Medika, Jakarta